Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Nama lain napkin eczema adalah diaper rash, napkin dermatitis, nappy rash. Napkin
eczema meliputi berbagai gangguan kulit pada bayi dan anak kecil, umumnya menyerang
usia kurang dari dua tahun. Insidens tertinggi antara usia 9-12 bulan ketika bayi mulai
makan makanan padat, tumbuh gigi atau mendapat antibiotik. Prevalensinya diperkirakan
hanya sekitar 7-35% bayi yang pernah menderita napkin eczema karena secara
konservatif telah diobati oleh orang tua penderita.1,2,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

NAPKIN ECZEMA
Napkin Eczema adalah dermatitis yang pada awalnya berlokasi didaerah yang
ditutupi popok (daerah popok). Umumnya napkin eczema dijumpai pada bayi dan anak
tetapi dapat juga pada orang dewasa yang memakai popok berlama-lama.1
Napkin Eczema atau Diaper rash juga dikenal sebagai Diaper dermatitis" atau
"Napkin dermatitis", biasa terjadi kulit dengan gejala ruam di kulit pada popok yang
disebabkan iritasi kulit pada bayi. Iritasi disebabkan kelembaban oleh popok bayi yang
mengandung feses, urine, ataupun bahan kimia yang terkandung pada popok bayi. Jika
tidak diterapi dengan baik dapat menjadi tempat tumbuhnya bakteri ataupun jamur.1,2,4

Gambar : Efek kontak iritan.2


Napkin eczema sekunder dapat melibatkan bakteri atau jamur cenderung
menyebar ke permukaan cekung (yaitu lipatan kulit), serta permukaan cembung. Pada
dekade terakhir ini napkin eczema menurun sejalan dengan pemakaian popok super
absorben. 1,4

Gambar : Ulserasi pada napkin eczema.2

ETIOPATOGENESIS
Penyebab napkin eczema multifaktorial. Faktor inisial adalah kelembaban kulit
yang berlangsung lama. Kelembaban ini berasal dari keringat ataupun urine yang tidak
dapat menyerap akibat terhambat popok. Kelembaban ini mengakibatkan mudah terjadi
friksi antar kulit atau antara kulit dengan popok sehingga terjadi kerusakan sawar kulit.1,4
Faktor lain adalah kontak daerah popok dengan urin, feses, peninggian pH kulit
dan paparan mikroorganisme atau bahan iritan/alergen.1
Urin akan meningkatkan pH kulit melalui pemecahan urea menjadi amonia.
Peninggian pH kulit ini akan meningkatkan aktifitas enzim protease dan lipase sehingga
terjadi kerusakan sawar kulit. 1,2,4,5
Rusaknya sawar kulit akan meningkatkan permeabilitas kulit sehingga
memudahkan mikroorganisme dan bahan-bahan iritan/alergen masuk melalui kulit dan
menimbulkan gangguan dikulit.1
Efek Urin
Kondisi yang basah oleh urin

melembutkan stratum corneum dan sangat

meningkatkan kerentanan terhadap gesekan cedera, urin memiliki dampak tambahan pada

integritas kulit karena efek pada pH kulit. Walaupun penelitian menunjukkan bahwa
amonia sendiri hanya menyebabkan iritasi kulit ringan, ketika urea dipecah oleh urease
pada feses dapat meningkatkan keasaman (pH rendah), yang pada gilirannya mendorong
aktivitas enzim tinja seperti protease dan lipase. 4,6
Tidak ada perbedaan dalam penggunaan popok konvensional ,popok sekali pakai
dan popok kain dapat digunakan kembali pemakai. Bayi dengan popok super absorben
memakai popok sekali pakai dengan bahan gelling pusat, memiliki lebih sedikit resiko
napkin eczema dibandingkan dengan bayi bayi lain yang memakai popok kain. Namun,
perlu diingat bahwa popok super absorben mengandung pewarna yang dicurigai
menyebabkan alergi kontak dermatitis.4
Efek Diet
Interaksi tinja, aktivitas enzim menjelaskan pengamatan bahwa bayi diet dan ruam
popok dihubungkan, karena tinja enzim yang pada gilirannya dipengaruhi oleh diet. Bayi
yang sedang menyusui, misalnya, memiliki insiden lebih rendah, mungkin karena mereka
memiliki pH lebih rendah dan lebih rendah aktivitas enzimatik.4
Ruam paling mungkin didiagnosis pada bayi 8-12 bulan, mungkin sebagai respons
terhadap peningkatan makan makanan padat dan perubahan pola makan di usia yang
mempengaruhi komposisi tinja. Setiap kali makanan bayi mengalami perubahan
signifikan (yaitu dari ASI ke susu formula atau dari ke padat) tampaknya ada
kemungkinan peningkatan ruam popok 4,5
MANIFESTASI KLINIS
Dermatitis popok mempunyai bentuk klinis yang beragam tergantung penyebabnya.
1. Dermatitis popok kontak iritan
Merupakan bentuk DP yang paling banyak. DP ini bisa terjadi pada segala usia.
Gambaran klinis berlokasi pada daerah popok yang cembung dan berkontak erat
dengan popok. Lesinya berupa ruam yang basah, eritematous, kadang-kadang
dijumpai skuama dan erosi.1,4
2. Dermatitis popok kandida
Merupakan bentuk DP kedua tersering. Lesi berupa plak eritema, berskuama,
berbatas tegas disertai lesi satelit. Kadang-kadang DP kandida ini bersamaan
dengan oral trush.1
3. Miliaria rubra (MR)

Biasanya dijumpai pada bokong yang tertutup popok plastik yang menyebabkan
muara kelenjar ekrin yang tertutup. MR juga bisa dijumpai pada daerah lipatan,
leher dan dada bagian atas.1
4. Pseudoveritocous papules dan nodules
Dijumpai pada daerah popok dan perianal dan kelainan ini disebabkan
kelembaban yang berlama-lama.1,4
5. Infantile granular parakeratosis
Merupakan bentuk retensi keratosis dan bersifat idiopatik, ada dua bentuk klinis :
- Plak linier bilateral
- Plak eritematous geometrik
- Pada lipatan inguinal.1
6. Jacquet erosive dermatitis
Kelainan ini mempunyai gambaran lekas berupa ulkus punched-out dengan batas
tegas atau erosi dengan pinggir meninggi. Penyebabnya adalah kontak lama
dengan urin dan feses pada permukaan kulit yang tertutup. Sekarang dengan ada
popok yang superabsorben kelainan ini jarang dijumpai.1
7. Granuloma gluteale infantum
Bentuk DP ini jarang dijumpai. Lesinya berupa nodul merah ungu dengan ukuran
0,5 3 cm, dijumpai pada daerah popok. Pada pemeriksaan histopatologi, tampak
lapisan dermis di infiltrasi limfosit, sel plasma, netrofil, eosinofil dan tidak ada
granuloma. Faktor penyebabnya antara lain faktor iritasi, infeksi kandida dan
pemakaian steroid topikal. Penatalaksanaannya adalah dengan menghindarkan
pajanan bahan iritan, penggunaan barier pasta, menghindarkan pemakaian steroid.
Perbaikan biasanya terjadi dalam beberapa bulan.1
8. Dermatoses yang penyebabnya tidak berkaitan dengan penggunaan popok
Penyebabnya, primer bukan karena pemakaian popok. Kelainan ini bisa berupa
dermatitis seboroika, dermatitis atopik, psoriasis, impetigo, akrodermatitis
enteropatika, skabies, hand-foot & mouth disease, herpes simpleks dan histiosis
sel Langerhans.1

DIAGNOSIS BANDING
Ruam lainnya yang terjadi di wilayah ini, termasuk Seborrheic popok dan atopic
dermatitis. Baik Seborrheic dan atopic dermatitis memerlukan perawatan individual.
Seborrheic dermatitis, ditandai oleh berminyak, sisik tebal berwarna kekuningan, yang
paling sering dilihat pada kulit kepala (cradle cap), tetapi dapat juga muncul dalam lipatan

inguinalis. Atopic dermatitis, atau eksim, terkait dengan reaksi alergi, sering turuntemurun. Kelas ini ruam dapat muncul di manapun pada tubuh dan ditandai dengan gatal
intens.2,4

Gambar : Seborrheic dermatitis.2

KOMPLIKASI
Pentingnya infeksi sekunder di napkin eczema masih kontroversial. Candida
albicans hanya dapat terisolasi dari sebagian kecil kasus napkin eczema, dalam banyak
kasus ini adalah refleksi dari terapi antibiotik. Juga telah ditetapkan bahwa infeksi bakteri
tidak memainkan bagian penting dalam pengembangan napkin eczema. Namun, ada
sedikit argumen bahwa sekali stratum corneum telah dirusak oleh kombinasi fisik dan
faktor-faktor kimia, kulit selalu lebih rentan terhadap infeksi sekunder oleh bakteri dan
jamur.4,6

PENATALAKSANAAN
I. Non medikamentosa
1. Air
Daerah popok dibiarkan terbuka selama mungkin agar tidak lembab, misalnya
ketika bayi tidur.

2. Barrier ointments
Barrier ointments dioleskan setiap kali popok diganti. Contoh barrier ointments :
seng oksida, petrolatum, preparat barier non mediated.
3. Cleansing dan pengobatan anti kandida
Daerah popok dibersihkan dengan air ataupun minyak mineral dan dilakukan hati
hati agar tidak terjadi kerusakan kulit akibat friksi. Bila dijumpai oral trush dapat
diberi anti kandida topikal atau nistatin oral
4. Diaper
Frekuensi penggantian popok perlu diperhatikan. Popok diganti sesegera mungkin
bila telah kotor.
5. Education
Pendekatan edukasi diberikan kepada orang tua atau pengaruh bayi. Pembelajaran
dan membiasakan toilet training pada bayi akan mengurangi kebiasaan memakai
popok.1
II. Medikamentosa
1. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan (mis : krim
Hidrokortison 1% - 2 %) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3 7 hari.
Penggunaan steroid poten merupakan kontra indikasi karena dapat menimbulkan
efek samping yang cukup banyak.
2. Antifungal topikal
Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif untuk pengobatan napkin eczema,
kandida klotrimazol dan mikonazol nitral juga dapat digunakan.
3. Anti bakterial
Bila terjadi infeksi ataupun infeksi sekunder pada napkin eczema dapat diberikan
beberapa anti mikroba, termasuk benzalkonium chlorida dan triklosan.1
Penggunaan bedak talkum tidak dianjurkan karena beberapa produknya dapat
menyebabkan iritasi. Penggunaan bedak bayi dapat menimbulkan talcum powder
granuloma karena potensi toksiknya, corn starch powder dapat menginhibisi
pertumbuhan candida albicans tetapi bila memasuki saluran nafas bayi dapat
menimbulkan pneumonia aspirasi.1

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Napkin Eczema adalah dermatitis yang pada awalnya berlokasi didaerah yang ditutupi
popok (daerah popok). Umumnya napkin eczema dijumpai pada bayi dan anak tetapi
dapat juga pada orang dewasa yang memakai popok berlama-lama

Penyebabnya adalah kelembaban kulit yang berlangsung lama. Kelembaban ini berasal
dari keringat ataupun urine yang tidak dapat menyerap akibat terhambat popok. Biasanya
terjadi ruam kulit pada popok bayi.
Pengobatannya yaitu dengan cara menjaga kebersihan popok dan pemberian obat-obatan
seperti Kortikosteroid topikal, Antifungal topikal dan Anti bakterial

DAFTAR PUSTAKA
1. Tanjung, Chairiyah, dr. SpKK(K). 2011. Dermatitis popok
www.usu.ac.id/course/download/1110000112-dermatomusculoskeletalsystem/dms146_slide_dermatitis_popok.pdf . Diakses, 15 Nopember 2012
2. Primary Care Dermatology Society. 2012. Eczema : napkin eczema
http://www.drhealthbeauty.comhtmengmsp_napkin.html. Diakses, 15 Nopember
2012

3. DrHealthBeauty. 2011. Napkin eczema. http://www.pcds.org.uk/clinicalguidance/eczema-napkin-eczema. Diakses, 15 Nopember 2012


4. Wikipedia. 2010. Irritant diaper dermatitis.
http://en.wikipedia.org/wiki/Irritant_diaper_dermatitis. Diakses, 16 Nopember
2012
5. Rania Dib, MD, 2012. Diaper Rash.
http://emedicine.medscape.com/article/801222-overview. Diakses, 16 Nopember
2012
6. Diaper dermatitis. http://www.drmhijazy.com/english/chapters/chapter20.htm.
Diakses, 16 Nopember 2012

Pertanyaan
Juga, ada kejadian peningkatan napkin eczema pada bayi yang menderita diare dalam 48
jam sebelumnya, yang mungkin karena tinja enzim seperti lipase dan protease lebih aktif
dalam tinja yang telah berlalu cepat melalui saluran gastrointestinal. Insiden napkin
eczema lebih rendah di kalangan bayi yang sedang menyusu-mungkin karena kurang sifat
asam urin dan tinja mereka.4,6

10

Anda mungkin juga menyukai