Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT MEI 2019


RSUD SYEKH YUSUF GOWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PRESBIKUSIS

Oleh:
Siti Nurfitri Pebryeni Zuhruhur, S.Ked

Pembimbing :
dr.Yunida Andriani, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Siti Nurfitri Pebryeni Zuhruhur, S.Ked


NIM : 10542053413
Judul : Presbikusis

Telah menyelesaikan Refarat dalam rangka kepanitraan klinik


Bagian Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar

Makassar, Mei 2019

Pembimbing Mahasiswa

dr.Yunida Andriani, Sp. THT-KL Siti Nurfitri Pebryeni Zuhruhur

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah,

akhirnya Referat yang berjudul “Presbikusis” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Refarat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan

klinik di bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada

dr. Yunida Andriani, Sp.THT-KL. selaku pembimbing dalam Refarat ini yang

telah memberikan bimbingan dan banyak kemudahan dalam penyusunan referat

ini.

Penulis menyadari bahwa Referat ini masih memiliki banyak kekurangan,

untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi

kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga Refarat ini bisa

membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Makassar, Mei 2019

Penulis

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 3
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Pengesahan....................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi……………………………………………………………….. 8
B. Fisiologi………………………………………………………………...16
C. Definisi………………………………………………………………....18
D. Epidemiologi…………………………………………………………...18
E. Etiologi Patomekanisme………………………………………………...18
F. Klasifikasi……………………………………………………………….19
G. Gambaran Klinis…………………………………………….…...……. 21
H. Kriteria DIagnosa………………………………………….…......….... 22
I. Penatalaksanaan………………………………………………....………23
J. Prognosis………………………………………………………….…… 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 36

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 4
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf. Pendengaran terdiri

dari dua aspek : identifikasi suara (“apa”) dan lokalisasinya (“dimana”).

Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat terdiri dari daerah daerah

yang bertekanan tinggi akibat kompresi (pemadatan) molekul udara bergantian

dengan daerah daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (peregangan)

molekul udara.1

Perubahan patologi pada organ auditori akibat proses degenerasi pada usia

lanjut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi

pada kelompok geriatri umumnya tuli sensorineural, namun dapat juga berupa tuli

konduktif atau tuli campur. 2

Terdapat kecenderungan pengumpulan serumen yang disebabkan oleh

meningkatnya produksi serumen dari bagian 1/3 luar liang telinga, bertambah

banyaknya rambut liang telinga yang tampak lebih tebal dan panjang, produk

serumen yang lebih keras maupun adanya sumbatan akibat pemasangan alat bantu

dengar. Menurut Mahoney (1987) prevalensi serumen yang mengeras (serumen

prop) pada populasi usia lanjut adalah 34%.2

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 5
Bagian Telinga lainnya seperti membran timpani, tulang tulang

pendengaran, otot-otot di telinga tengah juga mengalami perubahan walaupun

tidak terlalu bermakna. 2

Bagian liang telinga 2/3 dalam (dikelilingi oleh jaringan tulang ) juga

berpotensi mengalami perlukaan pada upaya untuk mengeluarkan kotoran telinga

yang keras, karena kulit yang melapisinya menjadi tipis, oleh sebab itu diperlukan

perhatian khusus pada saat pemasangan alat bantu dengar, karena berkurangnya

toleransi kulit liang telinga terhadap bahan bahan yang lebih keras. 2

Struktur telinga bagian dalam juga mengalami perubahan pada kelompok

usia lanjut. Komponen telinga dalam baik berupa bagian sensorik, saraf,

pembuluh darah, jaringan penunjang maupun sinaps saraf sangat rentan terhadap

perubahan akibat proses degenerasi. Organ Corti merupakan bagian dari koklea

yang paling rentan terhadap perubahan akibat proses degenerasi yang dialami

populasi usia lanjut. 2

Presbikusis, atau gangguan pendengaran terkait usia, adalah penyebab

paling sering dari gangguan pendengaran sensoris dan bersifat progresif,

didominasi frekuensi tinggi, dan simetris. Berbagai faktor etiologis (misalnya,

trauma bising sebelumnya, pajanan obat, kecenderungan genetik) dapat

berkontribusi pada presbikusis. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan

diskriminasi bicara terutama diucapkan di lingkungan yang bising. Sekitar 25%

orang berusia antara 65 dan 75 tahun dan hampir 50% dari mereka yang berusia di

atas 75 mengalami kesulitan pendengaran.5

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 6
Presbikusis adalah bentuk gangguan pendengaran yang paling umum

pada orang tua, meskipun sering tidak disadari. Ini terjadi lebih sering dengan

bertambahnya usia dan pada pasien dengan riwayat keluarga yang positif.

Gangguan multifaktorial ini disebabkan oleh kombinasi degenerasi struktural dan

saraf dan kecenderungan genetik. Faktor-faktor risiko untuk presbikusis termasuk

pajanan bising, merokok, dan obat-obatan seperti antibiotik aminoglikosida, loop

diuretik, dan risiko kardiovaskular faktor-faktor seperti hipertensi.6

Menurut penelitian prevelensi terbanyak adalah jenis metabolik (34,6%).

Sedangkan prevalensi jenis lainnya adalah neural 30,7%, mekanik 22,8% dan

sensorik 11,9%. 2

Gangguan pendengaran sensorineural yang terkait dengan proses

penuaan fisiologis di telinga disebut presbikusis. biasanya bermanifestasi pada

usia 65 tahun tetapi dapat lebih awal jika ada riwayat keluarga sebelumnya,

paparan kebisingan kronis atau penyakit pembuluh darah umum.8

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 7
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Anatomi

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran

yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga

dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur

yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus

olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus

temporalis area wernicke (gambar A1).9

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 8
Gambar A.1. Skema organ pendengaran perifer dan sentral.9

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari

membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan

membran timpani (gambar A.2).9

Gambar A.2 Gambar anatomi telinga.1

Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit,

berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal

melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus,

antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah

lobulus (gambar A.3).9

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 9
Gambar A.3 Anatomi Aurikulum..1

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis

superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena

aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus

cranial V, VII, IX dan X.9

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula

sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter

lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang

berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars

cartilage berjalan ke arah posterior superior , merupakan perluasan dari tulang

rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh

kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut

mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar

serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan

pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau

kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di

bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat

erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan glandula sebasea

dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut (gambar A.4). 9

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 10
Gambar A.4 Gambar kelenjar pada liang telinga.9

MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior

serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris,

jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn.

aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n.

vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n. mandibularis.9

MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo , dasar MT

tampak sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki

tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan

ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan mempengaruhi

konsistensi MT. Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan

skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi

vibrasi yang ideal.9

MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh

ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke

vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh

nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus

of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis

(gambar A.5).9

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 11
Gambar A.5 Membran Timpani.9

Anatomi Telinga Tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic

cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi

oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius,

posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen timpani fossa

kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan inferior MT

membagi KT menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan

hipotimpanum.9

Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke

dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan

membentuk artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,

maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap

lonjong atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea (gambar A.6).9

Gambar A.6 Skema hubungan antara membran timpani osikel .1

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 12
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.

stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan

berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus.

Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi

lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan

melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam

eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini

menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan

resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,

memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat

mencegah kerusakan organ koklea.

Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba Eustahcius.

Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid,

arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama

dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus

pterygoideus.9

Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di

dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin,

merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang

dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi endolim yang

merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 13
rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin tulang ,di antara

labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit

tinggi natrium rendah kalium.Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior,

pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran

semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars

intermedia terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus (gambar A.7).9

Gambar A.7 Skema Labirin.1

Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau

indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua

organ tersebut saling berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut

mengalami gangguan maka yang lain akan terganggu. TD disuplai oleh arteri

auditorius interna cabang dari arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena

bersama dengan aliran arteri.9

1. Koklea

Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput

dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang

3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang

5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis.Struktur

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 14
duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk suatu sistem

dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala

vestibuli dan skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi

endolimf. Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner,

skala media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar

(gambar A.8).

Gambar A.8 Skema Labirin.9

2. Organon Corti

Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks, yang

mengandung organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran perifer, terdiri

bagi tiga bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin penghubung dan

sel-sel rambut yang dapat membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap

getaran suara (gambarA.9).

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 15
Gambar A.9 Skema Labirin.9

OC terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3 000 dan

tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000.12 Rambut halus atau

silia menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam pada

permukaan lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut terfiksasi

secara erat dalam struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat kaku dan

pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan untuk bergetar pada

frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema mempunyai

kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi rendah.9

Saraf Koklearis

Sel-sel rambut di dalam OC diinervasi oleh serabut aferen dan eferen dari

saraf koklearis cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut aferen menuju ke sel

rambut bagian dalam dan 12 % sisanya menuju ke sel rabut luar.Serabut aferen

dan eferen ini akan membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju ke

nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari nucleus koklearis neuron

sekunder berjalan kontral lateral menuju lemnikus lateralis dan ke kolikulus

posterior dan korpus genikulatum medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya

menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis tepatnya di girus transversus.

B. Fisiologi

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 16
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran

melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini

akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa

pada skala vestibuler bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner

yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara

membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik

yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal

ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan

ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada

saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks

pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.2

Gambar C.1 : Fisiologi Pendengaran

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 17
C. Definisi

Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi

pada mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan. Presbikusis dapat

mulai terjadi pada frekuensi 1000 Hz atau lebih. Progresifitas penurunan

pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki laki lebih cepat

dibandingkan perempuan.2

D. Etiologi

Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga kejadian

presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor- faktor herediter, pola makanan,

metabolisme, ateriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor.

Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari

pengaruh faktor faktor tersebut. 2

E. Patomekanisme

Secara alamiah organ organ pendengaran akan mengalami proses

degenerasi. Pada telinga luar perubahan yang paling jelas adalah berkurangnya

elastisitas jaringan daun telinga dan liang telinga. Kelenjar kelenjar sebasea dan

seruminosa mengalami gangguan fungsi sehingga produksinya berkurang, selain

itu terjadi penyusutan jaringan lemak yang seharusnya berperan sebagai bantalan

di sekitar liang telinga. Hal tersebut diatas menyebabkan kulit daun telinga

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 18
maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen

juga cenderung mengumpul, mengeras dan menempel dengan jaringan kulit liang

telinga.2

Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N VII.

Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel sel rambut

penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga

terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa

berkurangnya jumlah dan ukuran sel sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi

juga pada myelin akson saraf. 2

F. Klasifikasi

Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, schuknecht dkk

menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis yaitu, (1) sensorik, (2) neural, (3)

metabolik (strial presbycusis) dan (4) mekanik (cochlear presbycusis).

1. Sensorik : Kehilangan pendengaran progresif pada frekuensi tinggi yang

muncul pada usia pertengahan. Frekuensi ujaran biasanya masih baik. Terdapat

atrofi organ Corti daerah basal koklea. (Lesi berbatas pada koklea. Atrofi organ

Corti, jumlah sel-sel penunjang berkurang). 2,4

2. Metabolik ( Strial Presbycusis) : Kehilangan pendengaran progresif di

garis ambang dengar pada audiometri mendatar yang muncul pada usia

pertengahan. Diksriminasi wicara baik sampai penyakit tahap lanjut. Terdapat

defek energi di telinga dalam. (Atrofi stria vaskularis, potensial mikrofonik

menurun, fungsi sel dan keseimbanagan bio-kimia/bioelektrik koklea berkurang.2,4

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 19
3. Neural : Kehilangan pendengaran progresifitas pada frekuensi yang lebih

tinggi sering terjadi dapat muncul pada semua usia, dan hilangnya diskriminasi

wicara yang terjadi tidak sesuai dengan derajat ketuliannya dapat disebabkan oleh

hilangnya neuron sepanjang koklea. ( Sel sel neuron pada koklea dan jaras

auditorik berkurang). 2,4

4. Mekanis (Cochlear presbycusis) : Kurva garis lurus menurun, frekuensi

yang lebih tinggi lebih sering terjadi muncul pada usia pertengahan dan

diskriminasi wicara dikaitkan dengan derajat tuli nada murni pada gangguan

mekanik duktus koklea tanpa perubahan yang terjadi secara bersamaan di koklea

atau saraf pendengaran, (terjadi perubahan gerakan mekanik duktus koklearis,

atrofi ligamentum spiralis, membaran basilaris lebih kaku). 2,4

G. Gejala klinis

Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara

perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, kapan berkurangnya

pendengaran tidak diketahui pasti.2

Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinnitus nada tinggi). Pasien

dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama

bila diucapkan dengan cepat ditempat dengan latar belakang yang bising (cocktail

party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan menimbulkan rasa nyeri di

telinga, hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).2

pada tipe sensorik ditandai dengan frekuensi yang lebih tinggi terpengaruh

tetapi diskriminasi ucapan tetap baik.8 Pada tipe neural, ditandai dengan

kehilangan pendengaran progresifitas pada frekuensi yang lebih tinggi tetapi


REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 20
hilangnya diskriminasi wicara yang terjadi tidak sesuai dengan derajat

ketuliannya. Pada tipe Strial audiometri mendatar diksriminasi wicara baik dan

pada tipe Mekanis audiogram tipe miring.8

Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk

memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat ditempat dengan latar

belakang yang bising. Fenomena recuitment positif bila semua suara tiba-tiba

menjadi tidak tertahankan ketika volume dinaikkan. Tinnitus adalah masalah lain

yang mengganggu dalam beberapa keadaan dan menjadi satu-satunya keluhan.

Pasien presbikusis dapat dibantu dengan alat bantu dengar. Mereka juga harus

memiliki pelajaran membaca isyarat visual. Penghentian merokok dan stimulan

seperti teh dan kopi dapat membantu mengurangi tinitus. 8

H. Diagnosis

Skrining Lansia (HHIE-S) adalah alat skrining subyektif yang diterima

secara luas untuk keluhan pada pendengaran. Kelainan tes bisikan ditemukan

ketika tingkat gangguan pendengaran meningkat. Hasil dari uji garpu tala Weber

tetap normal selama gangguan pendengaran simetris. Hasil pengujian Rinne

normal, karena presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural dan bukan

konduktif. Audiogram pasien dengan presbikusis biasanya menunjukkan

gangguan pendengaran frekuensi tinggi simetris bilateral.6

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 21
Gambar H.1 Audiometri presbikusis sensorik dan presbikusis neural.

Gambar H.2 Audiometri presbikusis metabolik dan presbikusis mekanik.

Pemeriksaan otoskopik, tampak membaran timpani suram, mobilitasnya

berkurang. Pada tes penala didaptkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri

nada murni menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.

Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi

2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis jenis sensorik dan neural.2

Garis Ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih

mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.

Pada semua jenis presbikusisi tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi

yang lebih rendah.2

Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskrimiasi

wicara (speech discrimination). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis

neural dan koklear .2

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 22
I. Penatalaksanaan

Gambar I.1 Alat bantu dengar Gambar I.2 Alat bantu dengar

Rehabilitasi sebagai upaya mengembaliakn fungsi pendengaran dilakukan

dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid).2

Evaluasi audiologi terkini dan akses ke alat bantu dengar adalah langkah

pertama. Untuk pasien yang pendengarannya kurang dengan alat bantu dengar,

penguat suara portabel kecil (mis. Pocket Talkers) dapat dikenakan di atas alat

bantu dengar. Amplifier portabel dapat digunakan di klinik rawat jalan, bangsal

rumah sakit rawat inap, dan di rumah untuk memastikan pemahaman pasien

tentang informasi medis.7

Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan

latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (auditory

training) prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech

therapist).2

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 23
Perawatan presbikusis terdiri dari rehabilitasi pendengaran, yang

seringkali melibatkan pemasangan untuk digital dan analog jenis alat bantu

dengar. Pasien lebih mungkin merasakan manfaat dari alat bantu dengar jika

mereka melihat gangguan pendengaran sebagai masalah. Implantasi koklea

disediakan untuk pasien dengan gangguan pendengaran berat yang tidak responsif

terhadap alat bantu dengar. Alat tambahan termasuk kelas membaca bibir;

tayangan televisi tertutup; perangkat penambah suara untuk konser, gereja, atau

pertemuan umum lainnya; dan amplifier telepon. Pendekatan gabungan yang

melibatkan pasien, spesialis gangguan pendengaran, dokter keluarga, dan kontak

dekat pasien cenderung menghasilkan rencana perawatan keseluruhan terbaik.

Topik yang disarankan untuk pendidikan pasien termasuk advokasi diri pasien

serta penggunaan alat bantu dengar yang tepat dan alat bantu lainnya.2

J. Prognosis

Harapan lambatnya perkembangan gangguan pendengaran ini harus

dikomunikasikan kepada pasien. Namun, tuli total bukan tipikal presbikusis.6

BAB lll
A. Kesimpulan

Presbikusis adalah bentuk gangguan pendengaran yang paling umum

pada orang tua, meskipun sering tidak disadari. Ini terjadi lebih sering dengan

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 24
bertambahnya usia dan pada pasien dengan riwayat keluarga yang positif.

Gangguan multifaktorial ini disebabkan oleh kombinasi degenerasi struktural dan

saraf dan kecenderungan genetik. Faktor-faktor risiko untuk presbikusis termasuk

pajanan bising, merokok, dan obat-obatan seperti antibiotik aminoglikosida, loop

diuretik, dan risiko kardiovaskular faktor-faktor seperti hipertensi.6

Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara

perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Rehabilitasi sebagai

upaya mengembaliakn fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat

bantu dengar (hearing aid). Pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan

dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar

(auditory training) prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi

wicara (speech therapist).2

DAFTAR PUSTAKA

1. Lauralee Sheerwood.Editor dr Nella Y.Fisiologi Manusia dari sel ke

sistem.Edisi 6.2012.EGC

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 25
2. Prof.DR. Soepardil AA, Sp.THT-KL(K), Prof.DR. Iskandar N, Sp.THT-

KL(K), Prof.DR. Bashiruddin J, Sp.THT-KL(K), DR. Restuti RD,

Sp.THT-KL(K).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan

Kepala dan Leher.Edisi ketujuh.Badan Penerbt Fakultas Kedokteran

Indonesi.Jakarta.2012

3. S. Paulsen. J Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Kepala,Leher, dan

Neuroanatomi.Jild 3.Edisi 23.EGC.2012

4. Lucente.E.Frank,El Har Gady. Ilmu THT Esensial.Edisi 5.Penerbit Buku

Kedokteran.2004.Jakarta.EGC

5. Papadakis A Maxine, McPHEE J Stephen.eBook Current Medical

Diagnosis dan Treatment.Fifty Eighth Edition.2019.Mc Graw Hill

Education.LANGE

6. Paul south EJ. Matheny CS.Lewis LE.ebook Current Diagnosis dan

treatmen Family Medicine.Fourth edition.2015. Mc Graw Hill

Education.LANGE

7. Anna Chang.Willams A Brie.eBook, Cyrus Ahalth, Hellen Chen, Rebecca

Conant, C Seth Landefeld Christine Ritchie, Michi Yukawa. Current

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 26
Diagnosis dan Treatment Geriatrics.Second Edition.2014.Mc Graw Hill

Education.LANGE

8. Dhingra Shruti. Dhingra PL. Diseases of ear,nose,and throat , head and

neck surgery.7th edition.2016.india

9. Nugroho PS,Wiyadi HMS. Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran

Perifer.Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr.Soetomo

Surabaya.Dep Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah

Kepala dan Leher. Jurnal THT-KL Volume 2.Nomor 2.Surabaya.2009

REFERAT │PRESBIKUSIS
│ 27

Anda mungkin juga menyukai