PENYUSUN :
1. Andi Abdul Azis, S.Ked (K1B1 21 013)
2. Nilam Nabilah Kusuma, S.Ked (K1B1 21 026)
PEMBIMBING :
i
HALAMAN PENGESAHAN
bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Fakultas
Menyetujui,
Pembimbing
A. Pendahuluan
periode kritis dan periode optimal. Selain itu juga penting dalam
superior, lateral lemnikus, sampai dengan otak. Tuli sensorineural dapat terjadi
Rubella adalah salah satu virus yang dapat menyebabkan tuli kongenital
rubella kongenital (SRK), aborsi, dan cacat lahir berat. Sebanyak 20% dari bayi
yang lahir dari ibu yang terinfeksi dalam trimester pertama kehamilan dapat
berisiko terjadi SRK. SRK merupakan kumpulan beberapa gejala cacat bawaan
atau trias SRK yang paling umum adalah tuli sensorineural, katarak, dan
kelainan jantung1.
B. Anatomi Telinga
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
1. Telinga Luar
kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang
tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang
aurikula sampai pada membran timpani. MAE dibagi menjadi dua bagian
yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang
merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini
melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan
perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut mengandung folikel rambut,
bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis dan
2. Telinga tengah
Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic
dibatasi oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba
tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas
ke dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan
membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
mulut kita. Saluran ini berfungsi sebagai jalur drainase untuk cairan yang
atmosfer. Saluran ini hampir selalu dalam keadaan tertutup. Apabila saluran
oleh cairan kental akibat flu dan pembengkakan jaringan di sekitar pintu
masuk tuba2.
3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas dua bagian yaitu koklea yang berperan
sehingga apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang
siput dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang
lebih kurang 3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan
tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari
arteri vertebralis. Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat
vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala tympani
vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner, skala media
skala media berisi cairan endolimfe. Komposisi ion pada cairan skala media
serupa dengan cairan intraseluler yaitu kaya kalium dan rendah natrium
sedangkan cairan pada skala vestibuli dan skala timpani serupa dengan
cairan ekstraseluler yaitu kaya natrium dan rendah kalium. Komposisi ion
merupakan struktur yang kaku karena setiap stereosilia ini memiliki jaringan
protein yang kaku. Setiap sel rambut memiliki sekitar 100 stereosilia pada
tepi apikalnya. Stereosilia ini menjadi semakin panjang pada sisi sel rambut
lebih panjang. Oleh karena itu, setiap silia membelok ke arah silia yang
lebih panjang, ujung stereosilia yang lebih kecil akan tertarik ke luar dari
ion kalium yang bermuatan positif bergerak dengan cepat dari cairan skala
membran sel rambut. Jadi, bila serat basilar berbelok ke arah skala vestibuli,
sel-sel rambut akan berdepolarisasi, dan dalam arah yang berlawanan akan
selama depolarisasi3.
dibandingkan pada bagian basal. Stereosilia sel rambut dalam pada basal
metabolik3.
sampai empat kali daripada sel-sel rambut bagian dalam, tetapi kurang lebih
90 persen serat saraf auditorik dirangsang oleh sel-sel bagian dalam bukan
sel-sel bagian luar. Meskipun demikian, jika sel-sel bagian luar dirusak
pendengaran yang cukup berat. Oleh karena itu, telah diajukan bahwa sel-sel
rambut luar dengan cara tertentu mengatur sensitivitas sel-sel rambut dalam
saraf berjalan retrograd dari batang otak ke sekitar sel-sel rambut luar.
sel rambut luar dan mungkin juga mengubah derajat kekakuannya. Efek ini
menunjukkan bahwa mekanisme saraf retrograd untuk mengatur sensitivitas
luar3.
(horizontal), tersusun saling tegak lurus satu sama lain, sehingga ketiga
dan 45 derajat ke luar, dan kanalis posterior ada pada bidang vertikal yang
kanalis serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran
krista ampularis. Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa
suatu arah, inersia cairan di dalam satu atau lebih kanalis semisirkularis
C. Fisiologi Pendegaran
telinga (auricula) dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea melewati Meatus Acusticus Eksternus . Getaran tersebut
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
1. Telinga Luar
membentuk lempeng epitel padat yaitu meatal plug (sumbat liang telinga).
Di bulan ke-7, sumbat ini luruh, dan lapisan epitel dasar meatus ikut
ujung dorsal pharyngeal arches pertama dan kedua, yang mengelilingi celah
2. Telinga Tengah
nasopharynx5.
yang baru terbentuk. Kini tympanic cavity setidaknya dua kali lebih besar
yang menempel pada stapes, disarafi oleh facial nerve, saraf pharyngeal arch
kedua5.
3. Telinga Dalam
(1) komponen ventral yang membentuk saccule dan cochlear duct dan (2)
membranous labyrinth5.
menembus mesenkim sekitar secara spiral hingga akhir minggu ke-8, saat
reuniens5.
vakuolisasi, dan terbentuk dua ruang perilifmatik yaitu scala vestibule dan
oleh vestibular membrane dan dari scala tympani oleh basilar membrane.
dengan dan sebagian ditunjang oleh prosesus tulang rawana panjang yaitu
Pada awalnya, sel-sel epitel cochlear duct tampak sama. Namun pada
baris hair cells dalam dan tiga atau empat baris hair cells luar yang
limbus dan ujungnya terletak di hair cells. Sel-sel sensori dan tectorial
oleh organ ini disalurkan ke spiral ganglion dan kemudian ke sistem saraf
sebagai kantong luar gepeng dari bagian utrikulus otic vesicle. Bagian
tengah dinding kantong luar ini pada akhirnya melekat satu sama lain dan
salah satu ujung dari setiap kanal mengalami dilatasi untuk membentuk crus
dua crus nonampullare menyatu, hanya lima krus yang masuk ke utrikulus,
sakulus. Impuls yang dihasilkan di dalam sel-sel sensorik krista dan makula
sebagai hasil dari perubahan posisi tubuh dibawa ke otak oleh vestibular
ganglion ini berasal dari krista neuralis. Kemudian ganglion terbagi menjadi
saat lahir. Prevalensi tuli kongenital di seluruh dunia dilaporkan berkisar antara
1–3 kejadian dari 1000 bayi lahir hidup. Salah satu penyebab tuli kongenital
1. Pranatal
pertama sehingga setiap gangguan atau kelainan yang terjadi pada masa
tersebut dapat menyebabkan ketulian pada bayi lnfeksi bakteri maupun virus
dan Sifilis (TORCHS) dapat berakibat buruk pada pendengaran bayi yang
akan dilahirkan4.
2. Perinatal
Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan
berat badan lahir rendah (< 2500 gram), hiperbilirubinemia, asfiksia (lahir
tidak menangis). Umumnya ketulian yang terjadi akibat faktor pranatal dan
3. Postnatal
F. Rubella
1. Definisi Rubella
,merupakan penyakit infeksi virus. Infeksi rubella jika terjadi pada bayi,
anak, atau orang dewasa tidak berakibat fatal, tetapi jika terjadi pada ibu
hamil dan virus tersebut menginfeksi janin yang sedang dalam kandungan
(CRS) 7.
2. Etiologi
Etiologi dari CRS adalah virus rubella. Tahun 1941, CRS untuk
3. Penyebaran
daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5 sampai hari
ke-7 setelah terpajan virus rubella. Dalam ruangan tertutup, virus rubella
dapat menular ke setiap orang yang berada di ruangan yang sama dengan
penderita. Masa inkubasi virus rubella berkisar antara 14–21 hari. Masa
penularan 1 minggu sebelum dan 4 hari setelah onset ruam (rash). Pada
resiko resiko serius lebih sering terjadi yaitu abortus, lahir mati dan
pada 3 bulan pertama kehamilan, Risiko menurun jika infeksi terjadi setelah
pembelahan terhambat. Dalam sekret faring dan urin bayi dengan CRS,
terdapat virus rubella dalam jumlah banyak yang dapat menginfeksi bila
bersentuhan langsung. Virus dalam tubuh bayi dengan CRS dapat bertahan
kerusakan sel akibat virus rubella dan akibat pembelahan sel oleh virus.
yang tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel kapiler. Sel
kemudian masuk ke dalam sirkulasi janin sebagai emboli sel endotel yang
Sel yang terinfeksi virus rubella memiliki umur yang pendek. Organ
janin dan bayi yang terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih rendah
daripada bayi yang sehat. Virus rubella juga dapat memicu terjadinya
janin bervariasi sesuai saat infeksi ibu selama hamil. Jika infeksi terjadi
pada 1-12 minggu, risiko infeksi janin sebesar 81%; pada 13–16 minggu,
risiko infeksi janin sebesar 54%; pada 17-22 minggu, risiko infeksi janin
sebesar 36%; pada 23–30 minggu, risiko infeksi janin sebesar 30%; lalu
meningkat hingga 60% pada 31-36 minggu; dan 100% pada bulan terakhir
kehamilan8.
adalah melalui organ sistemik pada janin manusia. Fakta ini telah
dikonfirmasi oleh tes imunohistokimia dan deteksi langsung dari RNA virus
hepar. Hepar embrio memiliki peran yang sangat penting dalam proses
yang disertai ruam. Gejala klinis untuk mendiagnosis infeksi virus rubella
0
b. Suhu tubuh >37,2 C
sendiri.
1. Definisi
infeksi virus rubella yang didapatkan dari ibu hamil yang terinfeksi
rubella6.
2. Epidemiologi
Di seluruh dunia, lebih dari 100.000 bayi lahir dengan CRS setiap
umum pada kasus ini, terjadi pada sekitar 60% kasus, terutama ketika
pendengaran pada 32% pasien dengan tuli, dan dalam penelitian yang
3. Patomekanisme
karena kombinasi kerusakan seluler akibat induksi virus rubela dan efek
virus pada pembelahan sel. Infeksi plasenta yang terjadi saat viremia pada
embriopati rubela pada masa awal kehamilan yaitu nekrosis seluler tanpa
akibat virus rubela juga dapat diinduksi karena proses apoptosis pada saat
mungkin ada pada koklea (telinga bagian dalam), N. VIII atau jalur
lapisan intima juga terjadi pada arteri sistemik besar dan sedang sehingga
menyebabkan kerusakan koklea dan kematian sel organ corti serta stria
stria vaskularis11.
4. Gejala Klinis
a. Pranatal
pada ibu hamil yang tidak pernah mendapat vaksin rubella selama
menyebabkan nekrosis pada epitel vili korionik dan sel endotel kapiler.
b. Perinatal
c. Postnatal
belakang.
yang lain.
5. Diagnosis
Untuk dapat melakukan deteksi dini pada seluruh bayi dan anak
relatif sulit, karena akan membutuhkan waktu yang lama dan biaya
berikut4:
1) Untuk bayi 0-28 hari
telinga
(exchange tranfusion)
f) Obat ototoksik
g) Meningitisbakterialis
h) Nilai Apgar 0-4 pada menit pertama; 0-6 pada menit kelima
keterlambatan perkembangan.
(ECMO).
neurofibromatosis, osteopetrosis.
i) Trauma kapitis
b. Pemeriksaan Telinga
sinus atau fistula preaurikular, bentuk dan ukuran aurikula dan patensi
telinga harus bersih. Usia neonatus yang dapat diperiksa minimal adalah
telinga tengah14.
c. Pemeriksaan Penunjang
rubella, yaitu7:
terhadap penderita.
lain.
infeksi tetapi tanpa gejala atau tanda klinis. Jika kemudian ada tanda
segera setelah lahir negatif harus diuji ulang pada usia satu bulan,
karena sekitar 20% bayi terinfeksi mungkin tidak memiliki titer yang
(misalnya pada 3, 6, dan jika perlu pada usia 12 bulan) juga dapat
Untuk bayi >12 bulan, deteksi virus rubela oleh kultur virus atau
a) BERA/ABR
Penilaian BERA4:
I - V, I - lll, lll - V )
Iatency)
intensity function )
Dikenal 3 jenis masa laten: (1) masa laten absolut dan (2) masa
dan (3) masa laten antar telinga (interaunl latency) Masa laten
gelombang yang sama pada kedua telinga. Hal lain yang perlu
relatif murah15.
-15 dB17.
pendengaran fungsional17.
tanpa faktor risiko dengan respon refer satu atau kedua sisi
6. Tatalaksana
program imunisasi6.
1) Habilitasi
keluarga penderita4.
didengar4.
ke telinga dengan mudah dibuat kembali bila anak tumbuh. Alat in-
dibawah 60 dB14.
akan tetapi ini tidak nyaman, tidak praktis dan tidak dapat
3) Implant Koklea
Merupakan perangkat elektronik yang mempunyai
saraf berat bilateral atau tuli total bilateral (anak maupun dewasa)
tidak berkembang4.
7. Pencegahan
Pencegahan CRS dapat dilakukan berupa jaga kebersihan diri dan
rubela dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, Apabila
keruangan yang terpisah dan jauh dari keluarga misalnya dibawa ke rumah
8. Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratiningrum M, Purnami N. Ketulian Pada Syndroma Rubella Kongenital
3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC. 2014.
Denpasar. 2017.
; 2(2) :130-6.
46(3) : 193-197.
9. KEMENKES RI. Pedoman Surveilans Congenital Rubella Syndrome. Jakarta
12. Soegijanto S. Kumpulan makah penyakit tropis dan infeksi indonesia jilid 6.
17 September 2021]
Pendengaran Pada Neonatus Risiko Tinggi. Sari Pediatri. Maret 2005 ; 6(4) :
149-154
17. Kusumagani H. Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir Dengan Otoacoustic
18. Muhammad IAS, Ratna DPS. Infeksi Rubela Pada Wanita Hamil. MEDULA,