Anda di halaman 1dari 15

REFERAT 

DERMATITIS

Disusun Oleh :
Muhamad Yuda Bahtiar 122810085

Pembimbing:
dr. Muhammad Risman, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
CIREBON  
2022
Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Dermatitis juga diklasifikasikan atas 2 tipe yaitu: endogen dan eksogen. Dermatitis endogen
terdiri dari dermatitis atopik, dermatitis seboroik, liken simpleks kronis, dermatitis non spesifik
(pompoliks, dermatitis numuler, dermatitis xerotik, otosensitisasi), dan dermatitis akibat obat.
Dermatitis eksogen terdiri dari dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis
infektif, dan dermatofitid.
Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat mencangkup pada satu
tempat saja dan dapat pula menyebar. Pada stadium akut terjadi kelainan kulit berupa eritema,
edema, vesikel atau bula, erosi dan ekudasi sehingga tampak basah (madidans). Stadium
subakut, eritema dan edema mulai berkurang dan eksudat sudah mengering menjadi krusta.
Sedangkan pada stadium kronis, lesi tampak kering, hiperpigmentasi dan likenifikasi mungkin
juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.
BAB I
Terapi yang digunakan untuk penderita dermatitis antara lain terapi topikal dan terapi oral.
Terapi topikal merupakan salah satu pengobatan yang sering dilakukan untuk menyembuhkan PENDAHULUAN
atau mengurangi gejala dari dermatitis. Bentuk sediaan topikal yang biasa diberikan kepada
penderita dermatitis antara lain, losio, krim, gel, salap, pasta, emulsi dan bedak. Obat yang
sering digunakan pada penderita dermatitis adalah obat golongan kortikosteroid seperti
hidrokortison, dexamethasone, prednisolone dan metilprednisolon.
Definisi

BAB II
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik TINJAUAN
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi,) dan keluhan gatal. Tanda PUSTAKA
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjdai kronis.

Epidemiologi

Data epidemiologi di Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus penyakit
kulit adalah dermatitis kontak, sebanyak 66,3% dari kasus tersebut adalah dermatitis
kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak aleergi. Hasil penelitian Ana Jumiati,
Eti Kurniawat, Ahsan Munawar menunjukkan bahwa proporsi dermatitis kontak pada
petani sebesar 53,6%. Hasil penelitian Achisna Rahmatika, Fira Saftarina, Dwi Indria
Anggraini, Diana Mayasari menunjukkan bahwa proporsi dermatitis kontak pada petani
sebesar 13,5%.(1)
Anatomi Kulit

Kulit terdiri atas tiga lapisan; epidermis, dermis dan subkutis. Di


bagian dalam dermis terdapat lemak subkutan. Kulit manusia memiliki dua
tipe: kulit dengan rambut dan kulit glabrous (tanpa rambut). Kulit glabrous
dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki serta memiliki
epidermis yang lebih tebal.2
Epidermis terdiri atas empat lapisan; stratum korneum, stratum
granulosum, stratum spinosum, and stratum basal. Pada kulit glabrous,
lapisan tambahan (stratum lucidum) berada di antara stratum korneum dan
stratum granulosum. Epidermis mengandung keratinosit, melanosit, sel-sel
Langerhans dan sel-sel Merkel.
Dermis dibagi menjadi dermis papilar superfisial dan dermis retikular
yang terletak lebih dalam. Dermis mengandung fibroblas, sel-sel mast,
histiosit, monosit, limfosit, dan sel-sel Langerhans. Integritas dermis
dipertahankan oleh matriks penyangga yang mengandung substansi dasar
dan dua tipe serat protein: kolagen, yang memiliki daya regang yang besar
dan membentuk konstituen mayor dari dermis, dan elastin, yang menyusun
hanya sebagian kecil dermis. Pelengkap kulit seperti folikel rambut,
kelenjar sebaseous, dan kelenjar apokrin serta ekrin juga terdapat pada
dermis.
Macam- Macam Dermatitis

Dermatitis Atopi Dermatitis Numularis

Dermatitis Venenata
Dermatitis Kontak Alergi
Neurodermatitis

Dermatitis Kontak Iritan


Dermatitis Seboroik
Penyakit kulit inflamasi kronis yang terutama dimulai pada Dermatitis Atopi
masa kanak-kanak dengan perjalanan alami yang bervariasi. Gatal
adalah gejala khas dari penyakit ini, seringkali tak kunjung reda
dalam kasus yang parah, dan menyebabkan gangguan tidur dan
kulit yang rentan infeksi. Pasien dengan DA seringkali juga
memiliki komorbiditas atopik seperti asma alergi dan rinitis alergi
dan mengalami gangguan kualitas hidup yang signifikan.
Berbagai faktor dikemukakan oleh berbagai penulis, seperti :
genetik, alergik, fisiologik, farmakologik atau psikis. Keadaan
yang demikian ini dapat memberikan suatu gambaran bahwa
Dermatitis atopik merupakan penyakit yang multifactorial.
Patofisiologi Interaksi kompleks dari faktor-faktor seperti,
skin barrier, genetik, lingkungan, farmakologis, dan imunologi.
Reaksi hipersensitivitas tipe I (yang dimediasi IgE) sebagai akibat
dari pelepasan zat vasoaktif dari sel mast dan basofil yang
disensitisasi oleh interaksi antigen dengan IgE (antibodi reagenik
atau peka kulit).
Manifestasi Klinis Lokasi lipatan
Dermatitis umumnya memiliki onset akut, berdasarkan usia
dengan ruam merah, basah dan berkusta.Ruam
cenderung menampakan bentuk kronis dari
dermatitis, dengan tekstur kering, menebal, warna
abu-abu kecoklatan, dan bersisik.

Tatalaksana Prognosis
Kebanyakan DA yang dimulai pada
Masalah pada DA sangat masa kanak-kanak memiliki tingkat
kompleks sehingga dalam keparahan ringan, dan tinjauan studi
penatalaksanaannya perlu kohort menemukan bahwa 80% kasus
dipertimbangkan berbagai faktor yang mengalami masa remisi untuk sementara,
memengaruhi,dengan memperhatikan : pada usia 10 tahun. DA dapat bertahan
• Efektivitas obat sistemik yang aman atau muncul kembali di masa dewasa.
• Jenis terapi topical Faktor risiko yang dilaporkan dapat
(Kortikosteroid,pelembab,obat memprediksi perjalanan penyakit yang
penghambat kalsineurin) menetap termasuk keparahan penyakit,
• Kualitas kehidupan onset penyakit di kemudian hari, mutasi
genetik pada gen FLG atau FLG-2, dan
sensitisasi alergi dini.
Manifestasi klinis ACD adalah eksim
infeksi kulit. Fase akut ditandai dengan
pruritus, eritema, edema, dan vesikula.
Kontak berulang dengan alergen penyebab Dermatitis
Dermatitis kontak alergi (ACD) Kontak Alergi
adalah penyakit yang dimediasi oleh sel dapat menyebabkan penyakit menjadi kronis,
(tipe IV), tipe tertunda, reaksi ditandai dengan likenifikasi plak eritematosa.
hipersensitivitas disebabkan oleh kontak Umumnya kelainan kulit akan mereda
kulit dengan lingkungan allergen. dalam beberapa hari. Kortikosteroid dapat
Paparan terhadap alergen. Bahan- diberikan dalam jangka pendek untuk
bahan yang berpotensi sebagai alergen di mengatasi peradangan pada OKA akut yang
antaranya poison ivy, nikel, sarung ditandai dengan eritema misalnya pemberian
tangan lateks yang banyak ditemukan prednison 30 mg/hari. Untuk topikal cukup
pada produk perawatan seperti pewarna dikompres dengan larutan garam faal atau
rambut, pewarna tekstil, bahan larutan asam salisilat 1: 1000, atau
pengawet, dan bahan pewangi. pemberian kortikosteroid atau makrolaktam
ACD mewakili cell-mediated klasik secara topikal.
(tipe IV), reaksi hipersensitivitas Prognosis DKA umumnya baik, sejauh
tertunda. Reaksi hipersensitivitas tipe IV dapat menghindari bahan penyebabnya.
akibat pemaparan dan sensitisasi dari sel
inang yang secara genetik rentan
terhadap lingkungan alergen, diikuti
dengan paparan ulang berikutnya yang
memicu reaksi inflamasi yang kompleks.
Dermatitis kontak iritan Dermatitis Kontak Iritan (DKI) adalah hasil
(DKI) dimulai dengan kerusakan dari aktivasi kekebalan bawaan untuk kerusakan
keratinosit, yang kemudian langsung pada kulit tanpa sensitisasi sebelumnya. Dermatitis
melepaskan sinyal bahaya yang Kerusakan penghalang kulit, perubahan sel Kontak Iritan
mendorong perekrutan sel epidermis, dan pelepasan mediator proinflamasi.
inflamasi. Banyak variabel yang Kontak kulit dengan alergen adalah langkah
mempengaruhi ekspresi dermatitis pertama dalam patogenesis DKA. Alergen
iritan termasuk iklim dan musim, kemudian menembus lapisan tanduk pada
oklusi, frekuensi pajanan terhadap kulitbermigrasi menuju kelenjar getah bening
iritan, dan konsentrasi iritan. regional, dan antigen disajikan ke limfosit T.
Penyebab dermatitis ini ialah Limfosit T yang teraktivasi menghasilkan
pajanan dengan bahan yang inflamasi spesifik antigen.
bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, deterjen, minyak pelumas,
asam, alkali, dan serbuk kayu. Upaya pengobatan DKI adalah menghindari
Kelainan kulit yang terjadi selain pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab, baik
ditentukan oleh ukuran molekul, yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi , serta
daya larut, konsentrasi bahan menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini
tersebut dan vehikulum. Terdapat dapat dilaksanakan dengan sempurna, cukup dengan
juga pengaruh faktor lain seperti pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit.
lama kontak, kekerapan,suhu dan Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan
kelembaban lingkungan. dapat diberikan kortikosteroid topikal, misalnya
hidrokortison.
Dermatitis merupakan Tatalaksana
suatu respons dari kulit, Dermatitis
sifatnya inflamasi. Disebabkan Numularis
oleh berbagai faktor baik dari Sistemik :
dalam maupun dari lua, bisa • Pemberian sedatif ringan,
salah satu atau keduanya. • Antihistamin,
Gejala yang timbul bisa berupa • Kortikosteroid diberikan jangka pendek dan
eritem, papula, vesikel yang hanya untuk kasus yang berat.
berkelompok. Secara Topikal
histopatologi terdapat gambaran • Bila akut dan basa : Berikan kompres
spongiosis. dengan boor water, RBWC dan Pemberian
Terdapat lesi bentuk bulat koertikosteroid krim
seperti uang logam, batas relatif • Bila stadium kronis berikan ointment
tegas, dan bersifat simetris • Bila terdapat infeksi sekunder berikan
dapat pola soliter dengan antibiotic.
diameter bervariasi dari ½ - 5
cm atau lebih.
Dermatitis venenata atau dermatitis
paederus adalah dermatitis iritan yang Dermatitis venenata tidak ada
disebabkan oleh pederin, racun yang gejala prodromal, lesi muncul tiba-tiba
Dermatitis
diproduksi oleh kumbang kelana pada pagi hari atau setelah berkebun dan
Venenata
(Paederus). Penyakit ini terjadi di seluruh terasa gatal serta pedih. (8 – 24 jam
dunia, tetapi seringkali tidak dikenali setelah kontak dengan binatang.
karena riwayat kontak dengan serangga
seringkali tidak ada. Ini biasa terlihat pada
musim hujan,disebabkan oleh serangga
Paederus.
Paederus mengandung pederin yang
dilepaskan saat serangga dihancurkan di
kulit karena refleks menepuk serangga.
Namun, dapat juga saat serangga sedang
menyengat dan racun dapat dilepaskan
Tatalaksana
saat serangga sedang bergerak. Pederin
Topikal kompres lesi dengan NaCl
menyebabkan pykinosis dan disorientasi
0,9%. Kortikosteroid topikal potensi sedang
kromosom, karioreksis, kariopiknosis, dan
hingga kuat 2 – 4 kali sehari. Sistemik
vakuolisasi yang menyebabkan nekrosis
Kortikosteroid sistemik → peradangan berat
kulit.
Antibiotik sistemik → tanda-tanda infeksi
sekunder Epinefrin → bila terdapat tanda
reaksi anafilaktik.
Neurodermatitis merupakan salah bentuk Gambaran Lesi berbentuk
khas dari kelompok eksema yang ditandai sirkumskripta, batas tegas terdapat
dengan lesi berbentuk sirkumskripta, batas skuama diatasnya serta tampak
tegas disertai ada skuama dan likennifikasi. likenifikasi akibat dari garukan yang Neurodermatitis
Pruritus memainkan peran sentral dalam berulang-ulang, karena rasa gatal
timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi yang hebat. Lesi biasanya tunggal
dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai tetapi bisa multipel. Neurodermatitis
pruritus dapat oleh karena adanya penyakit diseminata jika menyerang seluruh
yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, badan, dan biasanya terjadi pada
obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, orang dewasa yang sudah berumur
hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis lebih dari 50 tahun.
atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan
serangga, dan aspek psikologik dengan
tekanan emosi.

Tatalaksana
• Menghindari garukan .
• Pemberian topikal Kortikosteroid yang poten bentuk salep diberikan
2 kali sehari. Jika pemberian salep salep gagal dapat digunakan
dengan cara oklusi memakai plastik film pada malam hari .
• Pemberian Sistemik Menggunkan kortikosteroid injeksi intra lesi dan
dapat diberikan antihistamin yang bersifat sedative.
Dermatitis seboroik adalah Tatalaksana medikamentosa pada
penyakit inflamasi kulit yang biasanya kasus Dermatitis seboroik dapat di
dimulai pada kulit kepala, dan sesuai dengan lokasi dari peradangannya,
Dermatitis Seboroik
kemudian menjalar ke muka, leher jika berada di kulit kepala pasien maka
dan badan. dapat diberikan shampo yang
Penyebab Dermatitis Seboroik mengandung obat anti Malassezia,
meliputi gangguan kekebalan misalnya yang mengandung
tubuh, akibat penerimaan 12,5%seleniumsulfida, benzoil peroksida,
transplantasi organ, pasien dengan asam salisilat, ketokonazol dan berbagai
riwayat HIV/AIDS, pankreatitis alkoholik shampo yang mengandung solusio
kronis,virus hepatitis C, kanker terbinafine 1%. Pada daerah wajah dan
(penyakit ganas lainnya), jenis kulit leher dapat diberikan glukokortikosteroid
berminyak, stress dan factor genetic. potensi rendah (1% hidrokortison biasanya
Tiga faktor utama yang saling cukup) sangat membantu di awal
berhubungan yaitu produksi sebum, perjalanan penyakit
jamur Malassezia spp., dan kerentanan
setiap individu.
Dermatitis seboroik digambarkan
seperti bercak eritema dengan sisik
berwarna putih-kuning pada kulit.
Terutama pada daerah dengan produksi
sebum yang tinggi.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi,) dan
keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjdai kronis.
Dermatitis terdapat beberapa jenis diantara nya adalah :
1. Dermatitis Atopi
2. Dermatitis Kontak Alergi
3. Dermatitis Kontak Iritan
4. Dermatitis Numularis
5. Dermatitis Venenata
6. Neurodermatitis BAB III
KESIMPULAN
7. Dermatitis Seboroik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai