Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Konsep Diabetes Melitus


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibatkerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer danBare, 2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit ataugangguan metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadikarena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya.Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengankerusakan
jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuhterutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah (PERKENI,2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme denganhiperglikemi
kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnyaefektifitas biologis dari insulin
yang disertai berbagai kelainan metabolic lain akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasikronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
(Rendy danMargareth, 2012). Diabetes melitus merupakan gangguan metabolism kronis
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibatinsufisiensi fungsi
insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguanatau defisiensi produksi insulin
oleh sel beta langerhans kelenjar pancreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel
tubuh terhadap insulin(Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
Menurut Fasquer (2016), diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan
bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor
di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Diabetes melitus tipe 2 – yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung
insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa –
merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi
dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif (Kumar, 201). Penyakit
diabetes melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana
terdapat defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas(Shoback, 2017).

2. Anatomi Fisilogi Pankreas


Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan terdapat
kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulaulangerhans jumlah sel
beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasisel Pulau Langerhans.
Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar
majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringanendokrin. Jaringan eksokrin
menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase,peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormonseperti insulin, glukagon dan
somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
(Universitas Michigan, 2012)

Anatomi Pankreas & Histologi Pulau Langerhans


Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &Stozer, 2015) :
a. Sel Alfa sekresi glukagon
b. Sel Beta sekresi insulin
c. Sel Delta Ssekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhansmenyebabkan
pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yanglain. Terdapat
hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi guladarah dan kecepatan
sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arahdengan efek gula darah pada
sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan padanilai normal oleh peran antagonis
hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormone somatostatin menghambat sekresi
keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
1. Insulin
Insulin (bahasa latin insula, “ pulau ” , karena diproduksi di pulau-pulauLangerhans
di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantaipolipeptida yang
mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa  glikogen). Duarantai dihubungkan
oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan posisi7 dan 19 di rantai B
(Guyton & Hall, 2012).
2. Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin
Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkanrespons tubuh
berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulindisekresikan oleh
pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian besarsel akan meningkat
sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengankecepatan tanpa adanya sekresi
insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapatberdifusi ke sebagian besar sel tubuh
tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untukmenyediakan sejumlah glukosa yang
dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal, dengan pengecualian di
sel hati dan sel otak (Guyton & Hall,2012).
Mekanisme Insulin Dalam Menyimpan Glukosa Darah ke Dalam SelPada kadar
normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml, kecepatansekresi insulin akan
sangat minimum yakni 25mg/menit/kg berat badan. Namunketika glukosa darah
tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar normal maka sekresiinsulin akan meningkat
yang berlangsung melalui 2 tahap (Guyton & Hall, 2012):
1. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit kadarinsulin
plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin yangsudah terbentuk
lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans. Namun,pada menit ke 5-10
kecepatan sekresi insulin mulai menurun sampai kirakira setengah dari nilai
normalnya.
2. Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai meningkat kembaliuntuk kedua
kalinya yang disebabkan adanya tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih
dulu terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa sistemenzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel beta

3. Proses Kebutuhan Manusia


Menrut Potter & Perry, 2016 mengungkapkan kenyamanann/ rasa nyaman adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman
(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari – hari). Ketidak nyaman adalah
keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenagkan dalam berespon
terhadap suatu rangsangan.
1. Rasa Aman Dan Keselamatan
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan
sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan
keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan
fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (mis, penyakit, nyeri, cemas, dan
sebagainya). berikut beberapa ancaman yang dapat mengganggu rasa aman,nyaman
maupun keselamatan :
a. Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Nyeri yang tirasakan atau yang muncul
pada pasien gastritis sangat mengganggu bahkan bisa menyebabkan seseorang tisak
dapat melakukan aktivitas apapun, nyeri yang bermacam-macam, nyeri yang hilang
timbul, Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan mukosa atau menggambarkan adanya
kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional).
1) Tanda dan Gejala yang mengganggu aman dan nyaman akibat rasa sensasi nyeri
a) Gangguam tidur
b) Posisi menghindari nyeri
c) Depresi
d) Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
e) Perubahan nafsu makan
f) Tekanan darah meningkat
g) Nadi meningkat
h) Pernafasan meningkat
2) Reaksi terhadap nyeri
merupakan respon pisikologi dan prilaku yang terjadi setelah mempersepsikan
nyeri.
a) Respon psikologi
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak
dan thalamus, system saraf otonom menjadi tesmulasi sebagai bagian dari
respon stress. Nyeri dengan intensitas sebagai ringan hingga sedang dan nyeri
yang superficial menimbulkan reaksi flight atau fight, yang merupakan
sindrom adaaftasi umum. Stimulus pada cabang simpatis pada system syaraf
otonom menghasilkan respon fisikologis.
b) Respon perilaku
Pada saat nyri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus, dan bila
tidak di obati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat
mengubah kualitas kehidupan klien secara bermakna.

2. Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan
untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
Pasien dengan diabetes memerlukan diet gizi khusus untuk secara efektif
mengatur kadar gula darah mereka seraya memenuhi kebutuhan gizi mereka. Dengan
kebutuhan nutrisi yang sama seperti orang lain, tantangan terbesar penderita diabetes
terletak pada batasan dietnya. Hal ini dikarenakan segala sesuatu yang mereka makan,
memiliki efek langsung pada tingkat gula darah mereka, yang berarti ada pembatasan
tertentu yang harus dipertimbangkan. Pembatasan ini menempatkan mereka dalam
bahaya yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan gizi mereka.
a. Cara Kerja Pengaturan Nutrisi Diabetes
1) Rekomendasi diet seimbang
Kebanyakan pasien diabetes harus mengkonsumsi makanan yang terdiri dari 40
sampai 60 persen karbohidrat, 20 persen protein, dan 30 persen lemak.
Karbohidrat dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayuran, produk susu,
kacang-kacanga, dan bahan-bahan berbasis pati, sedangkan protein diperoleh
dari daging, ikan, produk susu dan unggas. Meskipun demikian ada batasan-
batasan tertentu. Meskipun daging diannggap sebagai sumber protein yang baik,
diet diabetes mengutamakan ikan, dan unggas dari pada daging merah. Selain
itu, penting bahwa daging yang dikonsumsi adalah karena terdapat proteinnya
dan bukan karena konten lemaknya.
2) Keterbatasan
keterbatasan tertentu lainnya juga dirinci. Misalnya, penderita diabetes dapat
mengkonsumsi produk susu untuk kandungan protein dan lemak, tetapi akan
sangat baik jika mereka menggunakan produk dengan presentase lemak yang
rendah.
3) Pembatasan makanan
rencana gizi diabetes biasanya juga mendaftar jenis makanan yang pasien harus
hindari. Umumnya mereka disarankan untuk menghindari makanan yang
digoreng dan minuman beralkohol.
4) Kadar konsumsi gula dan garam
berlawanan dengan anggapan bahwa penderita diabetes tidak bisa
mengkonsumsi gula, sebenarnya mungkin bagi penderita diabetes untuk
mengkonsumsi gula selama dimasukkan kedalam rencana tidak seimbang, yang
berarti asupan gula terbatas dalam jumlah dan frekuensi tertentu. Hal yang sama
berlaku untuk jumlah garam, yang dapat mereka gunakan dalam mengolah
makanan mereka.
5) Jadwal makan
penderita diabetes juga disarankan memperhatikan jadwal makan yang ideal dan
jumlah makanan yang dikonsumsi selama makan. makan dengan porsi kecil
sepanjang hari dianggap lebih ideal dari pada makan dengan porsi besar dalam
tiga waktu makan utama dalam sehari.
Patway
5. Faktor – factor yang mempengaruhi (NANDA, 2016)
a. DM tipe I
Diabetes yang tergantng dena insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
- Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderugan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I
- Factor imonologi (nautonum)
- Faktor lingkugan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulakan estruksi sel beta

b. DM Tipe II
Disebebkan oleh kegagalan reative sel beta dan resistensi insulin. Factor resiko ang
berhubugan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : Usia, obsitas, riayat dan keluarga

6. Manifstasi Klinis
Manifestasi klinis DM dikaitkan dngan kosekuensi metabolic defisinsi insuln (Pric & Wilson
2006)
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiprglekimia berat berkait glukosa yang akan menjadi dieresisnosmotic yang
menigkatkan pengeluara urin (Puliuria) dan tibul rasa haus (poliuria)
3. Rasa lapar yang semakin basar (poligaria), BB menurun
4. Lelah dan Mengntuk
5. Gejala lain yang dikeluhan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, pruritas vula.

Diangnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
2. Risiko Infeksi dengan faktor risiko penyakit kronis (diabetes melitus).
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis.
4. Risiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang kepatuhan pada
rencana manajemen diabetes.
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut b.d  Kontrol nyeri. Manajemen nyeri :
agen cidera  Pengetahuan: manajemen 1. Lakukan pegkajian nyeri
fisik. nyeri secara komprehensif termasuk
Setelah dilakukan askep selama lokasi, karakteristik, durasi,
3 x 24 jam tingkat frekuensi, kualitas dan
kenyamanan klien meningkat, 10ontro presipitasi.
dan dibuktikan dengan kriteria 2. Observasi reaksi nonverbal
hasil: dari ketidaknyamanan.
 klien dapat melaporkan nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
pada petugas, frekuensi terapeutik untuk mengetahui
nyeri, ekspresi wajah, dan pengalaman nyeri klien
menyatakan kenyamanan sebelumnya.
fisik dan psikologis 4. Kontrol 10ontro lingkungan
 tanda-tanda vital dalam batas yang mempengaruhi nyeri
normal. (TD:<120-129/80-89 seperti suhu ruangan,
mmHg, N:60-100 x/i, RR: pencahayaan, kebisingan.
o
16-20x/i, Temp: 36-37 C). 5. Kurangi 10ontro presipitasi
 Dapat mengontrol nyeri.
nyeridibuktikan dengan klien 6. Pilih dan lakukan penanganan
melaporkan gejala nyeri dan nyeri (farmakologis/non
control nyeri. farmakologis)..
7. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/11ontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan
dokter bila ada komplain
tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan
klien tentang manajemen
nyeri.

Administrasi analgetik :.

1. Cek program pemberian


analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek
samping.
2 Risiko Infeksi  Pengetahuan: Manajemen 1. Pantau tanda dan gejala
dengan faktor Infeksi. infeksi primer & sekunder
risiko penyakit  Kontrol risiko: proses 2. Bersihkan lingkungan setelah
kronis (diabetes infeksi. dipakai pasien lain.
melitus). 3. Batasi pengunjung bila perlu.
Setelah dilakukan askep selama
4. Intruksikan kepada keluarga
3 x 24 jam tidak terdapat
untuk mencuci tangan saat
tanda-tanda inferksi pada kontak dan sesudahnya.
klien, dan dibuktikan dengan 5. Gunakan sabun anti miroba
kriteria hasil: untuk mencuci tangan.
6. Lakukan cuci tangan sebelum
 Klien mampu
dan sesudah tindakan
mempertahankan lingkungan
keperawatan.
yang bersih.
7. Gunakan baju dan sarung
 Klien mampu
tangan sebagai alat pelindung.
mengidentifikasi tanda dan
8. Pertahankan teknik aseptik
gejala infeksi.
untuk setiap tindakan.
 Klien mampu
9. Lakukan perawatan luka dan
mempraktekkan cara
dresing infus setiap hari.
mencuci tangan dengan
10. Amati keadaan luka dan
benar.
sekitarnya dari tanda – tanda
meluasnya infeksi
11. Tingkatkan intake
nutrisi.dan cairan
12. Berikan antibiotik sesuai
program.
13. Monitor hitung
granulosit dan WBC.
14. Ambil kultur jika perlu
dan laporkan bila hasilnya
positip.
15. Dorong istirahat yang
cukup.
16. Dorong peningkatan
mobilitas dan latihan.
17. Ajarkan keluarga/klien
tentang tanda dan gejala
infeksi.
3 Ketidakseimban  Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
gan nutrisi:
Setelah dilakukan askep selama 1. kaji pola makan klien
kurang dari
3x24 jam klien menunjukan 2. Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh
status nutrisi adekuat 3. Kaji makanan yang disukai
berhubungan
dibuktikan dengan indikator: oleh klien.
dengan faktor
4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk
biologis.  Rasio berat badan/ tinggi
penyediaan nutrisi terpilih
badan dalam batas normal.
sesuai dengan kebutuhan
 Asupan gizi adekuat.
klien.
 Tidak terdapat penyimpangan
5. Anjurkan klien untuk
energi.
meningkatkan asupan
nutrisinya.
6. Yakinkan diet yang
dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk mencegah
konstipasi.
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi

1. Monitor BB setiap hari jika


memungkinkan.
2. Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
3. Monitor lingkungan selama
makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
5. Monitor adanya mual
muntah.
6. Monitor adanya gangguan
dalam proses mastikasi/input
makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
7. Monitor intake nutrisi dan
kalori.
4 Risiko ketidak  Keparahan hiperglikemia. Managemen Hipoglikemia:
stabilan kadar  Risiko ketidak staabilan 1. Monitor tingkat gula darah
glukosa darah kadar glukosa darah. sesuai indikasi
berhubungan
Setelah dilakukan askep 3x24 2. Monitor tanda dan gejala
dengan kurang
jam diharapkan perawat akan hipoglikemi ; kadar gula
kepatuhan pada
menangani dan meminimalkan darah < 70 mg/dl, kulit
rencana
episode hipo / hiperglikemia, dingin, lembab pucat,
manajemen
dibuktikan dengan indikator: tachikardi, peka rangsang,
diabetes.
gelisah, tidak sadar ,
 Glukosa darah dalam batas
bingung, ngantuk.
normal.
3. Jika klien dapat menelan
 Nafas klien tidak berbau
berikan jus jeruk / sejenis
keton.
jahe setiap 15 menit sampai
 Peningkatan glukosa darah, kadar gula darah > 69 mg/dl
ringan. 4. Berikan glukosa 50 %
dalam IV sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli
gizi untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia

1. Monitor GDR sesuai


indikasi
2. Monitor tanda dan gejala
diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul,
anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD
rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan kabur
atau kadar Na,K,Po4
menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi
sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter
jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau
memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi
jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula
darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton
pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna
kulit, waktu pengisian
kapiler, nadi perifer dan
kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O
sesuai kebutuhan
5 Kerusakan  Penyembuhan luka: Wound care
integritas sekunder
1. Catat karakteristik
jaringan
Setelah dilakukan askep 3x24 luka:tentukan ukuran dan
berhubungan
jam Wound healing meningkat, kedalaman luka, dan
dengan
dibuktikan dengan indikator: klasifikasi pengaruh ulcers
gangguan
2. Catat karakteristik cairan
sirkulasi  Luka mengecil
secret yang keluar
 peningkatan granulasi
3. Bersihkan dengan cairan
jaringan
anti bakteri
 tidak terdapat nekrosis.
4. Bilas dengan cairan NaCl
0,9%
5. Lakukan nekrotomi K/P
6. Lakukan tampon yang
sesuai
7. Dressing dengan kasa steril
sesuai kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan tehnik dressing
steril ketika melakukan
perawatan luka
10. Amati setiap perubahan
pada balutan
11. Bandingkan dan catat setiap
adanya perubahan pada luka
12. Berikan posisi terhindar dari
tekanan

DAFTAR PUSTAKA

Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Arief Mansjoer (2012), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media
Aesculapius
Arthur C, Guyton, John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12
Jakarta : EGC
Dolensek, J., Rupnik, M.S. and Stozer, A. 2015, Structural similarities and
differences between the human and the mouse pancreas. Islets, 7(1),
e1024405. Diakses pada 28 Maret 2016
Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI, Jakarta
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Tim
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkuktural. Jakarta: EGC
Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC Jilid 2 penerbit Mediaction. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai