SKENARIO C BLOK 4
Kelompok Tutorial G7
Universitas Sriwijaya | 1
KEGIATAN DISKUSI
Universitas Sriwijaya | 2
DAFTAR ISI
Universitas Sriwijaya | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya | 4
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Skenario C
Tn. Myocardo, usia 48 tahun, diterima di ruang emergency rumah sakit
dengan keluhan sakit sangat di dada kiri. Rasa sakit seperti diremas di substernal
dada kiri lalu menyebar ke leher, rahang, bahu, dan lengan kiri disertai sakit
kepala dan mual. Beberapa saat sebelumnya penederita kesal dan mearahi anak
buahnya. Keluhan yang sama pernah dialaminya tetapi lebih ringan dan hilang
setelah pasien istirahat.
Dari anamnesis keluarga didapatkan pasien perokok berat sejak lama,
menderita diabetes melitus dan darah tinggi yang tidak terkontrol serta pola hidup
yang tidak sehat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak pucat,
kesakitan dan berkeringat, hipertensi berat, pernapasan takipnoe, denyut jantung
takikardi irregular dan overweight. Dari hasil pemeriksaan tambahan didapatkan
jantung membesar (kardiomegali), iskemik, dan atrial fibrilasi. Pasien dirawat
dengan diagnosis Acute Myocardial Infarction.
Universitas Sriwijaya | 5
edisi 29).
3 Takipnoe Pernapasan yang sangat cepat (Kamus Dorland
edisi 29).
4 Takikardi ireguler Denyut jantung yang cepat abnormal dan tidak
beraturan (Kamus Dorland edisi 29).
5 Kardio megali Pembesaran jantung yang abnormal (Kamus
Dorland edisi 29).
6 Iskemik Defisiensi darah pada suatu bagian, biasanya
akibat konstriksi fungsional atau obstruksi
(penyumbatan) pembuluh darah (Kamus Dorland
edisi 29).
7 Atrial fibrilasi Aritmia atrium yang ditandai oleh kontraksi acak
dan cepat pada daerah kecil miokardium atrium,
menimbulkan laju ventrikel yang tidak teratur
sama sekali dan seringkali cepat (Kamus Dorland
edisi 29).
8 Aritmia Variasi irama normal denyut jantung meliputi
kelainan frekuensi, regularitas, lokasi asal infus,
dam urutan aktivasi (Kamus Dorland edisi 29).
9 Acute Myocardial Infark (daerah nekrosis iskemik akibat obstruksi
Infarction (AMI) suplai arteri atau drainase vena) yang terjadi saat
sirkulasi ke suatu daerah pada jantung tersumbat
dan terjadi nekrosis (Kamus Dorland edisi 29).
Universitas Sriwijaya | 6
setelah pasien istirahat.
3. Dari anamnesis keluarga didapatkan pasien perokok berat √ VV
sejak lama, menderita diabetes melitus dan darah tinggi
yang tidak terkontrol serta pola hidup yang tidak sehat.
4 Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak √ VVV
pucat, kesakitan dan berkeringat, hipertensi berat,
pernapasan takipnoe, denyut jantung, takikardi ireguler dan
overweight.
5 Dari hasil pemeriksaan tambahan didapatkan √ VVV
Myocardial Infarction.
Universitas Sriwijaya | 7
Dinding thorax membentang di antara Apertura thoracica superior
yang dibatasi oleh vertebra Thoracica I (TI), costa 1, dan manubrium
sterni; dan Apertura thoracica inferior yang dibatasi oleh vertebra TXI1,
costa 12, ujung costa 11, arcus costalis, dan processus xiphoideus
sterni.
a) Apertura thoracica superior
Apertura thoracica superior, terdiri dari:
Posterior : corpus vertebrae TI
Tepi medial costa 1 di setiap sisinya, dan
Anterior: manubrium sterni
Universitas Sriwijaya | 8
Anterolateral: ujung distal cartilagines costae 7-10, yang
menyatu untuk membentuk arcus costalis di, dan
Anterior: Processus xiphoideus
Universitas Sriwijaya | 9
Tidak semua vertebrae thoracicae bersendi dengan costa
dengan cara yang sama (Gambar 3.9):
i. Facies costa superior corpus vertebrae TI adalah lengkap dan
bersendi dengan satu facies pada caput costae yang bersesuaian
dengannya—dengan kata lain, caput costae 1 tidak bersendi
dengan vertebra CVII.
ii. Hal yang serupa, vertebra TX (dan seringkali TIX) hanya
bersendi dengan costae yang bersesuaian dengannya sehingga
tidak memiliki demifacies inferior pada corpusnya.
iii. Vertebra TXI dan TXII hanya bersendi dengan caput costae
yang bersesuaian dengannya—vertebrae ini tidak memiliki
facies costalis dan hanya memiliki satu facies yang lengkap di
setiap sisi corpusnya.
Universitas Sriwijaya | 10
b) Costae
Terdapat 12 pasang costae, masing-masing berakhir dengan
cartilago costalis di sisi anterior (Gambar 3.10).
Meskipun semua costae bersendi dengan columna
vertebralis. hanya cartilago costalis 1-7, yang dikenal sebagai
costae sejati/ costae verae, bersendi langsung dengan sternum.
Costae 8-12 merupakan costae palsu/ costae spuriae:
i. Di sebelah anterior cartilago costalis 8-10 bersendi
dengan cartilago costalis di bagian atasnya.
ii. Costae 11 dan 12 tidak memiliki hubungan anterior
dengan costae lainnya ataupun dengan sternum dan
sering disebut sebagai costae melayang/costae fluitantes.
Universitas Sriwijaya | 11
Costa tersusun dari lengkungan corpus dengan ujung
anterior dan posterior (Gambar 3.11). Ujung anterior
bersinambungan dengan tulang rawannya. Ujung posterior
bersendi dengan columna vertebralis dan dapat dikenali dari
caput, collum, dan tuberculum.
Caput biasanya memanjang dan memiliki 2 facies
articularis yang dipisahkan oleh suatu crista. Permukaan superior
yang lebih sempit bersendi dengan facies costa inferior pada
corpus vertebrae di atasnya, sedangkan permukaan inferior yang
lebih luas bersendi dengan facies costa superior corpus vertebrae
yang bersesuaian dengannya.
Collum costae berupa daerah tulang yang pendek pipih
yang memisahkan caput dengan tuberculum costae.
Tuberculum costae berproyeksi ke arah posterior dari
perbatasan collum dengan corpus costae dan terdiri dari dua
daerah, bagian sendi dan bagian bukan sendi:
i. Bagian sendi terletak di sisi medial dan memiliki facies
ovalis untuk bersendi dengan facies processus transversus
vertebra yang bersesuaian.
ii. Bagian bukan sendi yang menonjol teraba kasar dengan
adanya tempat perlekatan untuk ligamentum.
Universitas Sriwijaya | 12
Costae teratas dan terbawah memiliki beberapa ciri khusus
(Gambar 3.12).
i. Costa 1, berbentuk pipih pada bidang horizontalis dan
memiliki permukaan superior dan inferior yang luas. Dari
persendiannya dengan vertebra TI, costa 1 melandai ke
inferior menuju persendiannya dengan manubrium sterni.
Caput costae 1 bersendi dengan corpus vertebrae TI dan
hanya memiliki satu facies articularis. Tuberculumnya
memiliki facies articularis untuk bersendi dengan processus
transversus. Permukaan superior costa memiliki tuberculum
yang khas, tuberculum scaleni, yang memisahkan dua
sulcus halus yang menyilang costa kira-kira pada
pertengahan corpusnya. Sulcus anterior disebabkan
oleh vena subelavia, dan sulcus posterior disebabkan oleh
arteria subclavia. Di bagian anterior dan posterior kedua
sulcus ini, terdapat bagian yang kasar sebagai tempat lekat
musculus dan ligamentum.
ii. Costa 2, seperti costa 1, pipih namun dua kali lebih
panjang. Costa ini bersendi dengan columna vertebralis
seperti layaknya costae yang lain.
iii. Costa 10, Caput costae 10 memiliki satu facies untuk
persendian dengan vertebranya.
iv. Costae 11 dan 12 hanya bersendi dengan corpus
vertebraenya dan tidak memiliki tuberculum dan collum.
Kedua costae ini pendek, memiliki sedikit lengkungan, dan
mengarah ke anterior.
Universitas Sriwijaya | 13
c) Sternum
Sternum orang dewasa terdiri dari 3 bagian besar:
manubrium sterni yang lebar dan terletak di superior, corpus
sterni yang sempit dan terletak longitudinal, dan processus
xiphoideus yang sempit di inferior (Gambar 3.13).
Universitas Sriwijaya | 14
tulang leher dan cavitas thoracis. Permukaan superior manubrium
terbentang ke lateral dan memiliki cekungan yang unik dan dapat
diraba di bagian tengahnya, incisura jugularis
(suprasternabs)/jugular notch (sugrasternal notch), (Gambar 3.13).
Di setiap sisi tonjolan ini terdapat fossa ovalis yang lebar untuk
persendian dengan clavicula. Tepat inferior terhadap fossa ini, di
setiap sisi lateral manubrium, terdapat untuk tempat lekat
perlekatan cartilago costalis pertama. Pada bagian bawah tepi
lateralnya ada demifacies untuk persendian dengan setengah
bagian atas ujung anterior cartilago costalis kedua.
Corpus sterni, berbentuk pipih (Gambar 3.13). Permukaan
anterior corpus sterni seringkali ditandai dengan rigi-rigi
transversus yang merupakan garis-garis penyatuan antara bagian-
bagian segmental yang bernama sternebrae, dari sternebrae bagian
sternum ini muncul secara embriologis.
Tepi lateral corpus sterni memiliki facies articularis untuk
cartilago costalis. Di superior, setiap tepi lateral memiliki
demifacies untuk persendian dengan aspectus inferior cartilago
costahs kedua. Di inferior demifacies ini terdapat empat facies
persendian dengan cartilago costalis III sampai VI.
Pada tepi inferior corpus sterni terdapat demifacies untuk
persendian dengan demifacies superior pada cartilago costalis
ketujuh. Tepi inferior corpus sterni melekat pada processus
xiphoideus.
Processus xiphoideus adalah bagian terkecil dari sternum
(Gambar 3.13). Bentuknya bervariasi: bisa lebar, tipis, menajam,
bercabang dua/bifida, melengkung, atau berbelah. Dimulai
sebagai struktur cartilago, yang mengalami proses ossilikasi/
penulangan saat dewasa. Pada tiap sisi bagian tepi lateral atasnya
terdapat demifacies untuk persendian dengan ujung inferior
cartilago costalis ketujuh.
Universitas Sriwijaya | 15
Terdapat 4 sendi pada dinding thoraks, diantaranya.
a. Sendi-sendi costovertebralis
Costa yang khas bersendi dengan corpus vertebrae yang
bersesuaian, membentuk sendi dengan caput costae: dan
processus transversus vertebra yang bersesuaian dengannya,
membentuk sendi costotransversarium (Gambar 3.14).
b. Sendi-sendi sternocostalis
Sendi-sendi antara cartilago costalis 1-7 dan sternum (Gambar
3. 15).
c. Sendi-sendi interchondrale
Sendi ini terjadi antara cartilago costalis dari costae yang
bersebelahan (Gambar 3.15), terutama antara cartilago costalis
7-10, tapi juga dapat melibatkan cartilago costalis 5 dan 6.
Universitas Sriwijaya | 16
Nervus intercostalis dan arteriae dan venae utama yang terkait
terletak di dalam sulcus costae/costal groove di sepanjang tepi inferior
costae superior dan lewat pada bidang di antara dua lapisan musculus
bagian dalam (Gambar 3.19).
Sebelah dalam terhadap spatium intercostale dan costae, dan yang
memisahkan struktur-struktur ini dari pleura yang di bawahnya, ada suatu
jaringan penyambung longgar yang disebut fascia endothoracica, yang
berisi sejumlah lemak (Gambar 3.19B).
Universitas Sriwijaya | 17
1.2. Bagaimana dermatom leher, rahang, bahu dan lengan kiri?
Plexus Cervicalis
Plexus cervicalis dibentuk oleh rami anteriores C1 sampai dengan C4.
Universitas Sriwijaya | 18
Rami anterores ini dihubungkan oleh cabang-cabang penghubung, yang
membentuk simpai. Plexus cervicalis menyarafi kulit dan otot-otot kepala,
leher, dan bahu.
Cabang- cabang kulit.
a. Nervus occipitalis minor (C2, yang menyarafi belakang kulit
kepala dan auricula).
b. Nervus auricularis magnus (C2 dan 3), yang menyarafi kulit di
sekitar angulus mandibulae.
c. Nervus cervicalis transversus (C2 dan 3), yang menyarafi kulit
pada permukaan anterior leher.
d. Nervi supraclaviculares (C3 dan 4). Ramus medialis, intermedius,
dan lateralis menyarafi kulit bahu. Nervus ini penting di klinik,
karena nyeri menjalar melalui nervus-nervus yang berasal dari
nervus phcrenicus
e. Rami musculares ke otot-otot leher. Otot-otot prevetebralis,
musculus sternocleidomastoideus (propioseptif, C2 dan 3),
musculus levator scapulae (C3 dan 4), dan musculus trapezius
(propioseptif, C3 dan 4). Sebuah cabang dari C1 ini kemudian
meninggalkan nervus hypoglossus sebagai ramus decsendens, yang
bergabung dengan nervus cervicalis descendens (C2 dan 3), untuk
membentuk ansa cervicalis. Serabut-serabut nervus cervicalis 1, 2,
dan 3 di dalam ansa cervicalis menyarafi musculus omohyoideus.
Universitas Sriwijaya | 19
1.3. Bagaimana mekanisme nyeri dada? (Mengapa dapat menyebar ke
leher, rahang, bahu, dan lengan kiri?)
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatik dan parasimpatik susunan
saraf otonom melalui plexus cardiacus yang terletak dibawah arcus aorta.
Saraf simpatik berasal dari bagian cervicale dan thoracale bagian atas
truncus sympathicus, parasimpatik berasal dari nervus vagus.
Otot-otot kepala, leher, dan bahu dipersarafi oleh plexus cervicalis
yang dibentuk oleh rami anteriores cervicale 1 sampai cervicale 4.
Jadi persarafan anatara jantung dengan otot kepala, leher, dan bahu
memiliki pangkal persarafan yang sama yakni berada di cervical 1 sampai
4.
Universitas Sriwijaya | 20
Gambar 3.80 Plexus cardiacus. A. Pars superficialis. B. Pars profundus.
Universitas Sriwijaya | 21
dan akhirnya menyebabkan angina pectoris.
Pada seseorang yang memiliki riwayat serangan jantung apalagi yang
telah memiliki faktor-faktor risiko seperti arterosklerosis, jika orang
tersebut melakukan aktivitas berat yang memerlukan tenaga besar seperti
olahraga dan marah, saraf simpatik akan terangsang meyebabkan
peningkatan denyut jantung, hal ini adalah sebagai pencetus terjadinya
perluasan rupture pada arteri dan dapat menyebabkan serangan jantung
yang kedua, ketiga hingga rupture tersebut memblok jalannya darah di
arteri.
Karena sebagian besar serangan jantung disebabkan ruptur plaque
yang meluas, meluasnya ruptur ini disebabkan oleh datangnya pencetus
atau pemicu ruptur tersebut seperti peningkatan denyut jantung akibat
emosi, hipertensi, dan aktivitas berat lainnya yang memicu saraf simpatik
aktif.
Universitas Sriwijaya | 22
Bentuk dan orientasi cor seperti piramida terbalik yang berdiri di atas
satu sisinya. Berada di dalam cavitas thoracis, apex piramida ini
menghadap ke depan, bawah, dan ke kiri, sedangkan basisnya berada di
arah kebalikan apex dan menghadap ke posterior (Gambar 3.57). Sisi-sisi
piramida terdiri dari: facies diaphragmatica (inferior) yang merupakan
tempat piramida bersandar, facies sternocostalis (anterior) yang
menghadap ke anterior, facies pulmonalis kanan, dan facies pulmonalis
kiri.
Universitas Sriwijaya | 23
Apex cordis dibentuk oleh ventriculus sinister, mengarah ke bawah,
depan dan kiri (Gambar 4-1 dan 4-2). Apex terletak setinggi spatium
intercostale V kiri, 9 cm dari garis tengah. Pada daerah apex, denyut apex
biasanya dapat dilihat dan diraba pada orang hidup.
Perhatikan bahwa basis cordis dinamakan basis karena jantung
berbentuk piramid dan basisnya terletak berlawanan dengan apex. Jantung
Sumber: Tortora Gerard J., Derrickson Bryan. Dasar Anatomi & Fisiologi.
2016
Universitas Sriwijaya | 24
Jantung dibagi oleh septum vertikal menjadi empat ruang: atrium
dextrum & sinistrum dan ventriculus dexter & sinister. Atrium dextrum
terletak anterior terhadap atrium sinistrum dan ventriculus dexter anterior
terhadap ventriculus sinister.
Universitas Sriwijaya | 25
demarkasi ini dan di antara tempat masuk V. cava superior dan auricula
kanan (Auricula dextra). Septum interatrial (septum interatriale)
menunjukkan sisa bekas Foramen ovale, Fossa ovalis dengan pinggirnya,
Limbus fossae ovalis. Ostium sinus coronarii, yang merupakan vena
jantung terbesar, mempunyai sebuah katup (Valvula sinus coronarii) dan
ostium V. cava inferior juga didemarkasi oleh sebuah katup (Valvula
venae cavae inferioris). Namun, kedua katup tidak dapat menutup masing-
masing lumen. Vena jantung yang lebih kecil memasuki atrium kanan
secara langsung (Foramina venarum minimarum).
Universitas Sriwijaya | 26
Gambar 5.24 Ventrikel kiri, Ventriculus sinister; dilihat dari lateral.
Katup mitral (Valva atrioventricularis sinistra) hanya terdiri dari dua
cuspis. Oleh sebab itu, hanya dua otot papillaris yang diperlukan (Mm.
papillares anterior dan posterior). Di bawah katup mitral, terdapat area
berukuran kurang lebih 1cm yang merupakan Pars membranacea dari
septum interventriculare. Namun, bagian terbesar dari septum
interventriculare terdiri dari serabut otot jantung (pars muscularis). Darah
dari ventrikel kiri dipompa rnelalui katup aorta (valve aortae) masuk ke
dalam bagian Aorta yang terdilatasi (Bulbus aortae). Katup aorta terdiri
dari tiga katup semilunaris (valvulae semilunares) yang menutup Sinus
aortae yang merupakan asal Arteri coronaria kanan dan kiri (Aa.
coronariae dextra dan sinistra).
Jantung memiliki dua katup atrioventricularis (Valvae cuspidales)
diantara atrium dan ventrikel pada setiap sisi. Katup atrioventrikularis
kanan (Valva atrioventricularis dextra) terdiri dari tiga cuspis (valva
tricuspidalis). Katup atrioventrikularis kiri (Valva atrioventricularis
sinistra) mempunyai dua cuspis (valva bicuspidalis, valva mitralis).
Cuspis-cuspis ini melekat pada otot papilaris melalui Chordae ten, dineae
untuk mencegah prolapsnya katup selama kontraksi ventrikel. Selain itu, di
antara ventrikel dan arteri besar terdapat katup aorta (Valva aortae) di sisi
kiri dan katup pulmonal (Valva pulmonalis) di sisi kanan, keduanva terdiri
dari tiga cuspis semilunaris (Valvulae semilunares). Ketika darah dipompa
dari ventrikel masuk ke dalam arteri besar selama sistol, katup semilunaris
terbuka dan katup atrioventrikularis tertutup. Ketika terisi dengan darah
dari atrium selama diastol, katup atrioventrikularis terbuka dan katup
semilunaris tertutup.
Universitas Sriwijaya | 27
Gambar 5.19 Katup jantung, Valvae cordis; dilihat dari kranial;
sesudah pengangkatan atrium, Aorta dan truncus pulmonalis.
Universitas Sriwijaya | 28
Jantung adalah organ berotot yang berkontraksi secara ritmis,
memompa darah melalui sistem sirkulasi Ventrikel kanan dan kiri
memompa darah, masingmasing ke paru-paru dan bagian tubuh lain;
atrium kanan dan kiri menerima darah, masing-masing dari tubuh dan
vena pulmonalis.
Dinding keempat bilik jantung terdiri atas tiga lapisan utama atau
tunika; endokardium di dalam, miokardium ditengah; dan epikardium di
luar.
a. Endokardium terdiri dari lapisan dalam endotelium yang sangat
tipis dan mendukung jaringan ikat, sebuah mioelastik lapisan
tengah dari serat otot polos dan jaringan ikat, serta pada lapisan
subendotel adalah selapis jaringan ikat yang sering disebut lapisan
subendokardial yang menyatu dengan miokardium, cabang sistem
penghantar impuls jantung, yang terdiri dari serat otot jantung
yang dimodifikasi, juga terletak di lapisan subendokardial.
b. Miokardium adalah tunika yang paling tebal di jantung dan
terdiri atas sel-sel otot jantung dengan serat yang disusun spiral di
setiap ruang jantung. Karena gaya yang kuat diperlukan untuk
memompa darah melalui sirkulasi sistemik dan paru, Miokardium
jauh lebih tebal di ventrikel ketimbang di atrium
c. Epikardium adalah mesotelium skuamosa yang sederhana dan
didukung oleh lapisan jaringan yang mengandung ikat pembuluh
Universitas Sriwijaya | 29
darah longgar dan saraf .Epikardium sesuai dengan lapisan
viskeral dari perikardium, yaitu membran serosa tempat jantung
berada. Dimana pembuluh besar masuk dan keluar jantung,
epikardium yang dipantulkan kembali sebagai lapisan parietal
yang melapisi perikardium. Selama gerakan jantung, struktur
yang mendasari berbantal dengan deposito dari jaringan adiposa
di epikardium serta gesekan dalam perikardium dicegah oleh
cairan pelumas yang diproduksi oleh kedua lapisan sel mesotelial
serosa.
Rangka jantung, disusun oleh jaringan ikat padat, meliputi tiga
komponen utama:
a. Anulus fibrosus, terdapat di sekelilingi basis aorta, arteri
pulmonalis dan orifisium atrioventrikular
b. Trigonum fibrosum, terutama terdapat di sekitar area daun katup
aorta
c. Septum membranaseum, merupakan kelanjutan dari bagian atas
septum interventrikular Selain menjadi struktur bingkai ( frame
work ) jantung dan tempat melekatnya otot jantung, rangka jantung
juga menjadi batas pemisah miokardium atrium dan miokardium
ventrikel. Pemisahan ini berguna untuk menjaga irama dan siklus
denyut jantung, yang dikontrol oleh mekanisme konduksi berkas
atrioventikular.
Universitas Sriwijaya | 30
b. Vena pulmonalis, masuk ke atrium kiri dari paru-paru dan kaya O2
2. Keluar dari jantung
a. Aorta, keluar dari ventrikel kiri menuju seluruh tubuh dan kaya O2
b. Arteri pulmonalis, keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru dan
kaya CO2
Universitas Sriwijaya | 31
bawah dari jaringan ikat ini ada membrana elastica interna, yang
mengandung serat elastis yang bersusun rapat membentuk berkas.
b. Tunika media (membrana fenestrata). Terdiri terutama atas otot polos
dan serat elastis. Ada pula sedikit serat kolagen dan urat saraf. Lapisan
ini sangat tebal dan inilah yang membuat pembuluh elastis ini jadi
sangat bingkas. Pada lapisan ini, di daerah pangkal lebih banyak serat
elastis daripada serat otot polos dan makin jauh dari jantung jumlah
serat elastis menyusut dan serat otot bertambah.
c. Tunika adventisa. Terdiri terutama atas jaringan ikat, berupa serat
kolagen dan sedikit serat elastis. Disini terdapat pula vasa vasorum
dan urat saraf, yang bercabang dan masuk ke tunica media.
Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan menjadi arteri
besar atau arteri elastis, arteri ukuran sedang atau arteri muskuler, dan
arteriola (Eroschenko, 2010).
Universitas Sriwijaya | 32
Universitas Sriwijaya | 33
Vena
Tunika intima terdiri dari endothelium (selnya pipih selapis) dan
subendothelium (jaringan ikat tipis langsung berhubungan dengan tunika
adventisia). Tunika media tidak ada. Tunika adventisia yang terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan serabut colagen yang membentuk
berkasberkas longitudinal, sel fibroblast dan sel otot polos tampak
diantaranya (Price, 2006).
Universitas Sriwijaya | 34
Universitas Sriwijaya | 35
Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,
melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah
rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 μm (Price, 2006).
Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding
sel endotel, yaitu (Kumar, 2007):
a. Kapiler kontinu, susunan sel endotel rapat.
b. Kapiler fenestrata atau perforata,
Ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel endotel. Kapiler
perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana terjadi
pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah,
seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar endokrin.
c. Kapiler sinusoid,
Berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (3040 μm),
sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu
oleh sel–sel endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan
adanya sel dengan dinding bulat selain sel endotel yang biasa dengan
aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid terutama ditemukan pada hati
dan organ-organ hemopoetik seperti sumsum tulang dan limpa.
Universitas Sriwijaya | 36
Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid pertukaran antar
darah dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan
makromolekul dapat berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua
ruangan tersebut.
Universitas Sriwijaya | 37
3.6. Apa hubungan diabetes melitus dengan jantung?
Pada kasus diabetes melitus sebagai faktor risiko infark miokard akut
terjadi karena glukosa berlebih dalam darah (hiperglikemia) dapat merusak
endotel dalam pembuluh darah sehingga plak aterosklerosis terbentuk.
Universitas Sriwijaya | 38
takikardi ireguler dan overweight.
4.1. Apa hubungan denyut jantung takikardi irreguler
dengan kasus ini?
Pada Acute Myocard Infarction arteri dan bagian yang tidak
mendapatkan pasokan oksigen akan mengalami nekrosis yang
menyebabkan kontraksi jantung tidak maksimal sehingga pemompaan
jantung dipercepat untuk menyuplai darah lebih banyak, hal ini
kemungkinan adanya gangguan sistem konduksi jantung yang dapat
menyebabkan irama denyut jantung tidak beraturan akibat atrial fibrilasi
yang biasanya mengenai SA node yang menyebabkan denyut jantung
menjadi cepat dan tidak beraturan.
Universitas Sriwijaya | 39
5.1. Apa penyebab kardiomegali?
Hipertensi pada pembuluh darah tubuh menyebabkan jantung harus
memompa darah lebih banyak dan kuat untuk memenuhi suplai darah ke
perifer, sehingga beban kerja otot jantung meningkat. Beban kerja otot
jantung yang meningkat ini akan menyebabkan hipertrofi otot jantung
(terutama pada otot jantung daerah ventrikulus sinister). Otot jantung yang
mengalami hipertrofi akan membuat jantung membesar sehingga disebut
kardiomegali.
Universitas Sriwijaya | 40
Ciri khas otot jantung
a. Otot jantung memiliki sifat berirama dan kemampuan untuk
berkontraksi secara spontan. Sebuah sistem yang terdiri dari sel-
sel otot jantung yang termodifikasi memastikan adanya koordinasi
akan kegiatan kontraksinya.
b. Sel otot jantung hanya memiliki satu nucleus yang besar,
berbentuk oval, dan terletak di tengah, walau kadang-kadang
ditemukan dua nuklei dalam satu sel.
c. Ujung terminal serat otot jantung yang berdekatan membentuk
complexus junctionalis "end to end" garis melintang terpulas-gelap
yang menyerupai tangga ini disebut diskus interkalaris (discus
intercalaris).
d. Diskus interkalaris ini adalah kompleks pertautan yang terdapat
pada pertemuan antar sel-sel otot jantung yang bersebelahan.
e. Struktur dan fungsi protein kontraktil dalam sel otot jantung pada
dasarnya sama dengan otot rangka. Akan tetapi, sistem tubulus T
dan retikulum sarkoplasma pada otot jantung tidak tersusun
begitu teratur. Tubulus T berjumlah lebih banyak dan lebih besar
pada otot ventrikel ketimbang pada otot rangka dan retikulum
sarkoplasma tidak begitu berkembang (Gambar 10-18).
f. Sel otot jantung mengandung banyak mitokondria yang menempati
40% atau lebih volume sitoplasma yang mencerminkan kebutuhan
akan metabolisme aerob dalam otot jantung secara terus menerus
sangat besar, maka dari itu otot jantung memeiliki persediaan
myoglobin yang sangat banyak.
Universitas Sriwijaya | 41
Otot jantung tidak memiliki sel satelit dan hampir tidak memiliki
kapasitas untuk beregenerasi setelah awal masa kanak-kanak. Defek atau
kerusakan (misalnya, infark) pada otot jantung umunya digantikan oleh
proliferasi fibroblas dan pertumbuhan jaringan ikat, yang membentuk
parut miokardium.
Universitas Sriwijaya | 42
i. Nodus Sinoatrialis (Pacemaker) memulai denyut jantung. Terletak
pada dinding atrium dextrum di bagian atas dari sulcus terminalis,
tepat di sebelah kanan muara vena cava superior. Nodus ini merupakan
asal impuls ritmik elektronik yang secara spontan disebarkan ke
seluruh otot-otot jarntung atrium dan menyebabkan otot-otot ini
berkontraksi.
ii. Nodus Atrioventricu laris terletak pada bagian bawah septum
interatriale tepat di atas tempat peilekatan cuspis septalis valve
tricuspidalis . Dari sini, impuls jantung dikirim ke ventrikel oleh
fasciculus atrioventricularis. Nodus atrioventricularis distimulasi oleh
gelombang eksitasi pada waktu gelombang ini melalui miokardium
atrium.
Kecepatan Konduksi Melalui Nodus Atrioventricularis
Kecepatan konduksi impuls jantung melalui nodus
atrioventricularis (sekitar 0,11 detik) memberikan waktu yang cukup
untuk atrium mengosongkan darahnya ke dalam ventrikel sebelum
ventrikel mulai berkontraksi.
iii. Fasciculus Atrioventricularis berjalah dari nodus atrioventrikularis
sampai menjadi plexus purkinye. Fasciculus ini berjalan lurun melalui
Universitas Sriwijaya | 43
kerangka fibrosa jantung lalu melewati bagian belakang cuspis septalis
valva tricuspidalis pada bagian membranosa septum ventriculus. Di
perbatasan atas bagian muscular septum, fasciculus ini terbagi menjadi
dua bagian satu untuk masing-masing ventrikel. Crus dextrum
fasciculus atrioventrikuiaris atau right bundle branch (RBB) berjalan
kebawah melaiui sisi kanan septum ventriculus sampai ke trabecula
septomarginalis, dan setelah itu menyilang ke dinding anterior ventikel
kanan.
iv. Crus dextrum/right bundle branch berlanjut di sisi kanan septum
interventriculare menuju apex ventriculus dexter. Dari septum, struktur
ini memasuki trabecula septomarginalis untuk menuju basis musculus
papillaris anterior. Di titik ini, struktur ini bercabang dan
bersinambungan dengan komponen final sistem konduksi jantung,
plexus subendocardialis sel-sel konduksi ventricularis atau serabut-
serabut Purkinje. Jejaring sel-sel khusus ini menyebar ke seluruh
ventriculus untuk menyuplai musculature ventricularis termasuk
musculi papillares.
v. Crus sinistrum/left bundle branch melewati sisi kiri musculi septum
interventriculare dan turun ke apex ventriculus sinister (Gambar
3.79B). Di sepanjang perjalanannya, struktur ini memberikan cabang-
cabang yang akhirnya akan bersinambungan dengan plexus
subendocardialis sel-sel konduksi (serabut- serabut Purkinje).
Seperti dengan sisi kanan, jejaring sel-sel khusus ini menyebarkan
impuls eksitasi ke seluruh ventriculus sinister.
Universitas Sriwijaya | 44
hingga area yang luas, yang dapat menimbulkan syok kardiogenik hingga
kematian (Boyle dan Jaffe, 2009).
Universitas Sriwijaya | 45
Sel otot polos dan foam cell yang mati akibat dari stimulasi inflamasi yang
berlebihan atau akibat aktivasi dari proses apoptosis akan membebaskan
isi dari sel berupa lipid yang terserap dan sel debris, dimana akan
menyebabkan semakin besarnya inti lipid, yang akan memicu terjadi stres
mekanik. Sebagai respon dari peningkatan stres mekanik, akan terjadi
akumulasi lokal dari foam cell dan T limfosit di area tersebut. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya destruksi dari fibrous cap dan mempercepat
proses degradasi dari matriks ekstraseluler, sehingga menyebabkan
rentannya plak mengalami ruptur.
Distribusi dari fibrous cap dan net deposition merupakan faktor
penentu dalam integritas plak. Plak yang stabil (ditandai dengan fibrous
cap yang tebal dan inti lemak yang kecil) dapat menimbulkan penyempitan
arteri, tetapi kecil kemungkinan untuk terjadi ruptur. Sedangkan plak yang
tidak stabil (ditandai dengan fibrous cap yang tipis, inti lemak yang besar,
infiltrasi makrofag yang luas dan sedikit sel otot polos) lebih rentan untuk
mengalami rupture. Rupturnya fibrous cap dari plak atherosklerosis
tersebut akan menyebabkan terpaparnya molekul protrombosis dengan inti
lipid. Akibatnya akan mendorong untuk terbentuknya trombus akut, yang
akan menyumbat daripada lumen arteri. Tersumbatnya lumen arteri ini
akan mengakibatkan terjadinya infark miokard akut.
Universitas Sriwijaya | 46
yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan pembuluh darah
arteri dengan perlahan-lahan arteri tersebut mengalami pengerasan serta
dapat terjadi oklusi koroner. Tingkat kolesterol jahat dan lemak jenuh
yang cukup banyak dapat menyebabkan infark miokard, dikarenakan
kolesterol dapat menempel di dinding arteri dan memproduksi plak. Plak
adalah substansi yang menghalangi aliran darah di arteri. Lemak jenuh
turut berperan dalam penyempitan arteri dengan meningkatkan kadar
kolesterol jahat dalam tubuh.
Kemungkinan terserang juga akan lebih tinggi jika seseorang
mengalami overweight / obesitas. Obesitas juga diikuti dengan kondisi lain
yang dapat meningkatkan risiko nya, seperti diabetes, tekanan darah
tinggi, kadar trigliserida tingg, dan kadar kolesterol tinggi. Merokok juga
dapat menjadi sebuah penyebab karena dapat menimbulkan plak dalam
pembuluh darah serta gangguan kardiovaskular lainnya.
Penyebab lain juga dapat meliputi :
a. Umur, risiko akan meningkat seiring bertambahnya umur. Lelaki akan
mengalami risiko lebih tinggi setelah umur 45 tahun, dan wanita
setelah umur 55 tahun.
b. Riwayat Keluarga
Universitas Sriwijaya | 47
10. Patofisiologi Acute Myocardial Infarction
11. Histologi kelenjar keringat
II.6. Keterkaitan Masalah
Universitas Sriwijaya | 48
diabetes melitus, hipertensi, dan
overweight
histologi kelenjar keringat √
denyut jantung normal dan
takikardi ireguler, pemicu denyut √
jantung
Penyebab dan akibat terjadinya
kardiomegali, serta histofisiologi
√
jantung yang mengalami
kardiomegali
anatomi jantung yang mengalami
√
kardiomegali
histologi otot jantung √
sistem konduksi jantung √
Definisi Acute Myocardial
√
Infarction
patofisiologi Acute
√
Myocardial Infarction
Penyebab myocard infarct √
Universitas Sriwijaya | 49
Dinding thorax membentang di antara Apertura thoracica superior
yang dibatasi oleh vertebra Thoracica I (TI), costa 1, dan manubrium
sterni; dan Apertura thoracica inferior yang dibatasi oleh vertebra TXI1,
costa 12, ujung costa 11, arcus costalis, dan processus xiphoideus
sterni.
c) Apertura thoracica superior
Apertura thoracica superior terdiri dari:
ii. Corpus vertebrae TI di posteriornya, tepi medial costa 1 di setiap
sisinya, dan manubrium sterni di anterior. Tepi superior dari
manubrium sterni kira-kira terletak sebidang horizontalis dengan
discus intervertebralis vertebra TII dan TIII.
iii. Costa pertama melandai ke arah inferior dari persendian di sebelah
posteriornya dengan vertebra TI menuju perikatan anteriornya
dengan manubrium. Karena itulah. bidang apertura thoracica
superior terietak miring, dengan permukaan yang menghadap ke
arah anterior.
iv. Pada apertura thoracica superior, aspectus superior cavitas
pleuralis. yang mengelilingi pulmo, terletak di setiap sisi pintu
masuk mediastinum. Struktur-struktur yang lewat di antara
extremitas superior dan cavitas thoracis akan melewati costa 1 dan
sisi superior dari cavitas pleuralis saat struktur tersebut memasuki
dan meninggalkan mediastinum. Struktur-struktur yang lewat di
Universitas Sriwijaya | 50
antara leher dan kepala serta cavitas thoracis akan berjalan lebih
verticalis melalui apertura thoracica superior.
Universitas Sriwijaya | 51
iii. Ujung distal cartilagines costae 7-10, yang menyatu untuk
membentuk arcus costalis di anterolateral, dan
iv. Processus xiphoideus di anterior.
KERANGKA TULANG
Elemen skeletal dinding thorax terdiri dari vertebra thoracica,
discus intervertebralis, costae, dan sternum.
d) Vertebrae thoracicae
Ada 12 vertebrae thoracicae, masing-masing ditandai oleh
persendian dengan costae.
Persendian dengan costae. Vertebrae thoracicae yang khas
memiliki 3 tempat sendi dengan costae pada masing-masing sisi
(Gambar 3.8).
iii. Dua demifacies (yakni, facies parsial) terdapat pada aspectus
superior dan inferior corpus vertebrae untuk bersendi dengan
tempat-tempat yang sesuai pada caput costae yang berdekatan.
Facies costalis superior bersendi dengan sebagian dari caput
costae yang bersesuaian dengannya, dan facies costalis inferior
bersendi dengan sebagian dari caput costae yang terletak di
bawahnya.
iv. Facies ovalis (facies costalis transversus) pada bagian akhir
processus transversus bersendi dengan tuberculum costae yang
bersesuaian dengannya.
Universitas Sriwijaya | 52
Tidak semua vertebrae thoracicae bersendi dengan costa
dengan cara yang sama (Gambar 3.9):
iv. Facies costa superior corpus vertebrae TI adalah lengkap dan
bersendi dengan satu facies pada caput costae yang bersesuaian
dengannya—dengan kata lain, caput costae 1 tidak bersendi
dengan vertebra CVII.
v. Hal yang serupa, vertebra TX (dan seringkali TIX) hanya
bersendi dengan costae yang bersesuaian dengannya sehingga
tidak memiliki demifacies inferior pada corpusnya.
vi. Vertebra TXI dan TXII hanya bersendi dengan caput costae
yang bersesuaian dengannya—vertebrae ini tidak memiliki
facies costalis dan hanya memiliki satu facies yang lengkap di
setiap sisi corpusnya.
Universitas Sriwijaya | 53
e) Costae
Terdapat 12 pasang costae, masing-masing berakhir dengan
cartilago costalis di sisi anterior (Gambar 3.10).
Meskipun semua costae bersendi dengan columna
vertebralis. hanya cartilago costalis 1-7, yang dikenal sebagai
costae sejati/ costae verae, bersendi langsung dengan sternum.
Costae 8-12 merupakan costae palsu/ costae spuriae:
iii. Di sebelah anterior cartilago costalis 8-10 bersendi
dengan cartilago costalis di bagian atasnya.
iv. Costae 11 dan 12 tidak memiliki hubungan anterior
dengan costae lainnya ataupun dengan sternum dan
sering disebut sebagai costae melayang/costae fluitantes.
Universitas Sriwijaya | 54
Costa tersusun dari lengkungan corpus dengan ujung
anterior dan posterior (Gambar 3.11). Ujung anterior
bersinambungan dengan tulang rawannya. Ujung posterior
bersendi dengan columna vertebralis dan dapat dikenali dari
caput, collum, dan tuberculum.
Caput biasanya memanjang dan memiliki 2 facies
articularis yang dipisahkan oleh suatu crista. Permukaan superior
yang lebih sempit bersendi dengan facies costa inferior pada
corpus vertebrae di atasnya, sedangkan permukaan inferior yang
lebih luas bersendi dengan facies costa superior corpus vertebrae
yang bersesuaian dengannya.
Collum costae berupa daerah tulang yang pendek pipih
yang memisahkan caput dengan tuberculum costae.
Tuberculum costae berproyeksi ke arah posterior dari
perbatasan collum dengan corpus costae dan terdiri dari dua
daerah, bagian sendi dan bagian bukan sendi:
iii. Bagian sendi terletak di sisi medial dan memiliki facies
ovalis untuk bersendi dengan facies processus transversus
vertebra yang bersesuaian.
iv. Bagian bukan sendi yang menonjol teraba kasar dengan
adanya tempat perlekatan untuk ligamentum.
Universitas Sriwijaya | 55
Costae teratas dan terbawah memiliki beberapa ciri khusus
(Gambar 3.12).
i. Costa 1, berbentuk pipih pada bidang horizontalis dan
memiliki permukaan superior dan inferior yang luas. Dari
persendiannya dengan vertebra TI, costa 1 melandai ke
inferior menuju persendiannya dengan manubrium sterni.
Caput costae 1 bersendi dengan corpus vertebrae TI dan
hanya memiliki satu facies articularis. Tuberculumnya
memiliki facies articularis untuk bersendi dengan processus
transversus. Permukaan superior costa memiliki tuberculum
yang khas, tuberculum scaleni, yang memisahkan dua
sulcus halus yang menyilang costa kira-kira pada
pertengahan corpusnya. Sulcus anterior disebabkan
oleh vena subelavia, dan sulcus posterior disebabkan oleh
arteria subclavia. Di bagian anterior dan posterior kedua
sulcus ini, terdapat bagian yang kasar sebagai tempat lekat
musculus dan ligamentum.
ii. Costa 2, seperti costa 1, pipih namun dua kali lebih
panjang. Costa ini bersendi dengan columna vertebralis
seperti layaknya costae yang lain.
iii. Costa 10, Caput costae 10 memiliki satu facies untuk
persendian dengan vertebranya.
iv. Costae 11 dan 12 hanya bersendi dengan corpus
vertebraenya dan tidak memiliki tuberculum dan collum.
Kedua costae ini pendek, memiliki sedikit lengkungan, dan
mengarah ke anterior.
Universitas Sriwijaya | 56
f) Sternum
Sternum orang dewasa terdiri dari 3 bagian besar:
manubrium sterni yang lebar dan terletak di superior, corpus
sterni yang sempit dan terletak longitudinal, dan processus
xiphoideus yang sempit di inferior (Gambar 3.13).
Universitas Sriwijaya | 57
tulang leher dan cavitas thoracis. Permukaan superior manubrium
terbentang ke lateral dan memiliki cekungan yang unik dan dapat
diraba di bagian tengahnya, incisura jugularis
(suprasternabs)/jugular notch (sugrasternal notch), (Gambar 3.13).
Di setiap sisi tonjolan ini terdapat fossa ovalis yang lebar untuk
persendian dengan clavicula. Tepat inferior terhadap fossa ini, di
setiap sisi lateral manubrium, terdapat untuk tempat lekat
perlekatan cartilago costalis pertama. Pada bagian bawah tepi
lateralnya ada demifacies untuk persendian dengan setengah
bagian atas ujung anterior cartilago costalis kedua.
Corpus sterni, berbentuk pipih (Gambar 3.13). Permukaan
anterior corpus sterni seringkali ditandai dengan rigi-rigi
transversus yang merupakan garis-garis penyatuan antara bagian-
bagian segmental yang bernama sternebrae, dari sternebrae bagian
sternum ini muncul secara embriologis.
Tepi lateral corpus sterni memiliki facies articularis untuk
cartilago costalis. Di superior, setiap tepi lateral memiliki
demifacies untuk persendian dengan aspectus inferior cartilago
costahs kedua. Di inferior demifacies ini terdapat empat facies
persendian dengan cartilago costalis III sampai VI.
Pada tepi inferior corpus sterni terdapat demifacies untuk
persendian dengan demifacies superior pada cartilago costalis
ketujuh. Tepi inferior corpus sterni melekat pada processus
xiphoideus.
Processus xiphoideus adalah bagian terkecil dari sternum
(Gambar 3.13). Bentuknya bervariasi: bisa lebar, tipis, menajam,
bercabang dua/bifida, melengkung, atau berbelah. Dimulai
sebagai struktur cartilago, yang mengalami proses ossilikasi/
penulangan saat dewasa. Pada tiap sisi bagian tepi lateral atasnya
terdapat demifacies untuk persendian dengan ujung inferior
cartilago costalis ketujuh.
SENDI
Universitas Sriwijaya | 58
a. Sendi-sendi costovertebralis
Costa yang khas bersendi dengan:
i. Corpus vertebrae yang bersesuaian, membentuk sendi
dengan caput costae: dan
ii. Processus transversus vertebra yang bersesuaian
dengannya, membentuk sendi costotransversarium (Gambar
3.14).
a) Sendi dengan caput costae. Kedua facies pada capitulum
costa bersendi dengan facies superior corpus vertebrae yang
bersesuaian dan dengan facies inferior corpus vertebrae di
atasnya (Gambar 3.14). Sendi ini terbagi menjadi dua
kompartemen synovialis oleh suatu ligamentum
intraarticulare, yang melekatkan crista pada discus
intervertebralis yang bersesuaian dan membagi dua facies
articularis tersebut pada caput costae.
b) Sendi-sendi costotransversarium adalah sendi synovialis
antara tuberculum costae dan processus transversus vertebra
yang bersesuaian (Gambar 3.14). Sendi ini distabilkan oleh
dua ligamentum extracapsularia yang kuat, yang melintasi
ruangan antara processus transversus dan costa pada sisi
medial dan lateral sendi itu:
i) Ligamentum costotransversarium terletak medial dari
sendi dan melekat pada collum costae sampai pada
processus transversus.
ii) Ligamentum costotransversarfum lateralis terletak di
lateral sendi dan melekatkan ujung processus
transversus sampai di bagian bukan sendi yang kasar
dari tuberculum costae.
Ligamentum ketiga, ligamentum
costotransversarium superior, melekat pada permukaan
superior collum costae sampai processus transversus
Universitas Sriwijaya | 59
vertebra di atasnya. Gerakan menggeser ringan terjadi
pada sendi-sendi costotransversarium.
b. Sendi-sendi sternocostalis
Sendi-sendi antara cartilago costalis 1-7 dan sternum (Gambar
3. 15). Sendi di antara costae 1 dan manubrium sterni bukan
merupakan sendi synovialis dan terdiri dari pertemuan
fibrocartilago antara rnanubrium dan cartilago costalis. Sendi-
sendi antara costae 2-7 dan sternum adalah sendi synovialis dan
memiliki capsula tipis yang diperkuat oleh ligamentum
sternocostale yang mengelilinginya.
Sendi di antara cartilago costalis 2 dan sternum terbagi
menjadi dua kompartemen oleh suatu ligamentum intra-articulare.
Ligamentum ini melekat pada cartilago costalis kedua sampai ke
pertemuan manubrium dan corpus sterni.
c. Sendi-sendi interchondrale
Sendi ini terjadi antara cartilago costalis dari costae yang
bersebelahan (Gambar 3.15), terutama antara cartilago costalis 7-
10, tapi juga dapat melibatkan cartilago costalis 5 dan 6.
Sendi-sendi interchondrale merupakan tempat melekat tidak
langsung ke sternum dan sekaligus menyebabkan terbentuknya
tepi inferior arcus costalis yang halus. Sendi-sendi ini biasanya
synovialis, dan capsula fibrosa tipis diperkuat ligamentum
interchondralis.
Universitas Sriwijaya | 60
Sendi-sendi antara manubrium dan corpus sterni serta antara
corpus sterni dan processus xiphoideus biasanya adalah
symphysis (Gambar 3.15). Hanya gerakan angulasi ringan yang
terjadi antara manubrium dan corpus sterni selama respirasi.
Sendi antara corpus sterni dan processus xiphoideus seringkali
mengalami osifikasi seiring bertambahnya usia.
Lebih lanjut, angulus sternalis terletak di bidang horizontalis
yang melewati discus intervertebralis antara vertebra TIV dan
TV (Gambar 3.16). Bidang ini memisahkan mediastinum superius
dari mediastinum inferius dan menandai tepi superior
pericardium. Angulus sternalis juga memisahkan akhiran aorta
ascendens dari permulaan arcus aortae, akhiran arcus aortae dari
permulaan aorta thoracica, dan melewati bifurcatio trachea di
superior truncus pulmonalis.
SPATIUM INTERCOSTALE
Spatium intercostale terletak di antara costae didekatnya dan berisi
musculi intercostales (Gambar 3.19).
Universitas Sriwijaya | 61
terletak di dalam sulcus costae/costal groove di sepanjang tepi inferior
costae superior dan lewat pada bidang di antara dua lapisan musculus
bagian dalam (Gambar 3.19).
Sebelah dalam terhadap spatium intercostale dan costae, dan yang
memisahkan struktur-struktur ini dari pleura yang di bawahnya, ada suatu
jaringan penyambung longgar yang disebut fascia endothoracica, yang
berisi sejumlah lemak (Gambar 3.19B).
MUSCULI
Musculi dinding thorax meliputi musculi yang mengisi dan
menyangga spatium intercostale (musculi intercostales externi, musculi
intercostales interni, dan musculi intercostales intimi (Tabel 3.2,
Gambar. 3.19. 3.20); musculi yang melewati beberapa costae di antara
tempat lekat costanya (musculi subcostalis (Tabel 3.2, Gambar 3.21A):
dan musculi yang 1ewat di antara sternum dan costae (musculi transversus
thoracis) (Tabel 3.2. Gambar 3.21B).
Musculi dinding thorax, bersama dengan musculi di antara
vertebrae dan costae di posterior (yakni, musculi levatores costarum,
musculus serratus posterior superior, dan musculus serratus posterior
inferior), mengubah posisi costae dan sternum sehingga volume thorax
saat bernafas berubah-ubah. Musculi ini juga memperkuat dinding thorax.
Universitas Sriwijaya | 62
B. ANATOMI JANTUNG
Jantung merupakan organ
muskular berongga yang bentuknya
mirip piramid dan terletak di dalam
pericardium di mediastinum. Basis
jantung dihubungkan dengan
pembuluh-pembuluh darah besar,
meskipun demikian tetap terletak
bebas di dalam pericardium.
Universitas Sriwijaya | 63
anterior jantung.
Bentuk dan orientasi cor seperti piramida terbalik yang berdiri di atas
satu sisinya. Berada di dalam cavitas thoracis, apex piramida ini
menghadap ke depan, bawah, dan ke kiri, sedangkan basisnya berada di
arah kebalikan apex dan menghadap ke posterior (Gambar 3.57). Sisi-sisi
piramida terdiri dari: facies diaphragmatica (inferior) yang merupakan
tempat piramida bersandar, facies sternocostalis (anterior) yang
menghadap ke anterior, facies pulmonalis kanan, dan facies pulmonalis
kiri.
Universitas Sriwijaya | 64
cembung, terdiri dari atrium dextrum.
Basis cordis atau facies posterior terutama dibentuk oleh atrium
sinistrum, tempat bermuara empat vena pulmonalis. Basis cordis
terletak berlawanan dengan apex cordis.
Apex cordis dibentuk oleh ventriculus sinister, mengarah ke bawah,
depan dan kiri (Gambar 4-1 dan 4-2). Apex terletak setinggi spatium
intercostale V kiri, 9 cm dari garis tengah. Pada daerah apex, denyut apex
biasanya dapat dilihat dan diraba pada orang hidup.
Perhatikan bahwa basis cordis dinamakan basis karena jantung
berbentuk piramid dan basisnya terletak berlawanan dengan apex. Jantung
Sumber: Tortora Gerard J., Derrickson Bryan. Dasar Anatomi & Fisiologi.
Universitas Sriwijaya | 65
2016
Batas Jantung
Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium dextrum, batas kiri oleh
auricula sinistra dan bawah oleh ventriculus sinister (Gambar 4-1 dan 4-
2). Batas bawah terutama dibentuk oleh ventriculus dexter tetapi juga
oleh atrium dextrum; apex oleh ventriculus sinister. Batas-batas ini
penting pada pemeriksaan radiografi jantung.
Gambar 4-2 Permukaan anterior jantung dan pembuluh darah besar cor
Universitas Sriwijaya | 66
Gambar 5.21 Atrium kanan, Atrium dextrum, dan ventrikel kanan,
Ventriculus dexter; dilihat dari ventral.
Atrium kanan terdiri dari bagian dengan permukaan internal yang
halus, Sinus venae cavae (sinus venarum cavarum), dan bagian muskular
pada permukaan internal kasar yang terdiri dari Mm. pectinati. Kedua
bagian dipisahkan oleh Crista terminalis, yang berperan sebagai petunjuk
penting untuk lokalisasi nodus sinu-atrial (nodus SA) pada sistem
konduksi jantung Nodus SA terletak di luar (subepikardial) dari garis
demarkasi ini dan di antara tempat masuk V. cava superior dan auricula
kanan (Auricula dextra). Septum interatrial (septum interatriale)
menunjukkan sisa bekas Foramen ovale, Fossa ovalis dengan pinggirnya,
Limbus fossae ovalis. Ostium sinus coronarii, yang merupakan vena
jantung terbesar, mempunyai sebuah katup (Valvula sinus coronarii) dan
ostium V. cava inferior juga didemarkasi oleh sebuah katup (Valvula
venae cavae inferioris). Namun, kedua katup tidak dapat menutup masing-
masing lumen. Vena jantung yang lebih kecil memasuki atrium kanan
secara langsung (Foramina venarum minimarum).
Universitas Sriwijaya | 67
Gambar 5.23 Atrium kiri, Atrium sinister, dan ventrikel kiri,
Ventriculus sinister; dilihat dari lateral.
Auricula sinistra merupakan bagian muskular dari atrium kiri. Ke-
empat vena pulmonalis (Vv. pulmonales) masuk ke dinding atrium kiri
yang berdinding halus. Dinding septum menunjukkan Valvulae foraminis
ovalis berbentuk sabit, sisa Septum primum selama perkembangan
jantung.
dalam bagian Aorta yang terdilatasi (Bulbus aortae). Katup aorta terdiri
dari tiga katup semilunaris (valvulae semilunares) yang menutup Sinus
Universitas Sriwijaya | 68
aortae yang merupakan asal Arteri coronaria kanan dan kiri (Aa.
coronariae dextra dan sinistra).
Otot-Otot Jantung
Universitas Sriwijaya | 69
Katup Jantung
Universitas Sriwijaya | 70
Proyeksi Katup Jantung pada Dinding Thoraks
Rangka Jantung
Universitas Sriwijaya | 71
Gambar 5.20 Kerangka fibrosa jantung; dilihat dari kranial, ilustrasi
skematik. (berdasarkan Katup-katup tertanam pada
kerangka.jantung.
Kerangka jantung terdiri dari jaringan ikat yang membentuk suatu
cincin (Anuli fibrosi dexter dan sinister) di sekitar katup atriventrikularis
(Valvulae atrioventriculares) dan suatu cincin fibrosa di sekitar katup
semi- lunaris (Valvulae semilunares). Di antara Anuli fibrosi terdapat
Trigonum fibrosum dextrum.
C. ANATOMI PEMBULUH DARAH DI JANTUNG
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah. Secara garis
besar peredaran darah dibedakan menjadi dua, yaitu peredaran darah besar
(dari jantung ke seluruh tubuh, kembali ke jantung [sirkulasi sistemik])
dan peredaran darah kecil (dari jantung ke paru-paru kembali ke jantung
[sirkulasi pulmonal]).
3. Masuk ke jantung
a. Vena cava, masuk ke atrium kanan dari seluruh tubuh, terdiri dari
vena ava superior dan inferior, serta kaya CO2
b. Vena pulmonalis, masuk ke atrium kiri dari paru-paru dan kaya O2
4. Keluar dari jantung
a. Aorta, keluar dari ventrikel kiri menuju seluruh tubuh dan kaya O2
b. Arteri pulmonalis, keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru dan
kaya CO2
Universitas Sriwijaya | 72
Universitas Sriwijaya | 73
D. HISTOFISIOLOGI JANTUNG
Jantung adalah organ berotot yang berkontraksi secara ritmis,
memompa darah melalui sistem sirkulasi Ventrikel kanan dan kiri
memompa darah, masingmasing ke paru-paru dan bagian tubuh lain;
atrium kanan dan kiri menerima darah, masing-masing dari tubuh dan
vena pulmonalis.
Universitas Sriwijaya | 74
Dinding keempat bilik jantung terdiri atas tiga lapisan utama atau
tunika; endokardium di dalam, miokardium ditengah; dan epikardium di
luar.
d. Endokardium terdiri dari lapisan dalam endotelium yang sangat
tipis dan mendukung jaringan ikat, sebuah mioelastik lapisan
tengah dari serat otot polos dan jaringan ikat, serta pada lapisan
subendotel adalah selapis jaringan ikat yang sering disebut lapisan
subendokardial yang menyatu dengan miokardium, cabang sistem
penghantar impuls jantung, yang terdiri dari serat otot jantung
yang dimodifikasi, juga terletak di lapisan subendokardial.
e. Miokardium adalah tunika yang paling tebal di jantung dan
terdiri atas sel-sel otot jantung dengan serat yang disusun spiral di
setiap ruang jantung. Karena gaya yang kuat diperlukan untuk
memompa darah melalui sirkulasi sistemik dan paru, Miokardium
jauh lebih tebal di ventrikel ketimbang di atrium
f. Epikardium adalah mesotelium skuamosa yang sederhana dan
didukung oleh lapisan jaringan yang mengandung ikat pembuluh
darah longgar dan saraf .Epikardium sesuai dengan lapisan
viskeral dari perikardium, yaitu membran serosa tempat jantung
berada. Dimana pembuluh besar masuk dan keluar jantung,
epikardium yang dipantulkan kembali sebagai lapisan parietal
yang melapisi perikardium. Selama gerakan jantung, struktur
yang mendasari berbantal dengan deposito dari jaringan adiposa
di epikardium serta gesekan dalam perikardium dicegah oleh
cairan pelumas yang diproduksi oleh kedua lapisan sel mesotelial
serosa.
Dalam lapisan-lapisan utama jantung mengandung struktur lain yang
penting untuk fungsi peredaran darah secara keseluruhan. Padat jaringan
ikat fibrosa dari kerangka jantung merupakan bagian dari interventrikular
dan interatrial septa, mengelilingi semua katup jantung, dan meluas ke
daun katup serta korda tendinea yang melekat. Regio dari jaringan ikat
padat ini tidak teratur menjalankan fungsi berikut:
Universitas Sriwijaya | 75
a. Menahan dan mendukung katup jantung
b. Menyediakan titik kuat dari insersi untuk otot jantung
c. Membantu mengkoordinasikan detak jantung dengan bertindak
sebagai insulasi listrik antara atrium dan ventrikel
Dalam lapisan subendokardial dan miokardium yang berdekatan,
dimodifikasi oleh sel otot jantung untuk membentuk impuls dan konduksi
sistem jantung, serta menghasilkan dan menyebarkan gelombang
depolarisasi yang menyebar melalui miokardium untuk merangsang
kontraksi berirama. Sistem ini terdiri atas dua nodus yang terletak pada
atrium kanan: nodus sinoatrial (SA) (atau pacu jantung) dan nodus
atrioventrikular (AV), serta berkas atrioventrikular (His) dan jaringan
konduksi subendokardial. Terletak di dinding atrium kanan dekat vena
kava superior, nodus sinoatrial (SA) adalah massa 6-7mm3 sel otot jantung
dengan ukuran yang lebih kecil, miofibril lebih sedikit, dan diskus lebih
sedikit yang diselingi oleh khas dari serat-serat otot sekitarnya. Impuls
diprakarsai oleh sel-sel bergerak disepanjang serat miokardial kedua
atrium, merangsang kontraksi ini. Ketika impuls mencapai nodus
atrioventrikular (AV) sedikit lebih kecil, yang terletak di lantai atrium
kanan dekat katup AV dan terdiri dari sel-sel mirip dengan nodus
sinoatrial (SA), sel-sel ini merangsang depolarisasi. Melakukan serat otot
dari nodus atrioventrikular (AV) membentuk AV bundel, melewati sebuah
lubang di kerangka jantung ke dalam septum interventrikular, dan
membagi masing-masing dalam dua cabang ke dinding ventrikel.
Universitas Sriwijaya | 76
Pada apeks jantung, cabang bundel lebih lanjut ke sebuah
subendokardial melakukan jaringan miofibers, biasanya disebut serabut
Purkinje. Ini adalah serat pucat pewarnaan, lebih besar dari serat otot
kontraktil yang berdekatan, dengan tipis, miofibril perifer dan banyak
glikogen .Serat purkinje bercampur secara distal dengan serat kontraktil
kedua ventrikel dan gelombang memicu kontraksi melalui kedua ventrikel
secara bersamaan. Divisi simpatis dan parasimpatis komponen saraf
otonom mempersarafi jantung. Sel saraf ganglionik dan serabut saraf
terdapat di dekat daerah nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang
mempengaruhi timbulnya frekuensi denyut dan irama jantung, saat
berlangsungnya kegiatan olahraga dan stres emosional. Rangsangan divisi
parasimpatis (nervus vagus) memperlambat denyut jantung, sedangkan
rangsangan saraf simpatis mempercepat irama pacu jantung (pacemaker).
Di antara serabut-serabut otot miokardium, terdapat banyak ujung saraf
aferen bebas, yang berhubungan dengan sensibilitas dan rasa nyeri.
Obstruksi parsial arteri koroner mengurangi pasokan oksigen ke
miokardium dan menimbulkan rasa nyeri (angina pektoris).
Rangka Jantung
Rangka jantung, disusun oleh jaringan ikat padat, meliputi tiga
komponen utama:
d. Anulus fibrosus, terdapat di sekelilingi basis aorta, arteri
pulmonalis dan orifisium atrioventrikular
e. Trigonum fibrosum, terutama terdapat di sekitar area daun katup
aorta
f. Septum membranaseum, merupakan kelanjutan dari bagian atas
septum interventrikular Selain menjadi struktur bingkai ( frame
work ) jantung dan tempat melekatnya otot jantung, rangka jantung
juga menjadi batas pemisah miokardium atrium dan miokardium
ventrikel. Pemisahan ini berguna untuk menjaga irama dan siklus
denyut jantung, yang dikontrol oleh mekanisme konduksi berkas
atrioventikular.
Histofisiologi Otot Jantung
Universitas Sriwijaya | 77
Ciri-ciri otot jantung:
e. Serat otot jantung (cardiomyofibra) berbentuk silindris
f. Serat ini terutama terdapat di dinding dan sekat jantung, dan
dinding pembuluh darah besar yang melekat pada jantung (aorta
dan trunkus pulmonalis).
g. Sel otot jantung yang matur berdiameter sekitar 15 µm dan
panjangnya antara 85 sampai 100µm.
h. Sel-sel tersebut memiliki pola garis melintang yang identik dengan
pola otot rangka karena filamen aktin dan miosin tersusun teratur
di sarkomer.
Universitas Sriwijaya | 78
h. Sel otot jantung hanya memiliki satu nucleus yang besar,
berbentuk oval, dan terletak di tengah, walau kadang-kadang
ditemukan dua nuklei dalam satu sel.
i. Ujung terminal serat otot jantung yang berdekatan membentuk
complexus junctionalis "end to end" garis melintang terpulas-gelap
yang menyerupai tangga ini disebut diskus interkalaris (discus
intercalaris).
j. Diskus interkalaris ini adalah kompleks pertautan yang terdapat
pada pertemuan antar sel-sel otot jantung yang bersebelahan.
- Regio transversal di diskus memiliki banyak desmosome
(perekat anatar sel) dan fascia adherentes (yang menyerupai
zonula adherentes di antara sel-sel epitel) dan bersama-sama
berfungsi mengikat sel-sel jantung secara erat untuk mencegah
agar sel tersebut tidak terpisah pada saat aktivitas kontraksi
yang berlangsung konstan.
- Bagian yang berada lebih longitudinal di setiap diskus
memiliki berbagai taut celah (gap junction), yang
memungkinkan pertukaran ion secara kontinu di antara sel-sel
yang bersebelahan. Struktur tersebut bekerja sebagai "sinaps
listrik", dan memungkinkan sel otot jantung bekerja seperti
pada suatu sinsitium multinuklir dengan sinyal kontraksi yang
berpindah dari sel ke sel dalam bentuk gelombang.
k. Struktur dan fungsi protein kontraktil dalam sel otot jantung pada
dasarnya sama dengan otot rangka. Akan tetapi, sistem tubulus T
dan retikulum sarkoplasma pada otot jantung tidak tersusun
begitu teratur. Tubulus T berjumlah lebih banyak dan lebih besar
pada otot ventrikel ketimbang pada otot rangka dan retikulum
sarkoplasma tidak begitu berkembang (Gambar 10-18).
l. Sel otot jantung mengandung banyak mitokondria yang menempati
40% atau lebih volume sitoplasma yang mencerminkan kebutuhan
akan metabolisme aerob dalam otot jantung secara terus menerus
Universitas Sriwijaya | 79
sangat besar, maka dari itu otot jantung memeiliki persediaan
myoglobin yang sangat banyak.
Universitas Sriwijaya | 80
bawah dari jaringan ikat ini ada membrana elastica interna, yang
mengandung serat elastis yang bersusun rapat membentuk berkas.
e. Tunika media (membrana fenestrata). Terdiri terutama atas otot polos
dan serat elastis. Ada pula sedikit serat kolagen dan urat saraf. Lapisan
ini sangat tebal dan inilah yang membuat pembuluh elastis ini jadi
sangat bingkas. Pada lapisan ini, di daerah pangkal lebih banyak serat
elastis daripada serat otot polos dan makin jauh dari jantung jumlah
serat elastis menyusut dan serat otot bertambah.
f. Tunika adventisa. Terdiri terutama atas jaringan ikat, berupa serat
kolagen dan sedikit serat elastis. Disini terdapat pula vasa vasorum
dan urat saraf, yang bercabang dan masuk ke tunica media.
Arteri
Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan menjadi arteri
besar atau arteri elastis, arteri ukuran sedang atau arteri muskuler, dan
arteriola (Eroschenko, 2010).
Universitas Sriwijaya | 81
externa, relatif tidak berkembang dan mengandung serabut-serabut
elastin dan kolagen.
b. Arteri ukuran sedang dan kecil
Memiliki lapisan muskuler yang tebal. Sel-sel ini bercampur
dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan proteoglikan.
c. Arteriola
Merupakan pembuluh arteri yang paling kecil (halus), berdiameter
kurang dari 0,5 mm dan relatif mempunyai lumen yang sempit.
Memiliki tunika intima dengan tanpa lapisan subendotel dan
umumnya tidak mempunyai membrana elastik interna. Lapisan media
adalah lapisan sel-sel otot polos yang tersusun melingkar. Lapisan
adventisia tipis, tidak berkembang dengan baik dantidak menunjukkan
adanya membrana elastik externa.
Universitas Sriwijaya | 82
Universitas Sriwijaya | 83
Struktur sensorik khusus di arteri: Sel Glomus
Vena
Tunika intima terdiri dari endothelium (selnya pipih selapis) dan
subendothelium (jaringan ikat tipis langsung berhubungan dengan tunika
adventisia). Tunika media tidak ada. Tunika adventisia yang terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan serabut colagen yang membentuk
berkasberkas longitudinal, sel fibroblast dan sel otot polos tampak
diantaranya (Price, 2006).
Universitas Sriwijaya | 84
saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil
otot polos yang bercampur dengan serabut-serabut kecil kolagen dan
jala-jala halus serabut elastin. Lapisan kolagen adventisia berkembang
dengan baik.
c. Vena besar
Mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik. Tunika
media jauh lebih kecil, dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak
jaringan penyambung. Tunika adventisia adalah lapisan yang paling
tebal dan pada pembuluh yang paling besar dapat mengandung
berkas-berkas longitudinal otot polos. Vena ukuran-kecil atau sedang
menunjukkan adanya katup-katup di dalamnya. Struktur ini terdiri atas
2 lipatan semilunaris dari lapisan dalam pembuluh yang menonjol ke
dalam lumen. Mereka terdiri atas jaringan penyambung elastin dan
dibatasi pada kedua sisinya oleh endotel. Katup-katup khususnya
banyak pada vena anggota badan (lengan dan tungkai). Mereka
mendorong darah vena ke arah jantung berkat kontraksi otot-otot
rangka yang terletak di sekitar vena.
Universitas Sriwijaya | 85
Universitas Sriwijaya | 86
Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,
melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah
rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 μm (Price, 2006).
Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding
sel endotel, yaitu (Kumar, 2007):
d. Kapiler kontinu, susunan sel endotel rapat.
e. Kapiler fenestrata atau perforata,
Ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel endotel. Kapiler
perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana terjadi
pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah,
seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar endokrin.
f. Kapiler sinusoid,
Berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (3040 μm),
sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu
Universitas Sriwijaya | 87
oleh sel–sel endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan
adanya sel dengan dinding bulat selain sel endotel yang biasa dengan
aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid terutama ditemukan pada hati
dan organ-organ hemopoetik seperti sumsum tulang dan limpa.
Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid pertukaran antar
darah dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan
makromolekul dapat berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua
ruangan tersebut.
Universitas Sriwijaya | 88
tetapi juga pada anastomosis arteriovenosa yang memungkinkan
metarteriol langsung mengosongkan darah kedala vena-vena kecil. Antar
hubungan ini banyak sekali pada otot rangka dan kulit tangan dan kaki.
Bila pembuluh-pembuluh anastomis arteriovenosa berkontraksi, semua
darah harus berjalan melalui jala-jala kapiler. Bila relaksasi, sebagian
darah mengalir langsung ke vena bukan mengalir ke dalam kapiler.
Sirkulasi kapiler diatur oleh rangsang syaraf dan hormon (Kumar et al.,
2007).
Tubuh manusia luas permukaan jala-jala kapiler mendekati 6000m².
Garis tengah totalnya kira-kira 800 kali lebih besar daripada garis tengah
aorta. Suatu unit volume cairan dalam kapiler berhubungan dengan luas
permukaan yang lebih besar daripada volume yang sama dalam bagian
sistem lain. Aliran darah dalam aorta rata-rata 320 mm/detik, sedangkan
dalam kapiler sekitar 0,3 mm/detik. Sistem kapiler dapat dimisalkan
dengan suatu danau di mana sungai-sungai masuk dan keluar, dindingnya
yang tipis dan alirannya yang lambat, kapiler merupakan tempat yang
cocok untuk pertukaran air dan solut antara darah dan jaringan-jaringan
(Junquiera, 2007).
Universitas Sriwijaya | 89
F. PERSARAFAN JANTUNG
Divisi otonom sistem saraf perifer langsung bertanggung jawab
untuk meregulasi detak jantung, kekuatan setiap kontraksi, dan luaran
jantung.
Cabang-cabang dari systema parasymathicum dan sympathicum
berkontribusi membentuk plexus cardiacus. Plexus ini terdiri dari pars
superficialis, inferior dari arcus aortae dan di antara arcus aortea dan
truncus pulmonalis (Gambar 3.80A), dan pars profundus, di antara arcus
aortae dan bifurcatio trachea (Gambar 3.80B).
Dari plexus cardiacus, cabang-cabang kecil yang merupakan saraf
campuran yang berisi baik serabut-serabut sympathicum dan
parasympathicum menyuplai cor. Cabang-cabang ini mempengaruhi
jaringan nodus dan jaringan lain sistem konduksi jantung, vasa coronaria,
dan musculature atria dan ventriculi.
Persarafan parasympathicum
Stimulasi sistem parasympathicum :
a. Menurunkan detak jantung
b. Menurunkan kekuatan kontraksi
c. Mengkrontriksi arteriare coronariae.
Serabut-serabut parasymphaticum preganglionares mencapai cor
Universitas Sriwijaya | 90
sebagai rami cardiaci dari nervus vagus dextra dan sinistra (Gambar 3.80).
Rami cardiaci memasuki plexus cardiacus dan bersinaps di ganglia yang
berlokasi di dalam plexus atau di dinding atria.
Persarafan sympathicum
Stimulasi sistem sympathicum:
a. Meningkatkan detak jantung
b. Meningkatkan kekuatan kontraksi.
Serabut-serabut sympathicum mencapai plexus cardiacus melalui
nervi cardiaci dari truncus sympathicus (Gambar 3.80). Serabut-serabut
sympathcus preganglionares dari empat atau lima medulla spinalis
segmentalis atas masuk dan pindah melalui truncus sympathicus. Serabut
sympathicum ini bersinaps di ganglia sympathicum cervicalis dan
thoracica atas, dan serabut- serabut postganglionares berlanjut sebagai
rami bilateral dari truncus sympathicus yang menuju ke plexus cardiacus.
Universitas Sriwijaya | 91
Afferentes viscerales dari cor juga merupakan komponen plexus
cardiacus. Serabut-serabut ini melewati plexus cardiacus dan kembali ke
sistem saraf pusat di nervi cardiaci dari truncus sympathicus dan di rami
cardiaci nervi vagi.
Afferentesnya yang dikaitkan dengan nervi cardiaci vagus kembali ke
nervus vagus. Serabut-serabut ini mendeteksi perubahan tekanan darah
dan perubahan kimia darah dan karenanya terutama mengontrol refleks
cordis.
Afferentesnya yang dikaitkan dengan nervi cardiaci dari truncus
sympathicus kembali ke pars cervicalis atau pars thoracica truncus
sympathicus. Bila struktur ini berada di pars cervicalis, normal akan turun
ke regio thoracica, tempat afferentes tersebut akan masuk kembali ke
dalam empat atau lima segmen thoracica medulla spinalis paling atas
bersama dengan serabut-serabut afferentes regio thoracalis truncus
sympathicus.
Universitas Sriwijaya | 92
Plexus Cervicalis
Plexus cervicalis dibentuk oleh rami anteriores C1 sampai dengan C4.
Rami anterores ini dihubungkan oleh cabang-cabang penghubung, yang
membentuk simpai. Plexus cervicalis menyarafi kulit dan otot-otot kepala,
leher, dan bahu.
Cabang- cabang kulit.
f. Nervus occipitalis minor (C2, yang menyarafi belakang kulit
kepala dan auricula).
g. Nervus auricularis magnus (C2 dan 3), yang menyarafi kulit di
sekitar angulus mandibulae.
h. Nervus cervicalis transversus (C2 dan 3), yang menyarafi kulit
pada permukaan anterior leher.
i. Nervi supraclaviculares (C3 dan 4). Ramus medialis, intermedius,
dan lateralis menyarafi kulit bahu. Nervus ini penting di klinik,
karena nyeri menjalar melalui nervus-nervus yang berasal dari
nervus phcrenicus
j. Rami musculares ke otot-otot leher. Otot-otot prevetebralis,
musculus sternocleidomastoideus (propioseptif, C2 dan 3),
musculus levator scapulae (C3 dan 4), dan musculus trapezius
(propioseptif, C3 dan 4). Sebuah cabang dari C1 ini kemudian
Universitas Sriwijaya | 93
meninggalkan nervus hypoglossus sebagai ramus decsendens, yang
bergabung dengan nervus cervicalis descendens (C2 dan 3), untuk
membentuk ansa cervicalis. Serabut-serabut nervus cervicalis 1, 2,
dan 3 di dalam ansa cervicalis menyarafi musculus omohyoideus.
Universitas Sriwijaya | 94
i. Nodus Sinoatrialis (Pacemaker) memulai denyut jantung. Terletak
pada dinding atrium dextrum di bagian atas dari sulcus terminalis,
tepat di sebelah kanan muara vena cava superior. Nodus ini
merupakan asal impuls ritmik elektronik yang secara spontan
disebarkan ke seluruh otot-otot jarntung atrium dan menyebabkan
otot-otot ini berkontraksi.
ii. Nodus Atrioventricu laris terletak pada bagian bawah septum
interatriale tepat di atas tempat peilekatan cuspis septalis valve
tricuspidalis . Dari sini, impuls jantung dikirim ke ventrikel oleh
fasciculus atrioventricularis. Nodus atrioventricularis distimulasi oleh
gelombang eksitasi pada waktu gelombang ini melalui miokardium
atrium.
Kecepatan Konduksi Melalui Nodus Atrioventricularis
Kecepatan konduksi impuls jantung melalui nodus
atrioventricularis (sekitar 0,11 detik) memberikan waktu yang cukup
untuk atrium mengosongkan darahnya ke dalam ventrikel sebelum
ventrikel mulai berkontraksi.
iii. Fasciculus Atrioventricularis berjalah dari nodus atrioventrikularis
Universitas Sriwijaya | 95
sampai menjadi plexus purkinye. Fasciculus ini berjalan lurun melalui
kerangka fibrosa jantung lalu melewati bagian belakang cuspis
septalis valva tricuspidalis pada bagian membranosa septum
ventriculus. Di perbatasan atas bagian muscular septum, fasciculus ini
terbagi menjadi dua bagian satu untuk masing-masing ventrikel. Crus
dextrum fasciculus atrioventrikuiaris atau right bundle branch (RBB)
berjalan kebawah melaiui sisi kanan septum ventriculus sampai ke
trabecula septomarginalis, dan setelah itu menyilang ke dinding
anterior ventikel kanan. Disinilah fasciculus ini bertemu dengan
serabut plexus Purkinje. Crus sinistrum fasciculus atrioventricularis
atau lefi bundle branch (LBB) berjalan kebawah menembus septum
disebelah kiri dibawah endocardium. Fasciculus ini biisanya terbagi
menjadi dua cabang (anterior dan posterior) dan pada akhimya
bertemu dengan serabut plexus Purkinje ventrikel kiri.
Fungsi Fasciculus Atrioventricularis
Fasciculus atrioventricularis (berkas dari His) merupakan satu-
satunya jalur serabut otot jantung yang menghubungkan miokardium
atrium dan miokardium ventriculus, oleh karena itu fasciculus ini
merupakan satu-satunya jalan yang dipergunakan oleh impuls jantung
untuk berjalan dari atrium ke ventrikel. Jadi terlihat bahwa sistem
konduksi jantung bertanggung jawab tidak hanya untuk pembentukan
impuls jantung, tetapi juga untuk penghantaran impuls ini dengan
cepat ke seluruh miokardium jantung, sehingga ruang'ruang jantung
berkontraksi secara terkoordinir dan efisien. Aktivitas sistem konduksi
dapatdipengaruhi oleh saraf otonom yang menyarafi jantung. Saraf
parasimpatik memperlambat irama dan mengurangi kecepatan
penghantaran impuls; saraf simpatik mempunyai efek yang
berlawanan.
iv. Crus dextrum/right bundle branch berlanjut di sisi kanan septum
interventriculare menuju apex ventriculus dexter. Dari septum,
struktur ini memasuki trabecula septomarginalis untuk menuju basis
musculus papillaris anterior. Di titik ini, struktur ini bercabang dan
Universitas Sriwijaya | 96
bersinambungan dengan komponen final sistem konduksi jantung,
plexus subendocardialis sel-sel konduksi ventricularis atau serabut-
serabut Purkinje. Jejaring sel-sel khusus ini menyebar ke seluruh
ventriculus untuk menyuplai musculature ventricularis termasuk
musculi papillares.
vi. Crus sinistrum/left bundle branch melewati sisi kiri musculi septum
interventriculare dan turun ke apex ventriculus sinister (Gambar
3.79B). Di sepanjang perjalanannya, struktur ini memberikan cabang-
cabang yang akhirnya akan bersinambungan dengan plexus
subendocardialis sel-sel konduksi (serabut- serabut Purkinje).
Seperti dengan sisi kanan, jejaring sel-sel khusus ini menyebarkan
impuls eksitasi ke seluruh ventriculus sinister.
Universitas Sriwijaya | 97
maupun gangguan pada aliran darah. Fatty streak timbul akibat adanya
stresor kimia dan fisika yang akan mempengaruhi homeostastis endotel,
sehingga akan mengganggu fungsi endotel sebagai barier permeabilitas.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya modifikasi dari lipid dan masuknya
lipid ke subintima, yang akan memicu pelepasan dari sitokin inflamasi.
Lingkungan yang kaya sitokin dan lemak ini akan menarik leukosit
(khususnya monosit dan T limfosit) ke subintima, sehingga akan
menyebabkan terbentuknya foam cell (Lilly, 2011). Foam cell, aktivasi
platelet dan endotel yang rusak akan mengeluarkan berbagai substansi,
seperti platelet derived growth factor, sitokin, dan growth factor. Akibat
dari lepasnya substansi tersebut, akan terjadi proliferasi dan migrasi sel
otot polos dari arterial media ke intima, sehingga akan mempengaruhi
sintesis dan degradasi dari matriks ekstraseluler dan mengakibatkan
terbentuknya dinding fibrous cap yang mengandung inti lipid. Proses
inilah yang berperan dalam perubahan fatty streak menjadi plak ateroma
fibrosa (Lilly, 2011). Proses dari sintesis dan degradasi matriks terjadi
selama bertahun - tahun. Sel otot polos dan foam cell yang mati akibat dari
stimulasi inflamasi yang berlebihan atau akibat aktivasi dari proses
apoptosis akan membebaskan isi dari sel berupa lipid yang terserap dan sel
debris, dimana akan menyebabkan semakin besarnya inti lipid, yang akan
memicu terjadi stres mekanik. Sebagai respon dari peningkatan stres
mekanik, akan terjadi akumulasi lokal dari foam cell dan T limfosit di area
tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya destruksi dari fibrous cap
dan mempercepat proses degradasi dari matriks ekstraseluler, sehingga
menyebabkan rentannya plak mengalami ruptur (Lilly, 2011).
Distribusi dari fibrous cap dan net deposition merupakan faktor
penentu dalam integritas plak. Plak yang stabil (ditandai dengan fibrous
cap yang tebal dan inti lemak yang kecil) dapat menimbulkan penyempitan
arteri, tetapi kecil kemungkinan untuk terjadi ruptur. Sedangkan plak yang
tidak stabil (ditandai dengan fibrous cap yang tipis, inti lemak yang besar,
infiltrasi makrofag yang luas dan sedikit sel otot polos) lebih rentan untuk
mengalami ruptur (Lilly, 2011). Rupturnya fibrous cap dari plak
Universitas Sriwijaya | 98
atherosklerosis tersebut akan menyebabkan terpaparnya molekul
protrombosis dengan inti lipid. Akibatnya akan mendorong untuk
terbentuknya trombus akut, yang akan menyumbat daripada lumen arteri.
Tersumbatnya lumen arteri ini akan mengakibatkan terjadinya infark
miokard akut (Lilly, 2011).
Universitas Sriwijaya | 99
oleh proses aktivasi platelet (Becker, 2008).
Aktivasi platelet memainkan peran yang krusial dalam patogenesis
pembentukan trombus akibat pecahnya plak aterosklerosis. Aktivasi
platelet mendorong pembentukan arachidonic acid, yang dapat
bertransformasi menjadi prostaglandin, seperti misalnya thromboxane A2,
salah satu substansi vasokonstriktor dan agregator platelet yang kuat
(Badimon dan Vilahur, 2007).
Terpaparnya substrat trombogenik terhadap platelet yang bersirkulasi
akan mendorong terjadinya perekrutan platelet ke arah dinding pembuluh
darah yang cedera dalam rangkaian kejadian trombogenik yaitu, platelet
“berhenti” di dalam subendotel yang terpapar, perekrutan dan aktivasi
platelet-platelet lain lewat pelepasan platelet agonis mayor lokal, diikuti
kemudian dengan stabilisasi dari agregat platelet tersebut. Proses
berikutnya adalah terjadinya inisiasi pembentukan trombus pada daerah
yang mengalami ruptur plak tersebut. Terjadinya interaksi antara platelet
dengan komponen matriks ekstraseluler yang terpapar oleh darah,
termasuk di dalamnya adalah kolagen fibril dan/atau protein adesi non-
kolagen seperti von Willebrand factor (VWF), fibronectin dan laminin
(Gambar 2.3) akan menciptakan ikatan adesi lanjutan yang kuat,
ireversibel, dan stabil antara platelet dengan matriks ekstraseluler tersebut
(Badimon dkk., 2012).
Ikatan yang kuat antara platelet dan kolagen menciptakan stimulus
untuk aktivasi platelet, perubahan ukuran, dan juga sekresi (eksositosis)
dari konstituen granula-granula yang tersimpan dalam platelet yaitu
lysosomes, α-granules, dan dense bodies. Melalui rangkaian proses
biomolekuler dengan pelepasan berbagai macam substansi pro-trombotik,
maka sekresi granula platelet tersebut akan mendorong perekrutan dan
aktivasi platelet tambahan ke tempat terjadinya lesi endotel, meningkatkan
proses trombosis yang terjadi sebelumnya (Becker, 2008, Badimon dkk.,
2012).
Respon platelet yang penting setelah terjadinya aktivasi platelet adalah
perubahan penyesuaian diri glikoprotein reseptor membran platelet
DAFTAR PUSTAKA