BLOK 7 – METABOLISME
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
FASILITATOR:
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan cepat saji banyak mengandung gula, mengonsumsi gula berlebihan berbahaya
karena meningkatan kadar kolesterol. Akibatnya, seseorang yang mengonsumsi gula dalam
jumlah berlebih berisiko tinggi terkena penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan kanker.
2. Menyebabkan obesitas
Makanan cepat saji juga mengandung lemak yang berdampak buruk bagi tubuh dan jika
obesitas akan berisiko terkena kolesterol dan penyakit lainnya. Duduk terlalu lama juga dapat
menyebabkan obesitas karena malas bergerak dan juga dapat meningkatkakn resiko diabetes
mellitus tipe 2.
3. Kekurangan nutrisi
Jika terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, maka semakin sedikit nutrisi dan
vitamin yang didapat oleh tubuh dan tubuh menjadi kekurangan nutrisi dan mudah jatuh sakit
sertamenurunkan daya tahan tubuh.
Skenario
Seorang laki-laki berusia 49 tahun, datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi goyang.
Pada pemeriksaan intra oral terlihat bahwa gigi depan bawah goyang. Dari anamnesis
diketahui pasien tidak pernah mengalami trauma pada giginya dan akhir-akhir ini pasien
sering merasa lesu dan sakit kepala. Os mengakui bahwa setiap hari makan siang berupa
makanan siap saji dan pekerjaan sehari-hari sering duduk di depan komputer mengingat
pekerjaannya sebagai pegawai bank dan jarang berolahraga. Dari hasil pemeriksaan
diketahui BB = 90 Kg dan TB = 165 cm.
More Info:
Pemeriksaan fisik diagnostik:
TD = 130/ 80 mmHg, frekuensi nadi = 80x/ menit, frekuensi nafas = 16x/ menit
Hasil pemeriksaan Lab:
- Darah rutin: Hb: 14,5 gr/ dl; Leukosit: 7.500/ mm3 ; LED: 10 mm/jam; Trombosit: 165.000/
mm3
- Hitung jenis: 1/ 0/ 6/ 55/ 35/ 3
- KGD puasa: 110 mg/dl; KGD 2 jam pp: 160 mg/dl (normal: 70 - 100 mg/dl; postprandial:
135 - 140 mg/dl)
- Kolesterol total: 270 mg/dl; Trigliserida: 203 mg/dl; LDL kolesterol: 194 mg/dl; HDL
kolesterol: 35 mg/dl
Learning issue:
1. Patofisiologi rasa lelah
2. Obesitas
3. Sindrom metabolik
BAB II
PEMBAHASAN
Kelelahan diatur secara terpusat di otak. Terdapat struktur susunan syaraf pusat yang
berperan penting penting dalam mengontrol fungsi secara luas dan konsisten yaitu reticular
formation atau sistem penggerak pada medulla yang berfungsi meningkatkan dan
mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri. Cortex cerebri berfungsi sebagai pusat kesadaran
meliputi persepsi, perasaan subjektif, refleks, dan kemauan. Keadaan dan perasaan lelah
merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh
sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling bergantian. Sistem
penghambat terdapat dalam thalamus yang bekerja menurunkan kemampuan manusia
bereaksi dan mengakibatkan kecenderungan untuk tidur, sedangkan sistem penggerak
terdapat formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi
ergotropis dari peralatan dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri, dan lainnya.
Keadaan seseorang sangat tergantung kepada hasil kerja di antara dua sistem antagonis
tersebut. Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang akan berada pada kelelahan.
Sebaliknya, apabila sistem aktivasi lebih kuat seseorang maka seseorang akan dalam keadaan
segar untuk melakukan aktivitas.
2. Jelaskan fungsi dan mekanisme regulasi sekresi hormon Insulin dan Glukagon!
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh
sel beta kelenjar pancreas di sel-sel pulau Langerhans. sekresi insulin normal akan terjadi
setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan atau minuman
Tahapan proses sekresi insulin melalui stimulasi molekul glukosa antara lain (1)
proses dimana glukosa melewati membran sel beta dengan bantuan Glucose transporter
(GLUT) (2) glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan
selanjutnya melepaskan ATP (3) ATP mengaktifkan penutupan K-channel pada membran sel
(4) Penutupan K-channel mengakibatkan terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel
sehingga terjadi depolarisasi membran sel. 5) Ca channel terbuka mengakibatkan masuknya
ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel. (6) maka akan terjadi
mekanisme pengeluaran insulin.
Fungsi insulin berfungsi dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah yang meningkat, menstimulasi sel beta dalam memproduksi insulin dengan cara
menurunkan pembentukan cAMP sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
glikogenesis, glikolisis, dan lipogenesis.Peran insulin pada muskuloskeletal menurunkan
kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan
molekul tersebut. Insulin memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke dalam otot
rangka dan hati, berperan dalam proses glikogenesis, dalam hal ini insulin juga menghambat
pelepasan glukosa hati (glikogenolisis) dan produksi glukosa baru dari senyawa non-
karbohidrat (glukoneogenesis). Hormon insulin juga berperan dalam metabolisme lemak,
yakni mengatur proses lipolisis dan lipogenesis. Melalui lipolisis, asam lemak bebas dapat
ditranspor ke mitokhondria untuk dioksidasi melalui reaksi beta-oksidasi. Insulin
menstimulasi penyerapan glukosa di hati dan jaringan adipose jaringan, serta mendorong
terjadinya lipogenesis. Peran insulin pada metabolisme protein adalah mengurangi
katabolisme protein. Insulin juga berperan dalam meningkatkan sintesis protein.
Faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek langsung konsentrasi
glukosa darah pada pankreas endokrin. Ketika glukosa darah mengalami penurunan maka sel
α pankreas meningkatkan sekresi glukagon. Efek hiperglikemik hormon ini cenderung
memulihkan konsentrasi glukosa darah ke tingkat normal. Sebaliknya peningkatan glukosa
darah seperti yang terjadi setelah makan akan menghambat sekresi glukagon yang juga
cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar normal. Peran glukagon dalam metabolism
meningkatkan kadar glukosa darah melalui peningkatan pembentukan cAMP sehingga
menstimulasi terjadinya glikogenolisis dan glukoneogenesis. Fungsi
dari hormon glukagon adalah memberi tanda pada hati dan otot untuk memecah glikogen
menjadi glukosa dan mengeluarkannya kembali ke dalam aliran darah. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kadar gula darah agar tidak turun terlalu rendah.
1. Perut membuncit
2. Sering merasa haus
3. Frekuensi buang air kecil meningkat
4. Tubuh mudah lelah
5. Sakit kepala
6. Pegal-pegal
7. Sesak napas
Secara umum obesitas dapat ditandai dengan gangguan pernafasan yang disebabkan
oleh adanya penimbunan lemak di bawah diafragma dan di dalam dinding dada yang dapat
menekan paru-paru. Gangguan pernafasan dapat terjadi walaupun melakukan aktivitas ringan
dan terjadi pada saat tidur yang menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu
(tidur apneu) sehingga pada siang hari sering mengantuk.
Sebagian besar gangguan yang terkait dengan sindrom metabolic tidak memiliki tanda
atau gejala yang jelas. Sindrom metabolik terkait erat dengan kelebihan berat badan atau
obesitas dan ketidakaktifan yang juga terkait dengan kondisi resistensi insulin. Insulin adalah
hormon yang dibuat oleh pankreas yang membantu gula memasuki sel untuk digunaka
sebagai bahan bakar. Pada orang dengan resistensi insulin, sel tidak merespons insulin secara
normal dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dengan mudah. Akibatnya, kadar gula
darah meningkat bahkan saat tubuh badan mengeluarkan lebih banyak insulin untuk mencoba
menurunkan gula darah.
1. Jalur Eksogen
Jalur eksogen berarti penyerapan trigliserida dan kolesterol dari sumber makanan yang
berasal di usus untuk membentuk kilomikron selanjutnya masuk ke sirkluasi limfe, sirkulasi
darah, dan dihidrolisis oleh LPL menjadi FFA yang selanjutnya diserap oleh jaringan.
Kilomikron yang menjadi kilomikron remnant karena kehilangan sebagian trigliseridanya
masuk ke dalam hepar.
2. Jalur Endogen
Metabolisme endogen ialah sintesis cVLDL dari TG dan kolesterol dalam hepar. cVLDL
dalam darah mengalami hidrolisis oleh LPL menjadi cIDL dan dipecah lagi menjadi cLDL.
Hepar dan jaringan perifer steroidogenik yang mempunyai reseptor kolesterol LDL (rLDL
atau ApoB/E receptor) akan menangkap cLDL. Kolesterol LDL dioksidasi dan ditangkap
oleh makrofag menjadi sel busa (foam cell).
Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah < 200 mg/dl.
Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai dikendalikan
(bordeline high) adalah 200-239 mg/dl.
Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240 mg/dl.
Jenis lemak darah yang bisa dideteksi dan dijadikan patokan untuk menilai status Kesehatan.
Total Kolesterol
<200 mg/dL Optimal
200- 239 mg/dL Waspada
>240 mg/dL Resiko tinggi penyakit kardiovaskular
Trigliserida
< 150 mg/dL Optimal
150-199 mg/dL Garis batas-waspada
200-499 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskuler
> 500mg/dL Risiko sangat tinggi penyakit kardiovaskuler
Jadi Berdasarkan skenario, pasien tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit
kardiovaskuler karena memiliki Kolesterol total: 270 mg/dl; Trigliserida: 203 mg/dl; LDL
kolesterol: 194 mg/dl; HDL kolesterol: 35 mg/dl yang termasuk dalam rentang resiko tinggi
penyakit kardiovaskular.
Kadar glukosa darah Toleransi glukosa ≥110 mg/dL GDP ≥ 110 mg/dL
tinggi terganggu, glukosa
puasa terganggu,
resistensi insulin
atau diabetes melitus
Secara Laboratorium
Beberapa komplikasi sindroma metabolik meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung,
stroke, dan komplikasi lain meliputi peningkatan terjadinya risiko fibrilasi atrium,
tromboembolisme vena, dan kematian mendadak serta penurunan fungsi kognitif.
- Diabetes
Jika tidak mengontrol resistensi insulin, kadar glukosa akan terus meningkat menyebabkan
diabetes.
- Penyakit kardiovaskular
Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi dapat berkontribusi pada penumpukan plak di
arteri. Plak ini dapat menyebabkan arteri mengeras dan sempit, yang dapat menyebabkan
serangan jantung atau stroke.
Peran agregat trombosit yang kecil atau mikroemboli kolesterol dari plak karotis dianggap
sebagai salah satu mekanisme yang menimbulkan infark yang dapat mengganggu fungsi
kognitif tanpa menunjukkan gejala atau mencetuskan stroke.
BAB III
PENUTUP
Dalam topik ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pola konsumsi makanan
instant (fast food dan junk food), yang tinggi kalori, lemak dan kolesterol dibarengi dengan
gaya hidup yang kurang gerak mengakibatkan peningkatan munculnya berbagai penyakit,
seperti penyakit jantung coroner, dibetes, hipertensi, maupun obesitas yang beresiko
terhadap kejadian sindrom metabolik. Mekanisme yang dipercaya menyebabkan terjadinya
sindroma metabolik hingga saat ini bersumber pada resistensi insulin dan obesitas sentral
(visceral).
3. Nisa A.Z, Martiana T. Faktor yang memengaruhi keluhan kelelahan pada teknisi gigi
di laboratorium gigi Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health
2013; 2(1): 62.
5. Wulandari E, Hapsari R A F. Peran hormon sebagai regulator fungsi organ. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2013: 65-74.
9. Indra M R. Dasar Genetik Obesitas Viseral Jurnal Kedokteran Brawijaya 2006; 22(1):10-
19.
10. Mauliza. Obesitas dan Pengaruhnya Terhadap Kardiovaskular. Jurnal Averrous 2018;
4(2): 1-10.
11. Muhammad AA. Resistensi Insulin dan Disfungsi Sekresi Insulin sebagai Faktor
Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2018; 8 (2): 174.