Staf Departemen Medik Akupunktur FKUI-RSCM Ketua Umum IDI Cabang Jakarta Pusat DEFINISI Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin atau kedua – duanya. PATOFISIOLOGI Pankreas : kelenjar yang mempunyai pulau Langerhans berisi sel beta penghasil hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar gula darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta berperan dalam masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian glukosa dimetabolisme menjadi tenaga. PATOFISIOLOGI Bila insulin tidak ada, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadar glukosa darah meningkat. Keadaan seperti inilah yang terjadi pada diabetes tergantung insulin (DM tipe 1). PATOFISIOLOGI Pada diabetes tidak tergantung insulin (DM tipe 2), jumlah insulin bisa normal, bahkan bisa lebih banyak tetapi jumlah reseptor di permukaan sel kurang. Karena reseptor yang kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa tetapi glukosa dalam pembuluh darah meningkat. PATOFISIOLOGI Perbedaan dengan DM tipe 1 adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa masih normal atau sedikit meningkat. Setelah terjadi kelelahan sel pankreas baru terjadi diabetes melitus klinis. GEJALA Keluhan umum : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabkan. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. KLASIFIKASI 1. Diabetes melitus tipe 1 2. Diabetes melitus tipe 2 3. Diabetes melitus gestasional 4. Diabetes melitus tipe lain TINJAUAN AKUPUNKTUR Diabetes melitus dalam kedokteran tradisional dikenal dengan istilah xiao ke yang berarti lapar dan haus. Adanya api dalam menimbulkan gangguan keseimbangan cairan, sehingga timbul gejala haus, banyak minum, lapar, dan poliuria. TINJAUAN AKUPUNKTUR Diabetes melitus berhubungan dengan suatu keadaan dimana San Jiao terserang oleh panas dalam sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan cairan. TINJAUAN AKUPUNKTUR Faktor etiologinya adalah kebiasaan makan berlebih lemak dan manis, alkohol mengganggu fungsi limpa dan lambung yaitu transportasi dan transformasi.
Makanan yang terakumulasi berubah
menjadi panas yang menguras cairan tubuh sehingga kebutuhan cairan meningkat menimbulkan haus dan lapar. TINJAUAN AKUPUNKTUR Panas dalam yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat melukai yin dan menguras cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terkuras, terjadi kegagalan pemeliharaan paru dan ginjal. TINJAUAN AKUPUNKTUR Gangguan emosi yang berkepanjangan juga berperan, banyak berpikir merusak limpa sedangkan marah, frustasi menghambat aliran qi hati.
Hambatan qi hati berubah menjadi api yang
kemudian melukai yin paru dan lambung.
Defisiensi yin, hal ini disebabkan karena sakit yang
lama, bekerja berlebihan, aktivitas seksual berlebihan sehingga dapat menguras Jing. KLASIFIKASI & GEJALA KLINIS Api pada Jiao atas, gejala yang dapat terjadi berupa polidipsi, mulut dan kerongkongan kering, batuk kering, suara serak, keringat malam.
Api pada Jiao tengah, gejala yang dapat terjadi
berupa polifagi, bibir kering, konstipasi, lebih menyukai minum dingin, perasaan terbakar pada epigastrium.
Api pada Jiao bawah, gejala yang dapat terjadi
berupa poliuri, muka menghitam, konstipasi, ingatan berkurang. KLASIFIKASI & GEJALA KLINIS Defisiensi Yin dan Yang ginjal, gejala yang dapat terjadi berupa poliuri yang keruh terutama malam hari, kelemahan pada lutut, low back pain, impoten. KRITERIA DIAGNOSIS 1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma
puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥
200 mg/dL (11,1 mmol/L) PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial 2. A1C 3. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida) 4. Kreatinin serum 5. Albuminuria 6. Keton, sedimen dan protein dalam urin 7. Elektrokardiogram 8. Foto sinar X dada PENATALAKSANAAN Titik Utama adalah Sanyinjiao (SP6), Feishu (BL13), Yishu (N-BW 12), Pishu (BL20), dan Shenshu (BL23).
Titik Tambahan pada titik akupunktur
telinga yaitu Endokrin, Pankreas, Ginjal, Limpa. EBM Latief R. (1986) melakukan penelitian cross over pada 20 pasien DM tipe 2 dengan menggunakan titik akupunktur SP6 Sanyinjiao. Penusukan dilakukan selama 30 menit dan dilakukan manipulasi setiap 5 menit. Jarak waktu penusukan pertama dan kedua 7 hari. Didapatkan hasil penurunan kadar gula darah puasa yang bermakna (p < 0,001) pada penusukan titik SP6 Sanyinjiao, sedangkan pada penusukan titik kontrol hasilnya tidak bermakna. EBM Guo W., Zhu H. (1993) melakukan studi kasus pada 32 pasien DM dengan menggunakan akupunktur telinga pada titik Pankreas, Ginjal, Limpa dan Endokrin, sebagai tambahan diberikan titik Lambung pada polifagi dan Shenmen untuk insomnia. Terapi dilakukan dengan menempelkan biji semen vaccaria pada titik terpilih, seminggu 2-3 kali sebanyak 10 kali dalam 1 seri. Pasien diminta menekan biji tersebut sedikitnya 3 kali sehari. Hasilnya didapatkan angka efektivitas sebesar 93,7 %. EBM Rejeki ES. (2008) melakukan randomized controlled trial (RCT) pada 36 pasien DM tipe 2 yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur dan plasebopunktur. Titik-titik akupunktur yang digunakan yaitu SP6 Sanyinjiao, BL13 Feishu, N-BW 12 Yishu, BL20 Pishu, dan BL23 Shenshu. Penusukan dilakukan selama 20 menit dan dirangsang setiap 5 menit. Terapi diberikan seminggu 3 kali, sebanyak 12 kali. Hasilnya didapat penurunan kadar gula darah puasa yang bermakna antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol (p = 0,000). Angka keberhasilan 72,22 %. EBM Ingle PV., dkk (2010) melakukan studi kasus pada 20 pasien DM tipe 2 dengan menggunakan titik akupunktur BL20 Pishu, BL23 Shenshu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, LI4 Hegu, GB21 Jianjing, LI11 Quchi, TE5 Waiguan, ST41 Jiexi, SP3 Taibai, LR3 Taichong, GV14 Dazhui dan menggunakan elektrostimulator gelombang dense disperse selama 20-30 menit. Terapi diberikan setiap hari, sebanyak 10 kali (1 seri), antar seri istirahat 10 hari, selama 3 bulan. Hasilnya didapat penurunan yang signifikan pada kadar gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial (p < 0,01) antara sebelum dan setelah terapi akupunktur. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR Secara umum efek akupunktur terdiri dari efek lokal, segmental dan sentral. Perangsangan titik akupunktur pada kulit secara fungsional melalui Cutaneus Visceral Reflex akan mempengaruhi organ dalam yang sesuai dengan neurotom titik yang ditusuk. Pada Diabetes Melitus salah satu gangguan terdapat pada organ pankreas yang dipengaruhi oleh daerah segman torakal 5 – torakal 11. Maka penusukan pada daerah tersebut dapat mempengaruhi organ pankreas MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR Reaksi lokal diantaranya, terjadi pelepasan mediator yaitu histamin, serotonim, kinin, limpokin, leukotrien dan prostaglandin. Serotonin yang akan merangsang sekresi insulin dan mengaktifkan serabut saraf otonom dalam sel β- pankreas, dimana impuls melalui serabut efferen ke pusat susunan saraf pusat yang terletak di Nuclei Hipotalamus dan kortex serebri, kemudian melalui serabut afferen otonom menghambat tonus α- adrenergik dan merangsang tonus β-adrenergik sehingga menimbulkan sekresi insulin dan dapat menurunkan kadar gula darah. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR Efek segmental pada penusukan titik akupunktur di daerah toraks bawah, dapat meregulasi fungsi kelenjer pankreas, karena impuls rangsang dari penjaruman didaerah ini berjalan pada serabut sensorik torakal dan keluar sebagai saraf simpatis untuk meregulasi organ tersebut. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR Efek sentral dari rangsangan akupunktur melibatkan sistem saraf pusat, batang otak, substansia grisea sentralis, hipotalamus, talamus dan serebrum. Pengaruh langsung akupunktur pada sistem endokrin adalah melalui aksis hipitalamus hiposfisis. Hipotalamus yang teraktivasi akan menghasilkan releasing hormon yakni CRF, GNRH, GHRH, GHRIH, TRH dan Dopamin. Pengaruh terhadap produksi insulin diperkirakan melalui penghambatan pelepasan GHRIH (Growth Hormone Releasing Inhibitory Hormone/ Somatostatin) dan melalui saraf otonom. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR Mekanisme akupunktur telinga yaitu secara sentral melalui reticular formation (RF) dan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Secara sentral rangsang penusukan ditransmisikan ke nukleus ventroposterior thalamus dan diproyeksikan ke korteks serebri. Rangsang penusukan akan mencapai hipotalamus dan mengaktivasi nukleus arkuatus dan hipofisis untuk mensekresi β- endorfin ke dalam darah dan cairan serebrospinalis. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR β-endorfin ini dapat menginduksi sekresi insulin melalui aktivasi reseptor opioid pada sel beta pankreas dan β-endorfin juga mempengaruhi kontrol hormon parakrin dalam sekresi insulin. Hormon parakrin yaitu hormon yang bekerja pada sel-sel di sekitarnya. Contohnya adalah insulin, yang disekresikan oleh sel pankreatik β dan mempengaruhi sekresi glukagon oleh sel pankreatik α. MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR Selain itu titik telinga MA-IC 3 Endokrin dipersarafi oleh nervus Vagus rami auricularis anterior. Nervus vagus ini mempersarafi organ-organ internal, sehingga rangsang penusukan dapat mengaktifkan sel beta pankreas untuk mensekresikan insulin. Kemudian melalui sistem simpatis dan parasimpatis, rangsang penusukan dapat menginhibisi saraf simpatis dan merangsang saraf parasimpatis. Perangsangan saraf parasimpatis ini melalui serabut saraf kolinergik yang memicu sekresi asetilkolin yang menstimulasi pelepasan insulin dan bekerja pada reseptor sel beta pankreas, selain itu juga memicu pelepasan protein-protein yang berperan dalam insulin signaling, seperti insulin-like growth factor. Melalui mekanisme tersebut diatas dapat menaikkan sekresi insulin dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan resistensi insulin Is Acupuncture An Effective Treatment For Diabetic Peripheral Neuropathy? Neuropathy Diabetic Diabetic peripheral neuropathy (DPN) is a painful and debilitating complication of diabetes. The pain is a result of nerve damage due to inadequate blood flow and high blood sugar levels. The symptoms of DPN are considered to be some of the most difficult and distressing complications of diabetes. Neuropathy Diabetic DPN is found to be prevalent in 12–50% of people with the diagnosis diabetes. DPN is often associated with significant morbidity and mortality. DPN may be attributed to almost 27% of the direct medical cost of diabetes. It is estimated that there are 1.4 million physician office visits by adults aged 20 years and older with a diagnosis of DPN. Neuropathy Diabetic DPN is found to be prevalent in 12–50% of people with the diagnosis diabetes. DPN is often associated with significant morbidity and mortality. DPN may be attributed to almost 27% of the direct medical cost of diabetes. It is estimated that there are 1.4 million physician office visits by adults aged 20 years and older with a diagnosis of DPN. Acupuncture for DPN Acupuncture analgesia might be explained by the following scientific mechanisms: o local effect, mediated by adenosine A1 receptors. o segmental analgesia, based on the pain gate control theory. o extra-segmental analgesia, the releasing of opioid peptides or descending inhibitory pain control and central regulation of the limbic system, which is relevant to the affective component of pain. Acupuncture for DPN In a recent, well-designed meta-analysis of randomized clinical trials (RCTs) with data from 17,922 patients, it was reported that acupuncture is more effective for treating chronic pain than is sham acupuncture and no treatment. Acupuncture for DPN Acupuncture for DPN Acupuncture for DPN Conclusion Acupuncture can be used for treatment of neuropathy diabetic. Modality of acupuncture for treatment are manual acupuncture, ear acupuncture, scalp acupuncture, electroacupuncture, and laserpuncture. The role of acupuncture for neuropathy diabetic has been throught biomolecular reactions, such as NO, BDNF, ATP, ROS.
Pengaruh Terapi Akupunktur Pada Titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26dan SP 6 Terhadap Perubahan Indeks Massatubuh Pasien Obesitasdi Poli Akupunktur Puskesmas Kepanjen
Kursus Akupunktur Untuk Meningkatkan Ilmu Akupunktur Program Profesi Akupunktur DIBUKA KELAS BARU, Mulai Hari Senin, Tanggal, 23 Juli 2018 - Kursus Akupunktur Murah Berkualitas Di Jakarta