OTOSKLEROSIS
PENYUSUN :
Iriamana Liasyarah Marudin, S.Ked
K1A1 15 018
PEMBIMBING :
dr. Daud Rantetasak , Sp.THT-KL
Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik Bagian Ilmu
Mengetahui:
Pembimbing,
A. PENDAHULUAN
terjadi pada pria maupun wanita dan mulai menyebabkan tuli konduktif
progresif pada awal masa dewasa. Pasien mengalami gejala gejala pada akhir
usia belasan atau awal 20-an. Meskipun biasanya bilateral, otosklerosis dapat
pula unilateral. Secara histologis, otosklerosis cukup lazim terjadi pada hampir
daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat
Politzer dengan ciri khas penyakit ini adalah fiksasi stapes dengan gangguan
1
dua kali lebih banyak daripada laki-laki. Penyakit ini ditandai dengan proses
remodeling tulang yang abnormal yaitu pada kapsul otik. Apabila lesi dari
pada koklea.3
B. ANATOMI TELINGA
yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah,
telinga dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah
struktur yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis,
2
1. Anatomi Telinga Luar
kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang
3
Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
aurikula sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5
cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian
yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang
rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior
dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini
sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada
4
Gambar 4. Gambar kelenjar pada liang telinga4
n. mandibularis. 4
tampak sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa
memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan
fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang
memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat
5). 4,5
5
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior,
medial dibatasi oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara
oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis.
6
Batas superior dan inferior MT membagi KT menjadi epitimpanium atau
ke dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan
pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan
7
dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam eminensia
Eustahcius. 4,5
Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam
tuba dan rongga TD yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin
tinggi natrium rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars
superior, pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari
8
utrikulus dan saluran semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan
apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain
akan terganggu. 5
1) Koklea
siput dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki
9
Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks
skala media dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala tympani
2) Organon Corti
pendengaran perifer terdiri dari tiga bagian sel utama yaitu sel
(gambar 9). 4
10
Gambar 9. Organon Corti. 4
3000 dan tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000.
struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat kaku dan pendek
11
3) Saraf Koklearis
ke sel rabut luar. Serabut aferen dan eferen ini akan membentuk
di girus transversus. 4
C. FISIOLOGI PENDENGARAN
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi
12
Gambar 10. Fisiologi pendengaran 6
MAE adalah tabung yang terbuka pada satu sisi tertutup pada sisi
13
Gelombang suara kemudian diteruskan ke MT dimana pars tensa
berikatan dengan stapes dan basis stapes berada pada foramen ovale.
persegi. Rasio perbedaan 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari dari
koklea. Hal ini diperlukan karena cairan memiliki inersia yang jauh lebih
yaitu sebuah reflek yang timbul apabila ada suara yang keras yang
ini menyebabkan konstraksi pada otot stapedius dan otot tensor timpani.
otot stapedius menarik stapes ke arah luar. Kondisi yang berlawanan ini
1 000 Hz. Fungsi dari mekanisme ini adalah untuk melindungi koklea
dari getaran merusak disebabkan oleh suara yang sangat keras , menutupi
14
suara berfrekuensi rendah pada lingkungan suara keras dan menurunkan
lempeng getar sehinga bila mendapat stimuli bunyi akan bergetar seperti
sel rambut dalam dan sel rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial
listrik. Potensial listrik ini akan diteruskan oleh serabut saraf aferen yang
15
Koklea di dalamnya terdapat 4 jenis proses bioelektrik, yaitu :
selalu ada pada saat istirahat, sedangkan potensial lainnya hanya muncul
skala media bersifat konstan atau direct current (DC) dengan potensial
potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia dan zat kimia
tektoria oleh pengaruh listrik akibat vibrasi suara pada silia atau sel
dengan spontan, tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan suara.
banyak pada outer hair cell. Bila terdapat rangsangan diatas nilai
rangsang suara pada nilai ambangnya, dan tidak bereaksi terhadap setiap
16
daerah foramen rotundum atau di daerah saraf auditori, memiliki
D. DEFINISI
baru tulang spongiosus dan sekitar jendela ovalis yang mengakibakan fiksasi
pada stapes sehingga menyebabkan kaki stapes menjadi kaku dan tidak dapat
E. EPIDEMIOLOGI
Pada 10% dari pasien tersebut, fokus dilokalisasi di dekat ceruk jendela oval
17
dilakukan tidak menunjukkan perbedaan. Otosclerosis merupakan penyebab
utama yang pailing banyak pada gangguan pendengaran di Eropa dan AS,
F. ETIOLOGI
secara pasti.9
bersifat heterogenetik dengan lebih dari satu gen yang menunjukkan fenotipe
otosklerosis adalah COL1A1 gen yang merupakan salah satu dari dua gen yang
18
disebutkan adanya ribonucleic acid dari virus measles pada lesi otosklerosis.
Dari kenyataan tersebut ada teori yang menyatakan bahwa infeksi virus
G. PATOGENESIS
dibagi menjadi 3 fase, fase otospongiosis (fase awal), fase transisional, dan
otosklerosis (fase lanjut). Tapi secara klinis dibagi 2 fase otospongiosis dan
Pada fase ini terjadi aktivitas dari selsel osteosit, osteoblas dan histiosit yang
spongiosis. 3,9
Pada fase selanjutnya terjadi proses sklerosis, yang terjadi jika osteoklas
terjadi pada foramen ovale di dekat kaki stapes, maka kaki stapes akan menjadi
kaku dan terjadilah tuli konduksi. Hal ini terjadi karena fiksasi kaki stapes akan
19
telinga tengah (kopling osikule) terganggu. Jika foramen ovale juga mengalami
Pada fase lanjut tuli koduksi bisa menjadi tuli sensorineural yang
ligamentum spirale. Hal tersebut bisa juga disebabkan oleh kerusakan outer
hair cell yang disebabkan oleh pelepasan enzim hidrolitik pada lesilesi
sensorineural. Bagian yang tersering terkena adalah anterior dari foramen ovale
dekat fissula sebelum fenestrum ovale. Jika bagian anterior stapes dan posterior
kaki stapes terkena disebut fiksasi bipolar. Jika hanya kaki stapes saja disebut
biscuit footplate. Jika kaki stapes dan ligamen anulare terkena disebut
obliterasi otosklerosis.3,9
H. PATOLOGI
Secara histologi proses otosklerosis terdiri dari dua fase. Fase awal
20
pemeriksaan dengan pewarnaan hematoksilin eosin didapatkan warna kebiruan
1. Otosklerosis stapedial
konduktif umumnya banyak dijumpai. Lesi ini dimulai dari depan oval
window dan area ini disebut ‘fissula ante fenestram’. Lokasi ini menjadi
predileksi (fokus anterior). Lesi ini bisa juga dimulai dari belakang oval
2. Otosklerosis koklear
3. Otosklerosis histologi
21
Gambar 11. Tipe otosklerosis stapedial. (A) Fokus anterior. (B) Fokus
I. GEJALA KLINIK
1. Pendengaran Menurun
awalnya berupa tuli konduksi dan pada tahap selanjutnya bisa menjadi tuli
22
2. Tinitus
bergemuruh, dapat juga berupa suara bernada tinggi yang dapat muncul
memberatnya ketulian
3. Paracusis Willisii
disekitarnya.
4. Vertigo
25%-30% kasus. Vertigo biasanya timbul dalam bentuk ringan dan tidak
J. DIAGNOSIS
tengah. Pendengaran terasa berkurang secara progresif dan lebih sering terjadi
bilateral. Otosklerosis khas terjadi pada usia dewasa muda. Setelah onset,
lebih banyak dari laki-laki, umur penderita antara 11-45 tahun, tidak terdapat
riwayat penyakit telinga dan riwayat trauma kepala atau telinga sebelumnya.6,7
23
Pada pemeriksaan ditemukan membran timpani utuh, kadang-kadang
adanya tuli konduksi. Rinne test negatif yang menggambarkan hantaran tulang
lebih baik dari hantaran udara. Tes weber didapatkan lateralisasi ke sisi telinga
yang lebih berat derajat tuli konduksinya. Pada kasus dengan tuli campuran
didapatkan air bone gap yang melebar pada frekuensi rendah dan ada ciri khas
yang dikenal dengan istilah Carhart Notch. Gambaran ini akan hilang setelah
24
Gambar 12. Audiogram penderita otosklerosis pada tahap awal (Carhart
refleks stapedius bisa positif atau negatif tergantung derajat fiksasi yang
25
Pemeriksaan CT Scan juga bisa digunakan sebagai sarana konfirmasi
kondisi rantai osikule sampai tulang labirin. Pada fase awal terlihat gambaran
radiolusen di dalam dan sekitar koklea yang disebut “hallo sign”. Pada stadium
K. DIAGNOSIS BANDING 10
6. Timpanosklerosis
7. Penyakit paget
L. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Efeknya mungkin berbeda, pada dosis rendah merangsang dan pada dosis
26
tulang mungkin bisa memberi harapan di masa depan. Saat ini, tidak ada
usianya.
penderita.
27
2. Operasi
otosklerosis.
pengobatan pilihan.
antara inkus dan oval window. Protesis ini dapat berupa sebuah
stapedektomi.10
28
Gambar 14. (A). sebelum stapedektomi. (B). stapedektomi dan
Gambar 15. Protesis stapes. (A) piston Teflon, (B) piston platinum
29
stapedektomi pada pasien tua (70-92 tahun) memberikan hasil yang
kestabilan yang lebih rendah dari pada pasien dengan usia lebih
stapedotomi.
1) Kontraindikasi operasi
c) Anak-anak.
30
g) Kehamilan.
2) Kompikasi stapedektomi
c) Hematotimpanum
d) Fistula perilimf
e) Tuli sensorineural
f) Labirinitis
M. PROGNOSIS
dan 9,5 dB per dekade. Penurunan frekuensi tinggi secara lambat dapat terlihat
pada follow up jangka panjang. Satu dari 200 pasien kemungkinan dapat
31
DAFTAR PUSTAKA
1. George, Adam L., Lawrence, R Boies., Peter, H Highler. 1997. Boeis : Ilmu
International Publishing
Vol.30 ( 2)
4. Nugroho, Puguh Setyo., Wiyadi, HMS. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran
Perifer. Jurnal THT-KL.Vol.2. No.2 Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
5. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed. 5
6. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC
7. Djaafar ZA, Helmi & Restuti RD. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
32
10. Dhingra PL. 2010. Otosclerosis. In: Diseases of Ear, Nose and Throat. 5t
33