Anda di halaman 1dari 28

1

REFERAT PRESBIKUSIS

Oleh :

Bobi Ahmad Sahid, S.Ked, S.Kep


17360245

Pembimbing :

dr. Sri Utami Wulandari, Sp. THT-KL

KEPANITRAAN KLINIK DEPATEMEN ILMU KESEHATAN


TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA & LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD Dr. R.M. DJOELHAM KOTA BINJAI
TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN
2

REFERAT

PRESBIKUSIS

Oleh :

Bobi Ahmad Sahid, S.Ked 17360245

Salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitraan Klinik Depatemen


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Binjai, November 2017

Pembimbing

dr. Sri Utami Wulandari, Sp. THT-KL

KATA PENGANTAR
3

Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Presbikusis sebagai salah satu

syarat dalam mengikuti Kepanitraan Klinik di Departemen Ilmu Kepanitraan

Klinik Depatemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher

RSUD Dr. R.M Djoelham Kota Binjai/ Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati.

Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi

bantuan, saran, serta dukungan dalam proses penyelesaian referat ini, khususnya

kepada dr. Sri Utami Wulandari, Sp. THT-KL sebagai pembimbing.

Referat ini telah saya susun berdasarkan berbagai referensi kedokteran,

antara lain buku dan jurnal-jurnal kedokteran. Saya menyadari bahwa terdapat

kekurangan dalam referat ini. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun agar referat ini dapat lebih baik dimasa

mendatang. Semoga referat ini bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi

kita semua.

Binjai, November 2017

Penulis

BAB I
4

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Presbikusis merupakan salah satu masalah gangguan pendengaran

yang sering terjadi. Diseluruh dunia diperkirakan sekitar 30–45% masyarakat

diatas umur 65 tahun didiagnosis menderita presbikusis.1 Presbikusis adalah

gangguan pendengaran pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ

pendengaran yang terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua sisi telinga.2

Pada audiogram terlihat gambaran penurunan pendengaran yang mulai

terjadi pada nada tinggi dan bersifat sensorineural dengan tidak ditemukannya

kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.1

Di US diperkirakan sekitar 25–30% dengan usia 65–74 tahun

didiagnosis menderita gangguan dengar. Insidens ini meningkat diatas usia 75

tahun sebesar 40–50%.1 Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti,

walaupun diduga banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya presbikusis.2

Beberapa peneliti menyokong terjadinya perubahan degenerasi pada

telinga dalam yang mengakibatkan penurunan sel ganglion pada nukleus

kohlea ventral, genikulatum medial, dan olivari kompleks superior yang

mengakibatkan penurunan fungsi sel, serta ditemukannya lipofuscin pada sel

epitel dalam duktus kohlea dan sistem vestibuler. Penurunan sel ganglion

mengakibatkan kompresi pada saraf dan aliran darah kohlea yang lebih lanjut

menyebabkan perubahan pada sel rambut dan stria vaskularis. Selain itu
5

penurunan aliran darah pada kohlea dapat menghilangkan oksigenasi stria

vaskularis dan penurunan aktifitas sel rambut.1

Gangguan proses metabolisme vital pada kohlea menyebabkan

perubahan yang berarti pada sel sensorik, perubahan elastisitas duktus kohlea,

dan ligamentum spiralis yang selanjutnya menyebabkan penurunan sensitifitas

pendengaran yang mengiringi proses menua.1

Prevalensi presbikusis bervariasi, biasanya terjadi pada usia lebih dari

60 tahun. Presbikusis merupakan salah satu gangguan pendengaran yang

menjadi perhatian program penanggulangan gangguan pendengaran dan

ketulian (PGPKT). Tujuan program tersebut adalah menurunkan angka

presbikusis sebesar 30% pada tahun 2030. Diharapkan dengan program

tersebut dapat dicegah peningkatan populasi presbikusis dengan

memperhatikan faktor-faktor risikonya.2

BAB Il

TINJAUAN PUSTAKA
6

2.1 Anatomi Telinga

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar 2.1 Anatomi Telinga.

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai

membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

Liang telinga berbentuk huruf “S” dengan kerangka tulang rawan 1/3

bagian luar, sedangkan 2/3 bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.

Panjangnya kira-kira 2,5–3 cm.4

2.1.2 Telinga Tengah


7

Gambar 2.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam : berturut turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tinkgap lonjong (oval window), tingkap (round

window), dan promontorium.4

2.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin dan rumah siput

(koklea). Labirin tulang adalah serangkaian saluran didalam bagian petrosa

tulang temporalis. Didalam saluran-saluran ini terdapat labirin


8

membranosa yang dikelilingi oleh cairan yang disebut perilimfe. Struktur

membranosa ini kurang lebih mirip dengan bentuk saluran tulang. Saluran

tulang terisi oleh cairan yang disebut endolimfe, dan tidak terdapat

hubungan diantara ruang-ruang yang terisi oleh endolimfe dengan yang

terisi oleh perilimfe.7

Bagian koklea labirin merupakan saluran melingkar yang pada

manusia panjangnya 35 mm dan membentuk 2¾ kali putaran. Disepanjang

struktur ini terdapat membran basilaris dan membran reissner yang

membaginya menjadi tiga ruang (skala). Skala vestibuli dibagian atas dan

skala timpani dibagian bawah mengandung perilimfe dan berhubungan

satu sama lain di apeks koklea melalui lubang kecil yang disebut

helikotrema. Didasar koklea, skala vestibuli berakhir di fenestra ovalis,

yang tertutup oleh lempeng kaki stapes. Skala timpani berakhir di fenestra

rotundum, yakni foramen di dinding medial telinga tengah yang tertutup

oleh membran timpani sekunder yang lentur. Skala media, dan ruang

koklea tengah, bersambungan dengan labirin membranosa serta tidak

berhubungan dengan dua skala lainnya.7

Terletak diatas membrana basilaris dari basis ke apeks adalah

organ korti, yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme

saraf perifer pendengaran. Organ corti tediri dari satu baris sel rambut

dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut luar (12.000). sel-sel ini

menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat-

jungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan
9

eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel

rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung diatasnya

yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal dengan

membrana tektoria. Membrana tektoria disekresi dan disokong oleh suatu

panggung yang terleak dimedial disebut sebagai limbus.6

Bagian vestibulum telinga dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan

kanalis semisirkularis. Sakulus dan utrikulus mengandung makula yang

diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu

lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat

pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih

besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi maka gaya dari otolit

akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan

pada reseptor.6

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui sebuah duktus

sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus.

Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula

sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-

masing kanalis memiliki suatu ujung yang melebar membentuk ampula

dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu

kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan

menggerakkan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel

rambut krista dan merangsang sel reseptor.6


10

2.2 Fisiologi Mendengar

2.2.1 Mekanisme Mendengar

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani

diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang

akan mengamplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi

getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli

bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong

endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran

basilar dan membran tekoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik

yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga

kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan

sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga

melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan

potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius

sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.4

2.2.2 Ketulian

Tuli biasanya dibagi dalam dua jenis. Pertama yang disebabkan

oleh gangguan koklea atau saraf pendengaran, yang biasanya dimasukkan

dalam tuli saraf dan kedua yang disebabkan oleh gangguan mekanisme
11

telinga tengah untuk menghantarkan suara ke koklea, yang biasanya

dinamakan tuli hantaran sebenarnya bila koklea atau saraf pendengaran

dirusak total makan orang tersebut akan tuli total akan tetapi bila koklea

dan saraf masih utuh tetapi system osikular rusak atau mengalami

ankilosis kaku karena fibrosis atau kalsifikasi, gelombang suara tetap

dapat dihantarkan ke koklea dengan cara konduksi tulang seperti

penghantaran bunyi dari ujung garputala yang bergetar, yang ditempelkan

langsung pada tengkorak.9

2.2.3 Derajat Ketulian

Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher,

yaitu :4

Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz

Menurut kepustakaan yang terbaru frekuensi 400 Hz berperan

penting untuk pendengaran, sehingga perlu turut diperhitungkan, sehingga

derajat ketulian dihitung dengan menambahkan ambang dengar 4000 Hz

dengan ketiga ambang dengar diatas, kemudian di bagi 4.

Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + 4000 Hz

Dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang

dengar hantaran udaranya (AC) saja. Derajat ketulian IS0 :

0-25 dB : Normal

>25-40 dB : Tuli ringan


12

>40-55 dB : Tuli sedang

>55-70 dB : Tuli sedang berat

>70-90 dB : Tuli berat

>90 dB : Tuli sangat berat

2.3 Presbikusis

2.3.1 Definisi

Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya

terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan.

Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih. Progresifitas

penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada

laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.4

2.3.2 Etiologi

Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga

kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter,

pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup

atau bersifat multi faktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara

berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut

diatas.4

2.3.3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat (US), gangguan pendengaran terjadi seiring

dengan pertambahan usia, prevalensi berkisar 25% pada orang berusia 70

– 74 tahun, dan lebih dari 50% pada orang berusia 85 tahun atau lebih. Hal
13

yang serupa terjadi di Kanada, Patterson mencatat orang-orang berusia

lebih dari 65 tahun dilaporkan lebih dari 1/3 kelompok tersebut dideteksi

mengalami gangguan pendengaran.10

Pada Survei Kesehatan Indera Penglihatan – Pendengaran tahun

1994 – 1997 di 7 provinsi dengan 19.375 responden, didapatkan prevalensi

presbikusis sebesar 2,6% atau sekitar 6,7% dari seluruh pasien THT yang

didiagnosis dengan presbikusis.1

2.3.4 Faktor Resiko

Presbikusis diduga berhubungan dengan faktor herediter,

metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup, dan pemakaian beberapa

obat.

a. Usia dan jenis kelamin

Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60 – 65 tahun ke atas.

Pengaruh usia terhadap gangguan pendengaran berbeda antara pria dan

wanita. Pria lebih banyak mengalami penurunan pendengaran pada

frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada frekuensi rendah bila

dibandingkan dengan wanita. Perbedaan jenis kelamin pada ambang

dengar frekuensi tingg ini disebabkan pria umumnya lebih sering terpapar

bising di tempat kerja dibandingkan wanita.2

b. Hipertensi

Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi

vaskuler yang mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah

disertai peningkatan viskositas darah, penurunan aliran darah kapiler, dan


14

transport oksigen. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan sel-sel auditori

sehingga proses transmisi sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan

gangguan komunikasi. Kurang pendengaran sensorineural dapat terjadi

akibat insufisiensi mikrosirkuler pembuluh darah seperti emboli,

perdarahan, atau vasospasme.2

c. Diabetes mellitus

Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat

pada protein dalam proses glikosilasi akan membentuk advanced

glicosilation end product (AGEP) yang tertimbun dalam jaringan dan

mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah (arteriosklerosis). Proses

selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin menebal dan lumen

menyempit yang disebut mikroangiopati. Mikroangiopati pada organ

koklea akan menyebabkan atrofi dan berkurangnya sel rambut, bila

keadaan inimterjadi pada vasa nervus VIII, ligamentum dan ganglion

spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan akson maka

akan menimbulkan neuropati.2 National Survey Health USA melaporkan

bahwa 21% penderita diabetik menderita presbikusis terutama pada usia

60 – 69 tahun.2

d. Hiperkolesterol

Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan penumpukan

plak/aterosklerosis pada tunika intima. Patogenesis aterosklerosis adalah

arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara bersama. Arteroma

merupakan degenerasi lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding


15

pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning

keras bagian lipoid dalam tunika intima arteri, sedangkan arteriosklerosis

adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan penebalan

dan hilangnya elastisitas/ pengerasan pembuluh nadi. Keadaan tersebut

dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan transport oksigen.2

e. Merokok

Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang

mempunyai efek mengganggu peredaran darah, bersifat ototoksik secara

langsung, dan merusak sel saraf organ koklea. Insufisiensi sistem sirkulasi

darah koklea yang diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab gangguan

pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh saraf yang

menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral sehingga tidak

memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain.2

f. Riwayat bising

Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan

pendengaran tipe sensorineural yang awalnya tidak disadari karena belum

mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor risiko yang berpengaruh pada

derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan

per hari, lama masa kerja dengan paparan bising, kepekaan individu, usia,

dan faktor lainnya yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat

dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima akan


16

sebanding dengan kerusakan yang didapat. Hal tersebut dikarenakan

paparan terus-menerus dapat merusak sel-sel rambut koklea.2

2.3.5 Patogenesis

Ada beberapa pendapat mengenai kemungkinan patogenesis

terjadinya presbikusis, yaitu degenerasi koklea dan degenerasi sentral.2

a. Degenerasi koklea

Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang

berefek pada nilai potensial endolimfe yang menurun menjadi 20 mV

atau lebih. Pada presbikusis terlihat gambaran khas degenerasi stria

yang mengalami penuaan, terdapat penurunan pendengaran sebesar 40

– 50 dB dan potensial endolimfe 20 mV (normal 90 mV).2

b. Degenerasi sentral

Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus

auditorius meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action

potensial (CAP). Fungsi input-output dari CAP terefleksi juga pada

fungsi input-output pada potensial saraf pusat, memungkinkan

terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita

mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara buruk.2

2.3.6 Klasifikasi

Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, Gaek dan

Schuknect menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis, yaitu sensori


17

(outer hair cell), neural (ganglion cell), metabolic (strial atrophy), dan

koklea konduktif (stiffness of the basilary membrane).4

Menurut penelitian prevalensi terbanyak adalah jenis metabolik

(34,6%). Sedangkan prevalensi lainnya adalah neural (30,7%), mekanik

(22,8%) dan sensorik (11,9%).4

1. Tipe sensori

Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel

rambut dan sel penyokong organ Corti. Proses ini berasal dari bagian

basal koklea dan perlahan-lahan menjalar ke daerah apeks, hal ini

berhubungan dengan penurunan ambang dengar frekuensi tinggi.

Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari

granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis ini

adalah terjadi penurunan pendengaran secara tajam pada frekuensi

tinggi (sloping). Jenis sensori ini adalah tipe noise-induced hearing

loss (NIHL) dan banyak didapatkan pada pria dengan riwayat bising.1
18

Gambar 2.3 Audiogram sensory presbyacusis.


2. Tipe neural

Keluhan utama tipe ini adalah sulit mengartikan/mengikuti

pembicaraan. Pada audiometri tampak penurunan pendengaran sedang

yang hampir sama untuk seluruh frekuensi. Berkurangnya skor

diskriminasi bicara dengan ambang dengar nada murni yang stabil

disebut phonemic regression.1 Secara histologis tampak atrofi sel

ganglion sirals dan organ corti, kehilangan neuron tampak pada seluruh

koklea terutama daerah basiler tetapi sangat sedikit, sehingga tidak

terlihat adanya penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi. Bila

daerah apical juga terkena, maka frekuensi pembicaraan akan sangat

terhambat.1 Pada presbikusis neural, terjadi pula kehilangan neuron

secara umum yang berupa perubahan SSP yang difus dan berhubungan

dengan defisit lain seperti kelemahan, penurunan perhatian, dan


19

penurunan konsentrasi. Schuknect memperkirakan dari 35.000 total

neuron terjadi kehilangan sebesar 2.100 neuron. Gambaran klasik

adalah speech discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas

pada ganglion spiralis (cookie bite).1

Kehilangan neuron ini mulai terjadi pada usia muda yang

diturunkan secara genetik. Efek dari kehilangan neuron ini akan

memberikan gejala sampai 90% neuron tersebut menghilang pada usia

tua.1

Gambar 2.4 Audiogram neural presbyacusis.


3. Tipe strial/metabolic

Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang

pendengaran yang mulai timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung

perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan atrofi stria vaskularis.

Dibedakan dari tipe presbikusis lain yaitu pada strial presbyacusis ini

gambaran audiogramnya rata (flat), dapat mulai frekuensi rendah,


20

speech discrimination bagus sampai batas minimum pendengaran

melebihi 50 dB (flat). Penderita dengan kasus kardiovaskuler dapat

mengalami presbikusis tipe ini serta menyerang semua jenis kelamin

namun lebih nyata pada wanita.1

Gambar 2.5 Audiogram metabolic presbyacusis.

4. Tipe konduktif/mekanikal

Tipe kekurangan pendengaran ini disebabkan gangguan

gerakan mekanis di mebran basalis. Gambaran khas nya adalah

audiogram yang menurun dan simetris (ski-slope). Secara histologi

tidak ada perubahan morfologi pada struktur koklea. Perubahan atas

respon fisik khusus dari membran basalis lebih besar di bagian basal

karena lebih tebal dan jauh lebih kurang di apikal. Kondisi ini

disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder membrana basilaris

koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan


21

atrofi ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural

yang berkembang sangat lambat.1

Gambar 2.6 Audiogram mechanic presbyacusis.

2.3.7 Diagnosis

a. Anamnesis

Gejala yang timbul adalah penurunan ketajaman pendengaran pada

usia lanjut, bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat.

Umumnya terutama terhadap suara atau nada yang tinggi dan kadang

disertai tinitus.2 Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya

pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua

telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan

lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat

mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama

bila diucapkan dengan cepat ditempat dengan latar belakang yang bising

(cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul


22

rasa nyeri ditelinga. Hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf

(recruitment).4

b. Pemeriksaan fisik dan penunjang

Pemeriksaan fisik telinga biaanya normal dan tes penala

didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan timpanometri tipe A (normal),

audiometri nada murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan

simetris, terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000

Hz dan berangsur-angsur terjadi pada frekuensi yang rendah. Variasi nilai

ambang audiogram antara telinga satu dengan lainnya pada presbikusis

dapat terjadi sekitar 5 – 10 dB. Otoacoustic emission (OAE) dapat

menunjukkan fungsi koklea, sedangkan presbikusis merupakan degenerasi

koklea sehingga hasil yang didapatkan refer (emisi tidak muncul).

Pemeriksaan BERA pada presbikusis diperlukan apabila kondisi pasien

dengan kesadaran menurun atau terdapat kecurigaan tuli saraf

retrokoklear.2

2.3.8 Penatalaksanaan

Presbikusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada

presbikusis adalah tipe sensorineural dan tujuan penatalaksanaannya

adalah untuk memperbaiki kemampuan pendengarannya dengan

menggunakan alat bantu dengar. Alat ini berfungsi membantu penggunaan

sisa pendengaran untuk berkomunikasi. Alat bantu dengar baru diperlukan

bila penurunan pendengaran lebih dari 40 dB. Selain itu juga dapat

digunakan assistive listening devices, alat ini merupakan amplifikasi


23

sederhana yang mengirimkan sinyal pada ruangan dengan menggunakan

headset.1

Pada orangtua penurunan pendengaran sering disertai juga dengan

penurunan diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh proses menua

yang kemudian mengakibatkan perubahan watak yang bersangkutan

seperti mudah tersinggung, penurunan perhatian, penurunan konsentrasi,

cepat emosi, dan berkurangnya daya ingat. Adakalanya pemasangan alat

bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran

(speech reading) dan latihan mendengar (audioroty training); prosedur

pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech

therapist).1,4

Dengan demikian tidak semua penderita presbikusis dapat diatasi

dengan baik menggunakan alat bantu dengar terutama presbikusis tipe

neural. Pada keadaan dimana tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar,

penderita merasa adanya penolakkan dari teman atau saudara yang

selanjutnya akan mengakibatkan hubungan menjadi tidak baik sehingga

penderita menarik diri, jadi kurang bersosialisasi, penurunan fisik,

penurunan aktivitas mental sehingga merasa kesepian, dan akhirnya dapat

terjadi depresi dan paranoid.1

Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan

mendengar atau lip reading yaitu dengan membaca geakan mulut orang

yang menjadi lawan bicaranya. Penting juga untuk melakukan physiologic

counseling yaitu memperbaiki mental penderita. Disin harus dijelaskan


24

kepada keluarganya bagaimana memperlakukan atau mengahdapi

penderita presbikusis.1

Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagianyang

penting dalam penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar

dapat memanfaatkan sisa pendengaran semaksimal mungkin.1

Fungsi utamanya adalah untuk memperkuat (amplifikasi) bunyi

sekitar sehingga dapat :1

1. Mendengar percakapan untuk berkomnunikasi.

2. Mengatur nada dan volume suaranya sendiri.

3. Mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya.

4. Mengetahui keadaan sekelilingnya.

5. Mengenal lingkungan.

Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier

(pengeras suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga atau ear mold

(menyumbat liang telinga dan pengarah suara ke telinga tengah). Jenis alat

bantu dengar adalah model saku, model belakang telinga (behind the

ear/BTE), model dalam telinga (in the ear/ITE), model liang telinga (in

the canal/ITC), model dalam telinga seluruhnya (completely in the canal),

dan model kacamata.1

2.3.9 Prognosis

Prognosis untuk pasien presbikusis adalah kurang baik.

Perkembangan lebih lanjut dari gangguan pendengaran diperkirakan

bertambah 0,7 – 1,2 dB pertahun tergantung dari usia dan frekuensi


25

pendengaran pasien. Penyakit ini belum ada obatnya dan progresifitas

presbikusis bersifat lambat.11

Pasien dengan presbikusis diberikan edukasi agar dapat

menghindari penyebab atau mencegah perburukan gangguan pendengaran,

misalnya, paparan bising, paparan obat ototoksik, diabetes yang tidak

terkontrol dan penyakit metabolik lainnya.11

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Presbikusis adalah gangguan pendengaran pada usia lanjut akibat

proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan

simetris pada kedua sisi telinga. Pada audiogram terlihat gambaran

penurunan pendengaran yang mulai terjadi pada nada tinggi dan bersifat

sensorineural dengan tidak ditemukannya kelainan yang mendasari selain

proses menua secara umum. Presbikusis merupakan akibat dari proses


26

degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan

faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis,

infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multi faktor. Adapun faktor-faktor

risiko dari presbikusis antara lain usia dan jenis kelamin, hipertensi,

diabetes melitus, hiperkolesterol, merokok dan riwayat terpapar bising.

Patogenesis terjadinya presbikusis, yaitu degenerasi koklea,

degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme molekuler, seperti faktor gen,

stres oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal. Gaek dan Schuknect

menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis, yaitu sensori (outer hair cell),

neural (ganglion cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif

(stiffness of the basilary membrane).

Penatalaksaan presbikusis yaitu dengan pemasangan alat bantu

dengar sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran. Adakalanya

pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan

membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (audioroty

training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara

(speech therapist).
27

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi YA. Presbiakusis. Disampaikan pada Seminar Ilmu Penyakit Dalam


Bandung 13 Juli 2007. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin; 2007.
2. Muyassaroh. Faktor Risiko Presbikusis. J Indon Med Assoc Volume: 62
Nomor: 4. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. p.
155-158.
3. Snell, R. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.
4. Suwento R, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran pada Geriatri. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher.
Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2012.
5. Keith L. Moore, Arthur F. Dalley & Anne M. Agur. Essential Clinical
Anatomy. 4th edition. Lippincott Williams & Wilkins.
6. Liston S, Duvall A. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam: Buku
Ajar Penyakit THT BOEIS. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 1997.
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC;
2001.
8. Dinamic Human Anatomy, 2.0. Saladin. Anatomy & Physiology. Mc Graw
Hill Companies; 2003.
28

9. Guyton A.C. Indera Pendengaran. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran


Guyton & Hall. Edisi ke-11. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2003. p:
681-92.
10. Milstein D, Weinstein B. Amplification: The Treatment of Choice for
Presbycusis. Serial online [diunduh pada 17 November 2017] Available
from : www.geriatricsandaging.ca
11. Roland PS, Kutz W. Presbycusis Follow Up: Prognosis. Serial online
[diunduh pada 21 November 2017] Available at
http://reference.medscape.com/article/855989-followup#a2650

Anda mungkin juga menyukai