Disusun oleh:
Fabella Khairina Pertiwi
Aurina Imah Haryoko
Enrika Tunjung Puspita
Juniar Faiz Musafich
Prima Ufiyantama AS
Pembimbing:
dr. Iman Krisnugroho Sp. M
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hubungan
konsumsi teh dan kopi dengan peningkatan tekanan intraokuler” tepat pada waktunya.
Penyusunan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
menempuh kepaniteraan klinik di bagian Mata di RSUD Kota Salatiga. Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada:
1. dr. Iman Krisnugroho Sp.M selaku pembimbing dalam penyusunan referat.
2. Seluruh staff mata RSUD Kota Salatiga
3. Rekan kepaniteraan staff mata RSUD Kota Salatiga.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut tidak lepas
dari segala keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu bimbingan dan
kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
2.1 Tekanan Intraokuler.....................................................................................................6
A. Definisi......................................................................................................................6
B. Faktor Resiko.............................................................................................................6
C. Metode Pengukuran Tekanan Intraokuler..................................................................8
2.2 Kafein.........................................................................................................................11
A. Definisi....................................................................................................................11
B. Efek Konsumsi Kafein.............................................................................................11
C. Hubungan Kafein dengan Tekanan Intraokuler.......................................................11
D. Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intraokuler.......................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Usia
Efek meningkatnya usia terhadap tekanan intraokular sebagian dapat akibat
dari peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, dan obesitas. Dengan
peningkatan usia pengeluaran aliran aqueous humor menurun. Lebih dari 10%
tekanan intraokular meningkat pada usia 60 tahun (Hollows & Graham, 1966).
2) Jenis Kelamin
3) Variasi Diurnal
Pada malam hari, karena perubahan posisi dan berdiri menjadi\ berbaring,
terjadi peningkatan episklera sehingga tekanan intraokular meningkat. Kondisi
ini kembali normal pada siang hari sehingga tekanan intraokular kembali
turun (Doshi, et al., 2010). Variasi normal antara 2 – 6 mmHg dan mencapai
tekanan tertinggi saat pagi hari, sekitar pukul 5-6 pagi (Simmons, 2007).
4) Genetik
Tekanan Intraokular memiliki kecenderungan lebih tinggi pada keluarga
yang menderita glaukoma Glaukoma mengakibatkan ketidakseimbangan antara
proses produksi dan ekskresi atau aliran keluar aqueous humor disertai
6
peningkatan TIO.
5) Ras
Pada orang kulit hitam, seperti Afrika mempunyai tekanan intraokular yang
lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih. Namun hal ini belum dapat
dipastikan apakah ini faktor genetik atau lingkungan.
6) Aliran Darah ke Badan Siliar
Penurunan aliran plasma yang sedikit menuju prosesus siliaris tidak
menurunkan produksi aqueous humor secara bermakna. Tetapi vasokonstriksi
yang kuat mengurangi laju aliran aqueous humor.
7) Gangguan Refraksi
Adanya hubungan antara miopia tinggi dengan peninggian tekanan
intraokular, dimana dengan bertambahnya panjang sumbu bola mata dapat
menyebabkan meningkatnya TIO. Beberapa teori telag didiskusikan bagaimana
tekanan intraokuli dapat menjadi salah satu faktor awal glaucomatous damage.
Teori terjadinya glaukoma belum diketahui dengan pasti, tetapi ada dua teori
diantaranya: teori mekanis adanya penekanan axon nervus optikus dan teori
iskemik dengan adanya disfungsi pembuluh darah (Anon., 2005-2006).
7
C. Metode Pengukuran Tekanan Intraokuler
8
2) Tonometer Applanasi Goldmann
Tonometer yang dipasang pada lampu celah (slitlamp), untuk
mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea
dengan beban standart. Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan
intraokular dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sklera (scleral
rigidity). Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10
mmHg. Penilaian tonometer aplanasi melalui biomikroskop terlihat
gambaran dua semi lingkaran yang berukuran sama dimana sisi dalam
kedua semi lingkaran atas dan bawah saling bertemu dan sejajar. Nilai yang
terbaca pada tombol cakra tonometer dikalikan 10 untuk mendapat nilai
dalam mmHg (milimeter air raksa). Jika tekanan intraokular >20 mmHg
sudah dianggap menderita glaukoma.
3) Tonometer Perkins
Tonometer Perkins adalah sebuah tonometer aplanasi mekanik portabel
sehingga dapat digunakan dalam berbagai posisi, keakuratannya sama baik
dalam posisi vertical maupun horizontal. Tonometer ini memiliki
mekanisme yang mirip dengan tonometer Goldmann sehingga gambaran
yang dijumpai pun sama dengan gambaran Goldmann.
9
Gambar 4. Tonometer Perkins
5) Tono Pen
Merupakan tonometer portabel dengan sumber energi dari baterai.
Keunggulan menggunakan tono pen ini selain portabel, alat ini lebih teliti.
Hasil pengukuran tampil secara digital. Namun, harga tono pen lebih mahal
dibandingkan tonometer Schiotz sehingga jarang dijumpai di klinik dan
bagian gawat darurat.
10
2.2 Kafein
A. Definisi
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam methylxanthine bersama senyawa
tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan
asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit dengan rumus kimianya C6H10O2, dan
struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin (Ganiswara, 1995).
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam makanan,
contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana, dan mate.
Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari kafein yang
dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih banyak
kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah
teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi.
11
hidrostatik dalam pembentukan air dari plasma dalam jaringan kapiler proses silia
sehingga berefek pada saraf optik yang kemudian meningkatkan tekanan
intraokular.
Kafein juga diduga menurunkan aliran darah ke makula, kepala saraf
optik dan koroidretina yang membuat saraf optik menjadi lebih rentan
terhadap peningkatan TIO. Pengaruh kafein dalam aliran air tidak jelas,
namun mungkin kafein mengurangi arus keluar dengan mengurangi
pergerakan otot polos melalui blokade reseptor adenosin, sehingga akan
terjadi penutupan pori-pori trabekula dan kanalis Schlemm yang kemudian
terjadi hambatan aliran vena ekstraokular ke arus keluar aqueous humor, sinus
kavernosus (jalur trabekular). Bila terjadi hambatan pengaliran keluar akan
terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan
bola mata meninggi atau glaukoma. Namun ada bukti di beberapa jurnal
bahwa kafein dapat meningkatkan TIO dengan meningkatkan pembentukan
aqueous humor dengan menghambat phospodiesterase (Kang, et al., 2011).
Dengan menghambat phospodiesterase menghasilkan tingginya
intraselular cAMP pada badan siliar dan membentuk aqueous humor yang
tinggi yang bertanggungjawab terhadap meningkatnya TIO. Asupan kafein
yang sangat tinggi menunjukkan respon meningkatnya risiko primary open
angle glaucoma dengan TIO tinggi. Beberapa pendukung untuk kemungkinan
ambang batas dosis kafein dengan efek akut yaitu mengkonsumsi kafein rata –
rata lima atau lebih cangkir kopi berkafein per hari selama beberapa tahun,
yang konsisten dengan penelitian mekanistik yang menunjukkan bahwa tinggi
kadar kafein dalam satu hingga tiga cangkir kopi, menyebabkan kenaikan
sementara tekanan intraokular 1 – 4 mmHg yang berlangsung selama kurang
lebih 2 jam (Kang, et al., 2011).
12
D. Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intraokuler
Kafein
Kopi Teh
Tingkat intraselular
yang tinggi di cAMP
badan siliaris
Memungkinkan
meningkatkan
produksi aqueous
humor
Peningkatan
Mengkonsumsi tekanan hidrostatik
obat sulfat
Peningkatan
Degenerasi makula Tekanan
Intraokular
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tekanan intraokular (TIO) adalah suatu tekanan pada bola mata
yang diakibatkan dari adanya kecepatan produksi aqueous humor, tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata dan tekanan vena episklera. Tekanan
intraokular merupakan salah satu indikator untuk menilai penyakit
glaukoma
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam
makanan, contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide)
guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung
setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh
hitam mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain.
Teh mengandung sedikit jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi
theophyline dari kopi.
Kafein merupakan salah satu faktor risiko meningkatnya tekanan
darah. Mekanisme kerja kafein terhadap sistem saraf pusat dapat
meningkatkan kesadaran dan mengurangi kelelahan. Sedangkan terhadap
sistem kardiovaskuler, kafein dapat bersifat inotropik dan kronotropik
positif dan dapat menurunkan tekanan darah karena sifatnya yang
merelaksasi otot polos perifer.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Kanski, J., 2000. Butterworth Heinemann. In: The Glaucoma in Clinical
Ophthalmology Edition 4. British: s.n., pp. 188-190.
Katzung, B., 2007. In: Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. Boston:
McGraw Hill, pp. 590-2.
Kwon, Y., Fingert, J., Kuehn, M. & Alward, W., 2009. In: Mechanisms of Disease,
Primary Open-Angle Glaucoma. N Engl: J Med 360, pp. 1113-1124.
Lee, K.-H., 2009. Medical students use caffeine for 'academic purpose'. SA Fam
Pract, pp. 51(4): 322-327.
Li, M. et al., 2011. The effect of caffein on intraocular pressure: a systematic review
and meta-analysis. Graede's Archive of Clinical and Experimental
Ophthalmology, pp. 249: 435-442.
Morrison, J., Pollack, I., Freddo, T. & Toris, C., 2003. Anatomy and physiology of
aqueous humor formation. In: Glaucoma science and practice. New York .
Stuttgart: Thieme, pp. 24-77.
Nawrot, P. et al., 2001. Effect of Caffeine on Human Health. Food Addictive and
Contaminants, pp. 1-30.
Nehlig, A., 2010. Is Caffeine a Cognitive Enhancer?. Journal of Alzheimer Disease,
pp. 20:S85-S94.
Notoadmojo, S., 2010. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pasquale, L. & Kang, J., 2009. Lifestyle, Nutrition and Glaucoma. J. Glaucoma, pp.
1-11.
Pasquale, L., Wiggs, J., Willett, W. & Kang, J., 2012. The Relationship between
Caffeine and Coffee Consumption and Exfoliation Glaucoma or Glaucoma
Suspect: A Prospective Study in Two Cohorts, pp. 6427-32.
Pierre, R., Thomas, R. & Mermound, A., 1999. Arch Ophthamol. In: Chorneal
Thickless in Ocular Hypertension, Primary Open-Angle Glaucoma, and
Normal Tension Glaucoma. s.l.:s.n., pp. 14-16.
Putra & Hermanto, 2003. Kandungan Kafein di Dalam Makanan/Minuman, s.l.:
Universitas Sumatra Utara.
Putri, B. W., 2015. Efek Akut Konsumsi Kopi Berkafein Terhadap Peningkatan
Tekanan Intraokuler Pada Mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas
Jenderal Soedirman, s.l.: dokumen.tips.
Riley, M. R., 2001. Drug-Analysis Vol.1. 55 ed. s.l.:St. Louis: Facts and Comparison.
Riordan-Eva, P. & Whitcher, J., 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi
17 (D. Susanto, penerjemah). Jakarta: EGC. (Buku asli diterbitkan 2008).
Salmon, J., 2008. Glaukoma. In: Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Jakarta:
EGC, pp. 212-224.
Simmons, S., 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics. In:
Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology, pp. 17-29.
Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: ECG.
Solomon, 2002. Aqueous Humor Dynamics. [Online] Available at:
http://www.nyee.edu/pdf/solomonaqhumor.pdf
Spaeth, G., Harris, A. & Sergott, R., 1994. Color doppler analysis of ocular vessel
blood velocity in normal-tension glaucoma. Am J Ophthalmol, pp. 118: 642-9.
Stamper, R., Lieberman, M. & Drake, M., 2009. Becker - Shaffer's Diagnosis and
Therapy of the Glaucomas 8th Edition.. UK: Mosby Elseiver.
Sunaryo, 2005. Perangsangan susunan saraf pusat. In: Farmakologi dan terapi FKUI.
Jakarta: Gaya Baru, pp. h.231-33.
Tasman, W., 2004. In: Tonometry in Duane's Clinical Ophthalmology, Chapter 47,
Volume 3. New York: Lippincott Williams and Wilkins, pp. 1-7.
16
Vaughan, D. & Asbury, T., 2004. In: Tonometri pada Ofthalmologi Umum, Chapter
2, Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, pp. 39-41.
Weinreb, R., Brandt, J., Garway-Heath, D. & Medeiros, F., 2007. Intraocular
Pressure Consensus Series 4. USA, Canada: Kugler Publications.
Yanagi, M. et al., 2011. Vascular risk factors in glaucoma. Clinical and Experimental
Ophthalmology, pp. 39: 252-258.
Yoshida, M. et al., 2003. Association of life-style with intraocular pressure in middle-
aged and older Japanese residents. The Japanese Journal of Ophthalmology,
pp. 47: 191-198.
17