Pendahuluan
Covid 19 merupakan penyakit saluran nafas disebabkan severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang umumnya dengan gejala batuk, demam dan sesak nafas. Selain
gejala spesifik tersebut ada gejala saraf yang cukup sering dikeluhkan yaitu anosmia kehilangan
indera penciuman, perasa, gangguan kognitif dan nyeri kepala. Namun, nyeri kepala merupakan
salah satu gejala yang umum terjadi, bahkan untuk pasien yang pernah vaksin kemudian mengalami
re-infeksi covid 19, nyeri kepala menjadi 5 gejala utama dari covid 19, selain hidung beringus, bersin-
bersin, nyeri tenggorokan dan anosmia. Sebaiknya kita harus waspada bisa mengenali nyeri kepala
terkait covid dengan nyeri kepala tipe tension, migrain atau nyeri kepala karena infeksi virus lainnya,
atau bahkan nyeri kepala yang merupakan komplikasi berat covid 19 ke otak.
Nyeri kepala terkait covid ini bisa terjadi pada awal-awal infeksi ataupun menetap beberapa
waktu meskipun telah dinyatakan sembuh dari infeksi covid 19 (termasuk dalam gejala long covid).
Bahkan nyeri kepala terkait covid ini dilaporkan muncul sebelum ada gejala demam dan batuk.
Umumnya nyeri kepala terkait covid ini tidak berbahaya dan bukan merupakan tanda kerusakan otak,
kecuali didapatkan tanda red flags.
Karakter nyeri kepala terkait covid memang belum dapat digambarkan secara spesifik,
namun biasanya disertai gejala infeksi covid 19 lain yang bisa membedakan dengan jenis nyeri kepala
lainnya. Nyeri kepala bisa derajad ringan sampai dengan berat. Nyeri kepala biasanya terjadi pada
dua sisi kepala dengan sensasi seperti ditekan, ditusuk, dan berdenyut.
Pada masa pandemi, insiden terjadinya nyeri kepala meningkat 5x lebih sering.
Berdasarkan laporan berbagai studi, prevalensi nyeri kepala pada penderita covid 19
bervariasi lebih dari 10% . Sebuah studi di Cina melaporkan prevalensi nyeri kepala terkait covid 19 di
Propinsi Hubei yang merupakan episenter wabah covid 19 yaitu 17.4%, sedangkan di luar episenter
14.1%. Studi lain di Eropa, nyeri kepala dilaporkan pada lebih dari 40% dari 417 penderita covid.
Studi metaanalisis melaporkan, bahwa penderita covid 19 mengalami nyeri kepala lebih
sering 2.2x dibandingkan penderita infeksi saluran nafas viral non covid lainnya (pasien MERS hanya
sekitar 11% yang mengalami nyeri kepala).
Nyeri kepala terkait covid ini dilaporkan juga berbeda dengan gambaran nyeri kepala yang
biasanya diderita, 42% (44 dari 104 pasien) melaporkan nyeri kepala baru muncul, 49% (51 dari 104
penderita) mengalami perubahan karakter nyerinya dan 39% (39 dari 104 penderita) melaporkan
nyeri kepala terhebat dari yang pernah dirasakan.
Nyeri kepala terkait covid lebih sering terjadi pada penderita dengan usia muda, dan yang
menarik, keluhan nyeri kepala di awal infeksi menjadi penanda infeksi covid berlangsung singkat dan
ringan. Nyeri kepala dilaporkan terjadi pada 72.17% penderita covid derajad ringan-sedang,
sedangkan beberapa studi yang lain prevalensi nyeri kepala pada kasus covid berat 27.83%. Namun,
nyeri kepala terkait covid yang persisten merupakan indikator tingkat keparahan infeksi covid.
Mekanisme terjadinya nyeri kepala terkait covid ini masih belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori yang dikemukakan para ahli.
1. Invasi virus SARS-Cov-2 ke saraf. Virus SARS-CoV-2 melekat pada reseptor ACE2 akhiran saraf
trigeminal di rongga hidung sehingga terjadi aktivasi trigeminovaskuler, yaitu saraf perasa
dari pembuluh darah otak yang berperan dalam terjadinya nyeri kepala.
2. Jalur tidak langsung yaitu melalui peradangan sistemik, Virus SARS-CoV-2memicu adanya
badai sitokin di tubuh, dimana sitokin ini adalah protein yang dihasilkan bila terjadi serangan
terhadap kekebalan tubuh, dimana sitokin-sitokin seperti IL-1, IL6, TNF α mengaktifkan
sistem trigeminovaskuler
3. Adanya hipoksia yaitu rendahnya kadar oksigen dalam darah juga bisa memicu nyeri kepala
Penanganan Awal
Apabila mengalami nyeri kepala disertai dengan gejala-gejala infeksi saluran nafas seperti
demam, batuk, nyeri otot, diare, dan anosmia harus mulai waspada, mulai isolasi diri, batasi kontak
dengan orang dengan menjaga jarak, memakai masker meskipun didalam rumah, tidur terpisah
dengan pasangan, monitor suhu tubuh dengan termometer dan segera periksakan diri ke dokter
untuk skrining infeksi covid.
Nyeri kepala terkait covid ini pengobatan awal seperti pada nyeri kepala umumnya, yaitu
1. Pemberian obat-obat bebas, seperti paracetamol dimana akan berefek selain mengobati
demam juga dapat mengurangi nyeri kepala.
Paracetamol dapat diberikan maksimal 3 gram sehari (6 tablet sehari), bila memang terjadi
alergi pilihan lain dapat diberikan ibuprofen, atau aspirin. Dari studi yang terbaru, pemberian
ibuprofen tidak memberikan efek samping.
2. Lakukan kompres dingin pada dahi. Pijatan ringan disekitar pelipis dan dahi selama nyeri
kepala bisa dilakukan terutama bila nyeri kepala memberat.
3. Istirahat, berbaring disertai tutup mata, bila terjadi cetusan nyeri kepala hebat. Pastikan tidur
cukup dengan menerapkan sleep hiegene
4. Makan dan minum yang cukup
Dehidrasi dan makan yang kurang akan memperberat keluhan nyeri kepala
5. Relaksasi
Menghindari rasa cemas yang berlebihan, ada baiknya tidak membaca informasi yang tidak
jelas sumbernya. Olahraga ringan saat berjemur juga disarankan untuk mengurangi
ketegangan otot. Berpikir positif dan semangat untuk sembuh juga akan berdampak positif
meredakan nyeri kepala.
Yang perlu diwaspadai untuk nyeri kepala ini adalah bila didapati red flags (tanda bahaya), harus
sesegera mungkin di bawa ke unit gawat darurat yaitu
1. Penurunan kesadaran
2. Mendadak susah bicara, bicara pelo
3. Kelemahan, kesemutan, kebas separo badan, atau lumpuh ke empat anggota gerak tubuh
4. Kejang
5. Penurunan penglihatan
6. Nyeri kepala hebat
Nyeri kepala dengan tanda bahaya ini, biasanya harus sesegera mungkin mendapatkan
penanganan, bila memang terbukti terinfeksi covid, selain covid nya yang dilakukan pengobatan,
untuk gejala atau diagnosis penyerta misalnya kejang juga harus ditangani. Pemeriksaan penunjang
tambahan seperti CT scan kepala, pemeriksaan laboratorium darah dan obat-obat suntikan mungkin
diperlukan.
Nyeri kepala dengan tanda bahaya ini bisa jadi merupakan komplikasi berat dari infeksi covid ke
sistem saraf pusat (otak/ sumsum tulang), seperti meningitis, stroke, Guillan Barre Syndrome.
Daftar Pustaka
Caronna E, Ballvé A, Llauradó A, et al. Headache: A striking prodromal and persistent symptom,
predictive of COVID-19 clinical evolution. Cephalalgia. 2020;40(13):1410-1421.
doi:10.1177/0333102420965157
Rocha-Filho PAS, Magalhães JE. Headache associated with COVID-19: Frequency, characteristics and
association with anosmia and ageusia. Cephalalgia. 2020 Nov;40(13):1443-1451. doi:
10.1177/0333102420966770. PMID: 33146035; PMCID: PMC7645592.
Islam MA, Alam SS, Kundu S, Hossan T, Kamal MA, Cavestro C. Prevalence of Headache in Patients
With Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Systematic Review and Meta-Analysis of 14,275
Patients. Front Neurol. 2020 Nov 27;11:562634. doi: 10.3389/fneur.2020.562634. PMID: 33329305;
PMCID: PMC7728918.
Uygun Ö, Ertaş M, Ekizoğlu E, Bolay H, Özge A, Kocasoy Orhan E, Çağatay AA, Baykan B. Headache
characteristics in COVID-19 pandemic-a survey study. J Headache Pain. 2020 Oct 13;21(1):121. doi:
10.1186/s10194-020-01188-1. PMID: 33050880; PMCID: PMC7552597.
Liu Z, Jin C, Wu CC, et al. Association between Initial Chest CT or Clinical Features and Clinical Course
in Patients with Coronavirus Disease 2019 Pneumonia. Korean J Radiol. 2020;21(6):736-745.
doi:10.3348/kjr.2020.0171
Zhang G, Hu C, Luo L, et al. Clinical features and short-term outcomes of 221 patients with COVID-19
in Wuhan, China. J Clin Virol. 2020;127:104364. doi:10.1016/j.jcv.2020.104364
Huang R, Zhu L, Xue L, Liu L, Yan X, Wang J, Zhang B, Xu T, Ji F, Zhao Y, Cheng J, Wang Y, Shao H, Hong
S, Cao Q, Li C, Zhao XA, Zou L, Sang D, Zhao H, Guan X, Chen X, Shan C, Xia J, Chen Y, Yan X, Wei J, Zhu
C, Wu C. Clinical findings of patients with coronavirus disease 2019 in Jiangsu province, China: A
retrospective, multi-center study. PLoS Negl Trop Dis. 2020 May 8;14(5):e0008280. doi:
10.1371/journal.pntd.0008280. PMID: 32384078; PMCID: PMC7239492.
Chen G, Wu D, Guo W, Cao Y, Huang D, Wang H, Wang T, Zhang X, Chen H, Yu H, Zhang X, Zhang M,
Wu S, Song J, Chen T, Han M, Li S, Luo X, Zhao J, Ning Q. Clinical and immunological features of severe
and moderate coronavirus disease 2019. J Clin Invest. 2020 May 1;130(5):2620-2629. doi:
10.1172/JCI137244. PMID: 32217835; PMCID: PMC7190990.
Zubair AS, McAlpine LS, Gardin T, Farhadian S, Kuruvilla DE, Spudich S. Neuropathogenesis and
Neurologic Manifestations of the Coronaviruses in the Age of Coronavirus Disease 2019: A Review.
JAMA Neurol. 2020;77(8):1018-1027. doi:10.1001/jamaneurol.2020.2065
García-Azorín D, Trigo J, Talavera B, et al. Frequency and Type of Red Flags in Patients With Covid-19
and Headache: A Series of 104 Hospitalized Patients. Headache. 2020;60(8):1664-1672.
doi:10.1111/head.13927
MaassenVanDenBrink, A., de Vries, T. & Danser, A.H.J. Headache medication and the COVID-19
pandemic. J Headache Pain 21, 38 (2020). https://doi.org/10.1186/s10194-020-01106-5
Arca KN, Smith JH, Chiang CC, et al. COVID-19 and Headache Medicine: A Narrative Review of Non-
Steroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID) and Corticosteroid Use. Headache. 2020;60(8):1558-1568.
doi:10.1111/head.13903
Pertanyaan :
Long Covid
Covid-19 dikenal sebagai penyakit yang menyerang paru-paru, namun virus ini juga dapat
merusak banyak organ lain. Kerusakan organ ini dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan
jangka panjang. Organ yang mungkin terpengaruh oleh Covid-19 adalah jantung, paru-paru, dan
otak. Virus corona juga dapat membuat sel darah lebih mungkin menggumpal. Bagian tubuh lain
yang terkena pembekuan darah, termasuk paru-paru, hati, dan ginjal.
Infeksi covid terbagi dalam tiga fase. fase akut berlangsung selama empat pekan dan fase kronik
dengan gejala lebih ringan berlangsung selama 4-12 pekan. Terakhir post covid syndrome sampai 12
pekan. Sebanyak 2.5-15% pasien dapat terkena Long Covid Syndrome yang lebih berisiko pada orang
lanjut usia, obesitas, perempuan, dan komorbid asma
Long Covid adalah gejala sakit berkepanjangan yang diderita pasien, meskipun tes covid 19
menunjukkan hasil negatif. Data WHO menunjukkan, hasil survei melalui telepon mendapati fakta
ada 35 persen pasien Covid-19 yang dinyatakan sudah sembuh tak mengalami pemulihan kesehatan
seperti semula pada 2-3 minggu setelah mereka dinyatakan negatif. Lansia dengan banyak kondisi
medis serius/ penyakit komorbid paling mungkin mengalami gejala ini, tetapi orang muda yang sehat
juga dapat merasakan kondisi tersebut. Survei WHO menyebutkan 20 persen pasien Covid-19 dengan
usia 18-34 tahun mengalami sejumlah gejala yang berkepanjangan meskipun sudah dinyatakan
negatif.
Orang-orang yang mempunyai potensi penyakit kronik, seperti karena kebiasaan merokok,
juga berpotensi Long Covid
Data Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan sejumlah gejala Long Covid
adalah sebagai berikut:
1. Gejala Long Covid Paling Umum
Kelelahan
Sesak napas
Batuk
Nyeri sendi
Nyeri dada
2. Gejala Long Covid Lain yang Dilaporkan:
Kesulitan berpikir dan konsentrasi
Depresi
Nyeri otot
Sakit kepala
Demam intermiten Jantung jantung berdebar-debar
3. Gejala Long Covid Lebih Serius, Tapi Jarang Dilaporkan:
Kardiovaskular: radang otot jantung
Pernapasan: kelainan fungsi paru Ginjal: cedera ginjal akut
Dermatologis: ruam, rambut rontok
Neurologis: masalah penciuman dan rasa, masalah tidur, kesulitan konsentrasi,
masalah memori
Psikiatri: depresi, kecemasan, perubahan mood.
Nyeri Kepala paska Vaksin Covid 19
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau disingkat KIPI merupakan kejadian pasca vaksinasi.
Orang yang habis divaksinasi tidak boleh langsung pulang ke rumah, melainkan harus menunggu dulu
setidaknya 30 menit. Tujuannya untuk memantau ada atau tidaknya KIPI.
KIPI terdiri dari tiga jenis reaksi, yaitu:
Reaksi lokal: nyeri, bengkak, kemerahan di area bekas suntikan. Reaksi lokal yang terbilang parah
yakni selulitis.
Reaksi sistemik: demam, nyeri otot seluruh tubuh atau myalgia, nyeri sendi atau artralgia, lemas, dan
sakit kepala.
Reaksi lain yaitu alergi. Kondisi ini bisa berupa biduran (urtikaria), anafilaksis (alergi parah hingga
sesak napas), dan pingsan.
Berdasarkan berat ringannya gejala KIPI terbagi menjadi gejala KIPI ringan hingga berat. Nyeri
kepala merupakan salah satu KIPI ringan/non serius. KIPI non serius adalah kejadian yang terjadi
setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima.
Nyeri kepala adalah efek samping yang umum lainnya dari vaksin COVID. Science
Magazine mengatakan 2 persen orang yang berpartisipasi dalam uji coba Pfizer/BioNTech mengalami
sakit kepala sebagai efek samping vaksin, sedangkan 4,5 persen peserta uji coba Moderna mengalami
efek samping tersebut.
sakit kepala paling tinggi terjadi setelah dosis vaksin kedua. karena antibodi yang
dihasilkan setelah dosis pertama meningkatkan respons terhadap injeksi vaksin kedua.
Akibatnya, tubuh mengalami reaksi yang lebih kuat daripada sebelumnya