Anda di halaman 1dari 19

BLOK 7 METABOLISME

PEMICU 1

“LEMAH LETI LESU”

Disusun Oleh:

Fikri Maulida Nasution

210600060

KELOMPOK 6

Fasilitator:

Veronika Angelina, drg., MDSc., Sp.Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Sindroma Metabolik (SM) merupakan kelainan metabolik kompleks yang diakibatkan oleh
peningkatan obesitas. Komponen utama SM adalah obesitas, resistensi insulin, dislipidemia,
dan hipertensi. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari faktor–faktor resiko terjadinya
penyakit kardiovaskular. Penyakit ini juga merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis
dan diabetes mellitus tipe 2.

Obesitas merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat badan
akibat jumlah jaringan lemak tubuh yang berlebihan, umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan, sekitar organ tubuh dan kadang terjadi infi ltrasi ke dalam organ tubuh. Obesitas
terdiri dari 2 macam yaitu obesitas umum dan obesitas sentral/abdominal.

2. DEKRIPSI TOPIK
Nama Pemicu: Lemah Leti Lesu

Penyusun : dr. Rusdiana, M. Kes; dr. M. Aron Pase, M. Ked (PD)., Sp. PD; dr. Maya
Savira, M.Kes

Hari/Tanggal : Kamis/21 April 2022

Jam : 13.00 – 15.00 WIB

Skenario :

Seorang laki-laki berusia 49 tahun, datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi goyang. Pada
pemeriksaan intra oral terlihat bahwa gigi depan bawah goyang. Dari anamnesis diketahui
pasien tidak pernah mengalami trauma pada giginya dan akhir-akhir ini pasien sering merasa
lesu dan sakit kepala. Os mengakui bahwa setiap hari makan siang berupa makanan siap saji
dan pekerjaan sehari-hari sering duduk di depan komputer mengingat pekerjaannya sebagai
pegawai bank dan jarang berolahraga. Dari hasil pemeriksaan diketahui BB = 90 Kg dan TB =
165 cm.
More Info :

Pemeriksaan fisik diagnostik:

TD = 130/ 80 mmHg, frekuensi nadi = 80x/ menit, frekuensi nafas = 16x/ menit Hasil
pemeriksaan Lab:

- Darah rutin:
Hb: 14,5 gr/ dl; Leukosit: 7.500/ mm3; LED: 10 mm/jam; Trombosit: 165.000/ mm3
- Hitung jenis: 1/ 0/ 6/ 55/ 35/ 3
- KGD puasa: 110 mg/dl; KGD 2 jam pp: 160 mg/dl (normal: 70 - 100 mg/dl;
postprandial: 135 - 140 mg/dl)
- Kolesterol total: 270 mg/dl; Trigliserida: 203 mg/dl; LDL kolesterol: 194 mg/dl; HDL
kolesterol: 35 mg/dl

Pertanyaan :

1. Bagaimana patofisiologi timbulnya rasa lelah?


2. Jelaskan fungsi dan mekanisme regulasi sekresi hormon Insulin dan Glukagon!
3. Bagaimana mekanisme terjadinya obesitas?
4. Jelaskan patogenesis insulin resistensi dan hubungannya dengan sindrom metabolik!
5. Jelaskan sindrom metabolik sebagai komplikasi obesitas (definisi, tanda-tanda dan
gejala)!
6. Bagaimana proses metabolisme lipoprotein normal?
7. Bagaimana perbandingan kadar lipid profile terhadap risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular?
8. Jelaskan kriteria diagnostik sindrom metabolik secara klinis dan laboratorium !
9. Jelaskan patogenesis sindrom metabolik!
10. Jelaskan komplikasi sindrom metabolik!
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana patofisiologi timbulnya rasa lelah?

Otak mengatur kelelahan secara terpusat. Terdapat struktur sistem saraf pusat yang luas dan
sangat penting untuk mengontrol fungsi yang dihasilkan formasi retikuler medula oblongata
yang berfungsi sebagai penggerak dan dapat meningkat serta menurunkan sensitivitas korteks
serebral. Area spesifik dari sistem saraf pusat menerima impuls aferen dari reseptor visceral
dan mengontrol impuls eferen di daerah efektor. Selain itu, area ini berkomunikasi dengan
pusat otak lainnya dan bertanggung jawab dalam proses emosional, gerakan spontan, fungsi
kognitif dan endokrin. Misalnya, area formasi retikuler medula oblongata oblongata (bidang
ventrolateral medula oblongata rostral, RVLM) secara tidak langsung mendapat masukan dari
baroreseptor dan kontrol langsung neuron simpatis secara tidak langsung menerima masukan
dari baroreseptor dan secara langsung mengendalikan neuron simpatis preganglionik, yang
merupakan bagian vital dari refleks baroreceptor.

RVLM juga terhubung dengan inti rapche terdekat, ceruleus di pons, paraventrikular nukleus
di hipotalamus, dan amigdala dalam sistem limbik. Situasi orang tersebut sangat tergantung
pada kerja antara dua sistem antagonis. Apabila system penghambat lebih kuat, seseorang akan
berada pada kelelahan. Sebaiknya, apabila system aktivasi lebih kuat maka seseorang akan
dalam keadaan segar untuk melakukan aktivitas. Kelelahan adalah mekanisme pertahanan yang
melindungi tubuh agar tidak mencapai titik di mana tidak dapat lagi menghasilkan ATP. Ketika
ATP terurai ADP dan fosfat anorganik lokal menghambat pelepasan Ca2+. Asam laktat
terakumulasi dan menghambat enzim utama dalam jalur produksi energi. Akumulasi K+
ekstraseluler tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga menurunkan potensial membran.
Kelelahan yang terjadi dalam perjalanan terjadi ketika SSP tidak lagi cukup untuk
mengaktifkan neuron motorik.1

Menurut Workplace Safety & Health Council, kelelahan terbagi menjadi dua jenis, yaitu

a. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang monoton.
Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran dan perasaan,
individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain, pikiran dan
perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan konflik dengan individu
lain menjadi lebih mudah diungkapkan.
b. Kelelahan Fisik (physical/muscular fatigue), disebabkan oleh kelemahan pada otot.
Suplai darah yang mencukupi dan aliran darah ke otot sangat penting, dikarenakan
menentukan kemampuan metabolisme dan memungkinkan kontraksi otot tetap
berjalan. Kontraksi otot yang kuat mengakibatkan tekanan pada otot dan dapat
menghentikan aliran darah. Sehingga kontraksi maksimal hanya dapat berlangsung
beberapa detik. Gangguan pada aliran darah dapat menyebabkan kelelahan otot yang
berakibat otot tidak dapat berkontraksi, meskipun rangsangan syaraf motorik masih
berjalan.

Menurut Rodahl, terdapat 3 stadium keadaan performa pada manusia dalam aktivitasnya yang
kontinyu:

 Stadium 1

Terdapat permulaan aktivitas, performa dengan cepat meningkat (kekuatan kerja meningkat).
Pada kondisi ini seseorang sulit untuk berkonsentrasi, tetapi pekerjaan yang dilakukan masih
dirasakan ringan. Kondisi ini disebut dengan "warmed up".

 Stadium 2

Performanya mencapai ketinggian yang optimal dan berjalan tetap untuk waktu yang lama.
Pada kondisi ini, seseorang akan merasa bahwa ia dapat melakukan aktivitasnya dalam waktu
yang lama tetapi suatu saat ia akan sadar bahwa tenaganya terbatas dan merasakan pekerjaan
yang dijalaninya sangat berat. Hal ini merupakan tanda bahwa ia mulai mengalami kelelahan,
tetapi performanya belum menurun dan baru mulai akan menurun beberapa saat kemudian (full
compensation). Hal ini dimungkinkan karena adanya: (1) Rasa tanggung jawab; (2) Training
yang baik; (3) Kesehatan yang baik.

 Stadium 3

Pada aktivitas selanjutnya kelelahan akan terus bertambah sedangkan performa kerjanya akan
terus menurun. Tetapi efek emosi yang hebat dapat menaikkan performanya dengan tiba-tiba,
bahkan bisa lebih tinggi dari keadaan optimalnya.
2. Jelaskan fungsi dan mekanisme regulasi sekresi hormon Insulin dan Glukagon!

Hormon Insulin

Insulin adalah suatu hormon protein yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans yang
merupakan 1% dari jaringan pankreas. Dalam sel-sel beta pankreas, insulin disintesis seperti
protein lainnya, melalui ribosom dan retikulum endoplasma. Insulin dihasilkan awalnya
sebagai preprohormon, selanjutnya berubah menjadi prohormon dan aktif menjadi hormon
insulin. Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) di
dalam retikulum endoplasma sel beta. Selanjutnya enzim peptidase menghidrolisis
preproinsulin sehingga terbentuk proinsulin, yang dikemas dalam secretory vesicles. Proinsulin
diaktifkan menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang disekresikan secara bersamaan
melalui membran sel.

Insulin merupakan struktur protein yang memiliki rantai α dan β. Mekanisme regulasi sekresi
insulin dapat dilakukan melalui: (1) peningkatan glukosa yang juga dapat meningkatkan sekresi
insulin; (2) pengaruh hormonal bila terjadi peningkatan TSH, Gastrin, CCK, ACTH, sekretin,
enteroglukagon dan epinefrin menyebabkan penurunan sekresi insulin; (3) obat golongan
sulfonil urea dapat meningkatkan sekresi insulin; dan (4) pengaruh peningkatan ion kalsium
juga dapat meningkatkan sekresi insulin terutama di otot.

Fungsi insulin berfungsi dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang
meningkat, menstimulasi sel beta dalam memproduksi insulin. Tahapan proses sekresi insulin
melalui stimulasi molekul glukosa antara lain (1) proses dimana glukosa melewati membran
sel beta dengan bantuan Glucose transporter (GLUT); (2) glukosa akan mengalami proses
glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan selanjutnya melepaskan ATP; (3) ATP mengaktifkan
penutupan K-channel pada membran sel; (4) Penutupan K-channel mengakibatkan
terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel sehingga terjadi depolarisasi membran sel; (5)
Ca channel terbuka mengakibatkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan
kadar ion Ca intrasel; (6) maka akan terjadi mekanisme pengeluaran insulin. 2

Hormon Glukagon

Mekanisme kerja glukagon berlawanan dengan insulin yaitu terjadi peningkatan glikogenolisis,
lipolisis dan glukoneogenesis. Glukagon akan disekresi bila kadar glukosa darah menurun.
Pengaruh glukagon pada jaringan hati akan menyebabkan peningkatan adenilat siklase
membran, meningkatkan AMP siklik dan meningkatkan fosforilase yang selanjutnya
peningkatan metabolism glikogenolisis dimana glikogen dirubah menjadi glukosa.
Somatostatin juga berperan dalam reaksi metabolisme tubuh. Keberadaan somatostatin
perpengaruh pada penurunan sekresi insulin dan glukagon.

Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolisme yang juga dipengaruhi oleh insulin dan
berlawanan dengan efek insulin. Glukagon bekerja terutama di hati, tempat hormon ini
menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Peran pada
karbohidrat, mengakibatkan peningkatan pembentukan dan pengeluaran glukosa oleh hati
sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik
dengan menurunkan sintesis glikogen, meningkatkan glikogenolisis, dan merangsang
glukoneogenesis. Peran glukagon pada lemak, mendorong hidrolisis lemak dan menghambat
sintesis triasilgliserida. Glukagon dapat meningkatkan ketogenesis di hati, meningkatkan asam
lemak dalam pembentukan badan keton. Peran glukagon pada molekul protein, yaitu
menghambat sintesis protein dan meningkatkan hidrolisis protein di hati. Glukagon
menstimulasi terjadinya glukoneogenesis melalui mekanisme metabolisme protein hati. 2

3. Bagaimana mekanisme terjadinya obesitas?

Obesitas adalah peningkatan berat badan yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh,
merupakan akibat dari akumulasi abnormal atau berlebihan jaringan adiposa di bawah kulit,
dan dapat merugikan kesehatan. Prinsip dasar obesitas adalah hasil ketidakseimbangan dalam
tiga komponen energi yang berpengaruh dari asupan makanan, pengeluaran energi dan
penyimpanan energi. Hasil akhir dari ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran
energi adalah asupan energi melebihi pengeluaran energi dan terakumulasi dalam jaringan
adiposa dan disimpan sebagai reservoir energi dalam tubuh. Selain ketidakseimbangan
komponen energi dalam tubuh, obesitas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor genetik, lingkungan, kebiasaan, sosial ekonomi, dan budaya.

Keseimbangan energi dalam tubuh diatur dan dipelihara oleh pengaturan di hipotalamus, yang
merasakan penyimpanan energi tubuh (jaringan adiposa) dan mengatur asupan makanan dan
konsumsi energi. Gen Ob dan produk leptinnya berperan sangat penting dalam pengaturan
komponen energi yaitu homeostasis energi dalam pengaturan asupan makanan dan pengeluaran
energi. Leptin mengontrol asupan energi dan pengeluaran energi melalui jalur terpisah. Fungsi
leptin melalui level sinyal kompleks yang dikenal sebagai sirkuit sentral melanocortin yang
dikendalikan oleh leptin. Ketika jaringan adiposa melimpah di dalam tubuh, sekresi leptin
meningkat dan berikatan dengan reseptor leptin di hipotalamus. Pengikatan ini merangsang
pembentukan molekul tertentu, sehingga mengurangi asupan makanan. Peningkatan sekresi
leptin juga meningkatkan aktivitas dalam tubuh, yang menyebabkan akumulasi panas, yang
menyebabkan pengeluaran energi. Penyimpanan sel lemak yang tidak mencukupi dalam tubuh
mengurangi sekresi leptin dan meningkatkan asupan makanan. 3

4. Jelaskan patogenesis insulin resistensi dan hubungannya dengan sindrom


metabolik!

Resistensi insulin merupakan gangguan penyerapan glukosa pada otot dan peningkatan
produksi glukosa oleh hati yang dapat menyebabkan hiperglikemia, baik dalam keadaan puasa
maupun post-pandrial. Mekanisme yang mendasari terjadinya resistensi insulin adalah faktor
genetik atau defek primer sel target, autoantibodi terhadap insulin, dan degradasi insulin yang
berlangsung cepat. Gangguan ini dapat terjadi pada tingkat prereseptor, reseptor, postreseptor
dan GLUT. Insulin resisten dapat ditemukan pada diabetes mellitus tipe 2, obesitas, gangguan
toleransi glukosa, dan pada anak yang orang tuanya menderita diabetes mellitus. Di antara
penyebab tersebut, obesitas adalah penyebab tersering resitensi insulin, yang diawali dengan
berkurangnya jumlah reseptor insulin dan kegagalan reseptor untuk mengaktifkan tirosin
kinase.4

Resistensi insulin merupakan salah satu komponen gejala sindrom metabolik. Resistensi
insulin memediasi peningkatan free fatty acid (FFA). Peningkatan free fatty acid berperan
dalam patogenesis sindrom metabolik. Proses ini diawali dengan peningkatan uptake glukosa
pada sel otot dan hepar oleh insulin. Kemudian, insulin juga menginhibisi lipolisis dan
glukoneogenesis hepar. Resistensi insulin pada sel adiposit mengganggu proses lipolisis dan
menyebabkan peningkatan free fatty acid sirkulasi yang akan semakin mengganggu efek
antilipolisis dari insulin. Free fatty acid dapat menginhibisi aktivasi protein kinase pada otot,
yang menyebabkan penurunan uptake glukosa. Free fatty acid meningkatkan aktivasi protein
kinase di hepar dan meningkatkan glukoneogenesis serta lipogenesis. Keseluruhan kejadian
tersebut akan menyebabkan kondisi hiperinsulinemia sebagai kompensasi untuk mencapai
kadar gula darah yang normal. Akhirnya, mekanisme kompensasi tersebut gagal dan sekresi
insulin akan menurun. Selain itu, free fatty acid juga bersifat toksik pada sel beta pankreas yang
menyebabkan penurunan produksi insulin. Resistensi insulin pada akhirnya juga menyebabkan
hipertensi karena hilangnya efek vasodilatasi insulin, adanya efek vasokonstriksi oleh free fatty
acid, serta reabsorpsi natrium di ginjal. Resistensi insulin juga menyebabkan peningkatan
viskositas darah, kondisi protrombotik, serta pelepasan sitokin proinflamasi dari jaringan
adiposit.5

5. Jelaskan sindrom metabolik sebagai komplikasi obesitas (definisi, tanda-tanda


dan gejala)!

Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang berkaitan
langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. Faktor risiko tersebut
antara lain terdiri dari dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar
glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan proinflamasi. Komponen utama SM adalah
obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi. a Obesitas merupakan suatu keadaan
yang terjadi jika kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan dengan berat badan total lebih
besar dari keadaan normalnya, atau suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh
yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal.

Obesitas merupakan komponen utama kejadian SM, namun mekanisme yang jelas belum
diketahui secara pasti. Obesitas yang diikuti dengan meningkatnya metabolisme lemak akan
menyebabkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) meningkat baik di sirkulasi maupun
di sel adiposa. Meningkatnya ROS di dalam sel adipose dapat menyebabkan keseimbangan
reaksi reduksi oksidasi (redoks) terganggu, sehingga enzim antioksidan menurun di dalam
sirkulasi. Keadaan ini disebut dengan stres oksidatif. Meningkatnya stres oksidatif
menyebabkan disregulasi jaringan adiposa dan merupakan awal patofisiologi terjadinya SM,
hipertensi dan aterosklerosis.6

Gejala sindrom metabolik sangat mudah dikenali, salah satunya adalah memiliki lingkar
pinggang yang besar. Adapun gejala lainnya, sebagai berikut7:

 Perut buncit
 Sering merasa haus
 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Tubuh mudah Lelah
 Sakit kepala
 Pegal-pegal
 Sesak napas
Seseorang dapat dikatakan menderita sindrom metabolik bila memiliki sedikitnya tiga dari lima
kriteria berikut7:

 Lingkar pinggang yang besar, yaitu lebih dari 90 cm pada pria dan lebih dari 80 cm
pada wanita.
 Kadar HDL atau ‘kolesterol baik’ dalam darah kurang dari 50 mg/dL.
 Kadar trigliserida dalam darah lebih dari 150 mg/dL.
 Tekanan darah yang konsisten di angka 140/90 mmHg atau lebih.
 Kadar gula darah puasa 100 mg/dL atau lebih tinggi.

6. Bagaimana proses metabolisme lipoprotein normal?

Metabolisme lipoprotein dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, endogen, dan
jalur reverse cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme
kolesterol-LDL dan trigliserida, sedangkan jalur reverse cholesterol transport dikhususkan ke
metabolisme kolesterol-HDL.

Jalur metabolisme eksogen

Dalam makanan, lipid yang terbanyak yaitu trigliserida serta sejumlah kecil fosfolipid,
kolesterol, dan ester kolesterol. Lipid dalam usus yang berasal dari makanan disebut lipid
eksogen. Dalam lambung, lipid mengalami emulsifikasi oleh empedu menjadi partikel lebih
kecil sehingga enzim pencernaan dapat bekerja. Trigliserida dihidrolisis di dalam usus oleh
lipase pankreas dan lipase usus menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Bersama
empedu, asam lemak bebas dan monogliserol dalam bentuk miselus masuk ke brush border
enterosit untuk diabsorbsi. Empedu dilepas kembali untuk didaur ulang dalam proses
pengangkutan. Dalam enterosit, asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserida,
sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester; keduanya bersama
dengan fosfolipid dan apoprotein B-48 akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron
nascent.

Kilomikron diakumulasi di apparatus Golgi dan disekresi ke sisi lateral enterosit, masuk ke
saluran limf dan akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah.
Kilomikron nascent memiliki apoB-48, apoA-1, apoA-IV, dan mendapat apoC-II dan apoE
dari HDL di kelenjar limfa dan darah. Trigliserida dalam kilomikron akan di hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase (LPL, diaktifkan oleh apoC-II) yang berasal dari endotel kapiler di
jaringan adiposa, jantung, serta otot rangka, dan melepaskan asam lemak bebas (free fatty acid,
FFA). Asam lemak bebas yang dilepaskan diambil oleh miosit dan adiposit, dioksidasi untuk
menghasilkan energi atau diesterifikasi dan disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan
adiposa. Bila asam lemak bebas terdapat dalam jumlah besar, sebagian akan diambil oleh hati
menjadi bahan pembentuk trigliserida. Kilomikron yang kehilangan sebagian besar
trigliseridanya akan menjadi kilomikron remnan yang mengandung kolesterol ester dan akan
dibawa ke hati melalui ligan apoE.

Remnan kilomikron kaya akan kolesterol ester dan merupakan komponen lipid utama pada lesi
aterosklerosis, yang dapat masuk ke subendotel dan selanjutnya difagositosis oleh makrofag.
Remnan kilomikron dibersihkan dari plasma oleh reseptor lipoprotein dan akhirnya diambil
dan didegradasi oleh hepatosit. Pembersihan plasma termasuk sekuestrasi dalam celah Disse
oleh heparan sulfat proteoglikan, keterlibatan LPL dalam proses lebih lanjut dan mengikat sel
permukaan, dan internalisasi yang dimediasi oleh heparan sulfat proteoglikan. 8

Jalur metabolisme endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein VLDL (Very Low Density Lipid). Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL
adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan dihidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase dan VLDL akan berubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipid)
yang juga akan mengalami hidrolisis menjadi LDL (Low Density Lipid). Sebagian dari VLDL,
IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang
mengandung paling banyak kolesterol. Sebagian kolesterol yang ada di LDL akan dibawa ke
hati dan jaringan steriogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempuenyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor Scavenger A (SR-A) di makrofag dan akan
menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak
mengalami oksidasi dan ditangakp oleh makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi
tergantung dari kadar kolesterol yang ada di LDL. Beberapa keadaan yang mempengaruhi
tingkat oksidasi

a. Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada sindrom
metabolik dan diabetes mellitus.
b. Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolestero-HDL akan bersifat protektif
terhadap oksidasi LDL.
Metabolisme HDL dan reverse cholesterol transport

HDL merupakan partikel paling kecil yang disintesis dalam hati dan usus, dan mengandung
50% lipid dan 50% protein, dengan apoprotein apoA-I dan apoA-II, dimana HDL dapat dibagi
berdasarkan densitasnya menjadi HDL2 dan HDL3. Hepatosit dan enterosit dapat
mengeluarkan kolesterol dari tubuh melalui saluran empedu dan usus. Di hati, kolesterol
diekskresi ke empedu secara langsung atau sesudah konversi ke asam empedu. Kolesterol
dalam sel-sel perifer ditranspor dari membran sel perifer ke hati dan usus melalui proses
reverse cholesterol transport yang difasilitasi oleh HDL.

Lipoprotein HDL nascent disintesis dalam usus dan hati. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil
yang miskin kolesterol, berbentuk gepeng, dan mengandung apoA-I, apoC, dan apoE. HDL
nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang disimpan di makrofag.
Setelah mengambil kolesterol dari makrofag makan HDL nascent akan berubah menjadi HDL
dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol
bebas) dibagian dalam makrofag harus dibawa ke pemukaan membrane sel makrofag oleh
suatu transporter yang disebut adenosin triphosphate-binding cassette transporter-1 (ABC-1).

Setelah mengambil kolesterol bebas dari makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi
menjadi kolesterol ester oleh enzim Lechitin Cholesterol Aacyltransferase (LCAT).
Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa HDL akan mengambil dua jalur. Jalur
pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-
B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida
dalam VLDL dan IDL dengan bantuan Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP). Dengan
demikian fungsi HDL sebagai penyerap kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaiu
langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol
kembali ke hati.8

7. Bagaimana perbandingan kadar lipid profile terhadap risiko terjadinya penyakit


kardiovaskular?

Jenis lemak darah yang bisa dideteksi dan dijadikan patokan untuk menilai status kesehatan
anda terdiri dari 4, yaitu LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein),
Total Cholestrol, dan Trigliserida. Keempat jenis lemak darah ini bisa diketahui kadarnya
dengan melakukan pengecekan profil lipid.9
LDL (Low Density Lipoprotein) sering disebut dengan lemak jahat. Asam lemak dan kolestrol
yang diangkut oleh LDL mudah lepas sehingga menumpuk pada dinding pembuluh darah
menyebabkan rusaknya pembuluh darah dengan membentuk plak, dan berisiko menimbulkan
hipertensi dan sumbatan pembuluh.

LDL (Low Density Lipoprotein)


< 100 mg/dL Optimal
100 – 129 mg/dL Hampir optimal
130 – 159 mg/dL Garis batas – waspada
160 – 189 mg/dL Melebihi batas
> 190 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular

HDL (High Density Lipoprotein) atau yang lebih dikenal dengan lemak baik. Asam lemak dan
kolestrol yang diangkut oleh HDL akan dibawa ke tempat-tempat yang membutuhkan mereka
sehingga bisa didayagunakan dan tidak berkeliaran tak tentu arah.

HDL (High Density Lipoprotein)


< 40 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular
40 – 59 mg/dL Waspada
≥ 60 mg/dL Optimal

Total Cholestrol adalah jumlah lemak yang ada dalam darah total dari HDL, dan LDL, dan
kolestrol yang mereka angkut.

Total Cholestrol
< 200 mg/dL Optimal
200 – 239 mg/dL Waspada
> 240 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular

Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang bisa ditemukan dalam darah. Biasanya, asam
lemak yang berlebihan dalam tubuh akan dirubah menjadi trigliserida. Kadar trigliserida yang
tinggi menandakan bahwa kadar asam lemak sudah terlampau banyak sehingga banyak yang
diubah menjadi trigliserida.
Trigliserida
< 150 mg/dL Optimal
150 – 199 mg/dL Garis batas – waspada
200 – 499 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular
> 500 mg/dL Risiko sangat tinggi penyakit
kardiovaskular

Jika dilihat berdasarkan tabel tersebut, maka kadar lipid yang memiliki risiko terhadap penyakit
kardiovaskular apabila kadar LDL lebih dari 190 mg/dL, HDL kurang dari 40 mg/dL, Total
Cholesterol lebih dari 240 mg/dL, dan Trigliserida diatas 200 mg/dL.

8. Jelaskan kriteria diagnostik sindrom metabolik secara klinis dan laboratorium!

Hingga saat ini ada 3 definisi sindrom metabolik yang telah di ajukan, yaitu definisi World
Health Organization (WHO), NCEP ATP–III, dan International Diabetes Federation (IDF).
Ketiga definisi tersebut memiliki komponen utama yang sama dengan penentuan kriteria yang
berbeda. Pada tahun 1988, Alberti dan Zimmet atas nama WHO menyampaikan definisi
sindrom metabolik dengan komponen-komponennya antara lain 10:

1) gangguan pengaturan glukosa atau diabetes;


2) resistensi insulin;
3) hipertensi;
4) dislipidemia dengan trigliserida plasma >150 mg/dL dan/atau kolesterol high density
lipoprotein (HDL C) <35 mg/dL untuk pria; <39 mg/dL untuk wanita;
5) obesitas sentral (laki-laki: waistto-hip ratio >0,90; wanita: waist-to hip ratio >0,85)
dan/atau indeks massa tubuh (IMT) (IMT) >30 kg/m2; dan
6) mikroalbuminuria (Urea Albumin Excretion Rate >20 mg/min atau rasio
albumin/kreatinin >30 mg/g).

Sindrom metabolik dapat terjadi apabila salah satu dari dua kriteria pertama dan dua dari empat
kriteria terakhir terdapat pada individu tersebut, kriteria WHO 1999 menekankan pada adanya
toleransi glukosa terganggu atau diabetes mellitus, dan atau resitensi insulin yang disertai
sedikitnya dua faktor risiko lainya itu hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral dan
mikroalbuminaria.
Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah NCEP–ATP III, yaitu apabila
seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria yang disepakati, antara lain: lingkar perut pria >102 cm
atau wanita >88 cm, hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida >150 mg/dL), kadar HDL–
C 130/85 mmHg, dan kadar glukosa darah puasa >110 mg/dL. Suatu kepastian fenomena klinis
yang terjadi yaitu obesitas central menjadi indikator utama terjadinya SM sebagai dasar
pertimbangan dikeluarkannya diagnosis terbaru oleh IDF tahun 2005.

Seseorang dikatakan menderita SM bila ada obesitas sentral (lingkar perut >90 cm untuk pria
Asia dan lingkar perut >80 cm untuk wanita Asia) ditambah 2 dari 4 faktor berikut: (1)
Trigliserida >150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau sedang dalam pengobatan untuk
hipertrigliseridemia; (2) HDL–C: 130 mmHg atau diastolik >85 mmHg atau sedang dalam
pengobatan hipertensi; (4) Gula darah puasa (GDP) >100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau diabetes
tipe 2. Kriteria diagnosis NCEP–ATP III menggunakan parameter yang lebih mudah untuk
diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga dapat dengan lebih mudah mendeteksi
sindroma metabolik.10

9. Jelaskan patogenesis sindrom metabolik!

Penyebab sindrom metabolik (MetS) dibagi dalam tiga kelompok yaitu obesitas dan gangguan
jaringan lemak, resistensi insulin serta kumpulan beberapa faktor risiko yang memperantarai
komponen spesifik MetS. Beberapa faktor lain seperti usia, kondisi proinflamasi dan perubahan
hormonal dapat memberikan kontribusi terhadap terjadanya MetS.

Obesitas dan distribusi abnormal lemak tubuh

Obesitas ditenggarai oleh ATP III merupakan faktor utama meningkatnya prevalensi MetS.
Obesitas sentral adalah tipe obesitas yang paling berhubungan dengan risiko MetS.
Penumpukan lemak di bagian perut akan menyebabkan terjadinya pelepasan beberapa produk
antara lain nonsterified fatty acids (NEFA), sitokin, PAI-1 dan adiponektin yang makin
meningkatkan faktor risiko tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa jaringan adiposa bukan hanya sebagai tempat penyimpanan
lemak tetapi juga merupakan organ endokrin yang berperan penting dalam interaksi dengan
signal endokrin, metabolik dan inflamasi untuk mengatur homeostasis energi. Adiposit telah
dibuktikan mengsekresi berbagai macam protein ke dalam sirkulasi. Protein ini secara kolektif
disebut sebagai adipositokin 35 yang sekarang lebih sering disebut sebagai adipokin, yaitu
leptin, TNF-α, PAI-1, adiposin, resistin dan adiponektin. Adiponektin adalah golongan
adipokin yang mempunyai peranan penting dalam berbagai efek biologis jaringan adiposa.

Dampak adiponektin terhadap vaskuler dan kejadian aterosklerosis adalah meningkatkan efek
vasodilatasi endotel, penekanan tahapan kejadian aterosklerosis, menekan ekspresi molekul
adhesi, menghambat produksi TNF-α, mengurangi efek pertumbuhan dari sel otot polos,
menghambat efek LDL teroksidasi, menekan proliferasi, menghambat proliferasi dan migrasi
sel endotel dan mengurangi penebalan tunika intima dan proliferasi sel otot polos. 11

Resistensi Insulin

Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan komposisi lemak tubuh dan hal ini merupakan
faktor predisposisi yang penting untuk terjadinya MetS. Pada individu obes dan overweight
sensitivitas insulin akan berkurang dan terdapat bukti hiperinsulinemia postprandial akan tetapi
terdapat perbedaan pada populasi yang berbeda. Resistensi insulin yang terjadi pada individu
dengan dengan IMT normal atapun overweight dalam derajat ringan sedang disebut dengan
resistensi insulin primer, terjadinya hal ini terkait akan genetik.

Insulin pada konsentrasi fisiologis memiliki kerja sebagai antiinflamasi dan vasodilator yang
diperantarai oleh pelepasan nitrix oxide (NO) dan penghambatan faktor transkripsi nuclear
factor kappa B (NF-κB). Resistensi insulin ditandai oleh terganggunya aktivasi jalur P13
kinase dan dipertahankannya sinyal melalui jalur MAP kinase yang menggeser keseimbangan
ke arah aterogenik, hal ini mungkin terjadi melalui amplifikasi sinyal yang berbeda. Resistensi
insulin pada otot akan meningkatkan intoleransi glukosa yang makin diperburuk oleh
glukoneogenesis di hepar yang telah mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin di hepar
terjadi bersamaan dengan resistensi insulin di jaringan lemak, hal ini berhubungan dengan
berkurangnya ambilan dan pelepasan asam lemak bebas yang akan diubah menjadi
triglyceriderich very-low density lipoprotein (VLDL).11

10. Jelaskan komplikasi sindrom metabolik!

Beberapa komplikasi sindrom metabolik meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung,
stroke, dan komplikasi lain meliputi peningkatan terjadinya risiko fibrilasi atrium,
tromboembolisme vena, dan kematian mendadak serta penurunan fungsi kognitif. Memiliki
sindrom metabolik dapat meningkatkan resiko terkena kondisi sebagai berikut 12:
a. Diabetes, apabila tidak mengontrol resistensi insulin, kadar glukosa akan terus
meningkat menyebabkan diabetes.
b. Penyakit kardiovaskular, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi dapat berkontribusi
pada penumpukan plak di arteri. Plak ini dapat menyebabkan arteri mengeras dan
sempit, yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.
c. Aterosklerosis Serebral dan Gangguan Fungsi Kognitif, peran agregat trombosit yang
kecil atau mikroemboli kolesterol dari plak karotis dianggapsebagai salah satu
mekanisme yang menimbulkan infark yang dapat mengganggu fungsi kognitif tanpa
menunjukkan gejala atau mencetuskan stroke.
BAB III

PENUTUP

Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang berkaitan
langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. Faktor risiko tersebut
antara lain terdiri dari dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar
glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan proinflamasi. Kriteria yang sering digunakan untuk
menilai pasien SM adalah NCEP–ATP III, yaitu apabila seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria
yang disepakati, antara lain: lingkar perutpria >102 cm atau wanita >88 cm;
hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida >150 mg/dL), kadar HDL–C 130/85 mmHg; dan
kadar glukosa darah puasa >110 mg/dL. Penyebab sindrom metabolik dibagi dalam tiga
kelompok yaitu obesitas dan gangguan jaringan lemak, resistensi insulin serta kumpulan
beberapa faktor risiko yang memperantarai komponen spesifik SM. Beberapa faktor lain
seperti usia, kondisi proinflamasi dan perubahan hormonal dapat memberikan kontribusi
terhadap terjadanya MS.

Obesitas adalah peningkatan berat badan yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh,
merupakan akibat dari akumulasi abnormal atau berlebihan jaringan adiposa di bawah kulit,
dan dapat merugikan kesehatan. Prinsip dasar obesitas adalah hasil ketidakseimbangan dalam
tiga komponen energi yang berpengaruh dari asupan makanan, pengeluaran energi dan
penyimpanan energi. Hasil akhir dari ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran
energi adalah asupan energi melebihi pengeluaran energi dan terakumulasi dalam jaringan
adiposa dan disimpan sebagai reservoir energi dalam tubuh.

Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan
berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun.
Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana
dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada
sesuatu dan berkurangnya kemampuan motorik.
DAFTAR PUSTAKA

1) Muizzudin A. Hubungan Kelelahan Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Tenun di


PT. Alkatex Tegal. Unnes Journal of Public Health, 2013; 2(4).
2) Wulandari E, Hapsari RA. Peran hormone sebagai regulator fungsi organ. Jakarta: UIN
Press, 2013: 65-74.
3) Kristiowati E. Gambaran Pola Konsumsi Cairan Pada Remaja Obesitas di MAN 1
Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang), 2018.
4) Lestari AA. Resistensi insulin: Definisi, mekanisme dan pemeriksaan laboratoriumnya.
Tersedia pada:
https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/ad31ce278a7564c52f
74b34e9c5fa38e.pdf, [19 April 2022].
5) Chandra AF. Sindrom metabolik. Tersedia pada:
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/sindrom-metabolik/patofisiologi,
[19 April 2022].
6) Rini S. Sindrom metabolik. Jurnal Majority, 2015; 4(4): 88-93.
7) Nareza M. Sindrom metabolik. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/sindrom-
metabolik, [19 April 2021].
8) Jim EL. Metabolisme lipoprotein. Jurnal Biomedik (JBM), 2013; 5(3): 149-156.
9) Dina A. Berapa nilai kadar normal lipid manusia. Tersedia pada:
https://www.medicalogy.com/blog/a-z-mengenai-lipid-profile-normalkah-kadar-
anda/, [19 April 2022].
10) Rini S. Sindrom metabolik. Jurnal Majority, 2015; 4(4): 88-93.
11) Rasjid M. Asma dan sindrom metabolik. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan
Tadulako), 2018; 4(3): 11-22.
12) Sampekalo P. Sindrom metabolik. Tersedia pada: https://prodiaohi.co.id/sindrom-
metabolik, [19 April 2022].

Anda mungkin juga menyukai