Anda di halaman 1dari 6

DERMATITIS KONTAK IRITAN (TOKSIK)

Lita Petricia Pakpahan*Hervina**

*Faculty of medicine Methodist Indonesia University


of North Sumatera
** Departement Of Dermatology and venereology RSUD DR RM Djoelham
Binjai

ABSTRAK

Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan pada kulit yang dapat berupa
eritema, edema, dan scale / skuama. DKI merupakan respons nonspesifik kulit
terhadap berbagai kerusakan kimia dengan melepaskan mediator inflamasi
terutama dari sel-sel epidermis. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan
yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses
sensitisasi. Lokasi dapat seluruh permukaan tubuh dapat terkena, dapat mengenai
semua umur, pada pria dan wanita. Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada 3,
yaitu penghentian pajanan terhadap bahan iritan yang dicurigai, perlindungan
bagian tubuh yang terpapar, dan penggantian bahan iritan dengan yang tidak
bersifat iritan. Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini
sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multi faktor, juga pada
penderita atropi. Rujuk ke spesialis penyakit kulit dan kelamin jika tidak
mengalami perbaikan.

Kata Kunci: dermatitis kontak iritan (toksik)

ABSTRACT

Irritant contact dermatitis (DKI) is an inflammation of the skin that may be


erythema, edema, and scale / scaling. DKI is a nonspecific response of skin
against chemical damage by releasing a variety of inflammatory mediators,
especially from the cells of the epidermis. By definition material is a skin irritant
that causes damage to the material directly to the skin without the sensitization
process. The location can be the entire surface of the body can be affected, it can
be of all ages, in men and women. The principles of management in the city there
are three, namely the cessation of exposure to the suspected irritant substances,
protection of the exposed body part, and the replacement of irritants with non-
irritant. When irritants that cause dermatitis can not be removed completely, the
prognosis is not good. This situation often occurs in which the cause of chronic
DKI multi-factor, as well as in patients with atrophy. Refer to a specialist in skin
and venereal diseases if not improved.

Keywords:Irritant contact dermatitis (toxic)


PENDAHULUAN nekrotik serta perubahan pigmen dan
penyakit kulit lainnya.1
Dermatitis kontak adalah istilah
umum yang diterapkan pada keadaan akut
DEFINISI
atau kronis terhadap zat yang kontak
Dermatitis kontak iritan adalah
dengan kulit. Dermatitis atau eksim juga
jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik
dikenal sebagai reaksi peradangan kulit
lokal langsung dari bahan iritan pada sel-
yang tampak dengan eritema, vesikulasi
sel epidermis, dengan respon peradangan
dan pruritus pada fase akut, sedangkan
pada dermis. Daerah yang paling sering
fase kronis ditandai dengan kulit kering,
terkena adalah tangan dan pada individu
pengelupasan dan fisura. Terdapat dua tipe
atopik menderita gejala yang lebih berat.
dermatitis kontak yang disebabkan oleh
Secara definisi bahan iritan kulit adalah
faktor luar yang kontak dengan kulit, yaitu
bahan yang menyebabkan kerusakan
dermatitis kontak iritan (DKI) dan
secara langsung pada kulit tanpa proses
dermatitis kontak alergi (DKA).1
sensitisasi.2
Dermatitis kontak iritan adalah
reaksi inflamasi kulit yang terjadi akibat ETIOLOGI
aktivasi sistem kekebalan tubuh bawaan Iritan primer, seperti asam dan basa
yang secara langsung merupakan efek kuat serta pelarut organik.3
sitotoksik terhadap bahan iritan fisik dan
kimia. Dermatitis kontak iritanmerupakan FAKTOR RESIKO
respon kontak secara lokal antara kulit  Umur : Dapat mengenai semua umur3
dengan bahan eksogen seperti bahan  Jenis kelamin : Frekuensi yang sama
kimia, fisik, atau agen biologis, maupun pada pria dan wanita3
faktor endogen seperti fungsi barrier kulit  Kebersihan : Yang kebersihan kurang
dan riwayat dermatitis sebelumnya. memiliki kemungkinan lebih besar
Dermatitis kontak iritan juga dapat terkena penyakit3
diartikan sebagai erupsi yang timbul bila  Lingkungan : Yang banyak
kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat mengandung basa atau asam kuat
iritan primer melalui jalur kerusakan yang lebih besar kemungkinan untuk
non-imunologis. Gambaran klinis DKI terkena3
bervariasi dari reaksi subjektif terhadap
iritan, urtikaria kontak, reaksi kaustik dan
PENEGAKAN DIAGNOSIS  Pemeriksaan penunjang seperti patch
1. Lokasi/Predileksi test dapat dilakukan untuk eksklusi
Seluruh permukaan tubuh dapat dermatitis kontak alergi2
terkena3  Dilakukan pemeriksaan KOH untuk
2. Efloresensi mengeksklusi penyakit jamur2
Eritema numular sampai dengan
plakat. Vesikel, bula sampai erosi PATOFISIOLOGI
numular sampai plakat.3 Patofisiologi dermatitis kontak
iritan berbeda dengan dermatitis kontak
alergi yang melibatkan respon imun
selular. Paparan zat iritan pada dermis
memicu kerusakan kulit. Kerusakan
bergantung pada kadar dan potensi zat
iritan. Denaturasi keratin, hilangnya
lapisan lemak, pelepasan enzim lisosom
Gambar 2.6. Dermatitis kontak iritan
serta reaksi peradangan dapat timbul pasca
(Toksik)
kulit berkontak dengan zat iritan.5
3. Pemeriksaan Penunjang
Reaksi peradangan pada dermatitis
 Gambaran histopatologik
kontak iritan melibatkan respon imun
dermatitis kontak iritan tidak
bawaan bukan sistem imun selular
karakteristik. Pada DKI akut (oleh
spesifik. Sitokin dan kemokin (IL-1α, IL-
iritan primer), dalam dermis
1β, IL-6, IL-8, TNF-α, GM-CSF dan IL-
terjadi vasodilatasi dan sebukan
10) teraktivasi pasca penetrasi zat iritan,
sel mononuclear disekitar
sehingga menyebabkan inflamasi yang
pembuluh darah dermis bagian
ditandai dengan munculnya ruam, eritema,
atas. Eksositosis di epidermis
scaling, fisura, vesikel, hingga pustul.5
diikuti spongiosis dan edema
intrasel, dan akhirnya terjadi
DIAGNOSIS BANDING
nekrosis epidermal. Pada keadaan
1. Dermatitis Kontak Alergi
berat kerusakan epidermis dapat
Dermatitis kontak alergik adalah
menimbulkan vesikel atau bula.
suatu dermatitis (peradangan kulit)
Di dalam vesikel atau bula
yang timbul setelah kontak dengan
ditemukan limfosit dan neutrofil.4
alergen melalui proses sensitasi, hal ini
terjadi sebagai respons terhadap menghindari iritasi, dan krim yang
pengaruh faktor eksogen maupun mengandung dimethicone adalah
faktor endogen yang selanjutnya akibat terapi yang digunakan sebagai Agen-
peradangan menimbulkan kelainan agen terapeutik yang mengandung
klinis berupa efloresensi polimorfik propilen glikol dan urea dapat
(eritema, edema, papul, vesikel, mengakibatkan inflamasi sehingga
skuama, likenifikasi) dan keluhan harus dihindari sebagai terapi.2
gatal. 3. Pengobatan sistemik dapat diberikan
2. Dermatitis Numular antihistamin sebagai efek anti
Dermatitis numularis adalah pruritus.2
dermatitis berupa lesi berbentuk mata 4. Topikal kortikosteroid digunakan
uang (coin) atau agak lonjong, sebagai antiinflamasi, supresi aktivitas
berbatas tegas dengan efloresensi mitotik, dan vasokonstriksi. Efek
berupa papulovesikel, biasanya mudah steroid juga dapat mensupresi
pecah sehingga basah (oozing). pengeluaran histamine, sehingga bisa
juga sebagai antipruritus.2
PENATALAKSANAAN 5. Sistemik kortikosteroid seperti
Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada prednison 40-60 mg/hari pada orang
3, yaitu penghentian pajanan terhadap dewasa.3
bahan iritan yang dicurigai, perlindungan
bagian tubuh yang terpapar, dan KOMPLIKASI
penggantian bahan iritan dengan yang  Peningkatan risiko sensitisasi terhadap
tidak bersifat iritan.2 terapi topikal
Medikamentosa  Lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh
1. Penatalaksanaan dermatitis iritan tipe bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
akut dapat secara simtomatis. dipermudah jika terjadi lesi sekunder,
Penggunaan hand rub berbasis seperti fissure akibat manipulasi yang
alkohol dengan kandungan berbagai dilakukan penderita.
macam emollient dapat dilakukan  Secondary neurodermatitis (lichen
untuk mengurangi kerusakan kulit, simplex chronicus) akibat penderita
2
kekeringan, dan iritasi. dermatitis kontak iritan yang
2. Terapi medikamentosa untuk mengalami stress psikis.
dermatitis kontak iritan mempunyai
beberapa prinsip, seperti, emollient,
 Pada fase post inflamasi dapat terjadi (DKI) adalah peradangan pada kulit yang
hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. dapat berupa eritema, edema, dan
 Scar, biasanya setelah terkena agen scale/skuama. DKI merupakan respons
korosif nonspesifik kulit terhadap berbagai
kerusakan kimia dengan melepaskan
PROGNOSIS mediator inflamasi terutama dari sel-sel
Prognosis dari dermatitis kontak epidermis.
iritan (toksik), bila bahan iritan penyebab Prinsip penatalaksanaan pada DKI
dermatitis tersebut tidak dapat ada 3, yaitu penghentian pajanan terhadap
disingkirkan dengan sempurna, maka bahan iritan yang dicurigai, perlindungan
prognosisnya kurang baik. Keadaan ini bagian tubuh yang terpapar, dan
sering terjadi pada DKI kronis yang penggantian bahan iritan dengan yang
penyebabnya multi faktor, juga pada tidak bersifat iritan. Bila bahan iritan
penderita atropi.4 penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka
PROFESIONALISME prognosisnya kurang baik. Keadaan ini
Rujuk ke spesialis penyakit kulit dan sering terjadi pada DKI kronis yang
kelamin jika tidak mengalami perbaikan.4 penyebabnya multi faktor, juga pada
penderita atropi. Rujuk ke spesialis
KESIMPULAN penyakit kulit dan kelamin jika tidak
Dermatitis merupakan penyakit yang mengalami perbaikan.
menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik berupa eritema,
DAFTAR PUSTAKA
edema, papula, vesikel, skuama, dan
likenifikasi. Salah satu jenis dermatitis 1. Frimasari, Shabrina. 2013. Dermatitis
adalah dermatitis kontak. Dermatitis Kontak Iritan. Palembang :
kontak adalah respon terhadap pajanan Universitas Sriwijaya
bahan atau substansi tertentu, dapat berupa https://www.academia.edu/35486900/
alergen maupun bahan iritan. Peradangan DERMATITIS_KONTAK_IRITAN
akibat pajanan terhadap alergen disebut 2. Lubis, Rikha. 2014. Lapsus :
dermatitis kontak alergi (DKA). Pajanan Dermatitis Kontak Iritan.
terhadap bahan iritan disebut dermatitis https://www.academia.edu/36998413/
kontak iritan. Dermatitis kontak iritan LAPSUS_DERMATITIS_KONTAK_
IRITAN
3. Siregar, RS. 2014. Saripati Penyakit
Kulit. 3th ed. Jakarta: EGC. h: 107.
4. Sularsito SA, Suria D. 2010.
Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah
M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. h: 130-133.
5. Rahmah, Debtia. 2019. Dermatitis
Kontak Iritan.
https://www.alomedika.com/penyakit/
dermatovenerologi/dermatitis-kontak-
iritan/edukasi-dan-promosi-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai