2011730123
2011730124
2011730133
2011730134
2011730138
2011730139
2011730142
2011730153
2011730164
2011730170
2011730182
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan tutorial ini.
Tujuan pembuatan laporan tutorial ini adalah sebagai syarat kelengkapan nilai
SISTEM KEDOKTERAN KOMUNITAS pada semester ini. Selain itu, agar dapat
memahami secara mendalam mengenai materi yang telah didiskusikan selama diskusi
mandiri.
Dalam laporan ini telah dijelaskan tentang Penyakit Akibat Kerja pada Sistem
Kedokteran Komunitas, karena itu laporan ini sangat berguna untuk pengetahuan kami
dan pembaca. Mungkin laporan ini belum sempurna sebagaimana mestinya, tetapi
kami sudah berusaha dalam menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya. Kami
berharap laporan ini dapat berguna bagi kami dan pembaca.
Terima kasih kepada tutor kami yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan ini serta kekompakan anggota kelompok. Dalam membuat
laporan ini, kami mengambil sumber-sumber dari buku, slide dan internet sehingga
penulis bisa menjawab dan mendapatkan informasi-informasi yang kami butuhkan
dalam laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Skenario
IDENTITAS PASIEN
Tn. Saptoni, 42 tahun, Kedudukan dalam keluarga : keponakan KK, Islam, SLTP,
Penjual sayur di pasar, Menikah dengan 2 anak perempuan berusia 10 dan 4 tahun
KU : nyeri, kaku dan pegal pada pinggang dan kadang juga, pada daerah lengan bila
lelah sehabis bekerja sejak sekitar 2 tahun lalu, selain itu juga mengeluhkan nyeri ulu
hati berulang, dan memberat sejak 4 hari lalu. RPS : Nyeri ulu hati berulang sejak
sekitar 3 4 tahun lalu jika makan tidak teratur. Nyeri ini memberat sejak 2 hari lalu,
setelah os mengkonsumsi puyer obat sakit kepala karena sakit kepala berdenyut. Nyeri
tidak menjalar, terasa perih, sendawa terasa asam. Biasanya os berobat ke dokter atau
puskesmas, dan diberikan obat maag, sehingga keadaannya membaik, namun akan
kembali kambuh bila terlambat makan. Selain itu sejak 2 hari lalu os juga mulai batukbatuk kering. Sebelumnya tidak ada riwayat batuk lama berulang, keringat malam --,
BB tidak menurun, nyeri menelan --- Os juga mengeluh nyeri, kaku dan pegal pada
pinggang dan kadang juga pada daerah lengan bila lelah sehabis bekerja sejak sekitar 2
tahun lalu. Biasanya mengkonsumsi obat warung seperti neorheumacyl atau jamu
pegal linu akan hilang. Nyeri pinggang tidak menjalar, hanya di daerah sekitar
pinggang, terasa kaku, dan pegal saja, serta tidak ada gangguan dalam melakukan suatu
gerakan. Riwayat trauma disangkal. Riwayat penyakit dahulu (-) Riwayat penyakit
dalam keluarga
DHF, dan pada saat itu diketahui menderita vlek pada paru, kemudian diterapi selama 1
tahun dan dinyatakan sudah sembuh. Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga.
Riwayat Kebiasaan: Rokok (-), alkohol (-).
ANAMNESIS OKUPASI
1. Jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Tempat Kerja
digunakan
1.Kenek tukang
batu
Masa
Kerja
2.Tukang sayur di
pasar
Pasar berjarak 10
15 tahun
menit berjalan
kaki dari rumah
mengatakan penghasilan sebagai penjual sayur hanya sekitar Rp 15 20.000,- per hari
dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga istri sering bertengkar dengan os,
dan menyebabkan os merasa stres dan tertekan, sehingga berusaha mencari pekerjaan
ke Jakarta.
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : Sakit ringan, CM, TD : 160/100 mmHg, Nadi : 88 x / menit, Nafas : 20 x / menit,
Suhu : afebris. BB : 65 kg, TB : 167,5 cm, BMI : 23,21. Punggung bawah : Inspeksi :
tulang belakang tidak tampak deformitas, pergerakan dbn, Palpasi : nyeri tekan (-), otot
teraba agak tegang di area L1 5, Perkusi : nyeri ()-), Tes Laseque (-), Tes Patrick (-),
Tes kontra Patrick (-), Refleks fisiologis dbn, Refleks patologis (-), Lain-lain :
Normal.
Resume kelainan yang didapat :
Tuan S, 42 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati berulang sejak 3 4 tahun lalu
terutama jika makan tidak teratur. Nyeri ulu hati ini memberat sejak 4 hari lalu, dan
sejak 2 hari lalu juga disertai batuk kering. Selain itu os juga mengeluhkan nyeri
pinggang bawah sejak sekitar 2 tahun lalu yang timbul sehabis berjualan sayur di pasar.
Biasanya dengan istrihat nyeri akan berkurang atau hilang, dan bila tidak biasanya os
mengkonsumsi neorheumacyl atau jamu pegal linu. Pada palpasi teraba otot paraspinal
agak tegang. Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, pembesaran
kelenjar supraclavicular sinistra berdiameter 2 cm, agak keras, dapat digerakkan, tapi
tidak ada riwayat demam dan penurunan berat badan. Os juga mengeluh sering stres
dengan masalah ekonomi dan keluarga karena penghasilan yang kurang (SCL 90 =
179).
Kode :
Identitas Penderita.
Nama
: Tn. Saptoni
Umur
: 42 tahun
Kedudukan dalam
Keluarga
: 1. KK.
4. Orang tua.
2. Isteri.
3. Anak.
5. Keponakan.
6. Lain-lain.
Jenis Kelamin
: 1. Laki-laki.
2. Perempuan.
Agama
: 1. Islam.
2. Protestan.
4. Budha.
3. Katolik.
5. Hindu.
Pendidikan
Tinggi
Pekerjaan
Perusahaan
2. Janda/Duda
3. Belum menikah.
Tanggal kunjungan :
II.
Riwayat Penyakit .
Tanggal :
1. Keluhan Utama : nyeri, kaku dan pegal pada pinggang dan kadang juga
pada daerah lengan bila lelah sekitar sejak 2 tahun yang lalu
2. Riwayat perjalanan penyakit sekarang : Nyeri ulu hati berulang sejak sekitar
3 4 tahun lalu jika makan tidak teratur. Nyeri ini memberat sejak 2 hari
lalu. 2 hari yang lalu batuk kering , keringat malam, nyeri menelan
:-
III.
Riwayat Pekerjaan.
1. Jenis Pekerjaan :
Jenis
Bahan / material yang
Pekerjaan
1.Kenek
Tempat Kerja
digunakan
Batu bata, semen, batu, pasir
tukang batu
Masa
Kerja
2.Tukang
sayur di pasar
Pasar berjarak 10
15 tahun
menit berjalan
kaki dari rumah
IV.
Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Fisik (secara umum).
1. Keadaan umum : Composmentis
2. Tanda vital
: - Tekanan darah
- Frekuensi nadi
: 160/100 mmHg
: 88x/menit
:afebris
: - Berat badan
- Tinggi badan
- BMI
: 65 kg
: 167,5cm
: 23,21
: Kurang
- Kesan
Cukup
Lebih
b. Pemeriksaan Klinis.
4. Kelenjar limph
: - Leher
- Axilla
:
:
normal / membesar.
normal / membesar.
- Groin
normal / membesar.
- Inguinal
normal / membesar.
5. Mata
- Pupil
:
:-
:-
- Conjunctiva
:-
- Bola mata
:-
- Visus
:-
- Persepsi warna
:-
- Binocular vision
:-
6. Hidung
:-
7. Gigi / Gusi
: 87654321
87654321
87654321
87654321
8. Tenggorokan
:-
9. Leher
10. Thorak
::-
11. Abdomen
:-
:-
13. Anorectal
:-
V.
Pemeriksaan Laboratorium.
Laboratorium rutin
Laboratorium Khusus
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Non-Lab
:: : :-
Kaki
Kanan
-
Kiri
-
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
Pertanyaan
1.
2.
3.
Keterangan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pembahasan
1. Jelaskan Hukum (UU) yang melindungi keselamatan kerja !
KESELAMATAN KERJA
Undang-undang Nomor I Tahun 1970
tempat kerja;
c. orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar
Indonesia.
(5) Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
(6) Pegawai Pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(7) Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga tehnis yang berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
BAB II
Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran, atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana
dilakukan pekerjaan persiapan;?
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;???
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di
permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat tehnis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar pilem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja ruanganruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan
atau kesehatan yang bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan
dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).
BAB III
Syarat-syarat
Keselamatan Kerja
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecela- kaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan
dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
Pasal 6
(1) Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan
banding kepada Panitia Banding.
(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lainlainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi
menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,
secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.
BAB V
Pembinaan
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat
kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(1) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran
serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama dalam kecelakaan.
(2) Pengurusa diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuanketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
BAB VI
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
BAB XI
Ketentuan-kententuan Penutup
Pasal 15
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undangundang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang ini
mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-undang
ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum
dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undangundang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang
ini.
Pasal 18
Undang-undang ini disebut Undang-undang Keselamatan Kerja dan mulai berlaku pada hari
diundangkannya.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
2. Jelaskan alur diagnosis pada skenario!
1. ANAMNESIS
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan kemungkinan
diagnosa Low Back Pain.
1. Apakah terasa nyeri ?
2. Dimana terasa nyeri ?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?
4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)
5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?
6. Adakah keluhan lain?
7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?
8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?
9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi
sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh
bawah, kekuatan dan refleks-refleks
1. Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Berjalan dengan menggunakan tumit.
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
2. Sensorik.
a. Nyeri dalam otot.
b. Rasa gerak.
3.Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
4. Test-Test
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0 ) didorong ke arah
kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh 90.
muka
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka.
Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.
punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau
CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu
oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi
merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis
spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar
X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan
diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada
otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray
3 dimensi.
4. Faktor Ergonomi
Ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dan tubuh manusia. Ini berarti
mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan
mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri
Pekerjaan kenek batu :
- Repetitif (berulang)
- Posisi kerja
- Lifting / Mengangkat
- Lingkungan pekerjaan yang buruk
Pekerjaan tukang sayur :
- Repetitif (berulang)
- Posisi kerja : Berdiri terlalu lama pada saat menjual sayuran
- Lifting/Mengangkat
- Lingkungan pekerjaan yang buruk
5. Faktor Psikososial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis
ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.
Pekerjaan kenek batu :
- Lokasi kerja yang tidak pasti
- Tuntutan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
Pekerjaan tukang sayur :
- Tuntutan untuk menjual sayuran sebanyak-banyaknya
- Masalah dalam keluarga juga dapat menciptakan stress yang berhubungan dengak
kinerja di tempat kerja
6. Faktor Lifestyle
-
- Kurangnya berolahraga
Ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada skenario yaitu Hipertensi dan Dispepsia
Dewasa
Laki Laki
Wanita
Laki Laki
Wanita
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
40
10
15
10 - 12
15 - 18
10
10 - 15
6-9
kali
Terus
menerus
Menurut kepustakaan berat beban yang diangkat pasien yaitu 30 40 kg melebihi beban
angkat yang digunakan untuk pekerjaan angkat beban berulang atau terus menerus, dan
pekerjaan itu telah dilakukan selama 15 tahun tanpa adanya hari libur.
Pengetahuan
Pengetahuan tentang ergonomi memiliki peranan penting dalam terjadinya kasus
Low Back Pain (LBP). Orang yang memiliki pengetahuan yang minim mengenai
ergonomi akan lebih rentan terkena Low Back Pain (LBP). Karena rendahnya
pengetahuan ini, maka orang akan melakukan aktivitas-aktivitas yang tanpa
sepengetahuannya akan menjadi faktor risiko Low Back Pain (LBP).
Postur Tubuh
Postur tubuh menjadi faktor pendukung Low Back Pain (LBP). Kesalahan postur
tubuh dapat menyebabkan kelainan, seperti skoliosis, kifosis, dan lordosis dapat
menyebabkan tegang otot. Otot yang tegang dan kaku akan meningkatkan
terjadinya kasus Low Back Pain (LBP).
Psikososial (Depresi dan Stress)
Stress yang terjadi baik akibat beban pikiran, pekerjaan yang terlalu berat dapat
memicu stress. Stress akan menimbulkan rasa tegang pada kepala, leher, serta
pinggang. Ketegangan yang terjadi pada otot maupun saraf di bagian tulang
belakang bawah akan meningkatkan terjadinya nyeri pinggang. Depresi dapat
diakibatkan antara lain oleh stress yang terlalu berat. Ketika seseorang mengalami
depresi, maka tubuhnya akan lemah dan mengalami gangguan-gangguan pada
organ, antara lain kelemahan tulang, nyeri di bagian-bagian tubuh, termasuk nyeri
pinggang.
2. Faktor Kerja
Heavy Physical Work
Tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan
sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot,
kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainya.
Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja
disuatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin
lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini
maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP. Hal ini merupakan faktor
risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama bekerja. Dapat berupa masa
kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa
kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk
meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis
pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.
Postur Tubuh pada Pekerja
Postur dinilai ketika didapatkan adanya faktor risiko pada pekerja menimbulkan
cedera musculoskeletal yang secara visual ataupun keluhan yang dialami pekerja
tersebut. Dengan adanya penilaian terhadap postur tubuh dapat mengurangi
adanya risiko terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Untuk melakukan
peneliaian postur tubuh dapat menggunakan beberapa metode yaitu antara lain :
OWAS (Ovako Working Posture Analysis System), RULA (Rapid Upper Limb
Assesment), REBA (Rapid Entei Body Assesment), dan QEC (Quick Exposure
Check) (Dina, 2009).
Pengendalian Low Back Pain (MSDs)
Controlling atau pengendalian terhadap MSDs dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu juga dapat dilakukan perubahan
metode kerja, menata ulang peralatan dan area kerja untuk mengurangi resiko MSDs, libatkan
karyawan untuk memberikan ide-ide agar sistem kerja menjadi lebih baik sehingga produktivitas
kerja dapat meningkat.
Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et al,1997):
A. Mengurangi
atau
mengeliminasi
kondisi
yang
berpotensi
bahaya
menggunakan
pengendalian teknik.
B. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang sering disebut pengendalian
administratif.
C. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan
pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut adalah:
o Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping;
o Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan,karena
dapat meningkatkan risiko cidera;
o Jangan ragu meminta tolong pada orang;
o Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.
statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan
faktor resiko timbulnya LBP.
d. Pekerjaan yangmembutuhkantenaga (forceful exertions) atau beban
Force atau tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga
besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan
sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan
otot, tendon, dan jaringan lainnya.
2. Faktor Individu (Personal Factors)
Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadi musculoskeletal disorder. Berikut
adalah beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh terhadap kejadian MSDs:
a. Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja
disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lana
waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka
semakin besar pula risiko untuk mengalami.
Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama
bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu
profesi tertentu. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang
pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders, terutama untuk
jenis pekerjaan yang menggunakan
b. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi
degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut
tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya
gejala MSDs. Chaffin (1979) dan Gue et al (1995) menyatakan bahwa pada umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Pada usia 35,
kebanyakan orang memiliki episode pertama mereka kembali sakit [Guo et al. 1995;
Chaffin 1979]. Menurut Riihimaki et al (1989) menjelaskan umur mempunyai hubungan
yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan
beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya
keluhan otot. Grandjean (1993), menyebutkan bahwa umur 50-60 tahun kekuatan otot
menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris motoris menurun sebanyak 60%.
Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60 tahun tinggal mencapai
50% dari umur orang yang berumur 25 tahun.
Menurut Corg, insiden tertinggi LBP terjadi pada usia antara 15 55 tahun, tetapi
serangan ulang dan kecacatan akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Horzjl
dan Rowe menemukan bahwa serangan ulang terjadi pada usia 20 40 tahun. Bigos dkk
mendapatkan bahwa usia 31 40 tahun adalah usia yang sangat rentan untuk teradinya
LBP.
Selain itu, beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa usia tidak
berhubungan dengan keluhan MSDs (Herberts et al., 1981; Punnet at al., 1985 dalam
Soleha 2009). Karena umur merupakan faktor konfounding dalam masa kerja maka
faktor ini harus disesuaikan untuk menentukan hubungan dengan pekerjaan tersebut.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini
terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus
musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. (NIOSH,
1997). Hasil penelitian Bettie et al. (1989) menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot
wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan,
punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang et al. (1993), Bernard
et al. (1994), hales et al. (1994), dan Johansonb(1994) yang menyatakan bahwa
perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3.
d. Kebiasaan Merokok
Beberapa penelitian telah menyajikan bukti bahwa riwayat merokok positif
dikaitkan dengan MSDs seperti nyeri pinggang, linu panggul, atau intervertebral disc
hernia [Finkelstein 1995; Owen dan Damron 1984; Frymoyer et al.1983; Svensson dan
Anderson 1983; Kelsey et al.1984]. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya
dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi
merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Meningkatnya
keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.
Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti
merokok selama setahun memiliki risiko LBP sama dengan mereka yang tidak merokok.
Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya
untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk
melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena
kandungan oksigen dalam darah rendah. Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan
yang signifikan antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya
untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula
menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan
nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Bernard et al, 1997; De
Beeck &Herman, 2000) Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus,
pak per hari.
Jenis perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
a. Perokok Ringan : Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per
hari.
b. Perokok Sedang : Disebut perokok sedang jika menghisap 10 20 batang per hari.
c. Perokok Berat : Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang perhari.
Dalam sebuah penelitian Finlandia usia 30-64, [Makela et al. 1991], nyeri leher
ditemukan secara signifikan berhubungan dengan merokok saat ini (OR 1.3, CI 95% 11,61) ketika model logistik telah disesuaikan untuk usia dan jenis kelamin. Beberapa
penjelasan untuk hubungan yang telah dirumuskan.Satu hipotesis adalah bahwa nyeri
punggung disebabkan oleh batuk dari merokok. Batuk meningkatkan tekanan perut dan
tekanan intradiscal dan meletakkan beban pada tulang belakang. Beberapa studi telah
mengamati hubungan tersebut [Deyo dan Bass 1989; Frymoyer et al. 1980; Troup et al.
1987]. Mekanisme lainnya yang diusulkan meliputi nikotin yang masuk melalui aliran
darah ke jaringan danberkurangkekuatannya [Frymoyer et al.1983] dan merokok
menyebabkan kandungan mineral tulang berkurang sehingga menyebabkan
microfracture.
e. Kebiasaan Olahraga
Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan puluh persen
(80 %) kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan
(tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak
mampu menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi
oleh tingkat kesegaran jasmani. Berdasarkan laporan dari NIOSH yang dikutip dari hasil
penelitian Cady et al (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang
rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1 % tingkat kesegaran jasmani yang
sedang risiko terjadinya gangguan otot rangka adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran
jasmani yang tinggi maka risiko untuk terjadinya keluhan otot rangka 0,8%. Penelitian
yang dilakukan Rahmat (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara kejadian low back pain dengan kebiasaan olahraga dengan p value 0,029.
f. Tinggi badan
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Penelitian Heliovaara (1987), yang dikutip
NIOSH (1997) menyebutkan bahwa tinggi seseorang berpengaruh terhadap timbulnya
herniated lumbar disc pada jenis kelamin wanita dan pria. Schierhout (1995), menemukan
bahwa pendeknya seseorang berasosiasi dengan keluhan pada leher dan bahu. Pada tubuh
yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak
mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan.
Apabila diperhatikan, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih
disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik
beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Tarwaka et al, 2004).
g. Obesitas
Obesitas atau kegemukan menurut dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang menunjukkan terjadinya penimbunan lemak berlebihan di jaringan lemak tubuh.
Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan
kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan.
Kelebihan tersebut disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang dikatakan obesitas apabila
mempunyai berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Berat badan yang berlebihan
(overweight / obesitas) menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi
seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan bertambah
yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebrata, hal ini merupakan
resiko terjadinya LBP.
3. FAKTOR LINGKUNGAN
a. Getaran (vibrasi)
Getaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian arus bolak balik, arus mekanis
bolak balik, dan pergerakan partikel mengitari suatu keseimbangan, merupakan sebagian
kecil yang dikemukakan. Karakteristik getaran ditinjau darifrekuensi dan intensitas.
Frekuensi getaran mengacu pada frekuensi bolak balik per detik dan diukur dalam satuan
hertz (Hz). Intensitas diukur dengan berbagai cara, seperti puncak amplitude, kecepatan
tertinggi, dan pecepatan. Reaksi fisiologis tubuh terhadap getaran tergantung pada
frekuensi dan intensitas. Getaran juga dibedakan menjadi getaran seluruh tubuh dan
getaran yang terlokalisir. Getaran seluruh tubuh ditransmisikan ke tubuh terutama melalui
bokong, misalnya saat seorang operator menduduki tempat duduk yang bergetar. Tetapi
getaran seluruh tubuh juga dapa terjadi saat getaran memasuki tubuh melalui lengan dan
tungkai. Getaran seluruh tubuh beraibat pada seluruh tubuh dapat bersumber dari
berbagai jenis kendaraan atau peralatan berat termasuk mobil, truk, bis, kereta api,
pesawat terbang, dan mesin mesin untuk konstruksi bangunan. Pajanan getaran
setempat terutama berasal dari peralatan mesin genggam yang bergetar.
b. Temperatur ekstrim
Temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja sensor tubuh,
aliran darah, kekuatan otot dan keseimbangan. Sedangkan temperatur bekerja yang tinggi
dapat menyebabkan pekerja cepat merasa lelah.
PENGENDALIAN PAK
1. Pengendalian melalui perundang-undangan (Legislative Control), beberapa undang-undang
tersebut antara lain :
a. UU No. 13 tahun 203 tentang ketenagakerjaan
b. Petugas Kesehatan non Kesehatan, UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 140/05 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja
2. Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control)
a. Persyaratan penerimaan tenaga kerja/karyawan yang meliputi batas umur, jenis kelain
dan syarat kesehatan.
b. Pengaturan jam kerja
c. Penyusunan SOP (standar Operating Procedures)
d. Pelaksanaan prosedur keselamatan kerja
e. Pemeriksaan secara berkala terhadap penyebab kecelakaan kerja dan upaya prventif
3. Pengendalian secara teknis (Engineering Control)
a. Subtitusi bahan, alat dan proses kerja yang berbahaya menjadi yang lebih aman
b. Penggunaan alat pelindung diri
tersebut juga memberikan dasar untuk kompilasi bagi mortalitas nasional dan morbiditas
nasional oleh negara-negara anggota WHO (WHO, 2012). Klasifikasi
dapat
di
definisikan
sebagai
dari
penyakit
ICD-10
Konferensi international untuk revisi ke-10 ICD diselenggarakan di Jeneva dari 26 Sepetember
hingga 2 Oktober 1989 merekomendasikan bahwa WHO harus menyokong konsep proses
pembaharuan pada revisi dan memberikan cara bagaimana mekanisme pembaharuan dapat
dilaksanakan (WHO, 2012).
Tiga volume dari ICD-10 diterbitkan antara 1992 dan 1994 dan digunakan anggota WHO sejak
1995 (WHO, 2012). Walaupun pembaharuan pertama dari klasifikasi telah disetujui
pada pertemuan tahunan WHO Collaborating Centres for the Family of International
Classification tahun
1996,
namun
mekanisme
formal
terkini
untuk
proses
Updating and Revision Committee (URC) (WHO, 2012). Konsep MRG dikembangkan pada
tahun 1997
dan
mulai
interpretasi ICD untuk mortalitas pada tahun 1998. MRG juga membuat rekomendasi
untuk pembaharuan ICD kepada URC (WHO, 2012). URC didirikan pada tahun 2000 dan
menerima proposal dari MRG dan anggota-anggota WHO melalui WHO Collaborating
Centres for the Family of International Classification. URC menilai proposal dan
memberikan rekomendasi kepada ketua dari pusat kolaborasi yang lalu memberikan
rekomendasi ke WHO (WHO, 2012).
Tujuan dan Dampak ICD-10
Tujuan
ICD
adalah
untuk
mempromosikan
perbandingan
internasional
dalam
dari
ICD
diimplementasikan
secara
berkala
system
A90-A99 :Arthropod-borne
iral
fevers
and
viral
haemorrhagic fevers
B00-B09 : Viral infections characterized by skin and
mucous membrane lessions
B15-B19 : Viral hepatitis
C00-C75: Malignant
neoplasms,
stated
or
presumed
to
be
C76-C80:
Malignant
neoplasms
of
ill
-defined,
seconda
and
unspecified sites
E40-E46 : Malnutrition
nervous system
G70-G73: Diseases of myoneural junction and muscle
H00-H06 : Disorders
of
eyelid,
lacrimal
H40-H42: Glaucoma
H43-H45: Disorders of vitreous body and globe
H46-H48: Disorders of optic nerve and isual pathways
H49-H52: Disorders of ocular muscles, binocular
accomodation and refraction
movement,
elsewhere classified
I95-I99: Other and unspecified disorders of the circulatory system
10.
11.
K70-K77:Diseases of liver
12.
tissue
L60-L75: Disorders of skin appendages
L80-L99: Other disorders of the skin and subcutaneous tissue
M00-M99 : Diseases of the musculoskeletal system
Inflammatory
M05-M14:
polyarthropathies
M15-M19: Arthrosis
M20-M25: Other joint disorders
M40-M54 : Dorsopathies
M40-M43:Deformingdorsopathies
M45-M49:Spondylopathies
M50-M54:Otherdorsopathies
13.
N00-N99
14.
O00-O99
O80-O84: Delivery
15.
P00-P96 : Certain conditions originating in the
perinatal period
P00-P04 : Fetus and newborn affected by maternal factors and by
complications of pregnancy, labour and delivery
perinatal period
P35-P39: Infections specific to the perinatal period
16.
Q00-Q99 : Congenital malformations, deformations
and chromosomal Abnormalities
Q00-Q07 : Congenital malformations of the nervous system
Q65-Q79
musculoskeletal system
Q80-Q89 : Other congenital malformations
Q90-Q99 : Chromosomal abnormalities, not elsewhere classified
Congenital
malformation
and
deformations
of
the
17.
R00-R99 : Symptoms, signs and abnormal clinical
and laboratory findings, not elsewhere classified
R00-R09: Symptoms and signs involving the circulatory and
respiratory systems
site
1
2
3
Nasihat untuk tetap aktif dalam bekerja dan beraktivitas, kecuali dalam hal
aktivitas fisik berat seperti mengangkat benda berat dan lainnya.
Pemberian analgetik seperti Paracetamol dan NSAID.
Dilakukan manipulasi hanya dalam episode 4-6 minggu pertama.
Diperlukan multidisiplin ilmu untuk penatalaksanaan NPB.
Non Medikamentosa
2.
Terapi Farmakologi
tekanan darah baru mencapai level yang diinginkan dengan kombinasi 2 - 4 macam
kombinasi obat.
Fit to Work
Menetapkan kelayakan seorang pekerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dari aspek medis, dengan memperhitungkan aspek job-related dan fit the job
to the men
Tujuan Utama Fitting the Job to the Men
Memastikan bahwa seorang individu dapat melakukan tugas dalam pekerjaannya secara
efektif tanpa menimbulkan risiko bagi dirinya sendiri maupun pekerja lainnya.
Mengapa Diperlukan Assesment Medis untuk FTW?
1.
2.
3.
4.
Kondisi
Kondisi
Kondisi
Kondisi
pasien
pasien
pasien
pasien
akan
evaluasi ulang
4. Unfit for Specific Occupation
5. Unfit to Work
Pada kasus di skenario pasien masuk ke kategori Fit with Restriction karena pasien
mampu bekerja jika rasa nyeri punggung bawah nya berkurang yaitu diobati dengan
rheumacyl, namun untuk keluhan dyspepsia dan hipertensi belum bisa diatasi. Pada
pekerjaan pasien ini dapat menimbulkan risiko nyeri punggung bawah bertambah parah
atau dapat menimbulkan penyakit lain, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
parameter untuk follow up kesehatan pasien.
Surveilanskesehatankerja :
Environtment monitoring : survey lingkungan kerja
Health monitoring terkai tracun yang terdapatpadapekerjanya
melakukanpemeriksaan FTW ( fit to work ) atau RTW
A. Lingkungan pekerjaan
Health promotion
Edukasi untuk menggunakan alat keamananpekerjaan yang adekuat untukbekerja
penyuluhan agar pekerja hidup sesehat mungkin seperti menggunakan alat
pelindung diri atau kurangi beban yang dipanggul dan di
pembuatansanitasilingkungankerja yang sehat
penerapan ergonomic yang tepat
Edukasi pasien untuk tidak terlambat makan , tidak merokok , minum
alkohol,dsb.
Prognosis Hipertensi
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi dengan kombinasi
perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat
yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi
serius dari hipertensi adalah untuk mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.
Dispepsia fungsional
Dispepsia fungsional yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat mempunyai
prognosis yang baik. Penderita dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi
asam lambung. Kelainan psikis, stres dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan
dispepsia fungsional semakin memberat.
kesehatan masyarakat.
Pencegahan
Kita tidak bisa menghindari proses degenerasi normal dan keausan pada tulang punggung kita
yang sejalan dengan penuaan. Tapi ada hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak
dari masalah pinggang. Memiliki gaya hidup sehat adalah awal yang baik.
Kombinasikan latihan aerobic, seperti berjalan atau berenang, dengan latihan khusus
untuk menjaga otot-otot di punggung dan perut yang kuat dan fleksibel.
Pastikan untuk mengangkat barang-barang berat dengan kaki Anda, bukan punggung.
Jangan membungkuk untuk mengambil sesuatu. Jaga punggung lurus dan menekuk lutut
Anda
Menjaga berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan memberi tekanan tambahan pada
tulang belakang.
Hindari merokok. Asap dan nikotin menyebabkan tulang belakang Anda mengalami
degenerasi dengan &epat.
Postur yang baik sangat penting untuk menghindari masalah di masa depan. Seorang
terapis dapat mengajarkan cara aman untuk berdiri, duduk, dan mengangkat.
Jangan memakai sepatu hak tinggi
Jangan berdiri terlalu lama, selingi dengan jongkok
Berdiri dengan satu kaki diletakan lebih tinggi untuk mengurangi hiperlordosis lumbal
Pilih tempat duduk dengan busa yang tidak terlalu lunak, punggung berbentuk huruf S.
Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan kursi. Bila
duduk dalam waktu lama, letakan satu kaki lebih tinggi dari yang satunya.
Punggung dalam keadaan mendatar sewaktu tidur, dan tidak memakai alas dari per.
Hindari olahraga beregu, karna akan mengakibatkan peningkatan stress pada punggung.
Dianjurkan olahraga perorangan seperti renang dan jogging.
Pelindung Diri merupakan suatu cara yang terakhir ( The last line of defense) yang ditempuh
dalam rangka Pengendalian Lingkungan kerja.
Filosofi Alat Pelindung Diri (APD)mengatakan bahwa Alat Pelindung Diri dapat menyebabkan
rasa ketidaknyamanan, membatasi gerakan dan persepsi sensories lainnya.
Hal demikian telah lama dikenal oleh manusia. Oleh karena itu Pengendalian Lingkungan kerja
diupayakan melalui kontrol Teknologi, misalnya Pemasangan Local Exhauster (Penangkap debu
lokal) dan Pagar Pengaman pada mesin-mesin berputar.
Alat Pelindung Diri (APD) perlu diadakan karena keterbatasan terapan teknologi Pengendalian.
Pentingnya Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
1. Hak pekerja untuk sehat dan selamat sehingga menjadi suatu kewajiban perusahaan untuk
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerjanya.
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu Hirarki Pengendalian Bahaya
yang diterapkan apabila sudah ada Upaya Pengendalian dan Pengurangan Bahaya.
Tujuan Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
1.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
Memotivasi pekerja melalui media komunikasi : safety talk, gambar, poster, dll
3.
4.
Identifikasi Bahaya
1.
2.
3.
Bahaya partikulat-partikulat
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
Pelindung Tubuh
3.
Pelindung Kepala
4.
5.
Pelindung Telinga
6.
Pelindung Pernafasan
7.
Pelindung Tangan
8.
Pelindung Kaki
9.
Pelindung Kulit
1.
PELINDUNG KEPALA
b.
c.
d.
Masalah pencegahan kecelakaan yang paling sulit dalam kecelakaan pada mata. Karena itu
biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai kacamata pengaman yang dirasakan mengganggu
kenyamanan dan tidak enak untuk dipakai.
Secara alamiah mata manusia dilengkapi dengan Pelindung yaitu :
a. Tulang : berfungsi melindungi mata terhadap benturan benda tajam.
b.
Bulu-bulu mata : bekerja sebagai tirai pengaman debu yang besarnya > 10 (mikron)
Kacamata pengaman diberikan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahayabahaya kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang atau
terkena gelombang elektro magnetik.
Jenis pekerjaan yang memerlukan jenis pelindung ini apabila di tempat kerja terdapat beberapa
potensi bahaya di bawah ini.
a. Terdapat pecahan/partikel yang berterbangan
b.
c.
d.
e.
Debu
b. Kaca Mata Goggles : Kaca Mata tertutup semua, tetapi ada lubang-lubang kecil dan ventilasi.
c. Tameng Muka.
Contoh-contoh
1.
2.
3.
Goggles
4.
5. Tameng Plastik
6. Tameng Logam
7.
8.
3.
PELINDUNG TELINGA
Pelindung telinga diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB
diatas 8 jam/hari. Sebelum penyediaan APD telinga diberlakukan ,aka perusahaan seharusnya
mengadakan survei tingkat pendengaran para pekerja.
Kapas
b.
c.
d.
Canal Caps
Ukuran, bentuk dan saluran telinga untuk setiap individu akan berbeda. Lekukan kedua telinga
untuk tiap individu kemungkinan juga berbeda. Diameter telinga pada umumnya 3 14 mm.
Umumnya berbentuk saluran lonjong dan ada beberapa yang berbentuk bulat dan tidak lurus.
Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, plastik, karet alam dan karet sintetis.
Dalam pamakaiannya kita namakan :
Dispossible ear plug (satu kali pakai dan selesai langsung dibuang)
Non Dispossible ear plug (bisa beberapa kali pakai) Biasanya terbuat dari karet yang dipakai
untuk waktu yang lama.
Ear Plugs (Sumbat Telinga)
2.
Pemasangannya yang tepat memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telinga.
Bagi Supervisor sulit memonitor tenaga kerja apakah memakai atau tidak.
4.
5.
Bila tangan yang digunakan untuk memasang Ear Plugs (Sumbat Telinga) kotor, maka
memudahklan saluran telinga mendapat infeksi.
Ear Muffs (Tutup Telinga)
Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung yang berfungsi untuk menyerap suara berfrekuensi
tinggi pada pemakaian lama.
Keuntungan Ear Muffs (Tutup Telinga)
1.
Redusir suara oleh tutup telinga lebih besar dari sumbat telinga.
2. Satu ukuran tutup telinga dapat dipakai oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang
berbeda.
3.
4.
3. Penggunaannya yang terlalu sering mengakibatkan pita penghubung yang berpegas karena
sering ditekuk, maka daya reduksinya akan berkurang.
Pengaruh Alat Pelindung Telinga terhadap komunikasi
Seseorang dengan pendengaran yang normal apabila bekerja di tempat yang bising (intensitasnya
85 105 dBA). Pada kebisingan kontonue mudah baginya mengerti pembicaraan orang lain, bila
ia memakai alat pelindung telinga daripada tidak memakainya. Tetapi bilamana orang yang
pendengarannya telah hilang pada frekuensi tinggi dengan tingkat kebisingan di tempat kerja
kurang dari 80 dBA, maka pemakaian alat pelindung telinga dapat menyebabkan gangguan
komunikasi.
Pemakaian Alat Pelindung Telinga di tempat kerja jenis terputus-putus pada intensitas 85 105
dBA, komunikasi akan lebih mudah apabila suaranya mengeras/saat mengeras. Kebalikannya
Komunikasi akan terganggu disaat suara melemah.
Beberapa pertimbangan praktis bagi Pemakaian Alat Pelindung Telinga
Biasanya Alat Pelindung Telinga yang dibutuhkan ditentukan oleh intensitas kebisingan dan
waktu pemaparan yang diperkenankan.Pemilihan Alat Pelindung Telinga biasanya tergantung
dari kesenangan pemakainya.Alat Pelindung Telinga yang memberikan perlindungan yang akurat
dan nyaman akan dapat diterima dengan baik oleh pemakainya. Latihan tentang pemakaian Alat
Pelindung Telinga terhadap tenaga kerja akan tampak bermanfaat ketimbang memberlakukan
sangsi.
Faktor-faktor yang mengurangi efektifitas Alat Pelindung Telinga
1.
Kebocoran udara.
2.
4.
PELINDUNG PERNAFASAN
Respirator/Purifying Respirator
Membersihkan udara untuk dihirup pemakainya. Digunakan untuk melindungi tenaga kerja
dari bahaya pernafasan dari debu, kabut, asap, gas dan uap.
Menurut Cara Kerjanya dapat diklasifikasikan 3 kelas, yaitu :
1.
Chemical Respirator
Digunakan untuk kontaminan yang berbentuk gas dan uap.
2.
Mechanical Respirator
Digunakan untuk menyaring partikel zat padat.
Contoh :
1.
2.
Debu semen = 50 mesh, maka respirator yang dipakai kurang dari 50 mesh.
3.
Untuk Campuran Gas, Uap dan zat padat digunakan golongan 1 & 2.
1.
Respirator yang dilengkapi dengan filter digunakan untuk debu-debu dan kabut yang kadar
kontaminannya tidak terlalu tinggi dan ukuran partikelnya lebih besar dari 1 : (mikron).
2.
3.
Respirator untuk partikel yang sangat toksik diameter porinya 0,3 : (mikron).
4. Khusus untuk gas CO, suatu campuran Mangan Oksida dan Oksida dari Tembaga secara
katalis dapat merubah gas CO menjadi gas CO2.
b.
c.
d.
3.
5. PELINDUNG TUBUH
Jenis pelindung tubuh harus sesuai dengan jenis bahaya & Pekerjaan, yaitu :
a.
Flame Resistent Cotton atau Duck untuk bahaya panas atau percikan api yang sedang.
b.
Special Flame Retardant & Heat Resistant Synthetic Fabric untuk memadamkan api atau
pekerjaan di sekeliling api terbuka.
c. Rubber, Neoprene, Vynyl : untuk pekerjaan basah, menggunakan zat kimia, pekerjaan potensi
korosi
d. Leather : untuk melindungi pengaruh-pengaruh cahaya/sinar.
APRON : pakaian pelindung tubuh untuk melindungi tubuh dari percikan bahan radio aktif.
Dibuat dari kain, kulit/asbes atau kain dilapisi Aluminium. Tidak boleh dipakai pada tempat kerja
yang memakai mesin berputar. Pakaian kerja disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
Contoh-contah :
1.
2.
Jaket Karet
3.
4.
5.
Pakaian Khusus.
6.
PELINDUNG TANGAN
Pelindung tangan paling banyak dipakai, hal ini tidak mengherankan karena kecelakaan yang
paling banyak terdapat pada tangan dari seluruh kecelakaan yang ada.
2.
3.
4.
e.
b. Leather (kulit) melindungi dari benda-benda yang kasar, potongan-potongan & percikan
api atau benda panas.
c. Cotton Fabric (Bahan Katun) : melindungi dari kotoran, potongan kecil dari kayu, bendabenda licin atau abrasi. Jangan dipakai pada pekerjaan dengan bahan-bahan yang kasar, tajam
dan berat.
d.
b.
Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam Granntlet) yang digunakan untuk lengan.
c.
Beberapa Contoh sarung tangan menurut jenis bahaya yang harus dicegah
a.
b.
Bahaya Radiasi : sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi Pb.
c.
Benda-benda kasar dan keras : sarung tangan kulit yang dilapisi Cr.
Contoh-Contoh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
7.
PELINDUNG KAKI
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan
asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda tajam. Pelindung kaki seharusnya
dapat melindungi jenis bahaya :
a.
Penekanan
b. Tertusuk
c.
Panas
d.
2.
Sepatu Kulit
3.
Sepatu Karet
4.
5.
6.
7.
Sepatu Plastik
8.
9.
10.
8.
a. Metal Mask : digunakan di kaki, diberi karpet yang tahan api selain Safety shoes. Material
yang ada berbeda-beda jenisnya. Sol terbuat dari bahan yang tahan bahan chemical, tahan licin
oleh minyak dan paku, ada bahan metalnya.
b.
c.
d.
Pada Pekerja Tukang Las perakitan tanki air pemadam kebakaran menggunakan : Goggles dan
helm (face Shields), Apron, Sarung tangan, Ear Muffs, Air Supply Respirator, sepatu (booth)