Disusun Oleh:
190600023
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang laki-laki berumur 50 tahun, datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi depan
bawahnya goyang. Pada pemeriksaan intra oral terdapat gigi 42, 41, 31, dan 32 goyang. Dari
anamnesis diketahui pasien tidak pernah mengalami trauma pada giginya dan akhirakhir ini
pasien sering sakit kepala. Tn. M juga mengakui bahwa dia setiap hari makan siangnya
berupa makanan siap saji dan pekerjaan sehari-hari sering duduk di depan komputer
mengingat pekerjaannya sebagai pegawai bank dan jarang berolahraga. Dari hasil
pemeriksaan Tn.M ditemukan BB = 90 Kg dan TB = 165 cm.
More Info: Pemeriksaan fisik diagnostik: TD = 130/ 80 mmHg, frekuensi nadi = 80x/ menit,
frekuensi nafas = 16x/ menit Hasil pemeriksaan Lab: - Darah rutin: Hb: 14,5 gr/ dl; Leukosit:
7.500/ mm3; LED: 10 mm/jam; Trombosit: 165.000/ mm3 - Hitung jenis: 1/ 0/ 6/ 55/ 35/ 3 -
KGD puasa: 110 mg/dl; KGD 2 jam pp: 160 mg/dl (normal: 70 - 100 mg/dl; postprandial:
135 - 140 mg/dl) - Kolesterol total: 270 mg/dl; Trigliserida: 203 mg/dl; LDL kolesterol: 194
mg/dl; HDL kolesterol: 35 mg/dl
BAB II
PEMBAHASAN
Fatigue berasal dari Bahasa Latin “Fatigare” yang berarti hilang lenyap (waste time).
Secara umum dapat diartikan sebagai perubahan dari keadaan yang lebih kuat ke keadaan
yang lebih lemah. peneliti mencoba mendefinisikan kelelahan sebagai penururnan tingkat
kesadaran dan performa seseorang, sebagai akibat dari pengerahan tenaga yang berlebih baik
secara fisik, mental, maupun emosional.
Kelelahan diatur secara pusat oleh otak. Terdapat sruktur susunan syaraf pusat yang
sangat penting dalam mengontrol fungsi secara luas dan konsekuen yaitu reticular formation
atau sistem penggerak pada medulla yang dapat meningkatkan dan mengurangi sensitivitas
dari cortex cerebri. Cortex cerebri merupakan pusat kesadaran meliputi persepsi, perasaan
subjektif, refleks, dan kemauan (Rodahl, 1986).
Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebri yang dipengaruhi oleh sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak
(aktivasi) yang saling bergantian. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu
menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur,
sedangkan sistem penggerak terdapat formation retikularis yang dapat merangsang pusat-
pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi,
melarikan diri, dan lainnya. Penyebab dasar kelelahan yang berasal dari individu, seperti
stress dan emosi, depresi, penyakit medis, chronic fatigue dysfunction symdrom (CFIDS),
gangguan tidur, gizi
Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terdapat penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Menurut standar indeks massa tubuh (IMT), IMT >25 kg/m2 dikategorikan
obesitas (Asia Pasifik, 2000). Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan
dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh
faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen
(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi
10%
Penyebab kegemukan sangat bervariasi, faktor yang berperan adalah (1) gangguan
emosi yang disertai konsumsi makanan secara berlebihan, (2) pembentukan sel-sel lemak
dalam jumlah berlebihan akibat konsumsi makanan yang berlebihan, (3) gangguan fungsi
endokrin tertentu, (4) gangguan pada pusat pengatur kenyang dan selera makan di
hipotalamus, (5) kecenderungan herediter, (6) faktor eksternal, seperti kelezatan makanan
yang tersedia, serta (7) kurang berolahraga (Sherwood, 2001).
Etiologi SM belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis menyatakan bahwa
penyebab primer dari SM adalah resistensi insulin. Menurut pendapat Tenebaum penyebab
sindrom metabolik adalah:
a. Gangguan fungsi sel β dan hipersekresi insulin untuk mengkompensasi resistensi insulin.
Hal ini memicu terjadinya komplikasi makrovaskuler (komplikasi jantung).
Sedangkan, faktor risiko untuk sindrom metabolik adalah hal–hal dalam kehidupan yang
dihubungkan dengan perkembangan penyakit secara dini. Ada berbagai macam faktor risiko
SM, antara lain adalah gaya hidup (pola makan, konsumsi alkohol, rokok, dan aktivitas fisik),
sosial ekonomi dan genetik serta stres.
5. Jelaskan sindrom metabolik sebagai komplikasi obesitas (definisi, tanda-tanda dan
gejala)!
Mekanisme yang dipercaya menyebabkan terjadinya sindroma metabolik hingga saat ini
bersumber pada resistensi insulin dan obesitas sentral (viseral). Lemak viseral secara
metabolik lebih aktif daripada lemak perifer. Penumpukan sel lemak akan meningkatkan asam
lemak bebas/NEFA dari hasil lipolisis, yang akan menurunkan sensitifitas terhadap insulin.
Peningkatan NEFA ini di liver akan meningkatkan gluconeogenesis, meningkatkan produksi
glukose dan menurunkan ekstraksi insulin, sehingga terjadi hiperinsulinemia. Di otot akan
menurunkan pemakaian glukose dan di sel â pankreas akan menurunkan sekresi insulin.
Sel lemak juga mengeluarkan sitokin (adipositokin) seperti angiotensin, TNF α, resistin
dan leptin yang berhubungan dengan penurunan resitensi terhadap insulin. TNF α
menyebabkan resistensi dengan cara menghambat aktifitas tirosin kinase pada reseptor insulin
dan menurunkan ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4) di sel lemak dan otot. Sementara
adiponectin yang dapat menurunkan resistensi terhadap insulin, kadarnya menurun pada
sindroma metabolik. Resistensi insulin dan hiperinsulinema ini pada gilirannya akan
menyebabkan perubahan metabolik, sehingga timbul hipertensi, dislipidemia, peningkatan
respon inflamasi dan koagulasi, melalui mekanisme yang komplek; diantaranya mekanisme
disfungsi endotel dan oksidatif stres. Resistensi insulin semakin lama semakin berat dan
sekresi insulin akhirnya menurun, sehingga terjadi hiperglikemia dan manifestasi DM type 2.
Tabel 2. Kriteria diagnosis Sindrom metabolik menurut WHO (World Health Organization),
NCEP-ATP III dan IDF
Criteria diagnosis
Kriteria diagnosis
ATP III : 3
Komponen WHO: IDF
komponen di
Resistensi insulin plus :
bawah ini
Obesitas Waist to hip ratio : Lingkar perut : Lingkar perut :
abdominal/ Laki-laki : > 0,9 Laki-laki: 102 cm Laki-laki: ≥90 cm
sentral Wanita : > 0,85 atau Wanita : >88 cm Wanita : ≥80 cm
IMB >30 Kg/m
Hiper- ≥150 mg/dl (≥ 1,7 ≥ 150 mg/dl (≥1,7 ≥ 150 mg/dl
trigliseridemia mmol/L) mmol/L)
Hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg atau TD ≥ 130/85 mmHg TD sistolik ≥ 130 mmHg
riwayat terapi anti atau riwayat terapi TD diastolik ≥ 85 mmHg
hipertensif anti hipertensif
Kadar glukosa Toleransi glukosa ≥ 110 mg/dl GDP ≥ 100mg/dl
darah tinggi terganggu, glukosa puasa
terganggu,resistensi
insulin atau DM
Mikro- Rasio albumin urin dan
albuminuri kreatinin 30 mg/g atau
laju eksresi albumin 20
mcg/menit
Sindrom metabolik dapat terjadi apabila salah satu dari 2 kriteria pertama dan 2 dari
empat kriteria terakhir terdapat pada individu tersebut, Jadi kriteria WHO 1999 menekankan
pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes mellitus, dan atau resitensi insulin
yang disertai sedikitnya 2 faktor risiko lainya itu hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral dan
mikroalbuminaria.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sindrom metabolik (SM) adalah kondisi dimana seseorang memiliki tekanan darah
tinggi, obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa hiperglikemik. Kriteria yang
sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah NCEP–ATP III. The National Cholesterol
Education Program-Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) mendapatkan bahwa sindrom
metabolik merupakan indikasi untuk dilakukan intervensi terhadap gaya hidup yang ketat,
meliputi diet, latihan fisik dan intervensi farmakologik. Penurunan berat badan secara
bermakna dapat memperbaiki semua aspek dari sindrom metabolik.
3.2. Saran