Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN KASUS

I IDENTITAS

Nama : Ny. W
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : Guru SD
Alamat : Sedayu

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Suara Serak dan Nyeri Telan


b. RPS : Pasien wanita usia 47 th datang ke poli THT RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan keluhan suara serak sejak 2 minggu yang lalu dan terkadang
suara hilang jika terlalu banyak bicara karena pasien merupakan guru SD yang
sehari-harinya memang dituntut untuk berbicara banyak. Pasien juga mengeluh nyeri
tenggorokan dan nyeri untuk menelan. Pasien juga mengeluh batuk berdahak dan
warnanya encer. Pusing (-), demam (-), pilek (-).
c. RPD : Keluhan serupa (-).
d. RPK : Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa.
e. Riw. Personal sosial : merokok (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos Mentis


Vital Sign :
TD : 120/90 mmHg
Suhu : afebris
RR : 20x/menit
Nadi : 82x/menit

Pemeriksaan fisik
Kepala: conjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, sklera ikterik (-/-)
Leher : dbn
Jantung : suara S1 dan S2 reguler, bising (-), wheezing (-/-)
Abdomen : bunyi usus (+) normal, supel, timpany (+)
Ekstrimitas : hemiparesis (-), oedem (-)

STATUS LOKALIS
Telinga
Auricula Dextra Auricula Sinistra
Inspeksi :
Deskuamasi - -
Otore - -
Serumen - -
Tumor - -
Edema - -
Hiperemis - -
Kelainan Kongenital - -
Benjolan pada telinga luar - -
Palpasi
Tragus Pain - -
Nyeri Tarik Auricula - -
Pembesaran kelenjar limfe - -
retroaurikuler dan preaurikuler

Hidung
Nasi Dextra Nasi Sinistra
Inspeksi :
Deformitas - -
Deviasi Septum - -
Edema - -
Kelainan Kongenital - -
Jaringan Parut - -
Hiperemis - -
Tumor - -
Discharge - -
Palpasi
Nyeri tekan dorsum nasi (-)
Nyeri tekan frontalis (-)
Krepitasi (-)
Edema (-)
TENGGOROK
Inspeksi :
Pada labia tidak terdapat kelainan
Lidah kotor dan hiperemis (-)
Mukosa lidah dalam batas normal
faring dan tonsil hiperemis (+) dan terdapat eksudat
Uvula simetris, hiperemis (+)
Palpasi :
Kelenjar submandibula oedem (-), nyeri tekan (-)
Laringoskopi Indirek :
Plika vokalis hiperemis
Oedem (-)

IV. DIAGNOSIS
Laringitis Akut

V. DIAGNOSIS BANDING
Faringitis Akut
Tonsilofaringitis Akut

VI. TERAPI
Dexametason tab mg 0,5 2x1 selama 5 hari
Vit C tab mg 500 2x1

Edukasi pasien:
Istirahat yang cukup.
Makan makanan yang lunak, bergizi, hindari makanan yang berminyak misal
gorengan
Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
Hindari asap rokok, debu, dan polutan.
Hindari batuk terlalu keras
PEMBAHASAN

LARINGITIS AKUT
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza
(tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus
dan Streptococcus pneumonia.
ANATOMI
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.1 Berikut ini akan
ditampilkan laring secara anatomi. Gambar 1. Laring 4 Bentuk laring menyerupai limas segitiga
terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian
bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.1 Struktur
kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang
berpasangan ataupun tidak.
Komponen utama pada 2 struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti
perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan
dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah
os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago
tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina
terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing
kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan
prosessus muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari
korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita
suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk
glotis.
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola
pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain
itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi
yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis. Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot
ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot
ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi
menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot
intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis
dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk
teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang
dan menegangkan korda vokalis.
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan
nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf
motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus
superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior
dan inferior.
FISIOLOGI
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan,
emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda
asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara
bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga
dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar
kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai
fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring
bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke
hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan
dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
ETIOLOGI
1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),
rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella
catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
pneumoniae.
2. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3. Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
5. Bahan kimia
6. Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi
PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan
pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat.
Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya.
Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan
memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu
tubuh.
GEJALA KLINIS
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau
suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah 5 dari suara yang biasa / normal
dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan
kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali
(afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang
tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih
dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung
atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger,
sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan pada laring disebut laringoskopi. Ada 2 macam laringoskopi :

1. Laringoskopi langsung : Pemeriksaan laring secara visual langsung dengan menggunakan


laringoskopi atau alat lain sebagai laringoskop.

2. Laringoskopi tidak langsung : Cara melihat laring secara tidak langsung dengan bantuan
kaca laring.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder,
leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
DIAGNOSA BANDING
1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia
PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi
masuk rumah sakit apabila :
Usia penderita dibawah 3 tahun
Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam
bentuk semprotan hidung atau nasal spray
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila
ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / 7 analgetik, hidung tersumbat dapat
diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin
dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yang adekuat yakni :
ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari,
intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu
dapat diberikan kortikosteroid berupa deksametason untuk pasien dengan laryngitis yang
signifikan yang memiliki rasa sakit dan kesulitan menelan, kursus singkat steroid dapat
digunakan untuk mengurangi peradangan dan memperpendek perjalanan gejala.dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil
maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat
tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan
akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan
mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan
kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan
terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga
akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.
PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal
ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.
KESIMPULAN
Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang
biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang
dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak kurang dari 3
tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga
obstruksi jalan nafas yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan
mengalami obstruksi total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada
anak.
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi
karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia,
merokok dan minum-minum alkohol dan alergi. Adapun gejala klinis yang sering kita temukan
pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas
bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan
inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru.
Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang
dapat mengancam jiwa anak. Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian
antibiotik yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis akut tidak perlu
dirawat dirumah sakit namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur
kurang dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau 9 axhausted, diagnosis penderita
masih belum jelas dan perawatan dirumah kurang memadai. Prognosis untuk penderita laringitis
akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya
pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga
dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan
endotrakeal atau trakeostomi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190- 200
2. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931&
Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
4. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
6. Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In ByronHead and Neck
surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9
7. Adam, GL. Boies LR. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.

8. Hermani,B. Abdurrachman, H. Cahyono, A. Kelainan Laring dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
9. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill. 2003.
10. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2013.-305.

Anda mungkin juga menyukai