“ CEK KESEHATAN ”
Kelompok 5
Ketua : Mym Dzulfan Azmi (1513010031)
Scribber : Havidza Rivani (1513010012)
Notulen : Prima Ufiyantama A.S (1513010034)
Anggota : Fabella K. Pertiwi (1513010005)
Havidza Rivani (1513010012)
A.A.SG. Kuntya Sareeta (1513010016)
Glennis Widra Shintyalola (1513010040)
M. Rafid H. Ifnu. R (1513010041)
Brahmantyo Prabu W. S (1513010043)
Ken Agesta Ade Permata (1513010044)
Tutor : dr. Nasyid Abdullah
“ CEK KESEHATAN ”
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Obesitas
Penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak
berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.
(Sudoyo AW et al, 2009)
2. Kolesterol
Adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati
(Nilawati, 2008)
3. Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis (kekakuan
arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak/plak (plague) pada
dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala.
(Misnadierly, 2007)
4. HDL
Merupakan bentuk kolesterol yang baik karena mampu untuk menurunkan
pembentukan aterosklerosis
(Komoda, 2010)
5. Trigliserida
Trigliserida adalah ester organik yang dibentuk oleh esterifikasi gliserol
dan 3 molekul rantai asam lemak
(Peter A Mayes, 2003)
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang menyebabkan pegal pegal pada kedua tangan dan kesemutan?
2. Apa hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan keluhan utama?
3. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang?
4. Bagaimana penatalaksanaan pertama pada kasus?
BAB III
BRAIN STORMING
1. Apa yang menyebabkan pegal pegal pada kedua tangan dan
kesemutan?
Kesemutan terjadi karena adanya hambatan pada hantaran pesan oleh
syaraf ke otak. Sensasi normal hilng saat adanya hambatan tersebut
sehingga dapat terjadi kebas atau baal. Saat hambatan terlepas dan syaraf
mulai mengirim pesan lagi ke otak pada saat itulah terjadi kesemutan. Ada
dua macam kesemutan, yaitu kesemutan sementara dan kesemutan lama.
Kesemutan sementara terjadi karena posisi tubuh, tungkai, kaki, lengan
atau tangan sedemikian rupa sehingga terjadi penekanan pada daerah
tertentu. Kesemutan akan hilang apabila posisi tubuh diperbaiki.
Sedangkan pada kesemutan lama terjadi akibat :
a. Pada jepitan syaraf pada ruas tulang punggung karena masalah pada
tulang punggung. Misalnya jepitan di daerah cervicalis, maka
kesemutan dapat terjadi di leher, bahu, lengan tangan sampai jari.
b. Carpal tunnel syndrom. Jepitan syaraf pada terowongan carpal di
pergelangan tangan. Terasa dari pergelangan tangan hingga ujung jari.
c. Diabetes Mellitus. DM dapat merusak pembuluh darah kapiler yang
menyuplai darah ke syaraf pada jari tangan atau kaki (peripheral
neuropathy)
d. Neuritis. Peradangan yang terjadi pada syaraf yang biasanya
disebabkan oleh konsumsi alkohol, zat zat berbahaya dalam asap
rokok, infeksi virus atau bakteri.
e. Trauma (kerusakan ujung syaraf), obat (Obat-obat chemotherapy,
antiretroviral, metronidazole)
(Muhtadi, 2011)
(Syarif, 2008)
BAB IV
BAB V
LEARNING OBJECTIVE
BELAJAR MANDIRI
BAB VII
HASIL BELAJAR
(Ford, 2001)
C. Faktor resiko
Berat badan berlebih atau obesitas menjadi faktor resiko utama dari
sindrom metabolik. Obesitas sentral yang menjadi ciri utama sindrom
metabolik. Berdasarkan hasil studi prevalensi sindrom metabolik
didukung oleh hubungan yang kuat antara lingkar pinggang dan
peningkatan jaringan adipose. Namun, terlepas dari obesitas, pasien
yang memiliki berat badan normal juga memungkinkan mengalami
resistensi insulin dan memiliki sindrom metabolik. Sindrom ini sering
kali dihubungkan dengan penyakit kardiovaskular. Penyebab utamanya
adalah gaya hidup yang sedenter atau kurangnya aktivitas fisik. Hal
tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan jaringan
adipose (terutama bagian abdominal, penurunan HDL, peningkatan
trigliserida dan tekanan darah.
Penuaan juga berpengaruh terhadap kejadian sindrom metabolik.
Dalam suatu survey, 44% populasi dengan usia diatas 50 tahun
memiliki sindrom metabolik. Sebagian besar adalah wanita.
Ketergantungan usia dari prevalensi sindrom metabolik terlihat di
sebagian besar populasi. Faktor resiko lainnya adalah diabetes
mellitus, penyakit jantung koroner dan lipodistrofi. (Eckel, 2012)
D. Tanda dan Gejala Klinis
- Hiperglikemia, yang dapat berhubungan dengan diabetes mellitus
tipe 2, intoleransi glukosa dan resistensi insulin
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Obesitas sentral, yaitu berat badan berlebih dengan penumpukan
lemak di daerah pinggang dan perut
- Penurunan kolesterol HDL
- Peningkatan trigliserida
(Sudoyo AW et al, 2009)
C. Dislipidemia
Secara umum, dengan peningkatan fluks asam lemak bebas ke
liver, peningkatan produksi yang sangat rendah-density lipoprotein
(VLDL) terjadi. Dalam kondisi fisiologis, insulin menghambat sekresi
VLDL ke sirkulasi sistemik. Bila terjadi resistensi insulin, fluks
meningkat asam lemak bebas ke hati meningkatkan sintesis
trigliserida hati. Oleh karena itu, hipertrigliseridemia adalah refleksi
yang sangat baik dari kondisi resisten insulin dan merupakan salah
satu kriteria yang paling penting untuk diagnosis Sindrom metabolik.
Gangguan lipoprotein utama lainnya, di Sindrom metabolik, adalah
penurunan tingkat HDL-kolesterol. Pengurangan ini merupakan
konsekuensi dari perubahan komposisi dan metabolisme HDL. Ketika
hipertrigliseridemia hadir, penurunan kadar kolesterol HDL hasil dari
penurunan kadar ester cholesteryl dari inti lipoprotein dengan
peningkatan variabel dalam trigliserida. Selain HDL, LDL komposisi
juga diubah dengan cara yang sama. Bahkan, dengan serum
trigliserida puasa > 2,0 mmol / L, hampir semua pasien memiliki
dominasi small dense LDL. Perubahan komposisi LDL disebabkan
penurunan relatif unesterified dan esterifikasi kolesterol, dan
fosfolipid, dengan baik tidak ada perubahan atau kenaikan trigliserida
LDL. Dalam beberapa studi, ini perubahan dalam komposisi LDL
merupakan faktor risiko independen untuk penyakit jantung.
D. Glukosa intoleransi
Cacat tindakan insulin dalam metabolisme glukosa termasuk
kegagalan untuk menekan glukoneogenesis di hati, dan menjadi
penengah insulin uptake glukosa di jaringan sensitif (otot dan jaringan
lemak). Untuk mengkompensasi cacat dalam tindakan insulin, sekresi
insulin harus ditingkatkan untuk mempertahankan euglycemia. Ketika
kompensasi ini menjadi lelah dan gagal, cacat pada sekresi insulin dan
hiperglikemia terjadi mendominasi. Meskipun asam lemak bebas
dapat merangsang sekresi insulin, kontak yang terlalu lama untuk
konsentrasi yang berlebihan hasil FFA di jatuh sekresi insulin (karena
efek lipotoxic).
E. Hipertensi
Hubungan antara resistensi insulin dan hipertensi mapan.
Beberapa mekanisme yang berbeda tampaknya berkontribusi.
Pertama, insulin memiliki efek vasodilator bila diberikan intravena
untuk orang dengan berat badan normal, dengan efek sekunder pada
reabsorpsi natrium di ginjal. Ketika resistensi insulin terus-menerus
berlangsung, efek vasodilatory insulin bisa hilang, tetapi pengaruh
pada reabsorpsi natrium ginjal cenderung dipertahankan. Asam lemak,
sendiri, bisa memediasi vasokonstriksi relatif. Hiperinsulinemia dapat
mengakibatkan peningkatan sistem saraf simpatik (SNS) kegiatan dan
memberikan kontribusi pada perkembangan hipertensi.
Insulin >>
Obesitas
As. Lemak bebas >>
RAAS >>
Meningkatkan
jar. Lemak
Reabsorbsi NA viseral
>>
Meningkatkan
produksi as. Lemak
Retensi vaskuler bebas
<<
Akumulasi
lemak
Hipertensi diberbagai
organ
(Lopez, 2001)
8.1 Kesimpulan
8.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Eckel RH. Chapter 242 : The Metabolic Syndrome. In : Longo DL, Fauci AS,
Kasper DL, et al. Eds. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th edition.
New York : Mc Graw Hill : 2012
Flier, J.S and Flier, E.M. 2005. Obesity. In : Kasper, D.L et al. Harrison’s
Principle of Internal Medicine. New York : McGraw-Hill, 422 - 427
Ford ES, Giles WH, Dietz WH. Prevalence of The Metabolic Syndrome Among
US Adults ; Finding From The Third National Health and Nutrition Examination
Survey. JAMA 2001 ; 285:2486-2497
Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Krauss RM, Winston M., 2012. Obesity Impact on Cardiovascular Disease. USA:
American Heart Association, Inc