DI RUANG NURI
RSU SARI MULIA BANJARMASIN
Banjarmasin,
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,
NIK. NIK.
I. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
A. Anatomi Sistem Endokrin
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak
retroperitonial dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I
dan II. Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan
ekornya sampai ke lien. Pankreas mendapat darah dari arteri lienalis dan
arteri mesentrika superior. Duktus pankreatikus bersatu dengan duktus
koledukus dan masuk ke duosenum, pankreas menghasilkan dua kelenjar
yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin (Syaifuddin, 2016). Pankreas
terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam
ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa
diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan
dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang
lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini
disebut processus unsinatis pankreas (Pearce, 2000).
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang
membentuk pulau-pulau langerhans. Pulau-pulau Langerhans berbentuk
oval tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta
pulau-pulau langerhans yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan,
setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin. Dalam tubuh manusia
normal pulau langerhans menghasilkan empat jenis sel:
1. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi faktor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
2. Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
3. Sel-sel D 5-15% membuat somatostatin
4. Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.
Gambar Pankreas
B. Fisiologis Sistem Endokrin
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel-sel dipulau langerhans.
Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon. Insulin merupakan protein
kecil yang terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lainnya
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sebelum dapat berfungsi ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam membran sel.
Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar
glukosa normal atau rendah maka sekresi insulin akan berkurang
(Syaifuddin, 2016).
Mekanisme kerja insulin yaitu:
1. Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel/jaringan tubuh
kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa usus halus, dan sel darah merah.
Masuknya glukosa adalah suatu proses difusi, karena perbedaan
konsentrasi glukosa bebas antara luar sel dan dalam sel.
2. Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel
3. Meningkatkan sintesis protein di otak dan hati
4. Menghambat kerja hormon yang sensitif terhadap lipase,
meningkatkan sintesis lipida.
5. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.
Efek Insulin:
3. Gaya hidup
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini
berpengaruh terhadap kerja pankreas. Stress juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
risiko terkena diabetes. Malnutrisi juga dapat merusak pankreas,
sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi
insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung lambat juga
akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta prankeas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi
energin sel yang terlalu banyak.
C. Patofisiologi
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung
yang didalamnya terdapat kumpulan sel-sel yang disebut pulau-pulau
langerhans yang berisi sel-sel beta yang memproduksi hormon insulin
yang berperan dalam mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Glukosa
terbentuk dari karbohidrat, protein dan lemak yang kemudian akan
diserap melalui dinding usus dan disalurkan ke dalam darah dengan
bantuan insulin. Kelebihan glukosa akan disimpan dalam jaringan hati dan
otot sebagai glikogen. Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan
metabolik yang disebabkan dua hal yaitu penurunan respon jaringan
perifer terhadap insulin yang disebut dengan resistensi insulin dan
penurunan kemampuan insulin sel beta di pankreas untuk mensekresi
insulin.Diabetes melitus tipe 2 diawali akibat dari sel-sel sasaran insulin
gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini
disebut dengan resistensi insulin. Penyebab dari resistensi insulin adalah
faktor obesitas, gaya hidup yang kurang gerak dan penuaan. Pada DM
tipe 2 dapat terjadi akibat dari gangguan sekresi insulin dan produksi
glukosa hepatik yang berlebihan, tetapi tidak terjadi kerusakan sel-sel
beta di pankreas secara autoimun.Sel-sel beta di pankreas mensekresi
insulin dalan 2 fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah
stimulasi atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa darah dan fase kedua terjadi sekitar 20 menit sesudahnya.
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel-sel beta di pankreas
menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama yaitu insulin
gagal mengkompensasi resistensi insulin yang selanjutnya apabila tidak
ditangani dengan cepat akan terjadi kerusakan sel-sel beta di pankreas
yang terjadi secara progresif yang disebut dengan defisiensi insulin,
sehingga akhirnya memerlukan insulin eksogen (Decroli, 2019).
(Menurut Decroil 2019)
D. Manifestasi Klinis
Rudijanto, dkk (2015) Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh
penyakit DM diantaranya:
1. Pengeluaran urin (poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volumen air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh
tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkan
melalui urin. Gejala pengeluran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
2. Timbul rasa haus (polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan
3. Timbul rasa lapar (polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut
disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan
kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.
4. Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.
1. Keluhan fisik
a. Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah lembut yang
menyebabkan penurunan prestasi disekolah dan lapangan
olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan tenaga. Sumber tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lain yaitu lemak dan otot. Dampaknya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.
b. Banyak kencing, karena sifatnya, kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering
dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum, rasa haus amat sring dialami penderita karena
banyak cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru
sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara
yang panas atau beban kerja berat. Untuk menghilangkan rasa
haus itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan, kalori dari makanan yang dimakan, setelah
dimetaboliskan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya
dapat dimamfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
2. Keluhan makan
a. Gangguan saraf tepi/kesemutan: Penderita mengeluh rasa sakit
atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga
mengganggu tidur.
b. Gangguan penglihatan: Pada fas awal penyakit diabetes sering
dijumpai gangguan penglihtan yang mendorong penderita untuk
mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat
dengan baik.
c. Gatal/ bisul: Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di
daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan
dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan
luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang
sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
d. Gangguan ereksi: Gangguan ereksi ini menjadi masalah
tersembunyi karena sering tidak secara terus terang
dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya
masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah
seks, apalagi menyakut kemampuan atau kejantanan seseorang.
e. Keputihan: pada wanita, keputihan dan gagal merupakan
keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala yang dirasakan
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arisman (2014) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
diabetes mellitus antara lain:
1. Pemeriksaan kadar gula darah diperlukan untuk menentukan jenis
pengobatan serta modifikasi diet. Ada dua macam pemeriksaan untuk
menilai ada/ tidaknya masalah pada. Gula darah seseorang pertama,
pemeriksaan gula darah secara langsung setelah berpuasa sepanjang
malam; uji kadar gula darah puasa ( fasting blood glucose test)
merupakan pemeriksaan, tidak beranjak dari nilai di atas 140 mg/dL.
2. Pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida menjadi penting karena
diabetes memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalamin
aterosklerosis dan hiperlipoproteinemia tipe IV (ditandai dengan
peningkatan VLDL). Tingginya kadar kolesterol dan trigliserida
memerlukan penanganan diet yang khusus.
3. Pemeriksan kadar kalium berguna untuk mengetahui derajat
katabolisme protein.
4. Hasil pemeriksaan BUN (blood urea nitrogen) dan kreatinin serum
yang tidak normal menyiratkan nefropati yang membahayakan
5. Pemeriksan Hba sangat bermanfaat dan akurat, terutama selama
pemantauan terapi. Laju pembentukannya sebandingan dengan kadar
glukosa darah. Reaksi ini akan bertambah intens jika kadar glukosa
dalam darah terus meningkat Hba mencerminkan rataan kadar
glukosa selama 120 hari (seusia eritrosit).
6. Pemeriksaan urin yang terdiri dari:
a. Glukosa akan merembes ke dalam urin jika kadar gula darah
telah mencapai ambangnya, pada kisaran angka 150-180 mg/dL.
Pemeriksaan urin dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan
dilaporkan dengan “sistem plus”: 1+ hingga 4+.
b. Keton terutama harus diperiksa selama infeksi, stress emosional,
atau jika terjadi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi
c. Protein urin juga harus diperiksa, terutama jika gejala komplikasi
ginjal (nefropati) mulai tampak.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien diabetes melitus dikenal 4 pilar penting dalam
mengontrol perjalan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah
edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi (ADA,2010).
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan
penyakit, pentingnya pengendalikan penyakit, komplikasi yang timbul
dan resikonya, pentingya intervensi obat dan pemantauan glukosa
darah, cara mengatasi hipoglikemia, perlunya latihan fisik yang
teratur, dan cara mempergunakan fasilitas kesehatan. Mendidik
pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol gula darah,
mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan merawat diri
sendiri.
2. Terapi Gizi
Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan diabetes secara total. Diet seimbang akan
mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin
mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini melibatkan
dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya.
3. Intervensi Gizi
Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan berat badan,
perbaikan kadar glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemuk
dengan DM tipe II mempunyai pengaruh positif pada morbiditas.
Orang yang kegemuk dan menderita diabetes melitus mempunyai
resiko yang lebih besar dari pada mereka yang hanya kegemukan
metode sehat untuk mengendalikan berat badan, yaitu: makanlah
lebih sedikit kalori mengurangi makanya setiap 500 kalori setiap hari,
akan menurunkan berat badan satu pon satu pekan, atau lebih kurang
2 kg dalam sebulan.
4. Aktivitas Fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang legih 30 menit), merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan DM tipe II. Kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi diabetes
melitus dapat dikurangi.
1. Antidiabetik Oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar
gula
darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan
menghilangkan gejala, optimalisasi parameter metabolik, dan
mengontrol berat badan. DM tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi
utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk penanganan
pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan
dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olahraga.
Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet
dan olahraga dilakukan, kadar gula darah tetap diatas 200mg/dl dan
HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet,
melainkan membantunya. Pemilihan antidiabetik oral tepat sangat
menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi
menggunakan antidiabetik oral yang digunakan harus
mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi
kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain
adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa
glukosidase dan insulin sensitizing.
2. Insulin
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai
yang
dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam
amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol
dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan
obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulinkadangkala dijadikan pilihan
sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe
2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan.
Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin
antara lain menaikkkan pengambilan glukosa kedalam sel-sel
sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara
oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta
mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein
dan lemak dari glukosa
3. Diet
Berikut ini merupakan pengaturan makanan menurut Depkes (2013)
pada pasien dengan diabetes mellitus:
b. Sirkulasi
1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
pada ekstremitas dan tachicardia.
2) Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang
menurun / tidak ada.
3) Disritmia, krekel : DVJ
c. Neurosensori
Munculnya gejala Pusing / pening, gangguan penglihatan,
disorientasi, mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut).
Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma),
aktifitas kejang.
d. Nyeri/kenyamanan
Munculnya gejala Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat),
wajah
meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
e. Keamanan
1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2) Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia/
paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam).
3) Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
2) Aseton plasma : positif secara menyolok.
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330 m osm/l.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi nutrien
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
5. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan gangguan
sensasi kulit
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
7. Resiko ketidaseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi
pengaturan endokrin
8. Resiko Cidera berhubungan dengan disfungsi integritas sensori
(penglihatan)
I. Tujuan Keperawatan (NOC) dan Rencana Tindakan Keperawatan (NIC)
Nutrition Monitoring
1. Monitor BB setiap hari
2. Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
3. Monitor lingkungan selama
makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
5. Monitor adanya mual
muntah.
6. Monitor adanya gangguan
dalam proses
mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
7. Monitor intake nutrisi dan
kalori.
Monitor Nutrisi
8. Monitor BB setiap hari
9. Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
10. Monitor lingkungan selama
makan.
11. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
12. Monitor adanya mual
muntah.
13. Monitor adanya gangguan
dalam proses
mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
14. Monitor intake nutrisi dan
kalori.
Exercise promotion
1. Bantu identifikasi program
latihan yang sesuai
2. Diskusikan dan instruksikan
pada klien mengenai latihan
yang tepat
Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian
analgetik : jenis, dosis, dan
frekuensi
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik.
5. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
American Diabetes Association. (2018). The journal od clinical and applied research and
Aziz, A. (2006). Pengantar kebutuhan hidup dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 Edisi 1. Padang: Pusat penerbitan bagian ilmu
Perry, P. &. (2005). Buku ajar fundamental Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Perry, p. &. (2010). Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 7. Jakarta: EGC.
ratnasari, I. d. (2018). Faktor resiko mempengaruhi kejadian diabetes tipe dua. Jurnal
Riyadi, S. (2011). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan eksokrin dan