Pembimbing :
dr. Vita Noor’aini Atmadi Hartati, Sp.KK
Oleh :
Dwi Suci Hariyati
2013730138
Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehinnga saya dapat merampungkan tugas Refreshing dengan judul
“Dermatoterapi dan Pemeriksaan Penunjang”.
Makalah ini membahas mengenai pengobatan atau terapi untuk
mengkoreksi berbagai kelainan kulit. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk
memenuhi tugas kepaniteraan di Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Tak ada gading yang tak retak, Sama halnya dengan makalah ini. Saya
sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan kita
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis. Aamin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam macam cara, ialah:
- Topical
- Sistemik
- Intralesi
Kalau cara pengobatan diatas ini belum memadai maka maaih dapat dipergunakan cara-cara
lain, yaitu:
- Radioterapi
- Sinar ultraviolet
- Pengobatan laser
- Krioterapi
- Bedah listrik
- Bedah skalpel
2
Formulasi vehikulum sediaan toppikal
Kortikosteroid Sistemik
b) Antihistamin
Antihistamin digolongkan menjadi tiga kategori yaitu antihistamin penghambat
resptor H1 (AH1), antihistamin penghambat resptor H2 (AH2), antihistamin
penghambat resptor H3 (AH3). AH1 dibagi menjadi 2 golongan, yaitu AH1
generasi pertama yaitu yang memiliki efek sedasi karena memiliki kemampuan
untuk melewati sawar darah otak. Sedangkan AH1 generasi kedua tidak dapat
menembus sawar darah otak sehingga efek sedasi minimal atau tidak ada.
Antihistamin H1 digunakan secara luas untuk mengobati urtikaria, angioedema
dan mengobati pruritus akibat berbagai penyebab, misalnya DKA, berbagai
macam dermatitis eksematosa, gigitan serangga, liken planus, mastositosis,
maupun pruritus idiopatik.
Antihistamin H1 generasi pertama
Antihistamin H2
c) Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa terlarut yang dihasilkan oleh organisme yang
menghambat pertumbuhan bakteri. Mayoritas infeksi kulit dan jaringan lunak
disebabkan oleh organisme Gram positif, yang sebagian besar rentan terhadap
agen terkenal dengan spektrum aktivitas antimikroba yang relatif sempit.
Antibiotik β-laktam, makrolida, dan florokuinolon merupakan antibiotik utama
untuk infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan.
Antibiotik
d) Antivirus
Antivirus sekarang disetujui untuk pengobatan berbagai infeksi virus. Resistansi
antiviral adalah perhatian yang berkembang, terutama dalam pengobatan infeksi
virus human immunodeficiency. Antiviral bekerja dengan berbagai cara, dan
spektrum aktivitasnya bisa sangat spesifik (amantadine) atau cukup luas
(ribavirin). Penggunaan obat asiklovir dan gansiklovir telah meningkatkan
bioavailabilitas oral dari agen ini, yang memungkinkan perawatan rawat jalan
pada banyak infeksi herpesvirus.
e) Antifungi
Diindikasikan untuk infeksi kulit jamur yang luas, tinea pedis, onikomikosis, dan
tinea capitis. Terapi pencegahan untuk imunosupresi. Kelas utama obat antijamur
yang digunakan dalam pengaturan rawat jalan adalah allylamines (terbinafine),
triazol (itrakonazol, flukonazol) dan imidazol (ketokonazol), griseofulvin,
polyenes (nistatin, amfoterisin B), dan oligon ciclopirox. Spesimen infeksi jamur
dapat menjadi penting dalam menentukan lama pengobatan dan memilih obat
yang tepat.
f) Dapson
Dapson (4,4'-diaminodipenilsulfon) diklasifikasikan sebagai sulfonamida namun
memiliki sifat farmakologis yang unik. Penyakit dengan respon yang konsisten
terhadap dapson adalah dermatitis herpetiformis, eritema elevatum diutinum,
imunoglobulin linier. Penyakit dermatosis / kronis bulosa erupsi pada anak dan
bulosa lupus eritematosus sistemik. Penyakit dengan respon sporadis terhadap
dapson mencakup spektrum yang luas dan beragam seperti penyakit kolagen
vaskular / autoimun dan jerawat. Dapson juga efektif pada infeksi tertentu seperti
kusta, actinomycetoma, atau rhinosporidiosis. Efek sampingnya adalah hemolisis
dan methemoglobulinemia.
g) Obat imunosupresif dan imunomodulator
Tujuan utama dalam imunoterapi adalah keamanan dan efektivitas.
Tidak seperti imunomodulator, obat imunosupresif semuanya ditandai oleh
jendela terapeutik yang sempit yang memerlukan dosis yang tepat dan
pemantauan efek samping yang ketat.
h) Retinoid
Fungsi biologis dan tindakan retinoid (tidak termasuk penglihatan) meliputi:
reproduksi, pertumbuhan embrio, dan morfogenesis, modulasi proliferasi dan
diferensiasi epitel, penurunan ukuran kelenjar sebaceous (isotretinoin), efek
imunologis dan anti-inflamasi, pencegahan dan pengobatan tumor dan efek pada
komponen matriks ekstraselular. Terdapat empat jenis retinoid oral dan indikasi
utama penggunaannya adalah isotretinoin (jerawat), alitretinoin (eksim tangan
kronis), acitretin /etretinate (psoriasis, gangguan keratinisasi), dan bexarotene
(limfoma sel T kutaneous). Kontraindikasi untuk penggunaannya termasuk
kehamilan, menyusui, dan ketidakpatuhan terhadap rejimen kontrasepsi. Retinoid
harus selalu dikonsumsi dengan makanan atau susu untuk meningkatkan
penyerapan usus. Dosis sekali sehari biasanya cukup. Efek samping mukokutan
(cheilitis, xerosis, pengelupasan kulit, konjungtivitis) umum terjadi, seperti juga
hasil abnormal reversibel pada tes laboratorium [hiperlipidemia, peningkatan
tingkat enzim hati, dan hipotiroidisme (bexarotene)]. Efek samping sistem otot
dan saraf pusat jarang terjadi.
i) Sitotoksik dan anti metabolik
Agen sitotoksik dan antimetabolik digunakan dalam dermatologi untuk
mengobati penyakit serius, bertahan hidup, dan bandel. Agen umum yang
digunakan dalam dermatologi meliputi methotrexate, azathioprine,
mycophenolate mofetil, thioguanine, hydroxyurea, cyclophosphamide,
chlorambucil, dan liposomal doxorubicin.
j) Aminokuinolin (anti malaria)
Aminoquinolin telah digunakan dalam pengobatan klinis selama lebih dari satu
abad, awalnya sebagai senyawa antimalaria. Beberapa mekanisme tindakan,
terutama gangguan pengasaman lisosom oleh sel penyajian antigen,
penghambatan pembunuh alami dan aktivasi sel T, dan penghambatan mediator
lipid peradangan. Kecenderungan untuk pigmen melanin, menyerap sinar
ultraviolet, dan menunjukkan sifat photoprotective terhadap luka yang dimediasi
sinar ultraviolet pada kulit. Aminoquinolin yang digunakan untuk mengobati
kondisi dermatologis meliputi hydroxychloroquine, chloroquine, dan quinacrine.
k) Antiangiogenik
Agen antiangiogenik "langsung" bertindak langsung pada sel endotel yang tidak
dapat ditransformasikan untuk mencegah proliferasi, migrasi, dan kelangsungan
hidup. Agen antiangiogenik “tidak langsung” menghambat protein onkogen yang
diproduksi tumor yang mempromosikan keadaan proangiogenik. Agen
antiangiogenik adalah golongan obat yang menjanjikan karena efektif melawan
tumor yang tumbuh lambat.
Dermoskop
Dermoskopi digital terutama bermanfaat dalam memonitor lesi kulit pigmentasi karena
gambaran atau imej yang diperiksa disimpan secara elektronik dan bisa didapatkan kembali
dan diperiksa di kemudian hari agar bisa dibandingkan secara kuantitatif dan kualitatif serta
untuk mendeteksi perubahan lesi seiring dengan waktu. Dermoskopi digital menggunakan
program analisis imej komputer (computer image analysis program) yang bisa:
-menyediakan pengukuran yang objektif terhadap perubahan
-penyimpanan, pengambilan, dan transmisi imej yang cepat kepada spesialis untuk
diskusi lanjutan (teledermatology)
-ekstraksi gambaran morfologi untuk analisis numerikal.
Namun yang demikian, dermoskopi dan dermoskopi digital memerlukan pelatihan yang
khusus.
Dermoskop digital
Uji ini menggunakan antigen spesifik yang disuntikkan secara intradermal. Antigen
yang digunakan biasanya yang telah berkontak dengan individu normal, misalnya
Sebuah aplikator sekali pakai yang berisi semua antigen tersebut dengan larutan
gliserin sebagai kontrol, misalnya seperti Multi-test CMI buatan Merieux Institute
sekarang banyak dipakai. Kit ini mengandung 7 jenis antigen (Candida albicans,
toksoid tetanus, toksoid difteri, streptokinase, old tuberculine, trikofiton, dan proteus)
serta kontrol gliserin secara bersamaan sekaligus dapat diuji.
Hasil pemeriksaan
Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah 24 jam hasil tes tetap negatif maka
cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih kuat. Indurasi yang terjadi
harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya, diukur dalam mm dengan diameter
melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi gunakan formula (a+b):2. Suatu
reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih.
7. Tzank Smear
Standar diagnosis untuk menegakkan diagnosis vesikobulosa pada saat keraguan
adanya infeksi virus atau bukan. Contohnya untuk membedakan infeksi virus HSV-1
atau HSV-2 dengan pemfigus vulgaris. Caranya adalah mengerok dasar vesikel baru
dengan pisau scalpel dan hasil kerokan tersebut dioleskan tipit ke permukaan kaca
objek. Slide dipulas dengan Giemsa atau Wright, dibawah mikroskop akan tampak
sel akantolisis (sel keratinosist berinti besar) atau multinucleated giant cells, yang
menujukkan sel keratinosit tersebut telah terinfeksi virus.
8. Ekstraksi komedo sebagai bukti pasien menderita acne vulgaris
9. Uji TEWL untuk menilai kemampuan kulit menahan air.
10. Uji Acetowhite untuk melihat langsung kulit atau mukosa yang terinfeksi virus HPV.
Larutan asam asetat 5% dioleskan di permukaan kulit atau mukosa yang diduga
terinfeksi HPV, hasil positif bila berubah warna menjadi putih.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pengambilan duh tubuh
2. Pengambilan pus
3. Kerokan kuku
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
1. Biopsi kulit.
3.1 Kesimpulan
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Kadang diketahui penyebab yang multifaktor atau juga tidak
diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan atau mengurangi keluhan dan gejala, dan menekan
peradangan.
Pada terapi atau pengobatan kulit, banyak jenis dan bentuk sediaan
obat yang dapat digunakan. Jenis pengobatannya ada yang menggunakan
obat-obatan seperti penggunaan topikal dan sistemik, selain itu dengan
pengobatan fisik seperti tindakan atau operatif, sinar radiasi, sinar laser dan
berbagai macam jenis tindakan dalam pengobatan kulit.
31
DAFTAR PUSTAKA