Anda di halaman 1dari 220

PROPOSAL

PRAKTEK KLINIK AKUPUNKTUR II ALIH JENJANG


PRODI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN PENGOBATAN HERBAL

JURUSAN AKUPUNKTUR POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


TAHUN 2021
A. LATARBELAKANG

Dalam rangka mencapai kompetensi mahasiswa khususnya semester II Program


Alih Jenjang Prodi Sarjana Terapan Akupunktur dan Pengobatan Herbal, dibutuhkan
pengalaman belajar praktik klinik secara nyata. Untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan maka diperlukan praktik di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan
seperti; Rumah Sakit, dan Klinik Pelayanan Akupunktur. Berdasarkan teori yang
telah mahasiswa dapatkan sebelumnya, pada pembelajaran Praktik Klinik
Akupunktur II Alih Jenjang ini mahasiswa dituntut kemandiriannya dalam melakukan
tatalaksana akupunktur pada pasien sesuai kompetensi matakuliah.
Adapun kegiatan Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang ini merupakan
penerapan dari teori dari kegiatan pembelajaran pada mata kuliah kasus
Akupunktur pada pediatrik, Akupunktur pada sistem respirocardiovaskuler,
Akupunktur pada sistem endokrin, metabolic, dan imun, Akupunkur pada adiksi
dan psikologi, Micro Acupuncture dan Akupunktur pada kasus Estetika yang
diberikan pada semester II.
Penyelenggaraan praktik klinik akupunktur di tengah pandemi Covid-19 perlu
menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 dengan menerapkan
physical distancing, APD,desinfeksi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang bertujuan agar mahasiswa mampu
menerapkan teori tentang penatalaksanaan Akupunktur pada pediatrik,
Akupunktur pada sistem respirocardiovaskuler, Akupunktur pada sistem
endokrin, metabolic, dan imun, Akupunkur pada adiksi dan psikologi, Micro
Acupuncture dan Akupunktur pada kasus Estetika.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan Praktik klinik akupunktur II Alih Jenjang,
mahasiswa mampu:
a. Mengidentifkasi perilaku pasien yang normal dan abnormal berdasarkan
sindrom delapan dasar diagnosa dan keadaan fisiologis atau pathologis

2|Halaman
b. Menciptakan hubungan antar tenaga kesehatan, dengan pasien, dan
masyarakat di lingkungan sarana pelayanankesehatan
c. Menerapkan komunikasi teraupetik dalam setiap aktivitas tatalaksana
akupunktur.
d. Melakukan pengkajian akupunktur.
e. Merumuskan dan menegakkan diagnosis akupunktur
f. Menyusun rencana tindakan akupunktur
g. Mengembangkan dan melaksanakan rencana tindakan akupunktur yang
telah disusun berdasarkan prosedur
h. Mengevaluasi seluruh kegiatan tatalaksana akupunktur yang dilakukan
terhadap pasien.
i. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan tim kesehatan terkait di
lingkungan sarana pelayanan kesehatan
j. Mendokumentasi setiap tahapan tatalaksana akupunktur pada pasien.
k. Melakukan promosi kesehatan dalam upaya kesehatan preventif dan
promotif melalui penyuluhan kesehatan khususnya di masa pandemic Covid-
19.
C. SASARAN DAN PRASYARAT
1. SASARAN
Sasaran kegiatan Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang adalah mahasiswa
Program Sarjana Terapan Akupunktur dan Pengobatan Herbal Jurusan
Akupunktur Semester Genap (II).
2. PRASYARAT
Prasyarat mengikuti kegiatan Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang bagi
mahasiswa Jurusan Akupunktur adalah:
a. Telah mengikuti proses pembelajaran sampai dengan akhir semester dan
lulus semua mata kuliah sampai dengan akhir semester Genap (II) yang
dilaksanakan di kelas dan laboratorium
b. Telah memenuhi administrasi akademik
c. Mentaati tata tertib praktik klinik akupunktur sesuai dengan ketentuan yang
ada

D. KOMPETENSI PRAKTIK
1. KOMPETENSI
Kompetensi yang hendak dicapai dalam praktik klinik ini adalah
kemampuan melakukan tatalaksanan akupunktur.
a. Kasus Akupunktur Pediatrik meliputi:
1) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Attension Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
2) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Autisme
3) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Konjungtivitis pada anak
4) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Ruam Popok pada anak
5) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus faringitis pada anak
6) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus diare pada anak
7) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus sakit kepala pada anak
8) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus demam pada anak
9) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus sialorrhea pada anak
10) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus cegukan pada anak
11) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus obesitas pada anak
12) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus otitis media pada anak
13) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus kejang demam pada anak
14) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Cerebral Palsy (CP) pada
anak
15) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Malnutrisi pada anak
b. Akupunktur pada gangguan sistem respirocardiovaskular, meliputi:
1) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus angina pectoris
2) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus influenza/common cold
3) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus asthma bronchiale
4) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus bronchitis kronis
5) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
6) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus hipertensi
7) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus disritmia
8) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Coronary Heart Diseases (CHD)
9) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus Cardiac Neurosis
c. Akupunktur pada gangguan sistem endokrin, metabolic dan imun yang meliputi:
1) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus hipertiroidisme
2) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus diabetes mellitus
3) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus rheumatioid arthritis
4) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus gout
5) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus hyperlipidemia
6) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus urticaria
7) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus psoriasis
8) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus rhinitis alergica
9) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus climacterium
10) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus multiple sclerosis
d. Akupunktur pada adiksi dan psikologi yang meliputi:
1) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus imsomnia
2) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus depresi
3) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus ansietas
4) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus scizofrenia
5) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus adiksi rokok
6) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus adiksi narkoba
7) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus ADHD
e. Micro Acupuncture :
1) Scalp Acupuncture
2) Auriculer Acupuncture
3) Abdominal Acupuncture
4) Wrist Ankle Acupuncture
5) Interactive Neuro Muskulo Acupoint System (INMAS)
f. Akupunktur pada kasus estetika :
1) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus akne vulgaris
2) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus alopecia areata
3) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus wrinkle
4) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus eye bags
5) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus psoriasis
6) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus vitiligo
7) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus melasma
8) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus prutitus
9) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus dermatitis
10) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus obesitas
11) Penatalaksanaan akupunktur pada kasus furunkel

2. STANDARD OPERATING PROSEDURE


Dalam menjalankan praktik klinik penatalaksanaan akupunktur mahasiswa
dituntut mampu menjalankan alur penatalaksanaan sesuai standard operating
procedure (SOP) yang meliputi:
a. Pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnose akupunktur
c. Merumuskan perencanaan terapi
d. Melakukan tindakan terapi akupunktur
e. Melakukan berbagai model stimulasi pada terapi akupunktur.
f. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga sesuai dengan penyakit
dan tujuan terapi.
g. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut terapi.
h. Mendokumentasikan dan mempresentasikan hasil kelolaan pasien.
i. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut terapi.
j. Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien maupun komunitas tertentu
dalam masyarakat.
k. Mendokumentasikan dan mempresentasikan hasil kelolaan pasien.

3. PROTOKOL PENCEGAHAN PENULARANCOVID-19


a. Bagi mahasiswa
1) Selalu memakai alat pelindung diri (APD), meliputi: masker, handscoon,
dan bila perlu memakai faceshield.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan
sabun dan atau hand sanitizer (40-60detik).
3) Menjaga jarak dengan pasien dan atau keluarga minimal 1meter.
4) Melakukan pemeriksaan suhu tubuhpasien.
5) Melakukan desinfeksi alat dan tempat sebelum dan sesudahtindakan.
6) Mengajarkan etika batuk dan etika bersin kepadapasien.
7) Mengajarkan cara cuci tangan yang baik danbenar.
8) Memberikan edukasi untuk menjaga daya tahan dan vitalitas pasien dan
keluarga.
9) Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan
kesehatan (RS, puskesmas, praktik dokter) jika menemukan tanda gejala
demam >37oC, batuk dan sesak nafas, riwayat bepergian dari zona
merahCovid-19.
b. Kriteriapasien
1) Laki-laki dan perempuan dengan kriteria kasus sesuai target kompetensi
2) Suhu tubuh pasien tidak lebih dari37,5oC
3) Tidak sedang batuk danflu
4) Harus memakai masker
5) Tidak berstatus suspect Covid-19

E. TEMPAT PRAKTIK DAN JUMLAHMAHASISWA


Jumlah mahasiswa pada kegiatan Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang
adalah 65 orang mahasiswa dengan tempat pelaksanaan di lahan praktik sebagai
berikut.
No. Lahan Praktik Jumlah Mahasiswa
1. Aafiya Baby Spa dan Acupuncture 3 Orang
2. Graha Akupunktur Mochtar Wijayakusuma 3 Orang
3. Utomo Chinese Medical Center 7 Orang
4. Praktik Akupunktur dan Herbal Meriana 1 Orang
5. Paradifa Physiotheraphy Acupuncture Spa 2 Orang
6. Sunafa Akupunktur dan Fisioterapy 2 Orang
7. Praktik Akupunktur Denny Wong 7 Orang
8. MAC Akupunktur 4 Orang
9. Klinik dr. Indra Putranta 2 Orang
10. Estu Saras Akupunktur 2 Orang
11. Herbamed Semarang 1 Orang
12. Klinik Velda Jakarta Utara 1 Orang
13. Praktik Akupunktur Mutiara 1 Orang
14. Lotus Acupuncture Center 5 Orang
15. Praktik Akupunktur Wayan Cimahi 1 Orang
No. Lahan Praktik Jumlah Mahasiswa
16. Praktik Yulita Akupunktur Gresik 3 Orang
17. Rumah Sehat Wanakilis 4 Orang
18. Rumah Terapi Akupunktur Joesoef Anang 4 Orang
19. Rumah Terapi Wei Qi Banjarnegara 3 Orang
20. Sehat Bugar Akupunktur 5 Orang
21. Verta Medika Klaten 4 Orang

F. WAKTUPRAKTIK
Pelaksanaan Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang selama 7 minggu mulai
tanggal 6 April 2021 – 24 Mei 2021.

G. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARANPRAKTEK


Pelaksanaan praktik klinik mengikuti strategi sebagai berikut:
1. Setiap mahasiswa mengikuti kegiatan praktik akupunktur di lahan praktik yang
sudah ditetapkan.
2. Setiap mahasiswa wajib mengikuti prosedur praktik dengan mengikuti protocol
pencegahan penularan Covid-19.
3. Setiap mahasiswa menentukan/ memilih pasien sesuai kriteria yang sudah
ditentukan.
4. Setiap mahasiswa wajib mengelola minimal 4 kasus yang sesuai kasus
Akupunktur pada pediatrik, Akupunktur pada gangguan sissistem
respirocardiovaskuler, Akupunkur pada sistem endokrin metabolic dan imun,
Akupunktur pada adiksi dan psikologi, dan Akupunktur pada kasus estetika.
5. Setiap mahasiswa harus berkonsultasi dan mendapat persetujuan oleh
pembimbing tentang kasus yang dikelola secara on line. (form bimbingan
terlampir)
6. Setiap mahasiswa wajib mendokumentasikan kasus kelolaan pasien berupa 4
laporan penatalaksanaan kasus secara tertulis dan 1penatalaksanaan kasus
berupa foto dari mulai tahap pengkajian, perumusan diagnose, perencanaan, tindakan
terapi akupunktur, serta evaluasi. (format terlampir)
7. Tugas tersebut wajib mendapat persetujuan CI lahan dan pembimbing praktek
sesuai waktu yang telahditentukan.
8. Setiap pasien yang didapatkan pada saat praktik klinik dicatat dalam buku
logbook. (format terlampir)
9. Setiap pembimbing melakukan responsi dan memberi penilaian terhadap
mahasiswa waktu berdasarkan kesepakatan dengan mahasiswa (format
penilaian terlampir)
10. Laporan praktik klinik dalam bentuk data hasil praktik, pengalaman praktik, dan
analisis SWOT lahan praktik.

H. PEMBIMBING KLINIK
a. Dr. Hanung Prasetya, SKp.,MSi
b. Heny Nur Kusumawati,SKM.,M.Kes
c. Sumanto, SKp.,Ns.,M.Kes
d. Dr. Maria Dewi Christiyawati, S.Kp.,M.Kes
e. SriYatmihatun,S.Kep.,Ns.,M.Sc
f. Estuningsih,S.KM.,M.Sc
g. Joko Tri Haryanto,S.Kep.,Ns.,M.Kes
h. Jatmiko Rinto Wahyudi, S.ST.Akp.,MPH
i. Purwanto, S.ST.Akp.,MPH
j. dr. SriWidyastari
k. Solichan Badri, S.ST.Akp.,MPH
l. Wahyu Eka Hastuti, S.ST.Akp
m. Imrok Atus Sholihah, STr.Akp
n. Nurmila Mutiah, STr.Akp
o. Nurtama Aditya Nugraha, STr.Akp

I. CLINICAL INSTRUCTOR(CI)
Clinical instructor adalah pembimbing lapangan yang merupakan
penanggung jawab dan atau instruktur di lahan praktik masing-masing.

J. EVALUASI
1. Evaluasi Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang ini dijabarkan dalam poin–poin
sebagai berikut (format terlampir):
a. Responsi oleh dosen pembimbing :40%
b. Penilaian dari lahan praktik :40%
c. Dokumentasi (form pengkajian, laporan, logbook) :20%
2. KriteriaLulus
Nilai batas lulus sama dengan atau lebih dari 3.25 (75)

K. PENUTUP
Demikian pedoman ini dibuat sebagai gambaran pelaksanaan Praktik Klinik
Akupunktur II Alih Jenjang Prodi Sarjana Terapan Akupunktur Jurusan Akupunktur
Politeknik KesehatanSurakarta.

Surakarta, 31 Maret 2021


Mengetahui,
Ketua Jurusan Akupunktur, Kaprodi Sarjana Terapan Akupunktur dan
Pengobatan Herbal,
Dr. Hanung Prasetya, SKp., MSi Dr. Maria Dewi Christiyawati, SKp., Ns., MKes
NIP. 197104041994031002 NIP. 197305181998032001
Lampiran 1. Form penilaian responsi

FORM PENILAIAN RESPONSI


HASIL PENATALAKSANAAN
AKUPUNKTUR PADA PRAKTIK KLINIK
AKUPUNKTUR IV
PRODI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN PENGOBATAN HERBAL
JURUSAN AKUPUNKTUR POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2021

Nama:
No. ITEM PENILAIAN BOBOT SCORE BxS
A KELENGKAPAN DOKUMEN (20%) 1 2 3 4 5
1 Data Umum 2
2 Pemeriksaan 4
3 Diagnosa 2
4 Terapi 2
5 Evaluasi 2
B KEMAMPUAN MENJAWAB DAN BERARGUMEN (50 %)
1 Analisa pemeriksaan 6
2 Penegakan diagnosa 6
3 Prinsip terapi dan pemilihan titik 4
4 Prosedur terapi dan frekuensi terapi 3
5 Cara penusukan, manipulasi, dan aplikasi alat 4
6 Pemberian anjuran saran 4
7 Evaluasi 3
C SIKAP (30%)
1 Sikap saat mendengarkan 5
2 Sikap dalam menjawab pertanyaan dan berargumen 8
3 Sikap dalam menerima pendapat dan masukan 5
Jumlah bobot 60 (100%)
JUMLAH (BxS)

Nilai = jumlah bobot x skor = ………


3

Keterangan Score: 5 = sangat lengkap/sangat baik


4 = lengkap/baik
3 = cukup lengkap/cukup baik
2 = kurang lengkap/kurang baik
1 = tidak lengkap/tidak baik
Surakarta,.......................2021
Penguji,

…………………………………………………….

10 | H a l a m a n
Lampiran 2. Form penilaian oleh CI

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR I ALIH JENJANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN PENGOBATAN HERBAL
JURUSAN AKUPUNKTUR POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

Nama Mahasiswa : LENNY DWINIJANTI


NIM : P27240020130
Lahan Praktik : MAC Akupunktur Jakarta
Tanggal Praktik : 6 April 2021 – 24 Mei 2021

Kurang Cukup Baik


No. Kriteria Penilaian
(<60) (60-80) (>80)
I. PENGETAHUAN
1. Mampu menjelaskan konsep penyakit secara medik dan Chinese
90
Medicine
2. Mampu menjelaskan etiologi dan patogenesis penyakit secara medik
90
dan Chinese Medicine
3. Mampu menentukan diagnosis penyakit secara Chinese Medicine 90
4. Mampu menentukan rencana, prinsip terapi, dan formulasi titik 90
5. Mampu menentukan anjuran dan saran yang sesuai untuk mendukung
95
terapi akupunktur
II. KETRAMPILAN
1. Mampu melakukan komunikasi terapeutik pada pasien 95
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik 95
3. Mampu melakukan analisa dan menentukan diagnosis Chinese
90
Medicine
4. Mampu menyiapkan alat dan bahan terapi akupunktur 95
5. Mampu melakukan penusukan akupunktur berdasarkan prinsip terapi 90
dan formulasi titik 90
6. Mampu menerapkan stimulasi manual, elektrik, maupun termik 85
7. Mampu memberikan edukasi yang sesuai untuk mendukung terapi
95
akupunktur
8. Mampu mendokumentasikan tatalaksana akupunktur 90
9. Mampu menyusun laporan praktik klinik 90
10. Mampu mempresentasikan hasil kelolaan pasien dan laporan hasil
90
praktik klinik
III. SIKAP
1. Berempati pada semua kondisi pasien 95
2. Menjaga hak privasi pasien 95

11 | H a l a m a n
3. Menjaga sopan santun dan etika 95
4. Berperan serta aktif dalam setiap kegiatan. 93
5. Menjaga kebersihan dan kerapian diri 95
6. Mematuhi peraturan dan tata tertib di lahan praktik 95
7. Bekerjasama dengan praktisi dan profesi lain di lahan praktik 95
 Mohon nilai diisi denganangka

PENILAIAN TAMBAHAN

Kemampuan Mahasiswa Secara Umum


1. Mahasiswa mampu mengkaji, merumuskan masalah, mendiagnosis,merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi tindakan dan mendokumentasikan asuhan Akupunktur

2. Mahasiswa dapat berkerjasama dengan team dengan baik.

3. Mahasiswa mampu berkomunikasi terapeutik dengan baik kepada pasien, mampu yang baik
dan dapat memberikan masukan dan saran untuk memberikan Pendidikan Kesehatan kepada
pasien.

Kesimpulan dan Saran


Terus belajar dan kembangkan ilmu sebanyak mungkin, agar terus bermanfaat bagi
seluruh masyarakat.

Pembimbing Klinik
(Clinical Instructor

(.dr. Nabila Gusrina Dewita )

12 | H a l a m a n
Lampiran 3: Format laporan kasus (mandiri)

LAPORAN KASUS
PRAKTIK AKUPUNKTUR II ALIH JENJANG

NAMA : LENNY DWINIJANTI


NIM : P27240020130
ALAMAT : MAC Akupunktur Jakarta

PRODI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN HERBAL


JURUSAN AKUPUNKTUR POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
Laporan Praktik Klinik ini telah diperiksa, dan mendapatkan persetujuan dan
pengesahan dari pembimbing Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang
Prodi Sarjana Terapan Akupunktur dan Pengobatan Herbal
Jurusan Akupunktur Politeknik Kesehatan Surakarta

Tanggal , 24 Mei 2021

Disusun oleh Disetujui oleh:

Lenny Dwinijanti Heny Nur Kusumawati,SKM.,M.Kes


NIM P27240020130 NIP. 19710426 199803 2002
JUDUL KASUS
A. Tinjauan teoritis
1. Secara Medis
2. Secara Chinese Medicine
3. Mekanisme kerja akupunktur
4. Evidence based/Hasil penelitian
B. Resume Kasus
1. Pengkajian
a. Data Umum
b. Pemeriksaan Vital Sign
c. 4 Cara Pemeriksaan
d. Pemeriksaan tambahan
2. Diagnosis
a. Analisis
b. Kalimat diagnosis
3. Perencanaan
a. Prinsipterapi
b. Alat dan bahan
c. Titik
d. Modalitas
e. Jadwal
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
C. Kesimpulan
D. Pustaka
Lampiran 4: Format laporan praktik klinik (kelompok)

LAPORAN PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR II ALIH JENJANG

NAMA : LENNY DWINIJANTI


NIM : P27240020130
ALAMAT : MAC Akupunktur Jakarta

PRODI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN HERBAL


JURUSAN AKUPUNKTUR POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
Laporan Praktik Klinik ini telah diperiksa, dan mendapatkan persetujuan dan
pengesahan dari pembimbing Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang
Prodi Sarjana Terapan Akupunktur dan Pengobatan Herbal
Jurusan Akupunktur Politeknik Kesehatan Surakarta

Tanggal 24 Mei 2021

Disusun oleh Disetujui oleh:

Lenny Dwinijanti Heny Nur Kusumawati,SKM.,M.Kes


NIM P27240020130 NIP. 19710426 199803 2002

17 | H a l a m a n
JUDUL KASUS

A. Halaman Pengesahan
B. Pengantar
C. Daftar Isi
D. Pendahuluan
1. Latar Belakang (bisa ambil dipedoman)
2. Tujuan (ambil pedoman)
3. Manfaat (ambil pedoman)
E. Isi Laporan
1. Deskripsi profil lahan praktik
2. Data pasien selama praktik (jenis kelamin, usia, pekerjaan,jenis keluhan/penyakit)
3. Analisis SWOT lahan praktik (kekuatan, kelemahan, peluang,ancaman)
4. Pengalaman khusus yang didapatkan di lahan praktik.
F. Penutup
c. Kesimpulan
d. Saran

18 | H a l a m a n
19 | H a l a m a n
LOG BOOK

PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR II ALIH JENJANG


PRODI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN PENGOBATAN
HERBAL

JURUSAN AKUPUNKTUR
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
Jl. Letjen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127 Telp/Fax.
0271-853869, e-mail :akupunktursolo@yahoo.com

22| H a l a m a n
DATA PRIBADI MAHASISWA

NAMA : LENNY DWINIJANTI


NIM : P27240020130
Tingkat/SMT : II/VIII
Lahan Praktik : MAC Akupunktur Jakarta
Jl Agraria Duren Sawit No 14
Jakarta Timur
Alamat Rumah : JL. Persatuan No. 3 RT 1 RW 4
Kelurahan Sukabumi Selatan, Kec. Kebon Jeruk
Jakarta Barat DKI Jakarta 11560
Telepon/HP : 0818105939

23| H a l a m a n
VISI-MISI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR
DAN PENGOBATAN HERBAL
JURUSAN AKUPUNKTUR
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

VISI
Pada tahun 2035 menjadi Institusi Pendidikan Akupunktur yang unggul dan
kompetitif dalam hal lulusan, kurikulum, maupun pengelolaan di kawasan
nasional dan global serta menjadi terdepan dalam bidang pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang kesehatan dan
estetika.

MISI
1. Menyelenggarakan program Pendidikan formal Akupunktur yang unggul
dan kompetitif.
2. Mencetak tenaga Akupunkturis dengan kealian tambahan di bidang
estetika yang mandiri dan siap bekerja, yang mampu melakukan
penelitian di bidang akupunktur yang mampu mengembangkan
keilmiahan ilmu akupunktur.
3. Mengembangkan manajemen modern yang berorientasi pada mutu dan
kemampuan bersaing secara global.
4. Menyelenggarakan penelitian yang mendukung program akupunktur
kesehatan.
5. Mengembangkan upaya kemitraan dan pelayanan masyarakat di bidang
kesehatan dan estetika untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6. Mengembangkan kemitraan dengan institusi global untuk memajukan
upaya pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang
kesehatan dan estetika.

24| H a l a m a n
TATA TERTIB PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR II ALIH JENJANG

1. Setiap mahasiswa yang melakukan praktikum klinik harus memakai seragam praktik/
jas lab dan berlogo Politeknik Kesehatan Surakarta atau menyesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku di lahan praktik
2. Mahasiswa diwajibkan mengisi daftar hadir sebelum melaksanakan praktik klinik.
3. Mahasiswa diwajibkan membawa buku catatan, log book dan buku lain yang
diperlukan dalam praktik klinik.
4. Mahasiswa diwajibkan untuk berada di dalam klinik selama jam praktik berlangsung
dan dilarang meninggalkan ruangan tanpa seizin pembimbing klinik
5. Masing-masing mahasiswa wajib melaksanakan tugas praktikum klinik yang
diberikan atau tugas lain dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
6. Setiap mahasiswa wajib bersikap sopan, ramah, santun, empati, dan menghormati
kepada pasien dan keluarga
7. Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan dan kerapian (tempat, peralatan, dan
bahan-bahan) di tempat praktik.
8. Mahasiswa wajib menggunakan peralatan dan bahan praktik dengan baik dan sesuai
prosedur.
9. Mahasiswa tidak diperbolehkan meninggalkan tempat sebelum menyelesaikan
tugas klinik yang diberikan.
10. Mahasiswa tidak diperbolehkan menerima telepon/ menelepon di ruangan praktik
klinik.
11. Setiap kegiatan praktikum yang telah diselesaikan harus dilaporkan dan
ditandatangani oleh pembimbing klinik.

25| H a l a m a n
PETUNJUK PENULISAN/PENGISIAN LOGBOOK

1. No
Tulislah nomor sesuai urutan didapatkannya pasien
2. Tanggal(Tgl)
Tulislah tanggal waktu pemeriksaan dan penanganan pasien. Contoh: 21/10/14
3. Nama
Tulislah nama pasien dengan inisial. Contoh : Tn. G
4. Usia
Tulislah usia pasien saat pemeriksaan. Contoh 25 th
5. Jenis Kelamin(JK)
Tulislah jenis kelamin pasien. Contoh: L
6. Pekerjaan
Tulislah pekerjaan pasien. Contoh: PNS
7. KeluhanUtama
Tulislah keluahan utama yang dirasakan pasien. Contoh: sakit perut
8. Sistem
Tulislah sistem tubuh yang terganggu. Contoh : saraf
9. Sindroma
Tulislah sindrom yang terjadi pada pasien. Contoh: Def. Yin hati
10. Diagnosa Medik/dokter
Tulislah diagnosa medis/ diagnosa dari dokter. Contoh: osteo arthritis
11. Titik
Tulislah titik akupunktur yang dipakai dengan menulis kode dan angka. Contoh:
KI 3
12. Tandatangan Clinical Instructor (ttd CI)
Tulislah nama instruktur klinik dan tanda tangan. Contoh: dr. Zhang
13. Kasus terbanyak
Tulislah nama kasus dari yang terbanyak. Contoh: 1. LBP, 2. Siff neck dll.
14. Peran mahasiswa selama praktik
Tulislah peran Anda selama praktik. Contoh: observasi, melakukan tindakan
dengan instruksi, diberi kewenangan mandiri.
15. Kesan-kesan selama masaprakyik
Tulislah kesan yang Anda dapatkan selama praktik. Contoh: Diajari teknik
Tung style

26| H a l a m a n
MATRIK KASUS PADA PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR IV
LAHAN : AKUPUNKTUR MAC KLINIK JAKARTA
PERIODE : 06 APRIL 2021 - 24 MEI 2021
NAMA : LENNY DWINIJANTI
KELAS : IA ALIH JENJANG PROGRAM SARJANA AKUPUNKTUR TERAPAN DAN PENGOBATAN HERBAL

NO TGL NAMA USIA JK PEKER KELUHAN SiSTEM SINDROMA DX MEDIS TITIK TTD CI
JAAN UTAMA

1 08 /04/ 2021 Nn. I 7 Pr Pelajar Diare Gastrotestinal Defisiensi Yang Diare BL 20, LV 13, SP 3, CV
Pediatrik Limpa. 12, ST 36, ST 40. D LI 4,
SP 6, PC 6, GV 20
2 09 /04/2021 Tn. H 44 Lk PNS Sakit kepala sampai Resiprocardio Lembab panas Hipertensi GV 20, GV 24, EX-HN
leher pada Limpa dan 3),GB 20, GB 21 , LI 11,
Jantung SP 6, KI 3, PC 6.
3 10 /04/ 2021 Nn. A 12 Pr Pelajar Rasa tidak nyaman pada Gastrointestinal Sindroma Yang Dispepsia ST36, CV12, SP4,SP6,
area perut bagian atas pediatrik Limpa dan Lambung PC6, CV6, BL20,BL21

4 10 /04/ 2021 Ny. M.S 28 Pr Ibu RT Kelebihan berat badan Peningkatan Defisiensi Limpa Obesitas CV6, CV12, ST36, CV
BMI 10, CV 14, PC6, ST25, SP
26
5 12 /04/ 2021 Nn. I 7 Pr Pelajar Diare Gastrotestinal Defisiensi Yang Diare BL 20, LV 13, SP 3, CV
Pediatrik Limpa 12, ST 36, ST 40. D LI 4,
SP 6, PC 6, GV 20
6 13 /04/ 2021 Tn. H 44 Lk PNS Sakit kepala sampai Respiocardio Lembab panas Hipertensi GV 20, GV 24, EX-HN
leher pada Limpa dan 3,GB 20, GB 21 , LI 11,
Jantung SP 6, KI 3, PC 6.
7 14 /04/ 2021 Nn.I 7 Pr Pelajar Diare Gastrotestinal Defisiensi Yang Diare BL 20, LV 13, SP 3, CV
Pediatrik Limpa 12, ST 36, ST 40. D LI 4,
SP 6, PC 6, GV 20
8 15 /04/ 2021 Tn. H 44 Lk PNS Sakit kepala sampai leher Respirocardio Lembab panas Hipertensi GV 20, GV 24, EX-HN
pada Limpa dan 3,GB 20, GB 21 , LI 11,
Jantung SP 6, KI 3, PC 6
9 16 /04/ 2021 Tn. R 40 Lk Swasta keluhan tangan dan kaki Endokrin, Defisiensi Yang Gout Arthristis BL 18 , BL 20 , BL 23 ,
bagiankanan teraba Metabolik Ginjal LV 3, SP 3, KI3, ST 25 ,
pembangkakan di CV 4
persendian
10 17 /04/2021 Tn. A 30 Lk Jerawat di wajah Estetika kasus Akumulasi Panas di Acne Vulgaris LI11, LI 4, ST36, SP6,
Wirausah Hati SP10, St 44, LR 3
a

28 | Pedoman PKA I Alih Jenjang


MATRIK KASUS PADA PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR IV
LAHAN : AKUPUNKTUR MAC KLINIK JAKARTA
PERIODE : 06 APRIL 2021 - 24 MEI 2021
NAMA : LENNY DWINIJANTI
KELAS : IA ALIH JENJANG PROGRAM SARJANA AKUPUNKTUR TERAPAN DAN PENGOBATAN HERBAL
NO TGL NAMA USIA JK PEKERJ KELUHAN SISTEM SINDROMA DX. MEDIS TITIK TTD CI
AAN UTAMA
11 19 /04/ 2021 Tn. A 30 Lk Wirausaha Jerawat di wajah Estetika kasus Akumulasi Panas di Acne Vulgaris LI11, LI 4, ST36, SP6,
Hati l SP10, St 44, LR 3

12 20 /04/ 2021 Tn. R 30 Lk Swasta keluhan tangan dan kaki Endokrin, Defisiensi Yang Gout Arthristis BL 18 , BL 20 , BL 23 ,
bagiankanan teraba Metabolik Ginjal LV 3, SP 3, KI3, ST 25 ,
pembangkakan di CV 4
persendian
13 22 /04/ 2021 Tn. A 30 Lk Wirausaha Jerawat di wajah Estetika kasus Akumulasi Panas di Acne Vulgaris LI11, LI 4, ST36, SP6,
Hati l SP10, St 44, LR 3

14 23 /04/ 2021 Tn R 40 Lk Swasta keluhan tangan dan kaki Endokrin, Defisiensi Yang Gout Arthristis BL 18 , BL 20 , BL 23 ,
bagiankanan teraba Metabolik Ginjal LV 3, SP 3, KI3, ST 25 ,
pembangkakan di CV 4
persendian
15 26 /04/ 2021 Ny. S 55 Pr Swasta Sussah tidur malam hari Micro Defisiensi Yin Ginjal Insomnia Scalp YNSA
Akupunktur akupunktur point A

16 27 /04/ 2021 Ny L 46 Pr Ibu RT Kelebihan berat badan Peningkatan BMI Defisiensi Limpa Obesitas CV6, CV12, ST36, CV
10, CV 14, PC6, ST25, SP
26
17 29 /04/ 2021 Ny. S 55 Pr Swasta Sulit tidur malam hari Micro Defisiensi Yin Ginjal Insomnia Scalp YNSA akupunktur
Akupunktur point A

18 30 /04/ 2021 Ny. G 50 Pr Ibu RT Kelebihan berat badan Peningkatan BMI Ekses Lambung Obesitas CV6, CV12, ST36, CV
10, CV 14, PC6, ST25, SP
26
19 03 /05/ 2021 Ny. S 55 Pr Swasta Susah tidur malam hari Micro Defisiensi Yin Ginjal Insomnia Scalp YNSA
Akupuknktur akupunktur point A
20 04 /05/2021 Ny T 57 Pr Ibu RT Kepala pusing, mual Ketegangan Hiperaktivitas Hati Stres Lr 2, ST36, SP 6, Li 4,
Mental CV 12, CV 6, Bahui,
Yintang , Taiyang

28 | Pedoman PKA I Alih Jenjang


MATRIK KASUS PADA PRAKTIK KLINIK AKUPUNKTUR IV
LAHAN : AKUPUNKTUR MAC KLINIK JAKARTA
PERIODE : 06 APRIL 2021 - 24 MEI 2021
NAMA : LENNY DWINIJANTI
KELAS : IA ALIH JENJANG PROGRAM SARJANA AKUPUNKTUR TERAPAN DAN PENGOBATAN HERBAL
NO TGL NAMA USIA JK PEKERJ KELUHAN SISTEM SINDROMA DX. MEDIS TITIK TTD CI
AAN UTAMA
21 04 /05/ 2021 Tn. A 30 Lk Wirausaha Jerawat di wajah Estetika kasus Akumulasi Panas di Acne Vulgaris LI11, LI 4, ST36, SP6,
Hati l SP10, St 44, LR 3

22 05 /05/ 2021 Tn. R 30 Lk Swasta keluhan tangan dan kaki Endokrin, Defisiensi Yang Gout Arthristis BL 18 , BL 20 , BL 23 ,
bagiankanan teraba Metabolik Ginjal LV 3, SP 3, KI3, ST 25 ,
pembangkakan di CV 4
persendian
23 06 /05/ 2021 Tn. A 30 Lk Wirausaha Jerawat di wajah Estetika kasus Akumulasi Panas di Acne Vulgaris LI11, LI 4, ST36, SP6,
Hati l SP10, St 44, LR 3

24 07 /05/ 2021 Tn R 40 Lk Swasta keluhan tangan dan kaki Endokrin, Defisiensi Yang Gout Arthristis BL 18 , BL 20 , BL 23 ,
bagiankanan teraba Metabolik Ginjal LV 3, SP 3, KI3, ST 25 ,
pembangkakan di CV 4
persendian
25 08 /05/ 2021 Ny. S 55 Pr Swasta Sussah tidur malam hari Micro Defisiensi Yin Ginjal Insomnia Scalp YNSA
Akupunktur akupunktur point A

26 09 /05/ 2021 Ny L 46 Pr Ibu RT Kelebihan berat badan Peningkatan BMI Defisiensi Limpa Obesitas CV6, CV12, ST36, CV
10, CV 14, PC6, ST25, SP
26
27 21 /05/ 2021 Ny. S 55 Pr Swasta Sulit tidur malam hari Micro Defisiensi Yin Ginjal Insomnia Scalp YNSA akupunktur
Akupunktur point A

28 18 /05/ 2021 Ny. G 50 Pr Ibu RT Kelebihan berat badan Peningkatan BMI Ekses Lambung Obesitas CV6, CV12, ST36, CV
10, CV 14, PC6, ST25, SP
26
29 19 /05/ 2021 Ny. S 55 Pr Swasta Susah tidur malam hari Micro Defisiensi Yin Ginjal Insomnia Scalp YNSA
akupunnktur akupunktur point A
30 20 /05/2021 Ny T 57 Pr Ibu RT Kepala pusing Respirocardio Hiperaktivitas Hati Hipertensi Lr 2, ST36, SP 6, Li 4,
CV 12, CV 6, Bahui,
Yintang , Taiyang

28 | Pedoman PKA I Alih Jenjang


KESIMPULAN

1. Estetika Kasus (9 Kasus)


2. Sistem Endokrin, metobolik (6 Kasus)
Kasus terbanyak 3. Sistem Micro Akupunktur (6 Kasus)
4. Sistem Pediatrik (4 Kasus)
5. Respirocardio (4 Kasus)
6. Neomskuloskeletal (1 Kasus)
1. Melakukan pengamatan atas tindakan yang dilakukan pada pasien
2. Melakukan dokumentasi
Peran Mahasiswa selama praktik 3. Melakukan support yang diperlukan
4. Membantu merapikan peralatan sebelum dan sesudah terapi pasien
5. Melakukan penusukan pada teman sejawat (Non pasien)
1. Pengelola sangat ramah dalam melakukan bimbingan
2. Memberikan penjelasan pada sesuatu yang dirasa kurang dimengerti
Kesan kesan selama masa praktik 3. Memberikan tutorial pada beberapa penusukan
4. Memberikan contoh melakukan penusukan pada estetika kecantikan

Jakarta, 24 Mei 2021


Kaprodi Sarjana Terapan Akupunktur dan Pengobatan Herbal Pembimbing Klinik/Clinical Instruktor (CI)

Dr. Maria Dewi Christiyawati ,S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 197305181998032001

28 | Pedoman PKA I Alih Jenjang


DOKUMENTASI KEGIATAN PKL

1. Anamnesa Pasien
1

2. Persetujuan Pasien Menandatangai informed consent


2

3. Vital Sign Pasien


3

4. Penatalaksanaan Terapi Akupunktur


4

5. Foto Praktek Kerja Lapangan


LAPORAN KASUS GASTROINTESTINAL

PRAKTIK KLINIK II ALIH JENJANG

”ACNE VULGARIS”

Nama: Lenny Dwinijanti


NIM : P27240020130

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA PRODI SARJANA TERAPAN


AKUPUNKTUR DAN HERBAL JURUSAN AKUPUNKTUR
TAHUN 2021
1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Ini Telah Diperiksa, Dan Mendapatkan Persetujuan Dan
Pengesahan Dari Pembimbing Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang Prodi
Sarjana Terapan Akupunktur Dan Pengobatan Herbal Jurusan Akupunktur
Politeknik Kesehatan Surakarta

Jakarta, 24 Mei 2021

Disusun Oleh : Disetujui Oleh :

Lenny Dwinijanti Heni Nur Kusumawati, SKM,M.Kes


NIM P27240020130 NIP: 19710426 199803 2002
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kasus Acne
Vulgaris  ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada laporan kasus praktik II Alih Jenjang D4 Akupunktur. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang terapi
insomnia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Nur Kusumawati,
SKM,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
 yang telah membimbing tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terlaksananya praktik kerja lapangan ini
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 24 Mei 2021

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………... i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PKL…………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Acne Vukgaris Menurut Teori Kedokteran ………………………….. 6
1. Pengertian …………………………………………………………. 6
2. Manifestasi Klinis ………………………………………………….11
2. Etiologi …………………………………………………………… 11
3. Klasifikasi Acne …………………………………………………. 13
4. Diagnosis………………………………………………………….. 14
4. Penatalaksanaan …………………………………………………..15
B. Acne Vulgaris Menurut Ilmu Akupunktur……………………………15
1. Pengertian ………………………………………………………… 15
2. Etiologi ……………………………………………………………..16
3. Patofisiologi ……………………………………………………….. 16
4. Deferensiasi Sindrom……………………………………………… 17
5. Mekanisme Kerja Akupunktur .........................................................19
6. Evidence Based/Hasil Penelitian........................................................20

BAB III RESUME KASUS


1. Pengkajian ..........................................................................................22
2. Diagnosis Akupunktur.........................................................................24
3. Perencanaan Terapi Akupunktur........................................................25
4. Pelaksanan Terapi Akupunktur..........................................................26
5. Evaluasi Terapi....................................................................................27
6. Kesimpulan………………………………………………………….. 27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………........28
4

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jerawat vulgaris adalah penyakit inflamasi yang umum dari kelenjar
pilosebasea di kulit. Оil
kelenjar membuat zat berminyak yang disebut sebum. Itu pori-pori pada kulit dan
kelenjar yang terhubung dengannya folikel. Sel-sel mati dihilangkan di kulit
permukaan oleh minyak, melalui folikel rambut. Jerawat tumbuh ketika folikel
dari kelenjar kulit tersumbat oleh rambut, sebum, dan sel kulit. Ada tiga jenis lesi
kulit: superfisial, lesi yang lebih dalam dan sekunder. Lesi superfisial meliputi:
komedo terbuka dan tertutup (komedo dan komedo putih, sumbatan sebaceous
yang terkena dampak di dalamnya folikel), papula (kecil, benjolan merah lembut)
dan pustula (bintik-bintik putih atau kuning yang "bisa diremas").
Lesi yang lebih dalam adalah nodul (benjolan merah besar yang menyakitkan) dan
pseudokista (pembengkakan berfluktuasi seperti kista).
Lesi sekunder termasuk makula eritematosa (tanda merah dari bintik yang
baru sembuh, paling baik terlihat pada kulit putih), ekskoriasi (bercak tergores
atau terkelupas), makula berpigmen (tanda hitam dari bintik-bintik tua,
kebanyakan mempengaruhi mereka yang berkulit gelap) dan bekas luka atau
berbagai jenis.
Fen ci adalah nama Cina untuk acne vulgaris, artinya duri putih. Nama lain umum
untuk jerawat adalah Cuo chuang (jerawat).
Menurut pengobatan Cina, acne vulgares adalah disebabkan oleh: kelimpahan
endowmen alami atau ketidakcukupan, pengobaran api menteri karena
pematangan, waxing siklik dan memudarnya yin dan Yang pada wanita, pola
makan yang salah, dan emosional stres dan frustrasi. Penyebab utama timbulnya
jerawat adalah panas dan kelembaban. Adanya kejahatan panas Sebab warna
jerawatnya merah, sedangkan putih materi dan nanah menunjukkan kelembaban
dan dahak.
5

Depresi hati menyebabkan panas yang cenderung dipindahkan ke tubuh


bagian atas. Saat ada hati depresi, kekosongan limpa, atau makan berlebihan
makanan yang menimbulkan cairan, seperti minyak dan lemak, dahak lebih terasa.
Dahak atau racun dapat menghambat aliran bebas qi dan darah. Hati depresi
menyebabkan panas depresi yang bisa mempengaruhi saluran yang ming yang
ditempatkan di wajah di mana lesi jerawat sering cenderung mengelompok.
Kepala putih atau hitam di wajah di sekitar pipi, hidung, dan dahi disebabkan oleh
panas paru-paru. Sementara, Ada jerawat yang meradang dan kistik di sekitar
mulut disebabkan oleh panas perut dan kelembapan. Seringkali dalam wanita
berjerawat dikaitkan dengan siklus menstruasi.
Dalam hal ini munculnya jerawat adalah akibat qi dan stagnasi darah. Stres
bisa menjadi alasan untuk ini stagnasi. Akupunktur berfungsi untuk
mendinginkan tubuh panas, membersihkan paru-paru; untuk menghilangkan
panas, toksisitas, merangsang pergerakan qi, mengurangi
peradangan, keseimbangan hormon, kelembaban dari perut dan juga bekerja
secara eksternal pada proses penyembuhan dan membantu Anda rileks.
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Menurut Ilmu Kedokteran


1. Pengertian
a. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Ga
mbar 2.1
Anatomi Kulit (Mescher, 2010)

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia dan merupakan pembungkus yang elastis dan
mempunyai ukuran yang luas. Luas kulit orang dewasa 2 m² dengan berat kira-
kira 16% per badan. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di
telapak tangan. Kulit juga sangat kompleks, sensitive, bervariasi pada keadaan
iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora &
Derrickson, 2009).

Kulit merupakan “selimut” yang meliputi permukaan tubuh dan memiliki


fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan secara terus-menerus yaitu keratinisasi dan pelepasan sel-sel
7

yang sudah mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan
infeksi dari luar (Wasitaatmadja, 2011).

b. Struktur Kulit

Gambar 2.2 Struktur Kulit (Wibowo, 2008)

Kulit terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis dan
lapisan hipodermis/subkutan, lapisan tersebut adalah sebagai berikut (Kalangi,
2013; Graham, 2005 dan Jeyaratnam, 2010):
1) Lapisan epidermis Epidermis adalah lapisan paling luar dari kulit dan
merupakan epitel gepeng (skuamosa) yang berlapis dengan beberapa lapisan.
Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh darah
oleh karena itu semua nutrisi dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan
dermis. Epidermis memiliki ketebalan sekitar 0,1 mm. Pada lapisan ini terdapat
keratinosit, melanosit dan sel lain, termasuk sel imunokompeten seperti sel
Langerhans. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum
basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum
korneum.
a) Stratum basal
8

Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang
tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di
bawahnya. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi
selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke
arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial. Sel
dari stratum basal membutuhkan waktu sekitar 8-10 minggu untuk mencapai
permukaan epidermis atau yang disebut (epidermal transit time).
b) Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besarbesar berbentuk
poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Pada dinding sel yang
berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah
menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju ini terdapat
desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain. Semakin keatas bentuk sel
semakin gepeng. Sel-sel langerhans tersebar diantara stratum ini. Setiap sel
pada stratum ini berisi filamen-filamen kecil yang terdiri dari serabut protein.
c) Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak
granulabasofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop
elektron ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi
ribosom. Stratum ini tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
kasar dan memiliki inti yang berkerut.
d) Stratum lusidum
Merupakan lapisan yang tipis, jernih, sangat tampak jelas pada telapak
tangan dan kaki. Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus
cahaya, dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan
ini sehingga walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi
kurang sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah yang memisahkan
stratum korneum dari lapisan lain di bawahnya.
e) Stratum korneum
Pada lapisan ini memiliki beberapa sel yang pipih, mati, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
9

mengandung air serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Hal ini berkaitan
dengan fungsi kulit. Sel-sel yang sudah mati akan melepaskan diri untuk
regenerasi. Sel-sel yang paling permukaan merupakan sisik zat tanduk yang
terdehidrasi yang selalu terkelupas.
2) Lapisan Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara
kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.
a) Stratum papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis
yang jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm. Jumlahnya terbanyak dan
lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar,seperti pada telapak
kaki. Lapisan ini terdiri atas beberapa jaringan ikat longgar yang tersusun
oleh serabut-serabut kolagen, dimana kolagen memiliki peran dan fungsi
untuk memberi kekuatan pada kulit dan serabut elastin yang memiliki
fungsi untuk menjaga elastisitas kulit.
b) Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan
sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada
bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga diantaranya terisi
jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.
3) Lapisan Hipodermis/ Subkutan
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis.
Berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi
terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya
menyatu dengan yang dari dermis.
4) Jenis Kulit
Setiap individu memiliki jenis kulit wajah yang berbeda. Keadaan ini
dipengaruhi oleh kadar air di dalam lapisan kulit memproduksi sebum dalam
kulit, kondisi dan kecepatan pergatian selsel lapisan tanduk dan juga faktor
lingkungan. Berikut ini merupakan pengolongan jenis kulit diantaranya
(Wirakusumah, 2007 dan Dwikarya, 2005):
10

a. Normal
Jenis kulit ini adalah jenis kulit yang jarang mengalami masalah karena pada
kulit normal memiliki kelembapan yang cukup, tidak kering, cerah, sehat,
dan pori-pori masih tampak tetapi tidak terlalu besar.
b.. Kulit berminyak
Jenis kulit ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut antara lain yaitu produksi
sebum yang berlebih sehingga apabila diraba akan terasa sangat berminyak,
terlihat mengkilap dan memiliki pori-pori yang besar.
c. Kulit kering
Jenis kulit ini memproduksi sedikit sebum sehingga kulit terasa kering
bahkan pada kulit kering ekstrim akan terasa seperti bersisik.
d. Kulit kombinasi
Jenis kulit ini memiliki bagian-bagian tertentu yang kering dan bagian-
bagian lainnya berminyak. Bagian-bagian inilah yang disebut daerah T atau
T zone. Daerah T yang berminyak adalah dahi, hidung dan dagu. Sedangkan
pada bagian lainnya adalah bagian yang kering.

Definisi Acne vulgaris


Acne vulgaris adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat
sehingga timbul bruntusan (bintik merah) dan abses (kantong nanah) yang
meradang dan terinfeksi pada kulit. Acne vulgaris sering terjadi pada kulit
wajah, leher dan punggung. Baik laki-laki maupun perempuan (Susanto,
2013). Acne vulgaris merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari
folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan
pustula (Tahir, 2010). Gambaran khas adalah timbul pada remaja, sering kali
yang sedang mengalami tanda-tanda awal pubertas, dengan beragam lesi yang
hilang timbul. Dapat ditemukan beberapa jenis kulit lesi (Bourke dan
Cunliffe, 2011). Adapun berbagai faktor, penyebab acne sangat banyak
(multifactorial), antara lain: genetik, endoktrin, faktor makanan, keaktifan,
dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, iklim, infeksi bakteri
(Propionibacterium acnes), dan kosmetika (Kundre et al., 2017).
11

2. Manifestasi Klinis
Lesi utama acne vulgaris adalah mikrokomedo, atau mikrokomedone,
yaitu pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan
Propionibacterium acne. Sedangkan lesi acne lainnya dapat berupa papul,
pustul, nodul, dan kista pada daerah predileksi acne yaitu pada wajah, bahu,
dada, punggung, dan lengan atas. Komedo yang berada di bawah permukaan
kulit disebut sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang bagian
ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head karena
secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis. Scar merupakan
komplikasi dari acne, baik acne non-inflamasi maupun inflamasi. Ada
empat tipe scar karena acne, yaitu : scaricepick, rolling, boxcar, dan
hipertropik (Afriyanti, 2015).

3. Etiologi Acne vulgaris


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya acne adalah sebagai berikut:
a. Faktor genetik
Acne vulgaris dapat dikatakan penyakit genetik akibat adanya
peningkatan kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen
yang normal. dengan adanya penelitian di Jerman yang menunjukkan
bahwa acne terjadi pada 45% remaja yang salah satu atau kedua
orang tuanya menderita acne, dan hanya 8% bila kedua orang tuanya
tidak menderita acne (Ayudianti & Indramaya, 2010).
b. Hormon
Hormon yang mempengaruhi timbulnya acne adalah hormon
androgen. Hormon androgen merupakan hormon yang memicu
kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum. Sebum berfungsi untuk
melembabkan kulit dan rambut, namun apabila produksinya
berlebihan maka dapat menimbulkan acne. Aktivitas kelenjar ini
meningkat pada saat memasuki masa pubertas (Ayudianti &
Indramaya, 2010).
12

c. Kebersihan wajah
Meningkatkan personal hygiene terutama pada wajah dapat
mengurangi kejadian acne vulgaris pada remaja. Membiasakan
membersihkan wajah setelah menggunakan makeup dan berpergian
merupakan saran yang dianjurkan agar terhindar dari acne dan juga
menjaga kesehatan kulit wajah (Nami, 2009).
d. Usia
Umumnya insiden terjadi sekitar umur 14–17 tahun pada wanita, 16–
19 tahun pada pria. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut
mulai memasuki masa pubertas dan pada masa itu lesi yang
predominan adalah komedo dan papula dan jarang terlihat lesi berat
pada penderita (Nami, 2009).
e. Iklim
Cuaca yang panas dapat memperparah acne. Hidrasi pada stratum
koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne dan paparan
sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk acne. Bertambah
hebatnya acne pada musim panas bukan disebabkan oleh sinar
ultraviolet, melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang
sangat lembab dan panas tersebut (Pindha, 2007).
f. Stres
Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres
emosional. Stres psikis dapat menyebabkan sekresi ACTH yang akan
meningkatkan produksi androgen. Naiknya hormon androgen inilah
yang menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi
sebum bertambah yang menyebabkan munculnya acne (Thiboutot,
2008).
g. Diet
Diet yang salah dan terus menerus dapat mengganggu fungsi
fisiologis tubuh dan menimbulkan penyakit, termasuk acne. Jenis
makanan yang dapat menyebabkan acne adalah makanan yang tinggi
lemak jenuh dan mengandung glukosa berlebih. Hal ini karena
13

makanan yang tinggi lemak jenuh dan glukosa dapat meningkatkan


konsentrasi insulin-like growth factor (IGF-I) yang dapat memicu
produksi hormon androgen yang mempengaruhi produksi sebum dan
menyebabkan acne (Cunliffe dan Gollnick, 2007).

4. Klasifikasi acne
Klasifikasi acne yang paling “lampau‟ adalah klasifikasi oleh Pillsburry
pada tahun 1963 yang mengelompokkan acne menjadi 4 skala berdasarkan
perkiraan jumlah, tipe lesi, luas dan kulit yang terlibat (Barratt, et al., 2009).
Berdasarkan keparahan klinis acne vulgaris dibagi menjadi ringan, sedang
dan berat.
Adapun klasifikasi acne vulgaris berdasarkan standar fotografi yang
dibuat pada tiap kunjungan (Yuindartanto, 2009) :
1) Tingkat 0 : tidak ditemukan lesi atau lesi mulai memudar.
2) Tingkat 2 : ditemukan beberapa pustula atau 3 lesi papula/komedo.
Lesi tidak terlihat pada jarak 2,5 m.
3) Tingkat 4 : memiliki 2-6 lesi papula. Lesi eritem dengan peradangan
yang berarti.
4) Tingkat 6 : wajah penuh dengan komedo atau pustula. Lesi mudah
terlihat pada jarak 2,5 m. Beberapa pustula berdiameter 1-2 cm
5) Tingkat 8 : acne konglobata atau acne dengan peradangan hebat yang
hampir mengenai seluruh wajah.

5. Diagnosis
Pada penelitian Williams (2007) dan penelitian Magin, et al (2006)
menjelaskan bahwa diagnosis acne vulgaris dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
komedo, baik komedo terbuka maupun komedo tertutup. Adanya komedo
diperlukan untuk menegakkan diagnosis Acne vulgaris. Selain itu, dapat
ditemukan papula, pustula, nodul, dan kista pada daerah-daerah predileksi.
14

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan laboratorium, dan didapatkan gambaran klinis sebagai berikut
(Rahmawati, 2012) :
1) Acne ringan, yang terdiri dari komedo dan papul
2) Acne sedang, yang terdiri dari komedo, papul,pustul dan nodul
3) Acne berat, yang terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul, kista dan
skars

6. Penatalaksanaan Acne vulgaris


Pengobatan acne dibagi menjadi medikamentosa dan non medikamentosa
lain:
1) Medikamentosa terdiri dari :
a) Pengobatan topikal
Pengobatan topikal merupakan pengobatan yang dilakukan untuk
mencegah pembentukan komedo, mengurangi peradangan, dan
mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan
iritan yang dapat mengelupas kulit, antibiotika topikal yang dapat
mengurangi jumlah mikroba dalam folikel acne vulgaris seperti
Eritromycin dan Clindamycin anti peradangan topikal untuk
menghambat pertumbuhan jasad renik. Benzoil Peroksida memiliki
efek anti bakterial yang poten. Retinoidtopikal akan menormalkan
proses keratinasi epitel folikuler, sehingga dapat mengurangi
komedo dan menghambat terbentuknya lesi baru. (Harper, 2007) dan
(Legiawati, 2010).
b) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan
pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang,
menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan
hormonal. Golongan obat sistemik diantaranya terdiri atas: anti
bakteri sistemik, obat hormonal untuk menekan produksi androgen
dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar
15

sebasea, vitamin A dan retinoid oral yang memiliki fungsi sebagai


antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.
(Ichsan, 2008 dan Gabrielli, et al., 2012)
2) Non Medikamentosa
Edukasi untuk memberi informasi mengenai acne vulgaris perawatan
wajah, perawatan kulit kepala dan rambut, kosmetika, diet, emosi dan
faktor psikosomatik (Nguyen, 2007).

B. Menurut Ilmu Akupunktur


1. Pengertian
Dalam kedokteran timur, acne vulgaris disebut juga fen ci atau duri
putih. Ini menggambarkan bentuk putih yang menonjol pada acne. Acne
vulgaris juga disebut fei feng fen ci atau duri putih angin paru. Cuo
chuang, nama lain dari acne yang berarti acne. Acne vulgaris merupakan
masalah penyakit yang sering terjadi pada remaja. Hal ini disebabkan
karena hiperkeratosis epitel yang menyebabkan akumulasi sebum dan
infeksi bakteri. Manifestasi biasanya muncul pada wajah dan dada.
Chinese medicine menggangap acne vulgaris terjadi karena patogen
eksogen angin panas yang menginvasi paru dan oleh karena
mengkonsumsi makanan pedas dan berminyak secara berlebihan yang
mengakibatkan akumulasi panas di lambung dan usus (Flaws, 2005 dan
Xinghua, 1996).

2. Etiologi
1) Ketidakseimbangan Yin dan Yang mengakibatkan kontraksi angin
panas yang berulang secara terus-menerus menyebabkan adanya
inflamasi lesi.
2) Diet atau pola makan yang salah yaitu mengkonsumsi makanan pedas
dan berminyak secara berlebih yang dapat menyebabkan akumulasi
lembab panas di lambung dan usus sehingga panas naik ke tubuh
bagian atas (wajah) dan timbul acne. Dimana hal ini
16

berkesinambungan dengan teori medis yaitu makanan yang bersifat


panas dan berminyak dapat memicu hipersekresi sebum yang
menyebabkan munculnya acne.
3) Emosi yaitu stres dan frustasi, dalam chinese medicine emosi
menyebabkan adanya stagnasi Qi dan Xue kemudian timbul acne
(Flaws, 2005 dan Yihou, 2004).

3. Patofisiologi Acne vulgaris


Penyakit ini melibatkan adanya panas dan lembab. Warna merah
pada lesi acne menunjukkan adanya panas, sedangkan nanah didalam lesi
acne menunjukkan adanya lembab dan plegma. Menurut Chinese
Medicine, lebih banyak pria yang mengalami acne daripada wanita,
karena Yang pria cenderung lebih banyak. Acne cenderung dimulai pada
masa pubertas karena hiperaktivitas hati dimulai pada fase ini.
Berkobarnya api hati mengganggu organ paru, lambung dan hati, dimana
organ-organ tersebut yang menjadi organ utama yang terlibat pada kasus
acne.
Paru-paru merupakan organ yang menguasai kulit. Hal ini berarti
bahwa panas yang mengalir ke atas akan cenderung berkumpul di
paruparu. Dengan demikian berdasarkan Yi Zong Jin Jian (The Golden
Mirror of Ancestral Medicine) menyatakan bahwa penyakit ini
disebabkan oleh adanya panas pada meridian paru. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan dari Wai Ke Zheng Zong (Correct Ancestral [or
Gathered] External Medicine) bahwa acne berhubungan dengan organ
paru. Meridian Yang Ming merupakan meridian yang melewati wajah,
dimana acne cenderung berada di wajah. Hal tersebut disebabkan oleh
depresi atau emosi karena patogen panas yang menyerang ke jiao atas
maupun bawah. Panas dapat dipicu oleh emosi, diet yang salah seperti
makan makanan yang pedas dan berminyak terlalu banyak sehingga
menimbulkan lembab. Kemudian lembab panas tertimbun diantara kulit
dan otot, dan muncul sebagai yang disebut nodul. Jika panas yang
17

terakumulasi parah, maka dapat menghambat aliran darah (stasis darah).


Acne juga dapat disebabkan oleh hiperaktifitas api hati, obat-obatan dan
alkohol (Flaws, 2005).

4. Deferensiasi Sindrom
Adapun beberapa deferensiasi sindrom pada kasus acne vulgaris adalah
sebagai berikut ini (Flaws, 2005; Yin dan Liu, 2000):
1) Angin panas menyerang meridian paru
a) Gejala utama: wajah kemerahan dengan lesi acne merah
dengan sensasi panas dan nyeri serta akan menjadi pustula. Otot
lidah merah dengan selaput lidah kuning, nadi cepat dan
mengambang.
b) Prinsip terapi: membersihkan angin di paru, membersihkan panas,
dan mendinginkan darah.
c) Titik akupunktur: Quchi (LI 11), Shenzhu (GV 12), Feishu (BL
13).
d) Penjelasan: tusukkan Quchi (LI 11) untuk membersihkan panas
pada jiao atas dan membersihkan panas pada aliran darah.
Bleeding and cupping pada Shenzhu (GV 12), Feishu (BL 13)
untuk membersihkan panas pada paru.
2) Lembab panas pada lambung dan usus kecil
a) Gejala utama: lesi acne merah dengan nodul dan papula, biasanya
terletak di daerah Yang Ming, kulit berminyak, nafsu makan
berlebih, mudah lapar, bau mulut, haus dengan rasa ingin minum
minuman dingin, BAB kering, urin sedikit dengan warna kuning
keruh, otot lidah merah dengan selaput kuning berminyak, nadi cepat
dan licin.
b) Prinsip terapi: membersihkan panas dan mengeliminasi lembab dari
lambung dan usus kecil.
c) Titik akupunktur dan moksibusi: Quchi (LI 11), Lingtai (GV 10) dan
Fenglong (ST 40)
18

d) Penjelasan: tusukkan Qu Chi untuk membersihkan panas dari jiao atas


untuk melancarkan aliran darah. Cupping and bleeding pada Lingtai
untuk menghilangkan panas pada lambung dan usus kecil dan
melancarkan aliran darah ke atas untuk menutrisi paru, Fenglong (ST
40) untuk membersihkan plegma dan lembab e) Titik tambahan
sesuai sindrom: Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Zusanli (ST 36),
Tianshu (ST 25).
3) Racun panas
a) Gejala utama: pustula dengan infeksi kulit, inflamasi, lesi acne besar,
abses nanah, nyeri, lesi acne terdapat juga pada dada dan punggung,
otot lidah merah dan kering dengan selaput kuning, nadi cepat dan
licin.
b) Prinsip terapi: membersihkan panas dan racun.
c) Titik akupunktur dan moksibusi: Geshu (BL 17), Xuehai (SP 10),
Quchi (LI 11), Hegu (LI 4).
d) Penjelasan: tusukkan Geshu dan Xuehai untuk membersihkan panas
dari darah dan mempercepat aliran darah. Quchi dan Hegu untuk
membersihkan panas.
4) Api menyebabkan defisiensi yin
a) Gejala utama: acne kecil, papula merah, biasanya berada di dahi,
wajah kemerahan terutama pada siang hari menjelang sore hari,
kulit kering, bibir kering, tubuh kurus, mengalami acne pada saat
pra menstruasi, mudah marah, menstruasi terlambat pada wanita,
otot lidah merah dengan selaput lidah tipis, nadi cepat.
b) Prinsip terapi: menutrisi ginjal dan yin, menghilangkan api dan
mendinginkan darah.
c) Titik akupunktur dan moksibusi: Geshu (BL 17), Quchi (LI 11),
Sanyinjiao (SP 6), Taixi (KI 3).
d) Penjelasan: Geshu dan Quchi untuk menghilangkan panas pada
darah, Sanyinjiao dan Taixi untuk menutrisi ginjal dan yin.
19

5. Mekanisme Kerja Akupunktur


Akupunktur berperan dan dapat digunakan untuk menangani kasus
Acne Vulgaris melalui pendekatan mekanisme neurohormonal dan
imunologi. Pendekatan tersebut sudah tercatat para ahli bahwa 75% kasus
dermatology khususnya Acne Vulgaris mempunyai latar beakang Psikolog
yaitu stres. Stres yang berkepanjangan akan berdampak padasistem
endokrin (Jusuf, 2009).
Kekebalan tubuh manusia terpengaruhi jika hormon dari hasil reaksi
stres bekerja dalam jangka yang panjang. Maka dari itu bakteri
Propionibacterium Acnes (penyebab dari Acne Vulgaris) dapat leluasa
masuk dalam tubuh disaat kekebalan tubuh menurun dikarenakan faktor
psikologi (Haruyama, 2011).
Penusukan akupunktur tidak hanya berperan dalam menurunkan
lesinya saja, namun melalui reaksi neurohormonal akan mengaktifkan
Retikulodotelial (RES) yang berhubungan dengan pertahanan tubuh
manusia. Penususkan dalam titik akupunktur akan merangsang adanya
pembentukan inflamasi lokal, sehingga sel akan mengalami iritasi dan
melepas bahan kimia yaitu histamin, heparin dan protasea (Saputra, 2009).
Penusukan titik Akupunktur akan mengatifasi otak untuk
mengeluarkan hormon endorphin. Hormon endorphin akan membuat tubuh
menjadi rilex dan lebih tenang. Akupunktur bekerja melalui epat domain
yaitu reaksi inflamasi lokal, transduksi intraseluler meridian, reflex
kutaneosomatoviscera dan transmisi neural ke otak. Reaksi otak ini bekerja
melalui hipotalamus yang akan menghasilkan hormon endorphin (Saputra,
2009).

6. Evidence based/ Hasil Penelitian


Judul: Acupuncture Treatment For Acne Vulgaris
Peneliti: Jihe Zhu , Blagica Arsovska , Kristina Kozovska
Tahun: 2017
DOI: http://www.onlinejournal.in
20

Tujuan Penelitian: Jerawat remaja dikaitkan dengan peningkatan kadar


hormon, sedangkan orang dewasa berjerawat dikaitkan dengan fluktuasi
hormonal. Menurut ke Pengobatan Tradisional Cina (TCM) yang
penyebab utama jerawat adalah panas dan kelembapan. Pasien yang
dirawat berusia 24 tahun, wanita, didiagnosis dengan acne vulgaris. Pasien
dirawat dengan akupunktur di klinik kami untuk TCM dan akupunktur di
Skopje, Makedonia.
Metode: Case repot dengan akupunktur. Dengan stimulasi ini, akupunktur
memperbaiki ketidakseimbangan akar penyebab jerawat. Titik mana yang
akan ditangani tergantung pada faktor penyebab timbulnya jerawat. Titik
akupunktur yang digunakan dalam perawatan adalah: Du20, Li20, Hn5,
Pc6, Li4, Rn4, Rn12, St25, Sp10, St36, Sp6, Lv2, Bl25, Du5, Du6, Du7,
Du 8, Du11, Du 14, Gb20 dan Ashi menunjuk di wajah.
Hasil: Pengobatan titik akupunktur umum dan ashi pengobatan adalah
cara yang efektif untuk mengatasi masalah jerawat. Perawatan membantu
seluruh tubuh, mengurangi lesi inflamasi, menyeimbangkan hormon,
membersihkan racun dan membantu rileks, Setelah perawatan ke-10,
wajahnya menjadi lebih baik kondisi, dengan peradangan berkurang.
Akupunktur memberikan hasil yang sangat memuaskan di pengobatan
jerawat dan meningkatkan kualitas hidup.
21

BAB III
RESUME KASUS

1. Pengkajian
a. Data Umum
Dari pengkajian didapatkan data identitas pasien sebagai berikut nama Tn.
A berusia 30 tahun sudah menikah, agama Islam, dengan keluhan jerawat
di wajahnya pada tanggal 14 April 2021 di MAC Klinik.
b. Pemeriksaan Vital Sign
Pada pemeriksaan vital sign pada Tn. A didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 120/80 mmHg, pemeriksaan respirasi 18 kali/menit,
pemeriksaan denyut nadi 73 kali/menit, suhu tubuh 36,5° C dengan berat
badan 60 kilogram dan tinggi badan 162 centimeter. Pada pemeriksaan
lidah didapatkan bahwa otot lidah merah, ukuran lidah gemuk, dengan
selaput kuning tipis permukaan basah, tidak mengelupas, ada tapak gigi,
ada fisura di tengah, tidak ada bercak sianotik.
c. 4 Cara Pemeriksaan
1) Wang (Penglihatan)
Pada pengkajian Wang Tn. A didapatkan pemeriksaan Shen terlihat
segar, tampak bersemangat, sinar mata bersinar, ekspresi umum
segar, kesadaran sadar penuh, posisi tubuh pasien tegak. Pada
pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada kelainan
anatomis. Sedangkan keadaan keringat pada saat dilakukan
berkeringat biasa. Pasien Tn. A dapat berjalan bebas pergerakannya,
tidak terdapat gangguan gerak lain.
Pada pemeriksaan lidah didapatkan data warna otot lidah merah muda
ada selaput kekuningan, otot lidah gemuk, pergerakan ototnya tidak
tremor.
2) Wen (pendengaran dan penciuman)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Tn.
A terdengar jelas, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk. Pada
22

pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan


tidak ada bau mulut pada pasien.
3) Wun (Anamnesa)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2021 dengan cara auto –
anamnesa. Dari pengkajian didapatkan data Tn. A usia 30 tahun
datang dengan keluhan berjerawat di wajah. Status diet baik, dengan
frekuensi 3 kali sehari dengan porsi sedang. Tn. A memiliki
kencenderungan menyukai jenis makanan gorengan, manis dan pedas.
Frekuensi minum Tn. A yaitu kurang lebih 5 kali sehari dengan
volume kurang lebih 1,5 liter dalam sehari, cenderung menyukai air
mineral dengan suhu hangat. Pada pemeriksaan BAK didapatkan data
bahwa buang air kecil (BAK) frekuensinya 4 – 5 kali sehari dengan
jumlah sedang, warnanya kekuningan dan jernih, tidak terdapat darah
dan nanah pada urinnya. Pada pemeriksaan BAB didapatkan data
bahwa buang air besar (BAB) frekuensinya 1 kali dalam sehari di pagi
hari dengan konsistensi padat, berbentuk, berwarna kekuningan,
mengejan normal dan tidak terdapat darah. Pada pemeriksaan
sindroma organ hati dan kandung empedu didapatkan keluhan jerawat.
Perabaan dan Palpasi (Cie).
Pada hasil pemeriksaan nadi pada Tn. A didapatkan hasil kedalaman
nadi dalam, kecepatan nadi cepat, ukuran nadi normal, kekuatan nadi
lkuat normal. Deferensiasi cun kiri teraba superfisial, guan kiri teraba
dalam, dan chi kiri teraba lemah, sedangkan cun kanan teraba kuat
normal, guan kanan teraba dalam, chi kanan teraba lemah.

Kiri Kanan
Cun Kuat Normal
Superfisial

Guan Dalam
Dalam

Chi
Lemah Lemah

4) Pemeriksaan Tambahan
23

Pasien Tn. A tidak mencantumkan hasil pemeriksaan tambahan.

2. Diagnosis
a. Analisis
1) Analisa Data Umum
Pada pemeriksaan vital sign pada Tn. A didapatkan hasil sebagai
berikut tekanan darah 140/80 mmHg, tekanan darah tersebut
menandakan tekanan darah normal. Menurut American Heart
Assosiaciation tekanan darah sistolik secara konsisten berkisar antara
120 – 129 mmHg dan diastolik <60 mmHg. Pemeriksaan respirasi 18
kali/menit. Menurut WHO, pengukuran respirasi normal pada dewasa,
yaitu 16 – 20 kali/menit. Pemeriksaan denyut nadi 73 kali/menit.
Menurut WHO, pemeriksaan denyut nadi normal pada orang dewasa,
yaitu 70 – 80 kali/menit. Suhu tubuh 36,5° C. Menurut hasil penelitian
dari dokter berkebangsaan Jerman bernama Carl Wunderlich, suhu
tubuh normal orang dewasa: 36,5-37,5° C. Berat badan 65 kilogram
dan tinggi badan 167 centimeter. Berdasarkan perhitungan Body Mass
Index (BMI), tergolong memiliki status berat badan yang cukup. Tn.
A tidak memiliki alergi.
2) Analisa data pengamatan (Wang)
Berdasarkan data Wang (pengamatan) keadaan semangat dari Tn A
tampak bersemangat, sinar mata bersinar, ekspresi umum segar,
kesadaran sadar penuh dan dapat dianalisa bahwa pasien itu normal.
Pada Sing Tay terdapat data posisi tubuh pasien tegak menunjukkan
normal . Pada pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada
kelainan anatomis. Sedangkan keadaan keringat pada saat dilakukan
anamnesa pasien Tn. A berkeringat biasa. Pada pengamatan lidah
didapatkan data warna otot lidah merah muda ada selaput kuning tipis
menunjukkan adanya panas. Otot lidah gemuk menunjukkan lembab.
Selain itu kebasahan cukup lembab menandakan keadaan cairan
tubuh, dan pergerakan ototnya tidak tremor.
24

3) Analisa data pendengaran dan Penciuman (Wen)


Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Tn.
A terdengar jelas, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk. Pada
pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan
tidak ada bau mulut pada pasien. Menurut Saputra (2017), suara yang
lemah menunjukkan sindrom defisien. Pada pemeriksaan Tn.A
didapatkan suara keras dan tidak ada bau mulut.
4) Analisa data Wun (anamnesa)
Berdasarkan data Wun (anamnesa) pasien Tn. A 30 tahun datang
dengan keluhan jerawat diwajah. Riwayat penyakit pasien Tn. A tidak
memiliki riwayat sakit keturunan dari bawaan atau dari orang tua.
Dari pertanyaan khusus kepada pasien Tn. A didapatkan data pasien
menyatakan sering makan gorengan dan minum manis. Keadaan BAB
(Buang Air Besar) sehari 1x dan tinja yang padat dan keras
menunjukkan adanya panas. Dari nafsu makan pasien Tn. A baik.
Kebiasaan makan pedas sehingga menyebabkan panas. Suka minum
manis, sering haus.
5) Analisis Data Cie (palpasi atau perabaan)
Berdasarkan data Cie (palpasi) pada nadi didapatkan nadi secara
umum superfisil, kuat, cepat yang menunjukkan panas. Terapi pada
kasus Tn. A dilakukan pada area Ashe Point, dan titik akupunktur.
Pada palpasi (Cie) didapatkan area Ashe Point yaitu wajah.

b. Kalimat Diagnosis
Tn. A, usia 30 tahun dengan keluhan jearawat di wajah sindrom Akuulasi
panas di Hati

3. Perencanaan Akupunktur
Rencana tindakan pada tanggal 17 April 2021 adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Terapi
Prinsip terapi pada Tn. A adalah :
25

Menguatkan Hati dan menghilangkan panas.


2) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : stetoskop, sphygnomanometer,
termometer, bengkok, kom+ tutup, safety box, jarum halus (filiform
needle) ukuran 1 cun dan 0,5 cun, kapas, alkohol 70%, elektrostimulator.
3) Titik Akupunktur
Titik akupunktur yang digunakan : Quchi (LI11), Hegu (LI 4), , Zusanli
(ST36), San Yin Jiao (SP6), Xue Hai (SP10), Neiting (St 44), Taichong
(LR 3). Modalitas Dengan modalitas terapi elektrostimulator, jarum
akupunktur.
4) Jadwal terapi
Melakukan terapi 1-2 kali dalam seminggu.

4. Pelaksanaan Akupunktur
Setelah pasien bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan,
terapi akupunktur dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati. Terapi
dilakukan selama 1 minggu 2x terapi diharapkan dapat mengurangi keluhan
yang dirasakan pasien Tn. A. Pelaksanaan terapi akupunktur dilakukan dengan
berbagai tahapan seperti menyiapkan peralatan, kemudian melakukan vital sign
dan menanyakan seputar keluhan Tn. A. Setelah anamnesa selesai terapis
mempersilahkan Tn. A berbaring di bed yang telah disediakan dan
memposisikan pasien dalam keadaan terlentang dan pasien merasa nyaman saat
dilakukan terapi akupunktur. Pertama dilakukan penusukan pada titik
Terapi ini dilakukan selama 20 menit menggunakan elektrostimultor
dengan frekuensi 10 Hz metode tonifikasi, dengan menggunakan intermitte
wave Saran dan anjuran yang dapat diberikan kepada pasien hindari makan
pedas, gorengan, manis , membersihkan wajah apabila dari berpergian, minum
yang teratur kurang lebih 8 gelas perhari, dan Istirahat yang cukup.

5. Evaluasi
a) Sabtu/17 April 2021 : pasien Tn. A jerawat yang meradang sudah agak
redah.
26

b) Senin/19 April 2021 : dilakukan penusukkan seperti pada titik-titik


akupunktur sebelumnya, ditambah dengan penusukkan untuk titik
penenang. Modalitas terapi yang digunakan berupa Elektro stimulator
dengan frekuensi 4 Hz selama 20 menit.
c) Kamis/22 April 2021 Pada pemeriksaan akhir sesudah melakukan terapi
akupunktur didapatkan anamnese data: kondisi pasien yang sudah
mengalami perubahan jerawat diwajah sudah tidak tumbuh terus. Dari
pengamatan lidah: warna merah muda, selaput tipis putih, kelembapan
cukup. Dari pemeriksaan lidah sudah ada perubahan. Dari pengamatan
SHEN (keadaan jiwa): pasien bersemangat, ceria.

6. Kesimpulan
1. Tn. A berusia 30 tahun dengan keluhan jerawat di di dapatlan kesimpulan
sindrom yaitu Akumulasi panas di Hati.
2. Prinip Terapi yang akan dilakukan: memelihara Yin dan dingin dalam
darah, membersihkan panas dari hati dan dingin dalam darah.
27

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti,N. 2015. Akne Vulgaris Pada Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas


Lampung,4(5),p.102-109.Availableat:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/616/620.

Ayudianti, P., & Indramaya, D.M., 2010. (Retrospective Study : Factors


Aggravating Acne Vulgaris) Faktor Pencetus Akne Vulgaris. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, 26 (1), p. 41-47. Available at:
http://journal.unair.ac.id/BIK3@retrospective-study:-factors-
aggravatingacne-vulgaris-article-8364-media-34-category-3.html.

Barratt, H. et al., 2009. Outcome measures in acne vulgaris: systematic review.


British Journal of Dermatology, 160 (1), p. 132-136. Available at:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1365-2133.2008.08819.x

Bourke, J, R, G, B & Tim Cunliffe., 2011. Dermatologi Dasar untuk Praktik


Klinik. Jakarta: EGC. CV Sagung Seto.

Cunliffe, WJ., & Gollnick, HPM., 2007. Topical therapy. In: Acne diagnosis and
management. [e-book]. London: Martin Dunitz Ltd. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=BtTKY7BrdG8C&pg=PA218&dq=.
+Topical+therapy.+In:+Cunliffe+WJ,+Gollnick+HPM,+eds.
+Acne+diagnosis+and+management&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjczaX
16vfAhVEb30KHa aSDLEQ6AEIODAC

Dwikarya, M., 2005. Cara Tuntas Membasmi Jerawat. Jakarta: Kawan Pustaka.

Flaws, Bob., & Sionneau, Philippe., 2005. The Treatment of Modern Western
Medical Disease With Chinese Medicine second edition. Amerika Serikat:
Blue Poppy Press.

Gabrielli A., et al., 2012. New Insights into the Role of Oxidative Stress in
Scleroderma Fibrosis. The Open Rheumatology Journal. 1 (4). Available
at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22802906

Graham-Brown., R., 2005. Lecture Notes On Dermatology. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Harper J C., 2007. Acne Vulgaris. Edisi Ke-4. Jakarta: EGC


28

Ichsan., 2008., Aspek Psikiatri Acne Vulgaris. Universitas Muhammadiyah


Surakarta.1(3),p.143-145.Availableat:
http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3751

Jeyaratnam, J., 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC.

Kalangi, Sonny., 2013. Histofisiologi Kulit Bagian Anatomi Fisiologi. Fakultas


Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi Manado. 5 (3), p. 12-20. Available
at: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/4344

Kundre, et al., 2017. Hubungan Timbulnya Acne Vulgaris Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Remaja Di SMPN 1 Likupang Timur. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi. 5 (1),
p.1-8.Availableat:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/14892/14456

Legiawati L., 2010. Perawatan Kulit pada Akne. Medicinal Jurnal Kedokteran
Indonesia. 14 (2), p. 17-19. Available at: staff. ui.ac.id/system
/files/users /lili.legiawati/.../ilmu_penyakit_kulit_dan_kel amin.pdf
Magin P., et al,. 2006. The causes of acne: aqualitative study of patient perceptions
of acne causation and their implications for acne care. Dermatol Nurs. 18
(2), p. 344-370. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16948379

Mescher, A. L., 2010. Junquiera’s Basic Histologi Text & Atlas 12th ed. New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Nami, U., 2009. Hubungan Tingkat Stress Dan Kebersihan Diri dengan Akne
vulgaris. Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga.

Nguyen., 2007. Comedogenicity in rabbit: somecosmetic ingredients/vehicles.


Cutaneous and Ocular Toxicology. 26 (4), p. 287-292. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18058303

Pindha, I.S., 2007. Acne Vulgaris dalam Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Edisi I. Jakarta : CV.Agung Seto.

Rahmawati, Dewi., 2012. Hubungan Perawatan Kulit Wajah Dengan Timbulnya


Akne Vulgaris. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sarjana Kedokteran.
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.

Susanto., R, C., 2013. Penyakit Kulit Dan Kelamin. Yogyakarta : Nuha Medika

Tahir, CM., 2010. Pathogenesis of acne vulgaris : simplified. Journal of Pakistan


Association of Dermatologists. 20 (2), p. 9
29

Thiboutot DM,. 2008. Acne vulgaris and acneiform eruption In: Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill.

Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy & Physiology.
USA: John Wiley & Sons. Inc.

Wasitaatmadja, S, M., 2013. Akne, Erupsi akneiformis, Rosasea, Rinofima dalam


Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Wibowo, Daniel., 2008. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo

Williams SM., 2007. Pilo Sebaceuous duct physiology, observation on the number
and size of pilo sebaceuous ducts in acne vulgaris. New York:
Dermatology.

Wirakusumah, E., 2007. Cantik dan Awet Muda Dengan Buah, Sayur Dan Herbal.
Jakarta: Penebar Plus.

Xinghua, Bai., 1996. Acupuncture in Clinical Practice. London: Reed Education


& Proffesional Publishin Ltd

Yihou, X., 2004. Dermatology in Traditional Chinese Medicine. Beijing: Donica


Publishing Ltd.

Yin, Ganglian & Zhenghua, Liu., 2000. Advanced Modern Chinese Acupuncture
Therapy. China: New World Press.

Yuindartanto, A., 2009. Acne Vulgaris. Fakultas Kedokteran. Universitas


Indonesia.
30

Lampiran Dokumentasi Penatalaksanaan Akupunktur Pada Kasus Acne


Vulgaris
1. Anamnesa Pasien

2. Persetujuan Tindakan Terapi Terhadap Pasien

3. Vital Sign
31

4. Penatalaksanaan Terapi Akupunktur Kasus Acne Vulgaris


32

5. Saran dan Anjuran

6. Dokumentasi pasien
Sebelum Terapi:

Sesudah Terapi: Tidak ada jerawat yang meradang

7. Dokumentasi bersama CI
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
Jurusan Akupunktur

FORMULIR
PENATALAKSANAAN AKUPUNKTUR
Identitas Pasien Form 0-1
Nama Pemeriksa/ Lenny Dwinijanti
Terapis
Tempat Periksa MAC Klinik

A. PENGKAJIAN Form 0-2


Data Umum
Tanggal Periksa 0 9 - 0 4 - 2 0 2 1 Kunjungan Ke: 1 NoRM

Nama Pasien Tn A Laki-laki* Perempuan*


Tanggal Lahir 2 7 - 0 2 - 1 9 9 1 Usia saat diperiksa 30 th Tahun/bulan*
Alamat Jl. Cileduk Komplek Larangan Indah Blok M No 5 Tangerang

No. telepon 0 8 1 9 2 0 9 6 0 1 5
Agama Islam Pendidikan Terakhir S1
Pekerjaan Wirausaha Status Pernikahan* Sudah Belum
Rujukan dari

Vital Sign Form 2-1


Tekanan darah 1140/80 mmHg Frekuensi 80 / menit
nadi
Respirasi 18 / menit Suhu tubuh 36,5 ° Celsius
Berat badan 75 kilogram Tinggi badan 167 Centimeter
Kondisi umum* Compos Sopor Somnolen Delirium Coma
mentis
Catatan Alergi Form 2-2
Riwayat alergi* Tidak ada/ Tidak ada alergi
Ada,
terhadap:
Diagnosis Medis(jika ada) Form 2-3
Sebutkan diagnosis medis dari dokter yang merawat/merujuk
Acne Vulgaris

Anamnesis Form 2-4


Keluhan Utama: Jerawat di wajah Auto/ Pada:
Alloanamnesis ) ...................................
*
1

Riwayat Penyakit (menjelaskan secara rinci riwayat keluhan utama yang saat ini dirasakan)
Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan jerawat di wajah ± 3 bulan, makin lama
bertambah banyak jerawat yang tumbuh di wajah

Keluhan Tambahan Tidak ada

Riwayat Penyakit Tidak ada


Dahulu

Riwayat Penyakit Riwayat Keluarga tidak ada


Keluarga/
Lingkungan

Riwayat Terapi atau Tidak ada


Obat-obatan yang
dikonsumsi

Kondisi/ Sering kesal


Kecenderungan
Emosi
Aktivitas sehari-hari Wirausaha dan olahraga lari pagi
dan Olah raga

Istirahat dan tidur Tidak ada gangguan tidur

Status Emosi
Marah Ada
Khawatir Tidak terlihat
Berpikir Ada
Sedih Tidak terlihat
Gembira Tidak terlihat
Takut & Terkejut Tidak terlihat
Merenung Tidak terlihat
Status Diet Form 3-1
Makanan Nafsu makan )* Tidak ada/ Kurang/ Sedikit/ Baik/ Berlebihan
Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
makan )*
Jenis makanan Bersantan
Porsi makan Satu centong
Kecenderungan manis/ asam/ pahit/ asin/ pedas/ tawar/ tidak ada
rasa
Camilan Gorengan
Minuman Frekuensi minum 2x 3x 4x 5x ≥8x gelas/ hari
)*
1|Halaman
2

Jenis minuman Air mineral


Panas/dingin Dingin
Status BAB-BAK Form 3-2
Buang Air Besar Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Konsistensi Padat Darah* Ada Tidak
Bentuk Keras Warna Kuning
Mengejan/tidak Tidak mengejan
Buang Air Kecil Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Jumlah Sedang
Warna Bening kekuningan Darah* Ada Tidak
Kepekatan Tidak pekat Nanah* Ada Tidak
BAK malam hari Tidak ada
Status Lokalis(jika ada) Form 3-3
Lokasi Wajah

Penampilan Luar Tidak tampak benjolan


Pergerakan/ ROM Dapat bergerak bebas

Sensasi* Seperti semut


Nyeri Panas Gatal Baal/Kebas
merayap
Palpasi

Skala Nyeri)* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar skematis
(jika perlu)

Status Ginekologis (pasien Form 3-4


perempuan)
Gestasi (G) Partus (P) Aborsi (A)
.............. Kali hamil ...... Kali .........Kali keguguran
melahirkan
Menstruasi Tanggal mens -
terakhir
Jarak antar mens -
Lama mens -
Frekuensi Teratur/ Tidak Teratur )*
Nyeri -
Warna mens -
Volume darah Sedikit/ Sedang (normal)/ Banyak )*
Bekuan darah -
Keputihan Jumlah -
Warna -
Bau -
Gatal -
Kehamilan Kehamilan ke- -
(jika pasien sedang Usia kehamilan -
2|Halaman
3

hamil) Masalah selama -


kehamilan
Status Pediatri (jika perlu) Form 4-1
Lama kehamilan Masalah selama
kehamilan
Berat badan lahir Masalah selama
persalinan
Panjang badan lahir Lama menyusu
Penyakit selama bayi Vaksinasi yang
pernah didapat
Manifestasi klinis pada Sindroma Form 4-2
Organ/Meridian
Hati/Kandung Sering kesal
Empedu

Jantung/Usus Halus Tidak berdebar-debar

Limpa/Lambung Terasa berat

Paru-paru/Usus Tidak ada keluhan


Besar

Ginjal/Kandung tidak ada keluhan


Kemih

Sindroma lainnya Wei : tidak demam Substansi vital :


(mencakup:meridian Qi : mudah lelah - Qi : mudah lelah
, Wei-Qi-Jing-Xue, Ying : tidak keringat spontan - Xue : tidak pendarahan
faktor patogen, Xue : tidak pendarahan - Jin ye : tidak mudah haus
substansi vital, dsb.)

Lidah Form 5-1


Otot Lidah Warna Merah Gambar Lidah
Ukuran Gemuk
Tapak gigi Tidak ada
Bercak Tidak ada
3|Halaman
4

sianotik
Fisura Tidak tampak
Selaput Lidah Warna Kuning
Tebal/tipis kekuningan
Permukaan Basah
Mengelupas Tidak mengelupas
Bawah Lidah Kondisi vena Tidak ada

Nadi(lingkari yang ditemukan) Form 5-2


Kedalaman* Superfisial (Fu) Normal Dalam/Tenggelam (Chen)
Kecepatan* Cepat (Shu) Normal Lambat (Huan)
Ukuran* Besar (Hong) Normal Tipis (Xi)
Kekuatan* Sangat Kuat (Shi) Kuat Normal Lemah (Xu)
Diferensiasi Lokasi Kiri Kanan
Cun Cun Kuat Normal
Superfisial
寸 寸
Guan Guan Dalam
Dalam
关 关
Chi Chi
Lemah Lemah
尺 尺
Pemeriksaan Tambahan (jika perlu) Form 5-3
Mencakup pemeriksaan panca indera, pemeriksaan fisik (head to toe),pemeriksaan spesifik: neurologi, dermatologi, penyakit dalam,
genetik, obstetri-ginekologi, dsb.
Tidak ada pemeriksaan tambahan

Pemeriksaan Laboratorium (jika ada) Form 5-4


Hemoglobin GDS Kolesterol total
Eritrosit GDP Trigliserida
Leukosit GD 2 jam PP LDL
Trombosit HbA1C HDL
LED SGOT Rasio LDL/HDL
Asam urat SGPT Ureum
GGT Kreatinin
Pemeriksaan Meliputi pemeriksaan kimia darah lain, imunologi,
feses, urin, radiologis, EKG, EEG, dsb.
Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Lainnya

B. DIAGNOSIS AKUPUNKTUR

4|Halaman
5

I. ANALISIS DATA
Optional
Hari/ Tanggal Data Fokus Masalah/Problem
/Jam
Sabtu/17 April 2021/ DO. Pasien tampak normal dengan badan Jerawat di wajah karena sindrom
10.00 tegak. composmentis, tidak ada obat yang Akumulasi Panas di Hati
dikonsumsi.
DS. Pasien dengan keluhanjerawat di wajah ± Prinsip terapi:
3 bulan lalu makin lama makin bertambah  Membuang panas dan
banyak . menguatkan Hati

II. Diagnosis Akupunktur


Hari/ Tanggal Rumusan Diagnosis Akupunktur ( PES)

Sabtu/20 April 2021 Tn. A berusia 30 tahun dengan keluhan jerawat di wajah ± 3bulan ,semakin hari
bertambah banyak.

C. PERENCANAAN TERAPI AKUPUNKTUR


Tn. A berusia 30 tahun dengan keluhan jerawat di wajah ± 3bulan , makin hari bertambah banyak. Akan
dilakukan terapi akupunktur dengan prinsip terapi menguatkan Hati dan membuang panas Dengan
sindrom Akumulasi Panas di Hati, kemudian dilakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk. Alat dan
bahan yang digunakan terapi akupunktur yaituelektrostimulator jarum akupunktur berukuran 1½, 1, dan ½
cun, kapas, bengkok, tempat jarum bekas, thermometer, tensi meter, hand sanitizer dan alkohol 70%.
Posisi pasien saat diterapi adalah terlentang. Posisi ini disesuaikan dengan kenyamanan pasien saat
dilakukan terapi akupunktur serta disesuaikan dengan lokasi penusukan. Titik akupunktur yang digunakan
yaitu titik utama Quchi (LI11), Hegu (LI 4), , Zusanli (ST36), San Yin Jiao (SP6), Xue Hai (SP10),
Neiting (St 44), Taichong (LR 3). Frekuensi terapi 2 harI sekali sebanyak 5 kali terapi.

RENCANA TINDAKAN
Hari/Tanggal Rencana Tindakan Nama, TTD
Sabtu/17 April 2021 Tn. A berusia 30 tahun,
vital sign TD: 140/80 mmHg, R:18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 167 cm., suhu tubuh 36,5 0 C Dengan
keluhan jerawat di wajah ± 3bulan, Lenny Dwinijanti
makin hari bertambah banyak Dilakukan
penusukan pada titik akupunktur: Quchi
(LI11), Hegu (LI 4), , Zusanli (ST36),
San Yin Jiao (SP6), Xue Hai (SP10),
Neiting (St 44), Taichong (LR 3).
D. PELAKSANAAN TERAPI AKUPUNKTUR

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Sabtu/17 April Tn. A berusia 30 tahun,
2021 vital sign TD: 140/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 167 cm., suhu tubuh 36,5 0 C.
Dengan keluhan jerawat di wajah ± 3
bulan lalu, makin hati makin bertambah Lenny Dwinijanti
banyak. Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur:. : Quchi (LI11), Hegu (LI 4),
, Zusanli (ST36), San Yin Jiao (SP6),
Xue Hai (SP10), Neiting (St 44),
Taichong (LR 3). Dengan modalitas
terapi elektrostimulator sebagai alat bantu

5|Halaman
6

terapi.
E. EVALUASI AKUPUNKTUR

Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD


Tindak Lanjut
Sabtu/17 April Tn. A berusia 30 tahun dengan keluhan
2021 jerawat di wajah ± 3 bulan lalu, makin
bertam banyak setelah dilakukan terapi
yang pertama pasien merasakan ada Lenny Dwinijanti
perubahan dan terasa nyaman. Rasa
panas di wajah berkurang
Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD
Senin/19 April Tn. A berusia 30 tahun,
2021 vital sign TD: 130/78 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 167 cm, suhu tubuh 36,5 0 C Dengan Lenny Dwinijanti
keluhan jerawat di wajah ± 3 bulan lalu,
makin bertambah banyak di wajah sudah
berkurang rasa panas .Dilakukan
penusukan pada titik akupunktur: Quchi
(LI11), Hegu (LI 4), , Zusanli (ST36),
San Yin Jiao (SP6), Xue Hai (SP10),
Neiting (ST 44), Taichong (LR 3)
Dengan modalitas terapi
elektrostimulator sebagai alat bantu terapi
EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Senin/19 April Tn. A berusia 30 tahun dengan keluhan
2021 Dengan keluhan jerawat di wajah ± 3
bulan lalu, makin bertambah banyak di
wajah sudah berkurang rasa panas setelah Lenny Dwinijanti
dilakukan terapi yang kedua pasien
merasakan ada perubahan dan terasa
nyaman. Dan jerawat tidak bertambah
Pasien akan di jadwalkan untuk terapi
selanjutnya.
Gambar Lidah:

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Kamis/22 April Tn. A berusia 30 tahun,
2021 vital sign TD: 130/78 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 167 cm, suhu tubuh 36,3 0 C Dengan
keluhan jerawat di wajah ± 3 bulan lalu, Lenny Dwinijanti
makin bertambah banyak di wajah sudah
berkurang rasa panas .Dilakukan
penusukan pada titik akupunktur: Quchi

6|Halaman
7

(LI11), Hegu (LI 4), , Zusanli (ST36),


San Yin Jiao (SP6), Xue Hai (SP10),
Neiting (St 44), Taichong (LR 3) Dengan
modalitas terapi elektrostimulator sebagai
alat bantu terapi
Gambar Lidah:

EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Kamis/22 April Tn. A berusia 30 tahun dengan keluhan
2021 Dengan keluhan jerawat di wajah ± 3
bulan lalu, makin bertambah banyak di
wajah sudah tidak terasa panas setelah
dilakukan terapi yang ketiga pasien Lenny Dwinjanti
merasakan ada perubahan dan terasa
nyaman. Dan jerawat tidak bertambah
dan jerawat yang ada tidak meradang.
Pasien akan di jadwalkan untuk terapi
selanjutnya

Pengesahan Status Klien


Akupunktur Terapis Pembimbing Lapangan

Nama: Lenny Dwinijanti Nama : dr. Nabila Gusrina Dewita

Dokumentasi sebelum terapi: Sesudah Terapi : tidak ada jerawat yang meradang

LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN


7|Halaman
8

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap Ashar Basir
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 27 Februari 1991
Nomor KTP 3173052605570001
Alamat Jl. Cileduk Komplek Larangan Indah Blok M No 5 Tangerang

Menyetujui segala pemeriksaan dan tindakan akupunktur yang akan diberikan kepada*) diri saya
sendiri/ suami/ istri/ ayah/ ibu/ anak/ lainnya(sebutkan)___________________________ :
Nama Lengkap Ashar Basir
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 27 Februari 1991
Nomor KTP 3173052605570001
Alamat Jl. Cileduk Komplek Larangan Indah Blok M No 5 Tangerang

sesuai dengan standar dan etika profesi akupunktur terapis.


Saya mengerti sepenuhnya dan dapat menerima segala pemeriksaan dan tindakan yang akan diberikan,
beserta segala risiko dan efek samping yang mungkin muncul, yang telah dijelaskan oleh pemeriksa; dan tidak
akan mengajukan tuntutan hukum apabila risiko dan efek samping tersebut terjadi.

Demikianlah surat persetujuan ini saya isi dan tanda tangani dengan penuh kesadaran, tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.

Ditandatangani di Jakarta, tanggal 09 April 2021


Saksi 1, Yang membuat pernyataan,

Amelia K.S
Ashar Basir
Saksi 2, Pemeriksa/ Terapis,

Lenny Dwinijanti

*) pilih salah satu

8|Halaman
LAPORAN KASUS PEDIATRIK

PRAKTIK KLINIK II ALIH JENJANG

”DIARE/Xièxi”

Nama: Lenny Dwinijanti


NIM : P27240020130

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA PRODI SARJANA TERAPAN


AKUPUNKTUR DAN HERBAL JURUSAN AKUPUNKTUR
TAHUN 2021
1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Ini Telah Diperiksa, Dan Mendapatkan Persetujuan Dan
Pengesahan Dari Pembimbing Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang Prodi
Sarjana Terapan Akupunktur Dan Pengobatan Herbal Jurusan Akupunktur Politeknik
Kesehatan Surakarta

Jakarta, 24 Mei 2021

Disusun Oleh : Disetujui Oleh :

Lenny Dwinijanti Heni Nur Kusumawati, SKM,M.Kes


NIM P27240020130 NIP: 19710426 199803 2002
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kasus Diare pada pediatrik
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada laporan kasus praktik II Alih Jenjang D4 Akupunktur. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang terapi insomnia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Nur Kusumawati,
SKM,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
 yang telah membimbing tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terlaksananya praktik kerja lapangan ini
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta , 24 Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI
3

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PKL…………………………… 1
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare Menurut Teori Kedokteran .......................................................... 6
1. Pengertian Diare................................................................................. 6
2. Etiologi dan Pathofisologi Diare ....................................................... 6
3. Gejala dan Tanda ……………………………………………………7
B. Diare Menurut Ilmu Akupunktur........................................................... 7
1. Pengertian ........................................................................................ 7
2. Etiologi dan Patofisiologi................................................................... 8
3. Penatalaksanaan Akupunktur dan Sindrom........................................ 8
4. Mekanisme Kerja Akupunktur .........................................................10
5. Evidence Based/Hasil Penelitian........................................................11

BAB III RESUME KASUS


1. Pengkajian .......................................................................................... 13
2. Diagnosa Akupunktur.......................................................................... 14
3. Perencanaan Terapi Akupunktur........................................................ 17
4. Pelaksanan Terapi Akupunktur.......................................................... 18
5. Evaluasi Terapi.................................................................................... 18
6. Kesimpulan …………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20

BAB I
PENDAHULUAN
4

A. Latar Belakang
Penyakit diare menular adalah penyebab utama kedua dari morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia. Setiap tahun lebih dari 4 juta bayi dan anak kecil
meninggal karena diare menular akut. Rata-rata anak di bawah usia 3 tahun
sekitar 2,5 episode gastroenteritis per tahun di Amerika Serikat. Secara
internasional, rata-rata sekitar 3,3 episode setiap tahun. Sebanyak 30% dari rawat
inap rumah sakit anak untuk diare, yang merupakan penyebabnya lebih dari 1/3
dari semua kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Bayi di bawah usia 3
bulan memiliki risiko tertinggi untuk rawat inap dan kematian. Diperkirakan
bahwa penyakit diare menyumbang 10% dari bayi yang dapat menyebabkan
kematian. Anak-anak prasekolah yang ditempatkan di pusat perawatan anak
berada pada peningkatan risiko diare. Jika diare karena potensi yang lebih besar
atau penularan dari orang ke orang.

Manurut statistik World Health Organization (WHO, 2011), diare


menimbulkan kematian bagi 2.4 juta anak di dunia atau 4.3% kematian dari total
populasi dunia, terkonsetrasi di Negara miskin dan anak kurang mampu di strata
sosisl dengan 90% kematian terjadi di afrika dan asia (UNICEF, 2012). Indonesia
termasuk Negara berkembang yang memiliki angka kejadian diare tinggi ditandai
dengan masih sering timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait diare di
beberapa wilayah Indonesia (KEMENKES RI, 2011).

Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)


dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini
penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah
kesehatan utama setiap orang di negara-negara berkembang termasuk masyarakat
di Indonesia, karena kurangnya pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab
diare. Melihat kondisi negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih
5

hidup di bawah garis kemiskinan, penyakit diare masih menjadi penyakit yang
sering menyerang masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Apa yang dimaksud dengan diare secara ilmu kedokteran barat?
3. Apa yang dimaksud dengan diare Menurut Ilmu Akupunktur?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian diare.
2. Untuk memahami diare secara ilmu kedokteran barat.
3. Untuk memahami diare Menurut Ilmu Akupunktur.

BAB II
TINJAUAN TEORI
6

A. Pengertian Diare Menurut Ilmu Kedokteran


1. Pengertian
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu
“diarroi” yang berarti mengalir terus. Diare adalah buang air besar dalam bentuk
cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua
hari atau lebih (WHO, 2000). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir
atau darah dalam faecesyang akan menguras cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi (Depkes RI 2011). Hal itu dapat mengganggu keseimbngan fungsi
tubuh apalagi jika pada anak-anak dan lansia. Hippocrates mendefinisikan diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair, kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam (Ngastiyah, 2000).

2. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab diare juga dapat bermacam-macam karena faktor psikologis, rasa
takut dan cemas, bisa dikarenakan malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat,
disakarida (inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi
glukosa, fruktosa, dan galaktosa), karena faktor makanan basi, beracun, alergi
karena makanan, maupun infeksi.
Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yaitu infeksi
bakteri , infeksi virus, infeksi parasite. Diare karena virus ini biasanya tak
berlangsung lama, hanya beberapa hari (3- 4 hari) dapat sembuh tanpa
pengobatan (self limiting disease). Penderita akan sembuh kembali setelah
enetrosit usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru dan normal serta sudah
matang, sehingga dapat menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan
baik. Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan, yaitu :
tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis (Ngastiyah, 2014).
7

3. Gejala dan Tanda


Menurut Ngastiyah (2000) tanda-tanda dan gejala dari diare meliputi ;
- Cengeng, gelisah
- Suhu tubuh meningkat
- Nafsu makan berkurang
- Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah
- Warna tinja kehijau-hijauan
- Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi
- Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
- Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan dehidrasi
- Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi
cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering.

B. Pengertian Diare Secara Ilmu Akupunktur


1. Pengertian
Diare adalah masalah pada pencernaan yang ditandai dengan buang air
besar terus menerus yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dan
biasanya disertai dengan perut kembung, nyeri perut dan nafsu makan yang
menurun.
Buang air besar tinja tidak berbentuk, membentuk seperti kolam lumpur
dinamakan sebagai “xiè ”, bentuk tinja seperti air menyembur/muncrat dikenal
sebagai “xiè ”. Dalam literatur kuno terdapat istilah “xiǎngxiè ”, “rúxiè ”,
“dòngxiè , “tángxiè”, dan lain-lain, umumnya disebut diare.
Menurut Ilmu Akupunktur, Diare terjadi karena ganguan limpa, lambung,
usus kecil, dan usus besar yang bisa terjadi karena gangguan pencernaan,
makan berlebih, diet yang salah. Secara patogen karena lembab dingin
eksternal yang menyebabkan gangguan fungsi penyerapan caiaran di usus atau
serangan lembab panas di musim panas atau musim gugur (Xinghua, 1996).
8

2. Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab dari diare bisa disebabkan oleh berbagai penyakit yang
bersifat angina, dingin, lembab, panas atau pathogen menular, sedangkan yang
dari dalam tubuh dapat berupa lemahnya fungsi Pi/Limpa dan Wei/Lambung,
Qi tidak normal dari Gan/Hati menyerang Pi/Limpa, dan kekurangan Shen
Yang, dan lain-lain. Penyebab nya antara lain (Sim Kie Jie, 2008) :
a) Terserang patogen luar
b) Terganggu oleh makanan dan minuman
c) Emosi berlebihan
d) Pi/Limpa dan Wei/Lambung lemah
e) Sindrom Shen Yang Xu Shuai/Yang dalam Shen (Ginjal lemah)

3. Penatalaksanaan Akupunktur dan Sindrom


a) Diare disebabkan pathogen dingin dan lembab
- Manifetasi : tinja cair, nyeri perut disertai borborygmus (karena adanya
dorongan gas di usus), nafsu makan menurun, demam, hidung
tersumbat, nyeri kepala. Lidah pucat, selaput lidah putih licin, nadi
lambat dan gemuk.
- Titik akupunktur : Fengmen, Zhongwan, Tianshu, Shenque, Zhusanli,
Dachangshu.
b) Diare disebabkan pathogen lembab panas
- Manifetasi : diare disertai nyeri perut, tinja kecoklatan dan berbau
busuk, dubur terasa panas, gelisah. Lidah kuning berminyak, nadi
cepat, licin, dan kuat.
- Titik akupunktur : dachangshu, quchi, zhongwan, zusanli, shangjuxu,
sayinjiao, yinglinquan.
c) Diare karena diet yang salah
9

- Manifestasi : diare disertasi kembung, ada uara keroncongan dari


perut, serta dorongan gas dari usus, makanan tidak tercerna dengan
baik, sering berssendawa, dan mengeluarkan bau tidak sedap. Lidah
selaput tebal, kotor,berwarna putih berminyak, nadi licin.
- Titik akupunktur : pishu, weishu, shangwan, zhongwan, neiguan,
tianshu, gongsun.
d) Diare karena lemahnya Limpa/Pi
- Manifestasi : bab berulang-ulang, tinja encer, nafsu makan berkurang,
nyeri ulu hati, perut kembung, muka pucat kekuningan, badan
lesu,lemas, lidah pucat, selaput lidah putih, nadi halus dan lemah.
- Titik akupunktur : zhongwan, suifen, pishu, tianshu, taibai, weishu,
dachangshu, zusanli.
e) Sindroma diare karena lemahnya Ginjal/Shen
- Manifestasi : diare yang berulang-ulang, nyeri perut dan kembung,
takut dingin, badan terasa dingin, pinggang dan lutut lemas, nyeri perut
berkurang stelah buang air besar, lidah pucat selaput lidah putih, nadi
tenggelam dan halus.
- Titik akupunktur : pishu, shenshu, zhongwan, zhangmen, zusanli, taixi,
tianshu.
f) Sindroma diare karena Gan/Hati menyerang Pi/Limpa
- Manifestasi : diare dan nyeri perut timbul ketika emosi abnormal dan
terasa lega setelah defekasi, dada terasa engap, bersendawa, nafsu
makan buruk, lidah merah muda, nadi tegang.
- Titik akupunktur : pishu, ganshu, zhongwan, tianshu, qimen, taichong,
zusanli, dan yanglingquan.
Diare dapat dikarenakan oleh berbagai faktor, pada waktu pengobatan
harus dengan teliti mengidentifikasikan jenis sindrom, memilih cara
pengobatan yang benar, mengobati akar penyakit. Selama masa pengobatan
mengharuskan pasien memperhatikan pola makan, makan dan minum
10

makanan-minuman yang tawar, tidak makan-minum makanan-minuman


dingin, pedas, berminyak, dan memperhatikan kebersihan makanan.

4. Mekanisme Kerja Akupunktur


Mekanisme terapi akupunktur untuk kasus diare ini yaitu dengan
menguatkan fungsi transportasi limpa dan mengurai lembab, meregulasi
fungsi usus, meredakan diare dengan titik Mu dari usus besar, titik Shu dan
titik xiàhé sebagai titik utama. Akupunktur mengobati diare memiliki khasiat
yang signifikan. Jika dikarenakan faktor gastroenteritis akut atau kolitis
ulseratif dan dehidrasi akibat diare yang terlalu sering, harus disertai dengan
pemberian infus yang sesuai. Selama masa pengobatan harus memperhatikan
makan makanan yang tawar, tidak makan makanan dingin, pedas, berminyak,
dan memperhatikan kebersihan makanan.
Pada prinsip terapi menghangatkan yang dan menyebarkan dingin bisa
dengan ditambahkan moksibusi pada titik akupunktur. Kombinasi dari
akupunktur dan moksibusi, membuat aktivitas qi lambung dan usus lancar,
fungsi menyimpan dan eliminasi sisa makanan normal, maka dengan
sendirinya stagnasi lembab bisa terurai, mencapai tujuan pengobatan yang
permanen (Sim Kie Jie, 2008.

5. Evidence based/ hasil penelitian


Judul : Acupuncture for Diarrhoea-Predominant Irritable Bowel Syndrome: A
Network Meta-Analysis, 2018
Peneliti : Lingping Zhu, Yunhui Ma, Shasha Ye, dan  Zhiqun Shu
DOI: https://doi.org/10.1155/2018/2890465
Tujuan penelitian: Untuk membandingkan khasiat dan efek samping
akupunktur, tanpa akupunktur, dan obat-obatan dalam pengobatan sindrom
iritasi usus besar yang didominasi diare.
Metode Penelitian: Ujicoba terkontrol acak (RCT) yang menilai efek
akupunktur dan obat-obatan diambil secara komprehensif dari database
11

elektronik (seperti PubMed, Cochrane Library, Embase, CNKI, Wanfang


Database, VIP Database, dan CBM) hingga Desember 2017. Dengan evaluasi
kualitas dokumen dan ekstraksi data, Analisis Meta Jaringan dilakukan
menggunakan model efek acak di bawah kerangka kerja frekuensi.
Hasil : Sebanyak 29 studi (n = 9369) dimasukkan; 19 adalah studi berkualitas
tinggi, dan 10 adalah studi berkualitas rendah. Pengobatan sindrom iritasi usus
besar yang dominan diare termasuk titik akupuntur umum seperti ST25, ST36,
ST37, SP6, GV20, dan EX-HN3.
Kesimpulan: Akupunktur dapat memperbaiki sindrom iritasi usus besar yang
didominasi diare lebih baik daripada obat-obatan dan memiliki efek samping
paling sedikit. Akupunktur palsu mungkin memiliki efek kuratif kecuali efek
plasebo. Kedepannya perlu dilakukan penelitian yang berkualitas untuk
membuktikan hasil tersebut. Pinaverium bromide juga memiliki efek kuratif
yang baik dengan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan obat lain.

BAB III
RESUME KASUS

1. Pengkajian
12

a. Data Umum
Dari pengkajian didapatkan data identitas pasien sebagai berikut nama Nn. I
berusia 7 tahun, agama Islam, dengan keluhan BAB Cair dan intnsiatasnya
5x/hari,yang dilaksanakan pada tanggal 08 April 2021 di MAC Klinik.
b. Pemeriksaan Vital Sign
Pada pemeriksaan vital sign pada Nn. I didapatkan hasil sebagai berikut tekanan
darah 110/80 mmHg, pemeriksaan respirasi 18 kali/menit, pemeriksaan denyut
nadi 73 kali/menit, suhu tubuh 36,5° C dengan berat badan 26 kilogram dan
tinggi badan 121 centimeter. Pada pemeriksaan lidah didapatkan bahwa otot
lidah merah, ukuran lidah gemuk, dengan selaput putih tebal permukaan basah,
tidak mengelupas, ada tapak gigi, ada fisura di tengah, tidak ada bercak
sianotik.
c. 4 Cara Pemeriksaan
1) Wang (Penglihatan)
Pada pengkajian Wang Nn. I didapatkan pemeriksaan Shen terlihat lemas,
tampak kurang bersemangat, sinar mata sayu, ekspresi umum sayu dan lesu,
kesadaran sadar penuh, posisi tubuh pasien agak bungkuk. Pada pengamatan
kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada kelainan anatomis. Sedangkan
keadaan keringat pada saat dilakukan berkeringat biasa. Pasien Nn. I dapat
berjalan bebas pergeraannya, tidak terdapat gangguan gerak lain.
Pada pemeriksaan lidah didapatkan data warna otot lidah merah muda ada
selaput putih, otot lidah gemuk, pergerakan ototnya tidak tremor.
2) Wen (pendengaran dan penciuman)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Nn. I
terdengar jelas, namun lemas, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk.
Pada pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan
tidak ada bau mulut pada pasien.
3) Wun (Anamnesa)
13

Pengkajian dilakukan pada tanggal 08 April 2021 dengan cara auto –


anamnesa. Dari pengkajian didapatkan data Nn. I usia 7 tahun datang dengan
BAB cair dengan 5x/hari dan perut terasa nyeri. Dengan keluhan tambahan
Perut terasa mual,nyeri, badan lemas. Status diet baik, dengan frekuensi 3
kali sehari dengan porsi kecil. Nn. I memiliki kencenderungan menyukai
jenis makanan gorengan, asin dan pedas. Frekuensi minum Nn. I yaitu
kurang lebih 5 kali sehari dengan volume kurang lebih 1 liter dalam sehari,
cenderung menyukai air mineral dengan suhu hangat. Pada pemeriksaan
BAK didapatkan data bahwa buang air kecil (BAK) frekuensinya 4 – 5 kali
sehari dengan jumlah sedang, warnanya kekuningan dan jernih, tidak
terdapat darah dan nanah pada urinnya, serta 3x buang air pada malam
harinya. Pada pemeriksaan BAB didapatkan data bahwa buang air besar
(BAB) frekuensinya 5 x di pagi hari dengan konsistensi cair berlendir, tidak
berbentuk, berwarna kekuningan, mengejan normal dan tidak terdapat darah.
Pada organ limpa dan lambung ada Gangguan kembung, ada mual, diare
dan nyeri di perut. Pada organ paru dan usus besar ada diare berlendir.
4) Perabaan dan Palpasi (Cie)
Pada hasil pemeriksaan nadi pada Nn. I didapatkan hasil kedalaman nadi
dalam, kecepatan nadi lambat, ukuran nadi normal, kekuatan nadi lemah dan
benang. Deferensiasi cun kiri teraba superfisial, guan kiri teraba dalam, dan
chi kiri teraba lemah, sedangkan cun kanan teraba kuat normal, guan kanan
teraba dalam, chi kanan teraba lemah.

Kiri Kanan
Kuat Normal
Cun
Superfisial

Guan Dalam
Dalam

14

Chi
Lemah Lemah

d. Pemeriksaan Tambahan
Pasien Nn. I tidak mencantumkan hasil pemeriksaan tambahan.

2. Diagnosis
a. Analisis
1) Analisa Data Umum
Pada pemeriksaan vital sign pada Nn. I didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 110/80 mmHg, tekanan darah tersebut menandakan tekanan
darah rendah. Menurut American Heart Assosiaciation tekanan darah
sistolik secara konsisten berkisar antara 120 – 129 mmHg dan diastolik <60
mmHg. Pemeriksaan respirasi 18 kali/menit. Menurut WHO, pengukuran
respirasi normal pada anak-anak, yaitu 16 – 20 kali/menit. Pemeriksaan
denyut nadi 73 kali/menit. Menurut WHO, pemeriksaan denyut nadi
normal pada anak-anak, yaitu 70 – 80 kali/menit. Suhu tubuh 36,5° C.
Menurut hasil penelitian dari dokter berkebangsaan Jerman bernama Carl
Wunderlich, suhu tubuh normal orang dewasa: 36,5-37,5° C. Berat badan
26 kilogram dan tinggi badan 121 centimeter. Berdasarkan perhitungan
Body Mass Index (BMI), tergolong memiliki status berat badan yang
cukup. Nn. I tidak memiliki alergi.
2) Analisa data pengamatan (Wang)
Berdasarkan data Wang (pengamatan) keadaan semangat dari Nn I
tampak kurang bersemangat, sinar mata sayu, ekspresi umum sayu dan
lesu, kesadaran sadar penuh dan dapat dianalisa bahwa pasien itu
mempunyai defisisien Qi. Pada Sing Tay terdapat data posisi tubuh pasien
agak bungkuk menunjukkan defisien . Pada pengamatan kulit tubuh,
15

hidung, mata, bibir tidak ada kelainan anatomis. Sedangkan keadaan


keringat pada saat dilakukan anamnesa pasien Nn. I berkeringat biasa.
Pada pengamatan lidah didapatkan data warna otot lidah merah muda ada
selaput putih menunjukkan adanya defisiensi dan dingin. Otot lidah
gemuk menunjukkan defisiensi. Selain itu kebasahan cukup lembab
menandakan keadaan cairan tubuh, dan pergerakan ototnya tidak tremor.
3) Analisa data pendengaran dan Penciuman (Wen)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Nn. I
terdengar lemah, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk. Pada
pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan tidak
ada bau mulut pada pasien. Menurut Saputra (2017), suara yang lemah
menunjukkan sindrom defisien. Pada pemeriksaan Nn. I didapatkan suara
lemah dan tidak ada bau mulut.
4) Analisa data Wun (anamnesa)
Berdasarkan data Wun (anamnesa) pasien Nn. I, 7 tahun datang dengan
keluhan utama BAB cair ± 2 hari yang lalu dengan keluhan tambahan
perut terasa mual dan nyeri. Dilakukan penekanan pada ashe point,
meridian limpa dan lambung. Pasien merasakan enak saat dilakukan
penekanan. Riwayat penyakit pasien Nn. I memiliki riwayat sakit
keturunan dari bawaan atau dari orang tua yaitu jantung coroner. Dari
pertanyaan khusus kepada pasien Nn. I didapatkan data pasien
menyatakan sering berpikir, merasakan dingin yang menunjukkan adanya
faktor dingin. Keadaan BAB (Buang Air Besar) sehari 5x dan tinja yang
lembek dan berlendir menunjukkan adanya defisiensi limpa, dan keadaan
BAK (Buang Air Kecil) urin banyak yaitu 3 kali pada malam hari. Dari
nafsu makan pasien Nn. I baik. Kebiasaan makan pedas sehingga
menyebabkan diare. Suka minum hangat, sering haus tetapi tidak suka
minum.
5) Analisis Data Cie (palpasi atau perabaan)
16

Berdasarkan data Cie (palpasi) pada nadi didapatkan nadi secara umum
tenggelam, lambat, lemah yang menunjukkan defisiensi. Terapi pada
kasus Nn. I dilakukan pada area Ashe Point, dan titik akupunktur. Pada
palpasi (Cie) didapatkan area Ashe Point yaitu di abdomen.
b. Diagnosis Sindrom
Nn. I, usia 7 tahun dengan keluhan BAB cair dengan sindrom Defisiensi Yang
Limpa.

3. Perencanaan Terapi Akupunktur


Rencana tindakan pada tanggal 08 April 2021 adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Terapi
Prinsip terapi pada Nn. I adalah :
a) Menguatkan limpa dan menghilangkan kelembapan,
b) Tonifikasi Yang Limpa,
c) Menguatkan limpa dan menyelaraskan lambung
2) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : stetoskop, sphygnomanometer,
termometer, bengkok, kom+ tutup, safety box, jarum halus (filiform needle)
ukuran 1 cun dan 0,5 cun, kapas, alkohol 70%, elektrostimulator, TDP.
3) Titik Akupunktur
Titik akupunktur yang digunakan : Pishu (BL 20), Zhangmen (LV 13), Taibai
(SP 3), Zhongwan (CV12), Zusanli (ST 36), Fenglong (ST 40), Hegu (LI 4),
Sanyinjiao (SP 6), Neiguan (PC 6), Baihui (GV 20).
4) Modalitas
Dengan modalitas jarum akupunktur, TDP.
5) Jadwal terapi
Melakukan terapi 1-2 kali dalam seminggu.

4. Pelaksanaan Terapi Akupnktur


17

Setelah pasien bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan, terapi


akupunktur dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati. Terapi dilakukan selama 1
minggu 2x terapi diharapkan dapat mengurangi keluhan yang dirasakan pasien Nn.
I. Pelaksanaan terapi akupunktur dilakukan dengan berbagai tahapan seperti
menyiapkan peralatan, kemudian melakukan vital sign dan menanyakan seputar
keluhan Nn. I. Setelah anamnesa selesai terapis mempersilahkan Nn. I berbaring di
bed yang telah disediakan dan memposisikan pasien dalam keadaan terlentang dan
pasien merasa nyaman saat dilakukan terapi akupunktur. Pertama dilakukan
penusukan pada titik Pishu (BL 20), Zhangmen (LV 13), Taibai (SP 3), Zhongwan
(CV12), Zusanli (ST 36), Fenglong (ST 40), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Neiguan (PC 6), Baihui (GV 20). Terapi ini dilakukan selama 15 menit
menggunakan metode tonifikasi, dengan menggunakan TDP dengan tujuan
dilakukan untuk memberi penghangatan pada titik akupunktur dengan tujuan
untuk menguatkan Yang Qi dan mengusir pathogen dingin selama 15 menit. Saran
dan anjuran yang dapat diberikan kepada pasien hindari makan pedas, jangan
terlalu banyak berfikir. minum yang teratur kurang lebih 8 gelas perhari, dan
Istirahat yang cukup.

5. Evaluasi
a) Jumat/08 April 2021 : pasien Nn. I menyatakan sudah ada perubahan dimana
diare sudah berkurang frekuensinya. Pada area Ashe Point sudah tidak terasa
sakit saat ditekan..
b) Senin/11 April 2021 : dilakukan penusukkan seperti pada titik-titik
akupunktur sebelumnya, ditambah dengan penusukkan untuk titik penenang.
Modalitas terapi yang digunakan berupa TDP (Termal Deep Penetration)
selama 15 menit, hal ini sesuai dengan prinsip terapi yaitu tonifikasi.
c) Rabu/14 April 2021 : Pada pemeriksaan akhir sesudah melakukan terapi
akupunktur didapatkan anamnese data: kondisi pasien yang sudah mengalami
perubahan, BAB lancar, nafsu makan normal 3x sehari, nyeri di perut dan
18

mual tidak lagi dirasakan oleh pasien. Dari pengamatan lidah: warna merah
muda, selaput tipis agak putih, kelembapan cukup. Dari pemeriksaan lidah
sudah ada perubahan. Dari pengamatan SHEN (keadaan jiwa): pasien
bersemangat, ceria.

6. KESIMPULAN

1. Nn. I berusia 7 tahun dengan keluhan BAB cair sudah 2 hari yang lalu, sehari
bisa 5x bab dan saat BAB perut terasa nyeri sebelah kanan bawah dan mual,
dengan keluhan tambahan badan lemas. Bila perut ditekan atau dikompres air
hangat terasa nyaman, di dapatlan kesimpulan sindrom yaitu defisiensi Yang
Limpa.
2. Prinip Terapi yang akan dilakukan : Menguatkan limpa dan menghilangkan
kelembapan, Tonifikasi Yang Limpa, Menguatkan limpa dan menyelaraskan
lambung.
19

DAFTAR PUSTAKA

Gastroenterologi, unit anak RSCM/FKUI, Jakarta


Jie,Sim Kie. 2002. Dasar Teori Ilmu Akupunkture. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Ngastiyah (2000), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Saputra koosnadi & Idayanti Agustin,(2007), Akupunktur Indonesia. Edisi 1.

Suharyono (2000 dan 2003), Klasifikasi diare akut, Dokumentasi Sub Bagian
Suharyono(2003), Diare Akut Klinik dan Laboratorik, EGC, Jakarta
Sutanto dkk (1987), Terapi Akupunktur ,PT Grafidian jaya, Jakarta.
Xinghua, B. (1996). Acupuncture in Clinical Practice. London:
Butterworthheineman.

Xuemin, S. (2007). Acupuncture and Moxibustion. China: Higher Education Press.


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
Jurusan Akupunktur

FORMULIR
PENATALAKSANAAN AKUPUNKTUR
Identitas Pasien Form 0-1
Nama Pemeriksa/ Lenny Dwinijanti
Terapis
Tempat Periksa MAC Klinik

F. PENGKAJIAN Form 0-2


Data Umum
Tanggal Periksa 0 8 - 0 4 - 2 0 2 1 Kunjungan Ke: 1 No RM

Nama Pasien Nn. I Laki-laki* Perempuan*


Tanggal Lahir 1 2 - 0 3 - 2 0 1 4 Usia saat diperiksa 7 /1 bln Tahun/bulan*
Alamat Apartemen Kalibata Blok A No8/8 Jakarta Selatan

No. telepon 0 8 1 3 1 9 8 1 2 0 1 1
Agama Islam Pendidikan Terakhir SD
Pekerjaan Pelajar Status Pernikahan* Sudah Belum
Rujukan dari

Vital Sign Form 2-1


Tekanan darah 110/80 mmHg Frekuensi nadi 73 / menit
Respirasi 18 / menit Suhu tubuh 36,5 ° Celsius
Berat badan 26 kilogram Tinggi badan 121 centimeter
Kondisi umum* Compos mentis Sopor Somnolen Delirium Coma
Catatan Alergi Form 2-2
Riwayat alergi* Tidak ada/ Ada, Tidak ada alergi
terhadap:
Diagnosis Medis (jika ada) Form 2-3
Sebutkan diagnosis medis dari dokter yang merawat/merujuk
Defisiensi Yang Limpa

Anamnesis Form 2-4


Keluhan Utama: Diare 5x sehari Auto/ Allo Pada:
anamnesis )* ...................................
1

Riwayat (menjelaskan secara rinci riwayat keluhan utama yang saat ini dirasakan)
Penyakit
Sekarang: Pasien datang dengan keluhan diare 5x sehari sudah 2 hari yang lalu , perut terasa
nyeri, dengan skala nyeri 5

Keluhan Perut terasa nyeri


Tambahan

Riwayat Tidak ada


Penyakit
Dahulu

Riwayat Tidak ada


Penyakit
Keluarga/
Lingkungan

Riwayat Terapi Tidak ada


atau Obat-
obatan yang
dikonsumsi
Kondisi/ Pemikir
Kecenderungan
Emosi
Aktivitas sehari- Sekolah online dan bermain
hari dan Olah
raga

Istirahat dan Tidak ada


tidur

Status Emosi
Marah Tidak terlihat
Khawatir Tidak terlihat
Berpikir Ada
Sedih Tidak terlihat
Gembira Tidak terlihat
Takut & Terkejut Tidak terlihat
Merenung Tidak terlihat
Status Diet Form 3-1
Makanan Nafsu makan )* Tidak ada/ Kurang/ Sedikit/ Baik/ Berlebihan
Frekuensi makan )* 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Jenis makanan Berkuah
Porsi makan Setengah centong
Kecenderungan rasa manis/ asam/ pahit/ asin/ pedas/ tawar/ tidak ada
Camilan Krupuk
Minuman Frekuensi minum )* 2x 3x 4x 5x ≥8x gelas/ hari

1|Halaman
2

Jenis minuman Air mineral


Panas/dingin Dingin
Status BAB-BAK Form 3-2
Buang Air Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Besar Konsistensi Cair Darah* Ada Tidak
Bentuk Cair Warna kuning
Mengejan/tidak Tidak mengejan
Buang Air Kecil Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Jumlah Sedang
Warna Bening kekuningan Darah* Ada Tidak
Kepekatan Tidak pekat Nanah* Ada Tidak
BAK malam hari Tidak
Status Lokalis (jika ada) Form 3-3
Lokasi Perut

Penampilan Tidak tampak benjolan


Luar
Pergerakan/ Dapat bergerak bebas
ROM

Sensasi* Seperti semut


Nyeri Panas Gatal Baal/Kebas
merayap
Palpasi Ketika ditekan perut terasa sakit

Skala Nyeri)* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar
skematis
(jika perlu)

Status Ginekologis (pasien perempuan) Form 3-4


Gestasi (G) Partus (P) Aborsi (A)
.............. Kali hamil ...... Kali melahirkan .........Kali
keguguran
Menstruasi Tanggal mens terakhir -
Jarak antar mens -
Lama mens -
Frekuensi Teratur/ Tidak Teratur )*
Nyeri -
Warna mens -
Volume darah Sedikit/ Sedang (normal)/ Banyak )*
Bekuan darah -
Keputihan Jumlah -
Warna -
Bau -
Gatal -
Kehamilan Kehamilan ke-
(jika pasien Usia kehamilan
sedang hamil) Masalah selama
2|Halaman
3

kehamilan
Status Pediatri (jika perlu) Form 4-1
Lama 39 minggu Masalah selama Tidak ada
kehamilan kehamilan
Berat badan 3,00 Kg Masalah selama Tidak ada
lahir persalinan
Panjang badan 49 Cm Lama menyusu 1,5 tahun
lahir
Penyakit Tidak ada Vaksinasi yang pernah Lengkap
selama bayi didapat
Manifestasi klinis pada Sindroma Organ/Meridian Form 4-2
Hati/Kandung Tidak ada keluhan
Empedu

Jantung/Usus Tidak ada keluhan


Halus

Limpa/ Diare
Lambung

Paru-paru/ Tidak ada keluhan


Usus Besar

Ginjal/Kandung BAK lancar dan tidak ada keluhan


Kemih

Sindroma Tidak ada


lainnya
(mencakup:
meridian, Wei-
Qi-Jing-Xue,
faktor patogen,
substansi vital,
dsb.)
Lidah Form 5-1
Otot Lidah Warna Merah muda
Ukuran Gemuk
Tapak gigi Tidak ada
Bercak sianotik Tidak ada
Fisura Tidak tampak
3|Halaman
4

Selaput Lidah Warna Putih


Tebal/tipis Tebal
Permukaan Basah
Mengelupas Tidak mengelupas
Bawah Lidah Kondisi vena Tidak ada
Gamb
ar Lidah
Nadi (lingkari yang ditemukan) Form 5-2
Kedalaman* Superfisial (Fu) Normal Dalam/Tenggelam (Chen)
Kecepatan* Cepat (Shu) Normal Lambat (Huan)
Ukuran* Besar (Hong) Normal Tipis (Xi)
Kekuatan* Sangat Kuat (Shi) Kuat Normal Lemah (Xu)
Diferensiasi Kiri Kanan
Lokasi Cun Cun Normal
Superfisial
寸 寸
Guan Guan Dalam
Dalam
关 关
Chi Chi
Lemah Lemah
尺 尺
Pemeriksaan Tambahan (jika perlu) Form 5-3
Mencakup pemeriksaan panca indera, pemeriksaan fisik (head to toe),pemeriksaan spesifik: neurologi, dermatologi, penyakit dalam,
genetik, obstetri-ginekologi, dsb.
Tidak ada pemeriksaan tambahan

Pemeriksaan Laboratorium (jika ada) Form 5-4


Hemoglobin GDS Kolesterol total
Eritrosit GDP Trigliserida
Leukosit GD 2 jam PP LDL
Trombosit HbA1C HDL
LED SGOT Rasio LDL/HDL
Asam urat SGPT Ureum
GGT Kreatinin
Pemeriksaan Meliputi pemeriksaan kimia darah lain, imunologi,
feses, urin, radiologis, EKG, EEG, dsb.
Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Lainnya

G. DIAGNOSIS AKUPUNKTUR

III. ANALISIS DATA


Optional
Hari/ Tanggal Data Fokus Masalah/Problem
4|Halaman
5

/Jam
Jumat/08 April DO: Pasien tampak normal dengan badan tetgak. Diare karena Sindrom Defisiensi Yang
2021/ 10.00 Composmentis, tidak ada obat yang dikonsumsi. Limpa
DS: Pasien datang dengan keluhan diare 5x sehari
sudah 2 hari yang lalu, perut terasa nyeri
ketika ditekan, dengan skala nyeri 5.

IV. Diagnosis Akupunktur


Hari/ Tanggal Rumusan Diagnosis Akupunktur ( PES)

Jumat/08 April 2021 Nn. I berusia 7 tahun datang dengan keluhan diare 5x sehari sudah 2 hari yang lalu,
perut terasa nyeri ketika ditekan, dengan skala nyeri 5.

H. PERENCANAAN TERAPI AKUPUNKTUR


Nn. I berusia 7 tahun dengan keluhan diare 5x sehari sudah 2 hari yang lalu, perut terasa nyeri ketika
ditekan. Dengan skala nyeri 5. Akan dilakukan tereapi akupunktur dengan prinsip terapi menguatkan
limpa dan menghilangkan kelembapan, tonifikasi Yang Limpa, menguatkan limpa dan menyelaraskan
lambung. Dengan sindrom defisiensi Yang limpa kemudian dilakukan desinfeksi pada area yang akan
ditusuk. alat dan bahan yang digunakan terapi akupunktur yaitu elektrostimulator, jarum akupunktur
berukuran 1, dan ½ cun, kapas, bengkok, tempat jarum bekas, termometer, tensi meter. Hand sanitizer dan
alkohol 70%. Posisi pasien saat dilakukan terapi terlentang. Posisi ini disesuaikan dengan kenyamanan
pasien saat dilakukan terapi akupunktur serta disusuaikan dengan lokasi penusukan. Titik akupunktur
yang digunakan yaitu titik utama Pishu (BL 20), Zhangmen (LV 13), Taibai (SP 3), Zhongwan (CV 12),
Zusanli (ST 36), Fenglong (ST 40). Dan titik diferensial yaitu Hequ (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Neiquan
(PC 6), Baihui (GV 20). Frekuensi terapi 2 hari sekali sebanyak 5 kali terapi.

RENCANA TINDAKAN
Hari/Tanggal Rencana Tindakan Nama, TTD
Jumat/08 April Nn. I berusia 7 tahun
2021 Vital sign TD: 110/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 73 kali/menit, BB: 26 Kg, TB:
121 cm.
Dengan keluhan diare 5x sehari sudah 2 hari
yang lalu, perut terasa nyeri ketika ditekan. Lenny Dwinijanti
Dengan skala nyeri 5. Dilakukan penusukan
pada titik akupunktur: Pishu (BL 20),
Zhangmen (LV 13), Taibai (SP 3), Zhongwan
(CV 12), Zusanli (ST 36), Fenglong (ST 40),
Hequ (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Neiquan (PC
6), Baihui (GV 20).
I. PELAKSANAAN TERAPI AKUPUNKTUR

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Jumat/08 April Nn. I, usia 7 tahun datang dengan keluhan
2021 utama BAB cair ± 2 hari yang lalu dengan
keluhan tambahan perut terasa mual dan
nyeri. Skala nyeri 5, pemeriksaan vital sign
tekanan darah 110/80 mmHg, Pemeriksaan
denyut nadi 73 kali/menit, Suhu tubuh 36,5° Lenny Dwinijanti
C. Berat badan 26 kilogram dan tinggi badan
121 centimeter.
Titik akupunktur yang digunakan : Pishu (BL
20), Zhangmen (LV 13), Taibai (SP 3),
Zhongwan (CV12), Zusanli (ST 36), Fenglong
(ST 40), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Neiguan (PC 6), Baihui (GV 20).

5|Halaman
6

J. EVALUASI AKUPUNKTUR

Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD


Tindak Lanjut
Jumat/08 April Nn. I, usia 7 tahun datang dengan
2021 keluhan utama BAB cair ± 2 hari yang lalu
dengan keluhan tambahan perut terasa Lenny Dwinijanti
mual dan nyeri. Skala nyeri 5. Pasien
akan dijadwalkan untuk terapi
selanjutnya

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Senin/12 April Nn. I, usia 7 tahun datang dengan keluhan
2021 utama BAB cair ± 2 hari yang lalu dengan
keluhan tambahan perut terasa mual dan
nyeri. Skala nyeri 5, pemeriksaan vital sign Lenny Dwinijanti
tekanan darah 120/80 mmHg, Pemeriksaan
denyut nadi 73 kali/menit, Suhu tubuh 36,5°
C. Berat badan 26 kilogram dan tinggi badan
121 centimeter.
Titik akupunktur yang digunakan : Pishu (BL
20), Zhangmen (LV 13), Taibai (SP 3),
Zhongwan (CV12), Zusanli (ST 36), Fenglong
(ST 40), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Neiguan (PC 6), Baihui (GV 20).
Gambar Lidah:

EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Senin/12 April Nn. I, usia 7 tahun datang dengan keluhan
2021 utama BAB cair ± 2 hari yang lalu dengan
keluhan tambahan perut terasa mual dan
nyeri. Skala nyeri 5. Setelah dilakukan terapi Lenny Dwinijanti
yang kedua Pasien menyatakan nyerinya
sudah berkurang dari 5 menjadi 3 dan diare
sudah reda , tidak ada rasa mual lagi

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Rabu/14 April Nn. I, usia 7 tahun datang dengan keluhan
2021 utama BAB cair ± 2 hari yang lalu dengan
keluhan tambahan perut terasa mual dan
nyeri. Skala nyeri 3, pemeriksaan vital sign
tekanan darah 120/80 mmHg, Pemeriksaan Lenny Dwinijanti
denyut nadi 73 kali/menit, Suhu tubuh 36,2°
C. Berat badan 26 kilogram dan tinggi badan
121 centimeter.
Titik akupunktur yang digunakan : Pishu (BL
20), Zhangmen (LV 13), Taibai (SP 3),
Zhongwan (CV12), Zusanli (ST 36), Fenglong
(ST 40), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Neiguan (PC 6), Baihui (GV 20).
Gambar Lidah :

6|Halaman
7

EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Rabu/14 April Nn. I, usia 7 tahun datang dengan keluhan
2021 utama BAB cair ± 2 hari yang lalu dengan
keluhan tambahan perut terasa mual dan
nyeri. Skala nyeri 3, Setelah dilakukan terapi
yang ke tiga Pasien menyatakan nyerinya Lenny Dwinijanti
sudah berkurang dari 3 menjadi 0 dan diare
sudah reda , tidak ada rasa mual lagi

Pengesahan Status Klien


Akupunktur Terapis Pembimbing Lapangan

Nama: Lenny Dwinijanti Nama : dr. Nabila Gusrina Dewita

7|Halaman
8

LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap : Miranda
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Maret 1985
Nomor KTP : 31730544030000007
Alamat : Apartemen Kalibata Blok A No8/8
Jakarta Selatan

Menyetujui segala pemeriksaan dan tindakan akupunktur yang akan diberikan kepada*) diri saya
sendiri/ suami/ istri/ ayah/ ibu/ anak/ lainnya (sebutkan)___________________________ :
Nama Lengkap : Indah Rantyani
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Maret 2014
Nomor KTP : -31730544030000007
Alamat : Apartemen Kalibata Blok A No8/8
Jakarta Selatan
sesuai dengan standar dan etika profesi akupunktur terapis.
Saya mengerti sepenuhnya dan dapat menerima segala pemeriksaan dan tindakan yang akan
diberikan, beserta segala risiko dan efek samping yang mungkin muncul, yang telah dijelaskan oleh
pemeriksa; dan tidak akan mengajukan tuntutan hukum apabila risiko dan efek samping tersebut
terjadi.
Demikianlah surat persetujuan ini saya isi dan tanda tangani dengan penuh kesadaran, tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.
Ditandatangani di Jakarta, tanggal 08 April 2021
Saksi 1, Yang membuat pernyataan,

Amelia K.S Miranda

Saksi 2, Pemeriksa/ Terapis,

*) pilih salah satu Lenny Dwinijanti

8|Halaman
LAPORAN KASUS SISTEM ENDOKRIN

PRAKTIK KLINIK II ALIH JENJANG

”GOUT ARTHRITIS ”

Nama: Lenny Dwinijanti


NIM : P27240020130

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA PRODI SARJANA TERAPAN


AKUPUNKTUR DAN HERBALJURUSAN AKUPUNKTUR
TAHUN 2021
1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Ini Telah Diperiksa, Dan Mendapatkan Persetujuan Dan
Pengesahan Dari Pembimbing Praktik Klinik Akupunktur IIAlih Jenjang Prodi
Sarjana Terapan Akupunktur Dan Pengobatan Herbal Jurusan Akupunktur
Politeknik Kesehatan Surakarta

Jakarta, 24 Mei 2021

Disusun Oleh: Disetujui Oleh :

Lenny Dwinijanti Heni Nur Kusumawati, SKM,M.Kes


NIM P27240020130 NIP: 19710426 199803 2002

1|Halaman
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kasus Gout
Arthristis  ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada laporan kasus praktik II Alih Jenjang D4 Akupunktur. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang terapi
insomnia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Nur Kusumawati,
SKM,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
 yang telah membimbing tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terlaksananya praktik kerja lapangan ini
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 24 Mei 2021

Penulis

2|Halaman
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PKL…………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gout Arthristis Menurut Teori Kedokteran .......................................... 6
1. Pengertian Gout Arthristis.................................................................. 6
2. Etiologi ............................................................................................. 7
3. Patofisiologi Gout Arthristis……………………………………… 7
4. Manifestasi Klinis Gout Arthristis……………………………… 9
4. Terapi Gout Arthristis ………………………………………………10
5. Komplikasi Gout Arthristis………………………………………… 11
6. Konsep Nyeri ……………………………………………………… 12
B. Gout Arthristis Menurut Ilmu Akupunktur…………………………… 13
1. Pengertian ………………………………………………………… 13
2. Etiologi ………………………………………………………….. 15
3. Patofisiologi Gout Arthristis ……………………………………… 16
3. Deferensiasi Sindrom………………………………………………17
4. Penatalaksanaan Terapi Akupunktur ………………………………20
5. Perencanaan Terapi Akupunktur …………………………………...23
6. Modalitas Terapi Akupunktur …………………………………….. 25
4. Mekanisme Kerja Akupunktur ………………………………….. 29
5. Evidence Based/Hasil Penelitian………………………………… 30

BAB III RESUME KASUS


1. Pengkajian …………………………………………………………..31
2. Diagnosis Akupunktur………………………………………………33
3. Perencanaan Terapi Akupunktur…………………………………...35
4. Pelaksanan Terapi Akupunktur……………………………………. 36

3|Halaman
4

5. Evaluasi Terapi………………………………………………………36
6. Kesimpulan…………………………………………………………..37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….………..... 38

4|Halaman
5

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gout, akibat hiperurisemia di atas 390 mmol / l (6,5 mg / dl), sering
dikaitkan dengan gangguan metabolisme lainnya. Karena mengubah pola makan
dan gaya hidup lainnya kebiasaan, setidaknya 12% dari semua orang dewasa di
negara industri sekarang terkena asam urat. Dalam Studi Framingham, 9,2% pria
dan 0,4% wanita mengalami hiperurisemia, dan 19% di antaranya menderita asam
urat . Pengelolaan penyakit asam urat umumnya membutuhkan penggunaan
kombinasi agen anti-inflamasi dan penurun urat, termasuk kolkisin, NSAID dan
glukokortikoid (antiinflamasi), serta probenesid dan allopurinol (penurun urat).
Sedangkan agen penurun urat ini
efektif secara fisiologis (dengan rekomendasi dari European League Against
Rheumatism menyarankan bahwa target serum urate 6.0 mg / dl adalah optimal
mengurangi serangan), penelitian menunjukkan bahwa kualitas asam urat
manajemen biasanya buruk, karena kesabaran dan masalah dokter. Meski ada
keuntungan jangka pendek pengobatan obat untuk asam urat, farmakologis jangka
panjang pengobatan seringkali menimbulkan efek samping.
Sebuah angka OAINS tersedia untuk mengobati gout akut yang kambuh.
Obat-obatan yang lebih baru, lebih baik dan lebih aman masih dibutuhkan. Oleh
karena itu, penelitian terbaru berfokus pada pengobatan komplementer dan
alternatif (CAM) sebagai pengobatan yang efektif untuk artritis gout tanpa efek
samping yang signifikan.
Akupunktur adalah fokus yang sangat berguna karena memang demikian
populer di kalangan pasien, terutama untuk kondisi yang berhubungan dengan
nyeri [4]. Pada banyak penyakit, preferensi untuk pengobatan non-farmakologis
telah menghasilkan peningkatan promosi
dan penyediaan pengobatan komplementer, dengan akupunktur menjadi salah satu
pilihan yang paling populer. Sebagai contoh, pada Mei 2009, Institut Kesehatan
Nasional Inggris dan

5|Halaman
6

Clinical Excellence merekomendasikan akupunktur sebagai pilihan pengobatan


yang tepat untuk pasien dengan persisten nyeri punggung bawah yang tidak
spesifik.
Di antara CAM saat ini, efektivitas akupunktur telah diperdebatkan. Ada
beberapa uji coba terkontrol secara acak China (RCT) dari pengobatan akupunktur
untuk artritis gout, tetapi belum ada sistematiknya review dan meta-analisis
akupunktur untuk gout arthritis. Jadi, kami melakukan laporan ringkas ini dari
pendekatan sistematis dan meta-analisis untuk meringkas dan menilai secara kritis
bukti dari RCT yang membuktikan bahwa akupunktur efektif sebagai pengobatan
untuk artritis gout.

6|Halaman
7

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Gout Arthritis Menurut Ilmu Kedokteran


1. Pengertian Gout Arthritis
Menurut American College of Rheumatology (2012), gout
arthritis adalah suatu penyakit & potensi ketidakmampuan akibat
radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri
dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout arthritis
adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak & nyeri yang paling
sering di sendi besar jempol kaki (Khanna D. 2012 A).

Gambar 2.1 Gout


(Nierengarten,2019).

Gout arthritis tidak hanya pada Ibu Jari saja, namun dapat
juga mempengaruhi sendi lain termasuk, pergelangan kaki, lutut,
lengan, pergelangan tangan, siku, bahkan kadang di jaringan lunak
dan tendon. Seringnya terjadi pada satu sendi di suatu satu waktu
saja. Namun bisa menjadi semakin parah dari waktu ke waktu dan
dapat terjadi pada beberapa sendi sekaligus (Khanna D. 2012 A).

7|Halaman
8

Gambar 2.2. Persendian Yang Terkena Gout (Theodore, 2017)

Gout arthritis merupakan istilah yang dipakai untuk gangguan


metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia). Penyakit gout arthritis merupakan penyakit akibat
penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh sehingga
menyebabkan nyeri sendi disebut gout artritis.

2. Etiologi Gout Arthritis


Berdasarkan penyebabnya, Gout Arthritis dibagi 2 (dua) yaitu :
a. Gout primer

Penyebabnya belum diketahui secara pasti (idiopatik). Hal ini


diperkirakan terkait dengan kombinasi faktor genetik & faktor
hormonal, yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat Hiperurisemia
atau berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat
menyebabkan terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah
kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui. Berdasarkan
data : 99% kasus adalah gout & hiperurisemia primer. Gout arthritis
primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari
hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena
produksi yang berlebih (10-20%).
b. Gout sekunder

8|Halaman
9

Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : Kelainan


yg menyebabkan peningkatan biosintesis de novo. Kelainan yang
menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam
nukleat. Kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.
Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo
terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT
pada syndome Lesh- Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate
pada glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan
enzim fructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob.
Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan
karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP
atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan
pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk
IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan
hiperurisemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam
beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan
filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence dan
pemakaian obat-obatan.

3. Patofisiologi Gout Arthritis


Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria
dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl.
Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl
dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan
gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan
secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan
dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang
berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang
dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari
kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu

9|Halaman
10

ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Penurunan urat serum


dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya
dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi
metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat
serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan
asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat
untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada
temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan,
dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada
kedua tempat tsb.

4. Manifestasi Klinis Gout Arthritis


Gout arthritis terjadi dalam 4 tahap. yaitu:
a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut) :
Pada laki-laki : sakit pertama kali pada umumnya terjadi antara usia 40-
60 tahun. Pada Perempuan : P setelah usia 60 tahun pada perempuan.
Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk tidak lazim gout artritis, yang
mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik,
penyakit ginjal atau penggunaan siklosporin. Pasien tidur tanpa ada
gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak
dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan
hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil dan merasa
lelah, disertai lekositosis & peningkatan endap darah. Gambaran
radiologis hanya didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak
periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa
terapi sekalipun. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika
tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang
lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau
bahkan beberapa sendi sekaligus.
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)

10 | H a l a m a n
11

Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang
waktu 1- 10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun.
Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa
bahwa dirinya pernah menderita serangan gout arthritis akut. Atau
menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya
dengan penyakit gout arthritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun- tahun tanpa
gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yg ditandai dengan
serangan artritis yang khas seperti diatas.
Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang
jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama
makin rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan
jumlah sendi yang terserang makin banyak. Misalnya seseorang yang
semula hanya kambuh setiap setahun sekali, namun bila tidak berobat
dengan benar dan teratur, maka serangan akan makin sering terjadi
biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan seterusnya, hingga pada suatu saat
penderita akan mendapat serangan setiap hari dan semakin banyak sendi
yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun
atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar
sendi yang sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini
berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yg merupakan
deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan
kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi
semakin besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat
menggunakan sepatu lagi.

11 | H a l a m a n
12

5. Terapi Gout Athritis :


Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.
Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri
sendi dan peradangan dengan obat-obat, antara lain : kolkisin, obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun gout arthritis seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak
dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin
telah mengkonsumsi obat penurun gout arthritis, sebaiknya tetap
diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan
adalah menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna
mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan
pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat
urikosurik yang lain.

6. Komplikasi Gout Arthritis :


Menurut Rotschild (2013) komplikasi dari gout arthritis meliputi
severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur
pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam
proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis
sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi
tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk
mengeluarkan Interleukin-1, merangsang sintesis nitric oxide dan matriks
metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago.
Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga
mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya
berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular tulang. gout arthritis
telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu
ginjal. Penderita dengan gout arthritis membentuk batu ginjal karena urin
memilki PH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak

12 | H a l a m a n
13

terlarut (Liebman et al, 2007).

7. Konsep Nyeri
Nyeri merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan
bersifat sangat subjektif. Tingkatan atau skala nyeri yang dirasakan
seseorang berbeda-beda. Nyeri hanya dapat dijelaskan atau dievaluasi oleh
orang yang merasakannya (Tetty, 2015).
Penting bagi para tenaga kesehatan untuk mengetahui tingkatan nyeri pada
pasien karena dapat membantu dalam mengetahui kuantitas nyeri, menuntun
menyusun pemilihan modalitas dan metode terapi nyeri, alat evaluasi dan
membantu menegakkan diagnosa.
Berikut skala nyeri yang dapat digunakan untuk menilai intensitas nyeri
pada pasien : Skala Nyeri 0-10 (Visual Analog Scale (VAS))
VAS merupakan metode pengukuran tingkatan nyeri yang sensitif dan
akurat. VAS mempunyai korelasi yang baik dengan pengukuran yang lain,
dapat diaplikasikan kepada semua pasien tidak tergantung bahasa.

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (Strombers dan Susan, 2017)

13 | H a l a m a n
14

Keterangan :
1 : Tidak merasakan nyeri sama sekali/normal.
2 : Nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan semut.
2 : Nyeri ringan seperti dicubit pada kulit dengan ringan.
3 : Nyeri sangat terasa (bisa ditahan) seperti benturan pada hidung
atau disuntik.
4 : Kuat, nyeri yang dalam (nyeri menyedihkan) terasa nyut-nyut
seperti sakit gigi dan nyeri disengat lebah/tawon.
5 : Sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir.
6 : Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
mengganggu panca indera) tidak bisa konsentrasi dan komunikasi tidak
lancar.
7 : Sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) sangat
mengganggu indera, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan baik
dan tidak mampu melakukan perawatan sendiri.
8 : Nyeri yang mengerikan (nyeri yang begitu kuat). Jika nyeri datang
dan berlangsung lama penderita tidak mampu berfikir secara rasional
dan terjadi gangguan kepribadian.
9 : Nyeri begitu kuat hingga tidak dapat ditahan sampai-sampai harus
segera menghilangkan rasa nyeri tanpa peduli lagi efek samping dan
risikonya.
10 : Nyeri begitu kuat hingga tak sadarkan diri. Skala rasa sakit ini jarang
dirasakan oleh seseorang karena sudah tak sadarkan diri (nyeri yang
tidak bisa dibayangkan dan diungkapkan).

B. Gout Arthritis Menurut Ilmu Akupunktur :


1. Pengertian Gout Arthritis :
Dalam Ilmu Akupunktur, gout dinamakan “Tong Feng” yaitu
suatu kondisi penyakit yang dapat berpindah atau bergerak seperti sifat
dari patogen angin. Hal ini diklasifikasikan sebagai sindrom Bi.
Sindrom Bi nyeri akibat obstruksi Qi dan darah dalam tubuh. Obstruksi

14 | H a l a m a n
15

dapat disebabkan oleh flegma keruh yang merupakan hasil dari


defisiensi limpa atau ginjal. Limpa adalah organ yang bertanggung
jawab dalam fungsi transportasi dan transformasi makanan. Disfungsi
limpa akan menghasilkan dahak basah terakumulasi. Ginjal
bertanggung jawab untuk metabolisme air (Flaws, 2005).
Gout arthritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan
berulang, rasa nyeri mendadak pada sendi yang bersifat
tajam, kemerahan dan bengkak pada sendi, keadaan ini dikenal
sebagai sindrom Bi atau nyeri.
Sindrom Bi merupakan sindrom dengan ciri adanya sumbatan Qi dan
darah dalam meridian oleh karena serangan patogen angin, dingin dan
lembab. Manifestasinya adalah adanya rasa nyeri, baal dan sensasi berat
pada anggota badan dan sendi serta adanya pergerakan yang terbatas.
Sindrom Bi memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan keseluruhan,
sirkulasi Qi, darah dan cairan tubuh. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, cairan tubuh dalam keadaan gerakan konstan yaitu darah
mengalir dalam pembuluh darah atau cairan interstisial yang bergerak
diantara struktur dan dibawah kulit yang biasa disebut dengan Jin Ye
(Hopwood, 2004).
Menurut Zhu Bing et al., (2011), obstruksi dapat disebabkan oleh
flegma keruh yang merupakan hasil dari defisiensi limpa atau ginjal.
Sindrom Bi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
nyeri, 1996).
Penyebab utama terjadinya sindrom Bi adalah kondisi daya tahan
tubuh (Wei Qi) yang lemah yang tidak dapat menahan patogen dari luar
seperti angin, dingin, lembab dan panas yang memblokade meridian
atau adanya obstruksi oleh stagnasi flegma dan stasis darah pada
meridian.
Selain itu didukung oleh faktor kondisi tubuh itu sendiri, cuaca dan
kondisi lingkungan yang juga sangat berpengaruh dalam rasa berat,
mati rasa atau kesemutan pada ekstremitas, tulang dan tendon, otot atau

15 | H a l a m a n
16

sendi yang dapat disertai dengan adanya kekakuan, pembengkakan atau


bahkan kelainan bentuk.

2. Etiologi Gout Arthritis :


Menurut TCM sindrom Bi disebabkan oleh serangan angin, dingin,
lembab & panas dari luar pada saat tubuh kekurangan Qi & darah dari
dalam tubuh. Kombinasi dari faktor eksternal dan internal tersebut
menghasilkan sumbatan Qi dan darah serta kurangnya nutrisi pada otot,
tendon dan tulang. Penyebab penyakit dari luar biasanya menyerang
tubuh dengan kombinasi, walaupun mungkin ada yang lebih dominan
dalam kasus-kasus tertentu (Xinghua munculnya gejala nyeri sendi
(Wang, 2007).
Berikut beberapa penyebab yang muncul pada sindrom Bi :
a. Serangan angin, dingin dan lembab pada tubuh
Bertempat tinggal di rumah yang lembab, terlalu dingin, tidur
terpapar langsung dengan angin, serta musim hujan yang
menyebabkan invasi patogen angin, dingin dan lembab yang
selanjutnya akan terjadi obstruksi Qi dan darah pada meridian
sehingga timbul gejala nyeri pada sendi (Gongwang, 1996).
b. Serangan angin, panas dan lembab pada tubuh
Bertempat tinggal di tempat lembab & panas akan menyebabkan
terjadinya invasi patogen angin, panas & lembab. Selain itu bisa
terjadi oleh karena adanya akumulasi patogen angin dan dingin
yang kemudian berubah menjadi panas. Kedua hal tersebut
menyebabkan obstruksi pada meridian oleh karena patogen angin,
panas dan lembab pada meridian sehingga muncul gejala nyeri
pada sendi (Gongwang, 1996).
c. Diet yang tidak tepat
Diet yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan fungsi
transportasi dan transformasi oleh organ limpa dan lambung yang
kemudian memicu timbulnya lembab internal, panas dan flegma

16 | H a l a m a n
17

keruh. Hal tersebut menyebabkan terjadinya obstruksi Qi & darah


pd meridian sehingga timbul rasa nyeri di sendi (Wang, 2007).
d. Faktor usia
Berbagai macam keluhan nyeri yang biasanya terjadi pada orang
tua dipicu dari kondisi tubuhnya yang mulai defisien. Usia tua akan
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi pada organ hati & ginjal
serta disertai adanya kondisi defisiensi Qi & darah. Hal tsb
menyebabkan sendi, otot, tendon, tulang dan pembuluh darah
kurang ternutrisi dengan baik sehingga muncul gejala nyeri pada
sendi (Wang, 2007).
e. Trauma
Faktor trauma yang terjadi pada sendi akan merusak tendon dan
pembuluh darah. Mikro maupun makro trauma dapat
mengakibatkan tidak lancarnya aliran Qi dan darah pada anggota
tubuh. Sehingga terjadi obstruksi yang menggangu Qi dan darah
pada meridian tubuh. Sehingga terjadi obstruksi yang mengganggu
Qi dan darah pada meridian, oleh karena itu muncul gejala nyeri
pada sendi (Wang, 2007).
f. Bekerja terlalu capai
Bekerja terlalu capai, usia tua, lemahnya kongenital & defisiensi Qi
& darah karena penyakit kronis dapat menyebabkan kelemahan
otot sehingga mudah terserang faktor patogen eksogen (Peng,
2007).

3. Patofisiologi Gout Arthritis :


Fase awal dari sindrom Bi yaitu dengan adanya penyebab penyakit
dari luar yang berlebihan. Selanjutnya menimbulkan sumbatan Qi dan
darah. Perkembangan selanjutnya sindrom tersebut semakin parah dan
ada kemungkinan kerusakan pada Qi, darah, Yin dan Yang.
Patogenesis pada tahap ini digambarkan oleh faktor penyebab penyakit
dari luar yang berlebihan dan tubuh kekurangan Qi, darah, Yin dan

17 | H a l a m a n
18

Yang. Adanya kombinasi faktor eksternal dan internal inilah yang


mengakibatkan obstruksi Qi dan darah serta ketidakmampuan tubuh
dalam memelihara otot, tendon dan tulang sehingga menimbulkan
keluhan rasa sakit, nyeri, rasa baal dan berat pada anggota gerak dan
pada tahap lanjut akan terjadi pembengkakan, perubahan bentuk
atau deformitas sendi. Faktor eksogen biasanya menyerang tubuh
bersama- sama meskipun ada salah satu patogen yang lebih dominan.

4. Deferensiasi Sindrom Gout Arthritis :


Sindrom Bi adalah salah satu ciri dari berlebihnya faktor
patogen eksogen. Bagian terpenting dari tahap ini adalah terjadinya
obstruksi Qi dan darah (Xinghua, 1996).
Sindrom Bi adalah suatu keadaan obstruksi Qi dan darah dalam
meridian dan kolateral-kolateralnya yang disebabkan oleh faktor
eksternal dan faktor internal yang dalam tahap selanjutnya bisa masuk
ke organ. Faktor eksternal adalah invasi faktor-faktor patogen seperti
angin, dingin, lembab ataupun panas. Sedangkan faktor internal
adalah kelemahan atau tidak cukupnya Qi dan darah dalam tubuh.
Ketika patogen angin, dingin, lembab dan panas menyerang tubuh
mereka dapat menghalangi sirkulasi Qi dan darah dalam meridian,
sehingga menyebabkan obstruksi (Zhu Bing et al., 2011).
Sindrom Bi bergerak (Bi angin) disebabkan oleh patogen angin,
cirinya rasa sakit pada otot dan sendi, keterbatasan gerakan, dengan
rasa sakit yang berpindah dari satu sendi ke sendi yang lainnya.
Kemudian pada Bi menetap (Bi lembab) disebabkan oleh patogen
lembab, cirinya rasa sakit dan linu serta bengkak pada otot dan sendi
dengan perasaan berat dan baal di anggota gerak tubuh, tempat
sakitnya menetap pada satu tempat dan diperparah oleh cuaca lembab.
Pada Bi nyeri (Bi dingin) disebabkan oleh patogen dingin, cirinya rasa
sakit yang sangat berat pada sendi atau otot diikuti keterbatasan
gerakan, biasanya hanya satu sisi. Lalu pada Bi panas merupakan

18 | H a l a m a n
19

perkembangan dari ketiga jenis Bi diatas. Cirinya rasa sakit dan panas
pada sendi ketika diraba, merah dan bengkak pada persendian diikuti
keterbatasan gerakan dan rasa sakit yang sangat berat.
Kasus akut bisa timbul haus dan demam yang tidak turun walaupun
berkeringat (Yandi, 2011). Menurut Sim (2012), penyebab dan
mekanisme terjadinya penyakit pada sindrom Bi adalah sebagai
berikut :
a. Perubahan cuaca yang drastis dari panas ke dingin, menyebabkan
orang yang lama bermukim di tempat lembab, atau bekerja dalam
air terserang patogen bersifat angin, lembab dan dingin. Lokasi
yang paling sering terserang patogen tersebut ialah Jing
Luo/meridian, otot dan sendi dan hal tersebut menyebabkan Qi
dan darah terhambat hingga terjadi Bi/rematik.
b. Tubuh berlatar lembab, apabila terserang patogen panas atau
tubuh berlatar panas terserang patogen lembab, maka hal
tersebut menyebabkan kedua macam patogen menimbulkan
Bi/rematik bersifat lembab panas. Bi/rematik bersifat lembab
panas juga dapat terjadi akibat dari terlalu lama menderita
Bi/rematik bersifat angin, dingin dan lembab.
c. Bi/rematik baik yang bersifat angin lembab dan dingin, atau
lembab panas, apabila tidak dapat disembuhkan dalam jangka
waktu lama maka hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya
berbagai macam patogen, antara lain Tan/dahak dan darah stasis
dari dalam tubuh, kemudian hal tersebut juga menyebabkan
terkurasnya Qi, Xue/darah dan Jing, hingga berbagai organ dalam
terutama Shen/ginjal dan Pi/limpa mejadi lemah. Bi/pegal linu
yang menetap di dalam tubuh yang bersifat Xu/lemah susah
disembuhkan secara tuntas karena otot, sendi, tulang dan lainnya
telah berubah dan disebut sebagai Wan Bi/rematik yang menetap.
Pada mulanya penyakit ini berada pada otot, tendon atau
Luo/meridian, kemudian baru menyerang sendi dan tulang dan

19 | H a l a m a n
20

terakhir mungkin menyerang lima organ Zang.


1) Bi tipe dingin (Bi menusuk)
Bi menusuk umumnya terjadi akibat invasi patogen angin,
dingin dan lembab yang menyebabkan obstruksi pada
meridian. Patogen dingin yang sangat dominan dengan
manifestasi nyeri menusuk atau tajam yang diperparah
dengan paparan dingin dan mereda dengan penghangatan,
dingin pada ekstremitas, tidak adanya kemerahan dan rasa
panas pada area nyeri, selaput lidah putih tipis, dengan nadi
tegang dan lambat (Xinghua, 1996; Zhu Bing et al., 2011).
2) Bi tipe lembab (Bi menetap)
Ditandai dengan pembengkakan pada sendi dan rasa sakit
yang menetap, yang mereda dengan penghangatan serta
diperburuk oleh dingin dan kondisi lembab, tubuh terasa
berat, kelelahan, nafsu makan buruk, selaput lidah putih
lengket atau berminyak dan nadi licin dan lembut (Xinghua,
1996; Zhu Bing et al., 2011).
3) Bi tipe panas (Bi panas)
Ditandai dengan kemerahan pada sendi dan disertai dengan
pembengkakan pada sendi, nyeri dan sensasi rasa panas yang
mereda dengan dingin serta di perparah dengan panas,
demam, gelisah, mudah haus, suka minum dingin, otot lidah
merah, selaput lidah kekuningan dan kering serta nadi licin,
cepat dan dalam (Xinghua, 1996; Zhu Bing et al., 2011).
4) Bi oleh karena defisiensi Qi dan darah
Ditandai dengan nyeri hilang timbul, disertai dengan
kompleksi wajah pucat, palpitasi, lemah dan lesu, nafas
pendek, keringat spontan, tidak nafsu makan, loose stool, otot
lidah pucat dengan nadi yang lemah dan benang (Xinghua,
1996; Zhu Bing et al., 2011).
5) Bi oleh karena defisiensi Yang

20 | H a l a m a n
21

Ditandai dengan nyeri hilang timbul disertai rasa dingin pada


sendi, diperberat dengan kondisi dingin, mereda dengan
penghangatan, kaku sendi, bisa terjadi pembengkakan pada
sendi yang disertai dengan atrofi otot, kompleksi pucat,
sensasi dingin pada ekstremitas, lemah pada lutut dan
pinggang, loose stool, lidah pucat dan kurus dengan nadi
dalam dan lemah (Xinghua, 1996; Zhu Bing et al., 2011).
6) Bi oleh karena defisiensi Yin
Ditandai dengan nyeri hilang timbul disertai dengan
pembengkakan, nyeri diperparah pada keadaan panas,
mereda dengan kondisi dingin. Badan kurus, pusing, gelisah,
keringat malam, sensasi panas pada lima titik, otot lidah
merah, kurus dengan sedikit selaput, nadi cepat dan benang
(Xinghua, 1996; Zhu Bing et al., 2011).

5. Penatalaksanaan Terapi Akupunktur Gout Arthritis :


Pengobatan konvensional mempunyai berbagai macam alat bantu
untuk menentukan diagnosa suatu penyakit. Namun dalam
Traditional Chinese Medicine (TCM) hanya menggunakan observasi
yang cermat dari berbagai kelainan yang ada dan terlihat pada pasien
yaitu menggunakan Wang, Wen, Wun, Cie yang dapat diartikan
sebagai inspeksi atau 4 cara pemeriksaan dengan cara (penglihatan,
pendengaran dan penciuman, anamnesa dan perabaan nadi) serta 8
dasar diagnosa (Saputra dan Idayanti, 2005).
Empat Cara Pemeriksaan:
1. Wang (Observasi/Penglihatan) :
Sebuah cara pemeriksaan atas dasar observasi atau penglihatan
pada pasien yang meliputi:
a) Shen / Jiwa
Shen yang baik ditandai dengan Jing dan Qi yang cukup dan
seimbang. Jika pada orang yang sakit shen masih terlihat baik

21 | H a l a m a n
22

maka zheng qi masih dalam keadaan tidak terlalu lemah dan


patogen masih di meridian, shen yang buruk menandakan Jing
kurang dan Qi lemah dapat dijumpai pada pasien yang koma
(Sim, 2012; Rochat, 2012; Xu dan Jane, 2011).
b) Se / Ekspresi dan Warna Wajah
Organ Zang Fu tubuh berkolerasi dengan lima warna yang dapat
menjadi pedoman dalam penegakan diagnosa. Hati
mengekspresikan warna hijau, jantung warna merah, limpa
warna kuning, paru-paru putih dan ginjal hitam, se berkaitan
erat dengan shen karena shen juga diekspresikan melalui warna
dan kecerahan wajah. Shen yang baik ditandai dengaan warna
cerah dan segar, sedangkan shen yang lemah mengekspresikan
warna buruk dan redup (Jie, 2012; Hudyono, 2008; Maciocia,
2011; Yeh, 2016).
c) Sing Tay / Bentuk Tubuh
Tubuh yang kuat merupakan tanda dari Qi dan Xue yang
cukup walaupun sedang dalam keadaaan sakit tetapi
mempunyai prognosis yang baik. Tubuh yang lemah
menandakan organ Zang Fu dalam keadaan lemah dan
kurangnya Qi dan Xue sehingga jika ditemukan pada keadaan
orang yang sakit pada umumnya mempunyai prognosis yang
kurang baik (Jie, 2012; Maciocia, 2011).
d) Lidah
Lidah yang normal memiliki bentuk yang sesuai, tidak
kaku, lentur, warna merah muda, disertai selaput lidah putih
tipis dengan kelembaban cukup (Xu dan Jane, 2011; Meng,
2017).
Lidah yang pucat mempunyai indikasi defisiensi dan sindrom
dingin, lidah merah terang menunjukkan sindrom panas atau
sindrom ekses, lidah biru keunguan dan ada bercak sianotik
menunjukkan indikasi stagnasi darah (Hudyono, 2008; Jie,

22 | H a l a m a n
23

2012; Maciocia, 2011; Yeh, 2016). Bentuk pada lidah yang


perlu diperhatikan yaitu :
1. Kasar merupakan pertanda dari sindrom ekses.
2. Tebal, bertapak gigi & gemuk menunjukkan adanya dingin,
defisien dan lembab.
3. Kurus & tipis umumnya dikarenakan kekurangan pasokan Qi,
Xue dan Jin Ye.
4. Berfisura disebabkan serangan patogen luar yang merupakan
pertanda dari patogen panas sudah menghabiskan Jin Ye (Xu
dan Jane, 2011; Maciocia, 2011).
(2). Wen/Pendengaran dan Penciuman
Dalam pemeriksaan ini yang harus diperhatikan meliputi
suara bicara, suara pernapasan, suara batuk, hiccup, sendawa
dan penciuman (bau mulut, riak, keringat, urin maupun tinja
penderita (Maciocia, 2011).
Suara bicara yang normal adalah pelafalan jelas, volume
bicara tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan. Tinja yang
berbau menyengat seperti bau asam dan busuk merupakan
pertanda adanya patogen lembab panas. Tinja yang putus-putus
menandakan adanya dingin. Tinja yang normal konsistensinya
tidak lembek dan tidak keras, tidak berbau menyengat serta
tidak sulit untuk dikeluarkan (Zhen dan Liang, 2009).
(3). Wun (Anamnesa/Wawancara)
Pemeriksaan yang mengacu pada analisa dengan pertanyaan
tentang kebiasaan dan kesehatan masa lampau seseorang.
Pada pemeriksaan anamnesa (wun) mencakup pertanyaan awal
terjadinya keluhan sampai datang untuk berobat dan juga
menanyakan tentang keadaan lingkungan tempat tinggal, status
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), status
ginekologis, status organ dan meridian (Hudyono 2008;
Maciocia, 2011).

23 | H a l a m a n
24

Anamnesa diperlukan untuk menentukan diagnosa dan tindakan


terapi yang akan dilakukan. Sebelum melakukan anamnesa
tidak boleh meninggalkan pencatatan data pribadi pasien seperti
nama, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan serta status
perkawinan.
(4). Cie (Perabaan/Palpasi) :
Palpasi (cie) mengacu pada analisa dengan perabaan,
penekanan, pengetukan dan penyentuhan pada bagian-bagian
tubuh. Bagian-bagian yang dilakukan palpasi diantaranya
denyut nadi pergelangan tangan, abdomen dan titik-titik
meridian. Teknik untuk melakukan palpasi yang akurat
membutuhkan teknik yang komplek dan waktu yang lama untuk
belajar (Dupuis, 2016; Wang, 2009; Yeh, 2016).

6. Perencanaan Terapi Akupunktur


Menurut Gongwang et al., (1996), prinsip terapi untuk sindrom Bi secara
umum adalah melancarkan sirkulasi Qi dan darah, mengurangi nyeri
serta pembengkakan. Dijelaskan pula dalam buku Terapi Akupunktur
dan Moksibusi (Hudyono, 2008) bahwa terapi akupunktur mempunyai
cara yang berbeda-beda dan dibedakan untuk setiap sindrom penyakit,
termasuk letak titik yang digunakan dan cara penusukannya.
1) Titik Lokal :
SP 6 (Sanyinjiao), SP 9 (Yinlingquan) dan ST 35 (Dubi) yang berfungsi untuk
keluhan nyeri disertai bengkak pada lutut (Saputra dan Idayanti, 2005; Sim,
2012).
2) Titik berdasarkan sindrom Tipe angin (Bi berpindah) :
Prinsip terapi adalah menghilangkan angin dan meregulasi sirkulasi
Qi dan darah, menghilangkan dingin dan lembab (Xinghua, 1996).

24 | H a l a m a n
25

Terapi titik akupunktur untuk sindrom Bi tipe angin yaitu :


GB 20 (Fengchi) yang berfungsi untuk nyeri kepala, nyeri dan kaku
leher, kemerahan dan nyeri mata, myopia, penglihatan kabur,
obstruksi hidung. LI 4 (Hegu) yang berfungsi untuk gangguan
daerah wajah, mulut dan tenggorokan, gangguan abdomen,
ginekologi dan partus lama (Saputra dan Idayanti, 2005; Xinghua,
1996).
1. Tipe dingin (Bi menusuk)
Prinsip terapi adalah menghilangkan dingin dengan
menghangatkan meridian serta menghilangkan lembab (Xinghua,
1996).Terapi titik akupunktur untuk sindrom Bi tipe dingin yaitu :
DU 14 (Dazhui) dengan indikasi untuk keluhan nyeri leher, kaku
leher, demam, epilepsy, batuk, asma, kaku punggung.
BL 23 (Shenshu) yang mempunyai indikasi untuk mengatasi
keluhan impotensi, enuresis, menstruasi tidak teratur, leukorea,
nyeri pinggang bawah, kelemahan lutut, penglihatan kabur dan
tinnitus (Saputra dan Idayanti, 2005; Xinghua, 1996).
2. Tipe lembab (Bi menetap)
Prinsip terapi adalah menghilangkan kelembaban & aktivasi
sirkulasi Qi dan darah di kolateral, mengusir angin dan dingin
(Xinghua, 1996).
Terapi titik akupunktur untuk sindrom Bi tipe lembab yaitu : SP 6
(Sanyinjiao) yg berfungsi untuk keluhan atropi otot .ST 40
(Fenglong) yang berfungsi untuk menghilangkan kelembaban,
flegma keruh dan nyeri lutut (Saputra dan Idayanti, 2005; Xinghua,
1996).
3. Tipe panas (Bi panas)
Prinsip terapi adalah menghilangkan panas, mengusir angin dan
meregulasi sirkulasi darah (Xinghua, 1996).
Terapi titik akupunktur untuk sindrom Bi tipe panas yaitu :
DU 14 (Dazhui) yang berfungsi untuk membersihkan panas dan

25 | H a l a m a n
26

mengusir angin, mengaktifkan Yang dan melancarkan aliran


darah, mengatasi keluhan nyeri leher, kaku leher, demam,
epilepsy, batuk, asma, kaku punggung. LI 11 (Quchi) yang
berfungsi untuk mengatasi keluhan demam, hipertensi, sakit
kepala, gangguan motorik lengan, nyeri abdomen dan sakit
tenggorokan. LI 11 (Quchi) dan LI 4 (Hegu) termasuk meridian
Yangming, yang memiliki banyak Qi dan darah (Saputra dan
Idayanti, 2005; Xinghua, 1996).
4. Bi oleh karena defisiensi Qi dan darah
Prinsip terapi adalah tonifikasi Qi dan darah dengan cara
menguatkan fungsi limpa dan lambung (Xinghua, 1996).
Terapi titik akupunktur untuk sindrom Bi oleh karena defisiensi
Qi dan darah yaitu : ST 36 (Zusanli) yang berfungsi untuk
mengatasi gangguan sistem pencernaan, nyeri lambung, distensi
abdomen, mual, muntah, diare, konstipasi, disentri. CV 12
(Zhongwan) yang berfungsi untuk keluhan nyeri lambung, nyeri
abdomen, muntah, diare, defisiensi limpa dan lambung. CV 4
(Guanyuan) yang berfungsi untuk keluhan impotensi, menstruasi
tidak teratur, leukorea, kolik sekitar usus dan emisi seminal
(Saputra dan Idayanti, 2005; Xinghua, 1996).
5. Bi oleh karena defisiensi Yang
Prinsip terapi adalah tonifikasi Yang tubuh dan menghangatkan
meridian. Terapi titik akupunktur utk sindrom Bi oleh karena
defisiensi Yang yaitu:
DU 4 (Mingmen) yang berfungsi untuk mengatasi keluhan
kekakuan punggung, lumbago, impotensi, menstruasi tidak
teratur, diare, gangguan pencernaan. BL 23 (Shenshu) yang
berfungsi untuk mengatasi keluhan impotensi, enuresis,
menstruasi tidak teratur, leukorea, nyeri pinggang bawah,
kelemahan lutut, penglihatan kabur dan tinnitus (Xinghua, 1996;
Saputra dan Idayanti, 2005).

26 | H a l a m a n
27

6. Bi oleh karena defisiensi Yin


Prinsip terapi adalah tonifikasi Yin tubuh. Terapi titik akupunktur
untuk sindrom Bi oleh karena defisiensi Yin yaitu :
KI 3 (Taixi) yang berfungsi untuk mengatasi keluhan sakit
tenggorokan, sakit gigi, tuli, tinnitus, pusing, asma, menstruasi
tidak teratur, insomnia, impotensi. SP 6 (Sanyinjiao) yang
berfungsi untuk mengatasi keluhan distensi abdomen, diare,
menstruasi tidak teratur, leukorea, prolaps uteri, impotensi, atropi
otot dan vertigo (Xinghua, 1996; Saputra dan Idayanti, 2005).

7. Modalitas Terapi Akupunktur


a. Elektrostimulator
Elektrostimulator adalah modalitas terapi yang menggunakan
gelombang listrik, intensitas dan frekuensi untuk menstimulasi sel-
sel saraf dan otot, terutama untuk mengetahui mengenai potensial
aksi sel-sel tertentu. Dalam terapi akupunktur, elektrostimulator
berfungsi untuk menstimulasi titik-titik akupunktur sehingga Qi
dalam tubuh dapat seimbang, dengan cara memperhatikan
pemberian intensitas frekuensi, pemilihan gelombang dan waktu
yang digunakan. Untuk terapi dengan metode tonifikasi digunakan
frekuensi 10-50 Hz. Sedang untuk sedasi frekuensi yang digunakan
adalah 60-120 Hz. Jika frekuensi lebih tinggi yaitu antara 120-200
Hz akan menghasilkan efek anastesi (Saputra, 2012).
Untuk kasus gout arthritis sindrom Bi tipe Panas Lembab ini
dengan alat elektrostimulator dengan:
1) Frekuensi 70 Hz.
2) Gelombang 1 (continous disperse wave).
3) Waktu 20 menit.
4) Intensitas yang disesuaikan dengan sensitivitas pasien.

8. Mekanisme Kerja Titik Akupunktur

27 | H a l a m a n
28

Menurut Wibisono (2017), akupunktur merupakan metode terapi


penghilang nyeri yang sudah di gunakan ribuan tahun yang lalu di
negara
Jepang maupun Cina. Akupunktur sebagai terapi penghilang nyeri dapat
dijelaskan melalui beberapa mekanisme sebagai berikut:
a. Mekanisme Segmental Medula Spinalis
Pada mekanisme segmental medula spinalis, akupunktur dapat
menstimulasi stalked sell (St) yang bersifat enkafalinergik, jika sel
St terstimulasi maka akan merangsang pelepasan enkefalin yang
dapat menghambat sel substansi galatinosa, sehingga dapat
mencegah penyampaian informasi yang dihasilkan oleh stimulus
nyeri untuk dihantarkan dan di interpretasikan lebih lanjut.
b. Mekanisme Sistem Serotonergik
Stimulasi akupunktur memberikan sinyal melalui marginal yang
kemudian akan dihantarkan menuju talamus melalui jaras
spinotalamicus dan memberikan percabangan colateral ke
hipotalamus di mesensefalon lalu diteruskan ke periaquedital grey
matter yang diproyeksikan ke nucleus raphe magnus di medulla
oblongata kemudian dibawa oleh neurotransmitter serotonin dan
berakhir di stalked sell. Sehingga sinyal nyeri akan dihambat
menuju otak.
c. Mekanisme Sistem Noradrenergic
Sel-sel yang bersifat adrenergic teraktivasi baik melalui jaras pada
medula spinalis dan percabangannya nucleus paragigantocellularis
lateralis ataupun melalui jaras di hypothalamus sehingga impuls
nyeri ke otak diinhibisi.
d. Kontrol Inhibisi Sinyal Noksisus yang Menyebar
Stimulus yang dihasilkan akupunktur akan dibawa serabut syaraf
ke subnucleus reticularis dorsalis (R) di daerah caudal dari
medula oblongata sehingga dapat secara langsung menghambat
stimulus noksius di area substansia galatinosa.

28 | H a l a m a n
29

9. Evidend Based
Judul: Acupuncture for gouty arthritis A PRISMA-compliant protocol
for a systematic review and meta-analysis of randomized
controlled trials
Tahun : 2020
Peneliti: Gamseong Lee, KMDa , Foo Young Cho, KMDa , Bonhyuk
Goo, KMD, PhDb , Yeon-Cheol Park, KMD, PhDc.
DOI :  10.1097/MD.0000000000023527
Tujuan Penelitian: Bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh akupunktur
pada pasien gout arthritis dengan melakukan tinjauan sistematis
dan meta-analisis.
Metode: Pencarian komprehensif 8 database elektronik akan dilakukan,
termasuk MEDLINE, Embase, Cochrane Central Register of
Controlled Trials, 4 database Korea (KoreaMed, Sistem
Layanan Informasi Studi Korea, PenelitianSistem Layanan
Informasi, dan Sistem Terpadu Pencarian Lanjutan Pengobatan
Oriental), dan 1 database Cina (CinaInfrastruktur Pengetahuan
Nasional). Hanya uji coba terkontrol secara acak yang
membandingkan akupunktur dengan pengobatan konvensional
danakupunktur dengan pengobatan konvensional hingga
pengobatan konvensional saja untuk artritis gout akan
disertakan. Intensitas nyeri akan menjadi dianggap sebagai hasil
utama. Hasil sekunder akan mencakup durasi pereda nyeri,
tingkat efektif total, asam urat darahtingkat, penanda inflamasi,
dan kejadian efek samping. Dua peneliti independen akan
melakukan seleksi studi, data ekstraksi, dan penilaian kualitas.
Kualitas metodologis dari studi yang dimasukkan individu akan
dinilai menggunakan Cochrane risiko alat bias. Dalam meta-
analisis, untuk data dikotomis dan kontinu, rasio risiko dan

29 | H a l a m a n
30

perbedaan rata-rata terstandarisasi, masing-masing, akan


diestimasi dengan interval kepercayaan 95%.
Hasil: Tinjauan sistematis ini akan mengevaluasi efek pengobatan
akupunktur untuk pasien dengan artritis gout gejala klinis,
indikator laboratorium, dan keamanan.
Kesimpulan:
Temuan kami akan membantu membangun bukti akupunktur
untuk mengobati artritis gout.

10. Saran dan Anjuran


Menurut David dan Anderson yang dikutip oleh Krisnatuti et al.,
(1997); Choi dan Curhan (2004), diet penyakit gout arthritis harus
memiliki syarat-syarat :
1. Pembatasan makanan tinggi purin
Penderita gout arthritis seharusnya bebas dari makanan berpurin.
Pembatasan diet purin bagi pasien gout arthritis sekitar 100-150 mg
purin perhari.
2. Kalori sesuai dengan kebutuhan :
Untuk penderita gout arthritis yang bertubuh gemuk, asupan kalori
yang dibutuhkan hanya 10-15% dari total konsumsi kalori yang
normal setiap harinya.
3. Rendah karbohidrat :
Mengurangi konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong
dan ubi yang dapat menurunkan pengeluaran asam lemak dalam
urin, untuk itu disarankan dikonsumsi tidak lebih dari 100 mg/hari,
tetapi penderita gout arthritis harus mengurangi konsumsi
karbohidrat sederhana jenis fruktosa, seperti gula, permen.

30 | H a l a m a n
31

BAB III
RESUME KASUS

1. Pengkajian
a. Data Umum
Dari pengkajian didapatkan data identitas pasien sebagai berikut nama Tn
R berusia 40 tahun sudah menikah, agama islam, dengan keluhan tangan
dan kaki bagian kanan teraba pembangkakan di persendian ± sudah 3 hari
yang lalu. Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat pembengkakan di
tangan kanan. diperberat dengan kondisi dingin, mereda apabila
dihangatkan yang dilaksanakan pada tanggal 16 April 2021 di MAC
Klinik.
b. Pemeriksaan Vital Sign
Pada pemeriksaan vital sign pada Tn R didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 120/80 mmHg, pemeriksaan respirasi 19 kali/menit,
pemeriksaan denyut nadi 80 kali/menit, suhu tubuh 36° C dengan berat
badan 65 kilogram dan tinggi badan 170 centimeter. Pada pemeriksaan
lidah didapatkan bahwa otot lidah pucat, ukuran lidah tipis, dengan
selaput putih tebal permukaan basah, tidak mengelupas, ada tapak gigi,
tidak ada fisura, tidak ada bercak sianotik.
c. 4 Cara Pemeriksaan
1) Wang (Penglihatan)
Pada pengkajian Wang Tn. R didapatkan pemeriksaan Shen terlihat
lemas, tampak kurang bersemangat, sinar mata sayu , ekspresi umum
lesu, kesadaran sadar penuh, posisi tubuh pasien tegak. Pada
pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada kelainan
anatomis. Sedangkan keadaan keringat pada saat dilakukan
berkeringat biasa. Pasien Tn. R dapat berjalan bebas pergerakannya,
tidak terdapat gangguan gerak lain.

31 | H a l a m a n
32

Pada pemeriksaan lidah didapatkan data warna otot lidah merah


pucat ada selaput putih tebal, otot lidah tipis, pergerakan ototnya
tidak tremor.
2) Wen (pendengaran dan penciuman)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara
Tn. R terdengar lemah, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk.
Pada pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau
keringat, dan tidak ada bau mulut pada pasien.
3) Wun (Anamnesa)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 April 2021 dengan cara auto –
anamnesa. Dari pengkajian didapatkan data Tn . R, usia 40 tahun
datang dengan keluhan tangan dan kaki bagian kanan teraba
pembangkakan di persendian ± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di
tekan terasa sakit dan terdapat pembengkakan di tangan kanan.
diperberat dengan kondisi dingin, mereda apabila dihangatkan. Tn. R
memiliki kencenderungan menyukai jenis makanan gorengan, asin
dan pedas. Frekuensi minum Tn. R yaitu kurang lebih 5 kali sehari
dengan volume kurang lebih 1,5 liter dalam sehari, cenderung
menyukai air mineral dengan suhu hangat. Pada pemeriksaan BAK
didapatkan data bahwa buang air kecil (BAK) frekuensinya 4 – 5
kali sehari dengan jumlah sedang, warnanya kekuningan dan jernih,
tidak terdapat darah dan nanah pada urinnya, serta 3x buang air pada
malam harinya. Pada pemeriksaan BAB didapatkan data bahwa
buang air besar (BAB) frekuensinya 1 kali dalam sehari di pagi hari
dengan konsistensi padat, berbentuk, berwarna kekuningan,
mengejan normal dan tidak terdapat darah.. Pada organ jantung dan
usus kecil terdapat mudah marah. Perabaan dan Palpasi (Cie)
Pada hasil pemeriksaan nadi pada Tn. R didapatkan hasil kedalaman
nadi dalam, kecepatan nadi lambat, ukuran nadi normal, kekuatan
nadi lemah. Deferensiasi cun kiri teraba superfisial, guan kiri teraba

32 | H a l a m a n
33

dalam, dan chi kiri teraba lemah, sedangkan cun kanan teraba kuat
normal, guan kanan teraba dalam, chi kanan teraba lemah

Kiri Kanan
Cun Lambat
Superfisial

Guan Dalam
Dalam

Chi
Lemah Lemah

d. Pemeriksaan Tambahan
Pasien Tn. R tidak mencantumkan hasil pemeriksaan tambahan.

2. Diagnosis Akupunktur
a. Analisis

1) Analisa Data Umum

Pada pemeriksaan vital sign pada Tn. R didapatkan hasil sebagai


berikut tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan darah tersebut
menandakan tekanan darah tinggi. Menurut American Heart
Assosiaciation tekanan darah sistolik secara konsisten berkisar antara
120 – 129 mmHg dan diastolik <60 mmHg. Pemeriksaan respirasi 19
kali/menit. Menurut WHO, pengukuran respirasi normal pada dewasa,
yaitu 16 – 20 kali/menit. Pemeriksaan denyut nadi 80 kali/menit.
Menurut WHO, pemeriksaan denyut nadi normal pada orang dewasa,
yaitu 70 – 80 kali/menit. Suhu tubuh 36° C. Menurut hasil penelitian
dari dokter berkebangsaan Jerman bernama Carl Wunderlich, suhu
tubuh normal orang dewasa: 36,5-37,5° C. Berat badan 65 kilogram
dan tinggi badan 170 centimeter. Berdasarkan perhitungan Body Mass
Index (BMI), tergolong memiliki status berat badan yang cukup. Tn.
R tidak memiliki alergi.

33 | H a l a m a n
34

2) Analisa data pengamatan (Wang)


Berdasarkan data Wang (pengamatan) keadaan semangat dari Tn. R
tampak kurang bersemangat, sinar mata layu, ekspresi umum lesu,
kesadaran sadar penuh dan dapat dianalisa bahwa pasien itu
mempunyai defisisien Yang. Pada Sing Tay terdapat data posisi tubuh
pasien tegak menunjukkan Panas . Pada pengamatan kulit tubuh,
hidung, mata, bibir tidak ada kelainan anatomis. Sedangkan keadaan
keringat pada saat dilakukan anamnesa pasien Tn.R berkeringat biasa.
Pada pengamatan lidah didapatkan data warna otot lidah pucat ada
selaput putih tebal menunjukkan adanya dingin. Otot lidah tipis
menunjukkan Defisien. Selain itu kebasahan cukup lembab
menandakan keadaan cairan tubuh, dan pergerakan ototnya tidak
tremor.
3) Analisa data pendengaran dan Penciuman (Wen)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Tn.
R terdengar lemah, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk. Pada
pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan
tidak ada bau mulut pada pasien. Menurut Saputra (2017), suara yang
lemah menunjukkan sindrom defisien. Pada pemeriksaan Tn.R
didapatkan suara lemah dan tidak ada bau mulut.
4) Analisa data Wun (anamnesa)
Berdasarkan data Wun (anamnesa) pasien Tn. R, 40 tahun datang
dengan keluhan tangan dan kaki bagian kanan teraba pembangkakan
di persendian ± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di tekan terasa sakit dan
terdapat pembengkakan di tangan kanan. diperberat dengan kondisi
dingin, mereda apabila dihangatkan. Riwayat penyakit pasien Tn. R
tidak memiliki riwayat sakit keturunan. Dari pertanyaan khusus
kepada pasien Tn .R didapatkan data pasien menyatakan sering dingin
menunjukan defisiensi Yang. Keadaan BAB (Buang Air Besar) sehari
1x dan tinja yang keras dan berbentuk menunjukkan adanya Lembab
panas, dan keadaan BAK (Buang Air Kecil) urin banyak yaitu

34 | H a l a m a n
35

semalam 3x. Dari nafsu makan pasien Tn. R baik. Kebiasaan makan
pedas dan asin. Suka minum hangat, sering haus tetapi tidak suka
minum.
5) Analisis Data Cie (palpasi atau perabaan)
Berdasarkan data Cie (palpasi) pada nadi didapatkan nadi secara
umum Dalam, Lemah, lambat yang menunjukkan Defisiensi Terapi
pada kasus Tn. R dilakukan pada area Ashe Point, dan titik
akupunktur. Pada palpasi (Cie) didapatkan area Ashe Point yaitu di
tangan

b. Kalimat Diagnosis
Tn. R, usia 40 tahun dengan keluhan keluhan tangan dan kaki bagian
kanan teraba pembangkakan di persendian ± sudah 3 hari yang lalu.
Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat pembengkakan di tangan kanan.
diperberat dengan kondisi dingin, mereda apabila dihangatkan
disimpulkan Sindrom Defisiensi Yang Ginjal.

3. Perencanaan Akupunktur
Rencana tindakan pada tanggal 16 April 2021 adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Terapi
Prinsip terapi pada Tn. R adalah :
a) Tonifikasi Yang
b) Menghangatkan meredian Ginjal
2) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : stetoskop,
sphygnomanometer, termometer, bengkok, kom+ tutup, safety box,
jarum halus (filiform needle) ukuran 1 cun dan 1,5 cun, kapas, alkohol
70%, elektrostimulator.
3) Titik Akupunktur
Titik akupunktur yang digunakan: BL 18 (Ganshu), BL 20 (Pishu), BL 23
(Shenshu), LV 3 (Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI 3 (Taixi). Dan titik

35 | H a l a m a n
36

diferensial yaitu ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan) Dengan modalitas


terapi elektrostimulator, TDP, jarum akupunktur.
4) Jadwal terapi
Melakukan terapi 1-2 kali dalam seminggu.

4. Pelaksanaan Akupunktur
Setelah pasien bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan,
terapi akupunktur dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati. Terapi
dilakukan selama 1 minggu 2x terapi diharapkan dapat mengurangi keluhan
yang dirasakan pasien Tn. R. keluhan tangan dan kaki bagian kanan teraba
pembangkakan di persendian ± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di tekan terasa
sakit dan terdapat pembengkakan di tangan kanan. diperberat dengan kondisi
dingin, mereda apabila dihangatkan. Pelaksanaan terapi akupunktur
dilakukan dengan berbagai tahapan seperti menyiapkan peralatan, kemudian
melakukan vital sign dan menanyakan seputar keluhan Tn. R Setelah
anamnesa selesai terapis mempersilahkan Tn. R berbaring di bed yang telah
disediakan dan memposisikan pasien dalam keadaan terlentang dan pasien
merasa nyaman saat dilakukan terapi akupunktur. Pertama dilakukan
penusukan pada titik . Titik akupunktur yang digunakan yaitu titik utama BL
18 (Ganshu), BL 20 (Pishu), BL 23 (Shenshu), LV 3 (Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI
3 (Taixi). Dan titik diferensial yaitu ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan).
Frekuensi. Terapi ini dilakukan selama 15 menit menggunakan
elektrostimultor dengan frekuensi 10 Hz metode tonifikasi, dengan
menggunakan intermitten wave dan Saran dan anjuran yang dapat diberikan
kepada pasien hindari makan asin, minum yang teratur kurang lebih 8 gelas
perhari, dan istirahat yang cukup.

5. Evaluasi
a. Sabtu/16 April 2021: pasien Tn. R menyatakan sudah ada perubahan
dimana tangan dan kaki bagian kanan teraba pembangkakan di persendian
± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat

36 | H a l a m a n
37

pembengkakan di tangan dan kaki kanan. diperberat dengan kondisi


dingin, mereda dengan penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang timbul
disertai rasa dingin pada sendi, dengan skala nyeri yaitu 6. Setelah
dilakukan terapi yang pertama pasien merasakan ada perubahan nyeri dari
skala 6 menjadi 4 dan terasa nyaman. Pada area Ashe Point sudah tidak
terasa sakit saat ditekan..
b. Selasa/20 April 2021: dilakukan penusukkan seperti pada titik-titik
akupunktur sebelumnya, ditambah dengan penusukkan untuk titik
penenang. Modalitas terapi yang digunakan yaitu Elektro stimulator
dengan frekuensi 4 Hz selama 15 menit, hal ini sesuai dengan prinsip
terapi yaitu tonifikasi. Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat
pembengkakan di tangan dan kaki kanan. diperberat dengan kondisi
dingin, mereda dengan penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang timbul
disertai rasa dingin pada sendi, dengan skala nyeri yaitu 4. Setelah
dilakukan terapi yang pertama pasien merasakan ada perubahan nyeri dari
skala 4 menjadi 2.
c. Jumat/23 April 2021: Pada pemeriksaan akhir sesudah melakukan terapi
akupunktur didapatkan anamnese data: kondisi pasien yang sudah
mengalami perubahan, Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat
pembengkakan di tangan dan kaki kanan. diperberat dengan kondisi
dingin, mereda dengan penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang timbul
disertai rasa dingin pada sendi, dengan skala nyeri yaitu 2. Setelah
dilakukan terapi yang pertama pasien merasakan ada perubahan nyeri dari
skala 2 menjadi 0 dan terasa nyaman. Pada area Ashe Point sudah tidak
terasa sakit saat ditekan.. Dari pengamatan SHEN (keadaan jiwa): pasien
bersemangat, ceria.

6. Kesimpulan
1. Tn. R Berusia 40 tahun dengan keluhan tangan dan kaki bagian kanan
teraba pembangkakan di persendian ± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di
tekan terasa sakit dan terdapat pembengkakan di tangan kanan. diperberat

37 | H a l a m a n
38

dengan kondisi dingin, mereda apabila dihangatkan, dengan kesimpulan


sindrom yaitu Defisiensi Yang Ginjal.
2. Prinip Terapi yang akan dilakukan: Tonifikasi Yang Ginjal dan
menghangatkan meridian Ginjal.

38 | H a l a m a n
39

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. A. Aziz. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anastesya W. (2009). Artritis Pirai (Gout) dan Penatalaksanaannya. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Anggraini, F. S. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fracture Tibia

Azari RA. (2014). Journal Reading: Artritis Gout. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung.

Bai Xinghua. (1996). Acupuncture In Clinical Practice. Melbourne: Butterworth


Heinemann.

Chen et al., 2014. “Impact of Obesity and Hypertriglyceridemia on Gout


Development With or Without Hyperuricemia: A Prospective Study”.
Arthritis Care and Research, Vol. 65, No. 1, pp. 133-140.

Cheng, M., Paul F. R., Gang Z. (2014). Chinese Medical Classics Volume 16.
USA: PMPH-USA.

Choi, HK dan Curhan G. (2004).


http://bm.com/cgl/content/full/336/7639/309#BIBL (diakses tanggal 12
Pebruari 2018).

Damayanti, Deni. (2012). Panduan Lengkap Mencegah dan Mengobati Asam


Urat. Yogyakarta: Araska.

Dupuis, C. (2017). Pulse Diagnosis in Chinese Medicine Starting a Modern


Scientific Method. https://yinyanghouse.com/general/pulse-diagnosis-
inchinese-medicine-starting-a-modern-scientific-method, diakses pada
tanggal 09 Februari 2018.

Fandi, W. W. (2014). “Artritis Gout Dan Perkembangannya”, (online), vol.10,


No. 2 Desember 2014, diakses 12 Pebruari 2018.

Fauci et al., (2012). Harrison manual kedokteran. Jilid dua. Jakarta: Charisma
Publishing Group.

Fields, Theodore. (2017). Rheumatoid Arthritis and Gout: What’s the Difference?.
CreakyJoints and the clinical of the Inflammatory Arthritis Center's Early
Arthritis Initiative at the Hospital for Special Surgery in New York City
Fitria, F. (2015).Penambahan Latihan Stabilitas Lutut Lebih Baik daripada

39 | H a l a m a n
40

Koreksi Alignment pada Terapi Ultrasound dalam Menurunkan


Disabilitas pada Osteoarthritis dengan Deformitas di RSUD Dr.Pirngadi
Medan (Doctoral dissertation, Universitas Udayana).

Flaws Bob and Phillipe Sionneau. (2005). The Treatment of Modern Western
Medical Disease with Chinese Medicine. Blue Poppy Press: Beijing.

Gongwang, L., Liya, C., & Goto, S. (1996). Clinical acupuncture & moxibustion.
Tianjin: Tianjin Science & Technology Translation & Publishing
Corporation.

Hadi, T.R. (2016). https://www.scribd.com/doc/.../ Asam Urat Dengan


Akupunktur, diakses pada tanggal 24 Maret 2018.

Haryanto JT, Pradina YG, Estuningsih. (2017). Pengaruh Terapi Akupunktur Jin’s
3 Needle Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Nyeri Lutut Di
Dusun Sidorejo Desa Ngargorejo Kecamatan Ngemplak Boyolali .Jurnal
Keterapian Fisik, Volume 2, No 1,Mei 2017, hlm 01- 61

Helmi, N. Z. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika. Hidayat. (2009). Gout. www. dexamedica. com /images
/gout_dan_hiperurisemia.pdf. Diperoleh tanggal 12 Pebruari 2018.
Higher Education Press.

Hudyono, FX, T. (2009). Akupunktur dan Moksibusi. Surabaya: Airlangga


University Press. Hudyono, J. (2008). Buku Ajar Akupunktur dan
Moksibusi. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono dan Sugeng. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta:


Muha Medika. Khanna D, et al. (2013). American College of
Rheumatology Guidelines for Management of Gout. Journal HHS Author
Manuscripts.Vol. 64, No. 10, October 2012, pp 1447–1461). doi:
10.1002/acr.21772

Khanna et al., (2012). Guidelines for Management of Gout. Part 1: Systematic


Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapeutic Approaches to
Hyperuricemia, American College of Rheumatology, Vol. 64, No. 10, pp.
1431-1446.

Krisnatuti, D. MS, Rina. Dan Vera, Y (1997). Perencanaan Menu Untuk Penderita
Gangguan Asam Urat, edisi 12. Jakarta: PS.

Maciocia, G. (2011). Panduan Dasar Pengobatan Cina. Yogyakarta: Merkid Press.


Maciocia, G. (2013). Panduan Dasar Pengobatan Cina. Yogyakarta: Merkid Press.
Maharani, E. P. (2007). Faktor-Faktor Risiko Osteoarthritis Lutut.
Program Studi Magister Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas

40 | H a l a m a n
41

Diponegoro, Semarang. Misnadiarly, (2010). Osteoarthritis Penyakit


Sendi pada Orang Dewasa dan Anak. Pustaka Populer Obor: Jakarta.

Molloy, A. (2010). Redesign Your Life. Jakarta: Penebar Saudara Group.


Muniroh et al. (2010). Minyak Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada
Penderita Gout Artriti s Dengan Diet Tinggi Purin, Makara-Kesehatan,
Vol. 14, No. 2, pp.58.

Muttaqin, A. (2012). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi pada


Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nainggolan, O. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di


Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59, No. 12, pp. 589.

Nasution A.R., Sumariyono. (2009). Introduksi Reumatologi, Dalam: Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: FKUI hal. 2353-9. Neogi,
T. (2011). Clinical Practice of Gout, The New England Journal of
Medicine, pp. 443-447.

Nierengarten, Mary Beth. (2019). The ACR’s & EULAR’s Gout Guidelines
Include Treatment Approaches.www.the-rheumatologist.org. American
College of Rheumatology. ISSN 1931-3268 (print). ISSN 1931-3209
(online)

Noor Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:


Salemba Medika.

Peng Bo dan Xie Jianqun. (2007). Traditional Chinese Internal Medicine. China:
People’s Medical Publishing House.

Pialoux, J. (2008). Guide to Acupuncture and Moxibustion. Switzerland: Ed


Anglaise.Plateau Dextra Di RSUD Sragen (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Purwaningsih, Tinah. (2010). Faktor-Faktor Risiko Hiperurisemia pada Studi


Kasus di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal. Available from:
http://undip.ac.id/24334
Rasjad, C. (2015). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, cetakan kedelapan. Jakarta:
Yarsif Watampone, 332-334.

Rochat, E. (2012). Shen (Spirit, Soul) in Chinese Religion and Medicine. Paper
Charles Strong Trust Lecture.

Roddy, E dan Doherty, M. (2010). Epidemiology of Gout, Arthritis Research and


Therapy, diakses tanggal 12 Pebruari 2018
http://arthritisresearch.com/content/12/6/223.pdf.

41 | H a l a m a n
42

Ruhyanudin, F. (2011). Pemeriksaan Neurologis. Available at:


http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/09/PEMERIKSAAN.Neurologi
s.p df.

Saputra, K dan Idayanti A. (2005). Akupunktur Dasar. Surabaya: Airlangga


University Press.

Saputra, Koosnadi. (2012). Buku Ajar Biofisika Akupunktur Dalam Konsep


Kedokteran Energi. Jakarta: Salemba Medika.

Schumacher HR, Chen LX. (2008). Gout and Others Crystal Associated
Arthropathies in Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition,
The McGraw Hill, USA pp. 2165.

Setter S.M, Sonnet T.S. (2005). New Treatment Option in the Management of
Gouty Arthritis, US. Pharmacist.

Sim KJ. (2008). Ilmu Terapi Akupunktur. Singapore: TCM Publication. Sim KJ.
(2012). Dasar Teori Ilmu Herbal dan Akupunktur. Singapore: TCM
Publication. Sinaga E., Nonon S., Suprihatin N. S., Ummu S., Yulia A.
M., Agusniar T., Santa L. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi.
Jakarta: Universitas Nasional IWWASH Global One.

Stromberg, H., dan Susan C. D. (2017). Guide to Success in Nursing School A


Student Planner. United States of Amerika: Elsevier. Suhariningsih.
(2004). Pedoman Penggunaan Elektrostimulator dan Laser Pada Terapi
Akupunktur. Surabaya: Airlangga University Press.

Tehupeiory E.S. (2009). Artritis Pirai (Artritis Gout), Dalam: Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta: FKUI hal. 25, 56-60 .

Tetty, S. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas.


Bandung: PT. Refika Adiwijaya.

Utomo, W.S, Supratman dkk. (2015). “Pengaruh Pemberian Pendidikan


Kesehatan Asam Urat terhadap Pengetahuan dan Sikap Penderita Asam
Urat di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo”. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Diperoleh tanggal 12 Pebruari 2018.

Wahyudi, J. R. (2016). Materi Kuliah Diagnosa Akupunktur I. Jurusan


Akupunktur. Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Wang, Y. (2007). Internal Medicine of Traditional Chinese Medicine.Chinese.


Wang, Y. (2009). Micro-Acupuncture In Practice. Chrurchill
Livingstone: Elsiver inc.

42 | H a l a m a n
43

Wang, Y., dan Anlong, X. (2014). Zheng: A System Biology Approach to


Diagnosis and Treatments. Journal TCM Today-A Case for Integration
Science Advances, pp. 12-15.

Wei-wei Lu, Jin-ming Zhang, Zheng-tao Lv, An-min Chen. (2016). Update on the
Clinical Effect of Acupuncture Therapy in Patients with Gouty Arthritis:
Systematic Review and Meta-Analysis. Journal Evid Based Complement
Alternat Med. doi: 10.1155/2016/9451670

Wenxin Chai, Yan Tai, Xiaomei Shao, Yi Liang, Guo-qing Zheng, Ping Wang,
Jianqiao Fang, and Boyi Liu . (2018). Electroacupuncture Alleviates Pain
Responses and Inflammation in a Rat Model of Acute Gout Arthritis.
Journal Evid Based Complement Alternat Med. doi:
10.1155/2018/2598975

Wibisono, Y. (2017). Patomekanisme Akupunktur Analgesia. Continuing Medical


Education, 44(2): pp. 134-136.

Widowati, R. (2016). Modul Diagnosa Akupunktur I. JurusanAkupunktur.


Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Wilson, L. M., & Price, S. A. (2006).Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

World Health Organization. (2010). The World Health Report 2010.


http://www.who.int/whr/2010/en/index.html, diaksespada 09 Februari
2018. World Health Organization.(2015). Hospital Safety Index Guide
for Evaluators. Switzerland: PAHO.

Xinnong, C. (2010). Diagnostics of Traditional Chinese Medicine. London:


Singing Dragon.

Xu, C. J., dan Jane F. W. (2011). Diagnostics in Chinese Medicine. People’s


Medical Publishing House.

Xutian, S., Shusheng T., Chun-Su Y. (2014). Handbook of Traditional Chinese


Medicine. USA: World Scientific.

Yeh, D. D. (2016). The Four Pillars of Diagnostic.http://acupunctureecology.co


m/articles/four-pillars-of-diagnosis/, diakses pada tanggal 15 Januari
2018.

Zhang, J., Baixiao Z., Lixing L. (2014). Acupuncture and Moxibustion.USA:


PMPH.

43 | H a l a m a n
44

Zhen, W. L., dan Liang L. (2009). Essentials of Chinese Medicine. London:


Springer Dordrecht Heidelberg London New York. Volume 3.

Zhu Bing dan Wang Hongcai. (2011). Acupuncture Therapeutics. USA: Singing
Dragon

44 | H a l a m a n
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
Jurusan Akupunktur

FORMULIR
PENATALAKSANAAN AKUPUNKTUR
Identitas Pasien Form 0-1
Nama Pemeriksa/ Lenny Dwinijanti
Terapis
Tempat Periksa MAC Klinik

K. PENGKAJIAN Form 0-2


Data Umum
Tanggal Periksa 1 6 - 0 4 - 2 0 2 1 Kunjungan Ke: NoRM

Nama Pasien Tn. R Laki-laki* Perempuan*


Tanggal Lahir 1 1 - 1 1 - 1 9 8 1 Usia saat diperiksa 40 Tahun/bulan*
Alamat JL. Palayu 5 No 10, Kota Bogor Utara

No. telepon 0 8 5 3 7 4 2 1 7 5 1 3
Agama Islam Pendidikan Terakhir S1
Pekerjaan Karyawan Swsta Status Pernikahan* Sudah Belum
Rujukan dari

Vital Sign Form 2-1


Tekanan darah 120/80 mmHg Frekuensi 80 / menit
nadi
Respirasi 19 / menit Suhu tubuh 36 ° Celsius
Berat badan 65 kilogram Tinggi badan 170 centimeter
Kondisi umum* Compos Sopor Somnolen Delirium Coma
mentis
Catatan Alergi Form 2-2
Riwayat alergi* Tidak ada/ Tidak ada
Ada,
terhadap:
Diagnosis Medis(jika ada) Form 2-3
Sebutkan diagnosis medis dari dokter yang merawat/merujuk
Gout

Anamnesis Form 2-4


Keluhan Utama: Tangan dan kaki kanan teraba Auto/ Pada:
pembangkakan di persendian Alloanamnesis )* ...................................
Riwayat Penyakit (menjelaskan secara rinci riwayat keluhan utama yang saat ini dirasakan)
Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan tangan dan kaki bagiankanan teraba
pembangkakan di persendian ± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di tekan terasa
sakit dan terdapat pembengkakan di tangan dan kaki kanan. diperberat dengan
kondisi dingin, mereda denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang timbul
disertai rasa dinginpada sendi, dengan skala nyeri yaitu 6.

Keluhan Tambahan Tidak ada

Riwayat Penyakit Tidak ada


Dahulu

Riwayat Penyakit Tidak ada


Keluarga/
Lingkungan

Riwayat Terapi atau Tidak ada


Obat-obatan yang
dikonsumsi

Kondisi/ Tidak ada


Kecenderungan
Emosi
Aktivitas sehari-hari Bekerja
dan Olah raga

Istirahat dan tidur

Status Emosi
Marah Ada
Khawatir Tidak terlihat
Berpikir Ada
Sedih Tidak terlihat
Gembira Tidak terlihat
Takut & Terkejut Tidak terlihat
Merenung Tidak terlihat
Status Diet Form 3-1
Makanan Nafsu makan )* Tidak ada/ Kurang/ Sedikit/ Baik/ Berlebihan
Frekuensi makan ) 1x 2x 3x 4x >5x / hari
*
Jenis makanan Keringan
Porsi makan Satu centong
Kecenderungan manis/ asam/ pahit/ asin/ pedas/ tawar/ tidak ada
rasa
Camilan Kripik
1|Halaman
Minuman Frekuensi minum ) 2x 3x 4x 5x ≥8x gelas/ hari
*
Jenis minuman Air putih
Panas/dingin Panas
Status BAB-BAK Form 3-2
Buang Air Besar Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Konsistensi Lembek Darah* Ada Tidak
Bentuk Lojong Warna Coklat
Mengejan/tidak Tidak
Buang Air Kecil Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Jumlah Bening
Warna Putih kekuningan Darah* Ada Tidak
Kepekatan Tidak pekat Nanah* Ada Tidak
BAK malam hari Tidak
Status Lokalis(jika ada) Form 3-3
Lokasi Tangan bagian kanan

Penampilan Luar Normal


Pergerakan/ ROM Pergerakan terbatas

Sensasi* Seperti semut


Nyeri Panas Gatal Baal/Kebas
merayap
Palpasi Ketika diraba terdapat pembengkakan pada sendi

Skala Nyeri)* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar skematis
(jika perlu)

Status Ginekologis (pasien perempuan) Form 3-4


Gestasi (G) Partus (P) Aborsi (A)
.............. Kali hamil ...... Kali .........Kali keguguran
melahirkan
Menstruasi Tanggal mens Tidak
terakhir
Jarak antar mens Tidak
Lama mens Tidak
Frekuensi Teratur/ Tidak Teratur )*
Nyeri Tidak
Warna mens Tidak
Volume darah Sedikit/ Sedang (normal)/ Banyak )*
Bekuan darah Tidak
Keputihan Jumlah Tidak
Warna Tidak
Bau Tidak
Gatal Tidak
Kehamilan Kehamilan ke- Tidak
(jika pasien sedang Usia kehamilan Tidak
2|Halaman
hamil) Masalah selama Tidak
kehamilan
Status Pediatri (jika perlu) Form 4-1
Lama kehamilan Tidak Masalah selama Tidak
kehamilan
Berat badan lahir Tidak Masalah selama Tidak
persalinan
Panjang badan lahir Tidak Lama menyusu Tidak
Penyakit selama bayi Tidak Vaksinasi yang pernah Tidak
didapat
Manifestasi klinis pada Sindroma Organ/Meridian Form 4-2
Hati/Kandung Tidak ada
Empedu

Jantung/Usus Halus Tidak ada

Limpa/Lambung Tidak ada

Paru-paru/Usus Tidak ada


Besar

Ginjal/Kandung Ekstermitas tangan dan kaki teraba dingin


Kemih

Sindroma lainnya Wei : tidak demam Substansi vital :


(mencakup:meridian Qi : mudah lelah - Qi : mudah lelah
, Wei-Qi-Jing-Xue, Ying : tidak keringat spontan - Xue : tidak pendarahan
faktor patogen, Xue : tidak pendarahan - Jin ye : tidak mudah haus
substansi vital, dsb.)

Lidah Form 5-1


Otot Lidah Warna Merah muda pucat Gambar Lidah
Ukuran Tipis
Tapak gigi Ada
Bercak Ada
sianotik
Fisura Tidak ada
3|Halaman
Selaput Lidah Warna Putih
Tebal/tipis Tebal
Permukaan Kasar
Mengelupas Tidak
Bawah Lidah Kondisi vena Baik

Nadi(lingkari yang ditemukan) Form 5-2


Kedalaman* Superfisial (Fu) Normal Dalam/Tenggelam (Chen)
Kecepatan* Cepat (Shu) Normal Lambat (Huan)
Ukuran* Besar (Hong) Normal Tipis (Xi)
Kekuatan* Sangat Kuat (Shi) Kuat Normal Lemah (Xu)
Diferensiasi Lokasi Kiri Kanan
Cun Cun Dalam
Dalam
寸 寸
Guan Guan Lemah
Lemah
关 关
Chi Chi Lemah
Lemah
尺 尺
Pemeriksaan Tambahan (jika perlu) Form 5-3
Mencakup pemeriksaan panca indera, pemeriksaan fisik (head to toe),pemeriksaan spesifik: neurologi, dermatologi, penyakit dalam,
genetik, obstetri-ginekologi, dsb.

Pemeriksaan Laboratorium (jika ada) Form 5-4


Hemoglobin Tidak ada GDS Tidak ada Kolesterol total Tidak ada
Eritrosit Tidak ada GDP Tidak ada Trigliserida Tidak ada
Leukosit Tidak ada GD 2 jam PP Tidak ada LDL Tidak ada
Trombosit Tidak ada HbA1C Tidak ada HDL Tidak ada
LED Tidak ada SGOT Tidak ada Rasio LDL/HDL Tidak ada
Asam urat Tidak ada SGPT Tidak ada Ureum Tidak ada
GGT Tidak ada Kreatinin Tidak ada
Pemeriksaan Meliputi pemeriksaan kimia darah lain, imunologi,
feses, urin, radiologis, EKG, EEG, dsb.
Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Lainnya

L. DIAGNOSIS AKUPUNKTUR

V. ANALISIS DATA
optional
Hari/ Tanggal Data Fokus Masalah/Problem
/Jam

4|Halaman
Jumat, 16 April DO. Pasien tampak normal dengan badan agak Sindrom Bioleh karena Defisiensi
2021 tegak. composmentis, tidak ada obat yang
Yang Ginjal
dikonsumsi.

DS.Pasien datang dengan keluhan tangan dan Prinsip terapi:


kaki bagiankanan teraba pembangkakan di  Tonifikasi Yang tubuh
persendian ± sudah 3 hari yang lalu.  Menghangatkan meridian Ginjal
Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat
pembengkakan di tangan kanan. diperberat
dengan kondisi dingin, mereda
denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu
hilang timbul disertai rasa dinginpada
sendi, dengan skala nyeri yaitu 6.
VI. Diagnosis Akupunktur
Hari/ Tanggal Rumusan Diagnosis Akupunktur ( PES)

Jumat, 16 April Tn. R Berusia 40 tahun dengan keluhan tangan dan kaki bagian kanan teraba
2021 pembangkakan di persendian± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di tekan terasa sakit
dan terdapat pembengkakan di tangan kanan. diperberat dengan kondisi dingin,
mereda dengan penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang timbul disertai rasa dingin
pada sendi, dengan skala nyeri yaitu 6.
M. PERENCANAAN TERAPI AKUPUNKTUR
Tn. R Berusia 40 tahun dengan keluhan tangan dan kaki bagian kanan teraba pembangkakan di
persendian± sudah 3 hari yang lalu. Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat pembengkakan di tangan
kanan. diperberat dengan kondisi dingin, mereda denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang
timbul disertai rasa dinginpada sendi, dengan skala nyeri yaitu 6.Akan dilakukan terapi akupunktur
dengan prinsip terapi tonifikasi Yang tubuh dan menghangatkan meridian. Dengan sindrom Bi oleh
karena defisiensiYang Ginjal, kemudian dilakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk. Alat dan
bahan yang digunakan terapi akupunktur yaitu elektrostimulator, TDP, jarum akupunktur berukuran
1½, dan 1, kapas, bengkok, tempat jarum bekas, thermometer, tensi meter, hand sanitizer dan alkohol
70%. Posisi pasien saat diterapi adalah terlentangkemudian tengkurap. Posisi ini disesuaikan dengan
kenyamanan pasien saat dilakukan terapi akupunktur serta disesuaikan dengan lokasi penusukan. Titik
akupunktur yang digunakan yaitu titik utama BL 18 (Ganshu), BL 20 (Pishu), BL 23 (Shenshu), LV 3
(Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI 3 (Taixi). Dan titik diferensial yaitu ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan).
Frekuensi terapi 2 hari sekali sebanyak 5 kali terapi.

RENCANA TINDAKAN
Hari/Tanggal Rencana Tindakan Nama, TTD
Jumat, 16 April Tn. R Berusia 40 tahun.
2021 vital sign TD: 120/80 mmHg, R: 19
kali/menit, F: 85 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan tangan dan
kaki bagian kanan teraba pembengkakan
di persendian± sudah 3 hari yang lalu.
Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat
pembengkakan di tangan dan kaki kanan. Lenny Dwinijanti
diperberat dengan kondisi dingin, mereda
denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu
hilang timbul disertai rasa dinginpada
sendi, dengan skala nyeri yaitu 6.
Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: BL 18 (Ganshu), BL 20
(Pishu), BL 23 (Shenshu), LV 3
(Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI 3 (Taixi),
ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan).
N. PELAKSANAAN TERAPI AKUPUNKTUR

5|Halaman
Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD
Jumat/16 April Tn. R Berusia 40 tahun.
2021 vital sign TD: 120/80 mmHg, R: 19
kali/menit, F: 85 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan tangan dan
kaki bagian kanan teraba pembangkakan
di persendian ± sudah 3 hari yang lalu.
Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat
pembengkakan di tangan dan kaki kanan.
diperberat dengan kondisi dingin, mereda
denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu
hilang timbul disertai rasa dinginpada Lenny Dwinijanti
sendi, dengan skala nyeri yaitu 6.
Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: BL 18 (Ganshu), BL 20
(Pishu), BL 23 (Shenshu), LV 3
(Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI 3 (Taixi),
ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan).
Dengan modalitas terapi
elektrostimulator dan TDP sebagai alat
bantu terapi.
O. EVALUASI AKUPUNKTUR

Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD


Tindak Lanjut
Jumat/16 April Tn. R Berusia 40 tahun, Dengan keluhan
2021 tangan dan kaki bagian kanan teraba
pembangkakan di persendian ± sudah 3
Lenny Dwinijanti
hari yang lalu. Ketika di tekan terasa
sakit dan terdapat pembengkakan di
tangan dan kaki kanan. diperberat dengan
kondisi dingin, mereda dengan
penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang
timbul disertai rasa dingin pada sendi,
dengan skala nyeri yaitu 6 Setelah
dilakukan terapi yang pertama pasien
merasakan ada perubahan nyeri dari skala
6 menjadi 4 dan terasa nyaman. Pasien
akan di jadwalkan untuk terapi
selanjutnya.

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Selasa/20 April Tn. R Berusia 40 tahun.
2021 vital sign TD: 120/78 mmHg, R: 19
kali/menit, F: 85 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan tangan dan
kaki bagian kanan teraba pembangkakan
di persendian ± sudah 3 hari yang lalu.
Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat Lenny Dwinijanti
pembengkakan di tangan dan kaki kanan.
diperberat dengan kondisi dingin, mereda
denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu
hilang timbul disertai rasa dinginpada
sendi, dengan skala nyeri yaitu 4.
Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: BL 18 (Ganshu), BL 20
(Pishu), BL 23 (Shenshu), LV 3
(Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI 3 (Taixi),
ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan).
6|Halaman
Dengan modalitas terapi
elektrostimulator dan TDP sebagai alat
bantu terapi.
Gambar Lidah :

EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Selasa/20 April Tn. R Berusia 40 tahun, Dengan keluhan
2021 tangan dan kaki bagian kanan teraba
pembangkakan di persendian ± sudah 3
hari yang lalu. Ketika di tekan terasa
sakit dan terdapat pembengkakan di
tangan dan kaki kanan. diperberat dengan Lenny Dwinijanti
kondisi dingin, mereda dengan
penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang
timbul disertai rasa dingin pada sendi,
dengan skala nyeri yaitu 6 Setelah
dilakukan terapi yang kedua pasien
merasakan ada perubahan nyeri dari skala
6 menjadi 4 dan terasa nyaman. Pasien
akan di jadwalkan untuk terapi
selanjutnya.

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Jumat/23 April Tn. R Berusia 40 tahun.
2021 vital sign TD: 120/80 mmHg, R: 19
kali/menit, F: 85 kali/menit, BB: 65 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan tangan dan
kaki bagian kanan teraba pembangkakan
di persendian ± sudah 3 hari yang lalu. Lenny Dwinijanti
Ketika di tekan terasa sakit dan terdapat
pembengkakan di tangan dan kaki kanan.
diperberat dengan kondisi dingin, mereda
denganpenghangatan. Sensasi nyeri yaitu
hilang timbul disertai rasa dinginpada
sendi, dengan skala nyeri yaitu 2.
Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: BL 18 (Ganshu), BL 20
(Pishu), BL 23 (Shenshu), LV 3
(Thaizhong), SP 3 (Taibai), KI 3 (Taixi),
ST 25 (Tianshu), CV 4 (Guanyuan).
Dengan modalitas terapi
elektrostimulator dan TDP sebagai alat
bantu terapi.
Gambar Lidah:

7|Halaman
EVALUASI AKUPUNKTUR
Jumat/23 April Tn. R Berusia 40 tahun, Dengan keluhan
2021 tangan dan kaki bagian kanan teraba
pembangkakan di persendian ± sudah 3
hari yang lalu. Ketika di tekan terasa
sakit dan terdapat pembengkakan di Lenny Dwinijanti
tangan dan kaki kanan. diperberat dengan
kondisi dingin, mereda dengan
penghangatan. Sensasi nyeri yaitu hilang
timbul disertai rasa dingin pada sendi,
dengan skala nyeri yaitu 6 Setelah
dilakukan terapi yang ketiga pasien
merasakan ada perubahan nyeri dari skala
2 menjadi 0 dan terasa nyaman.
Pengesahan Status Klien
Akupunktur Terapis Pembimbing Lapangan

Nama: Lenny Dwinijanti Nama : dr. Nabila Gusrina Dewita

8|Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap Rano Rachestyo
Tempat/Tanggal Lahir Surabaya, 11-11-1981
Nomor KTP 31705111181026
Alamat JL. Palayu 5 No 10, Kota Bogor Utara

Menyetujui segala pemeriksaan dan tindakan akupunktur yang akan diberikan kepada*) diri saya
sendiri/ suami/ istri/ ayah/ ibu/ anak/ lainnya(sebutkan)___________________________ :
Nama Lengkap Rano Rachestyo
Tempat/Tanggal Lahir Surabaya, 11-11-1981
Nomor KTP 31705111181026
Alamat JL. Palayu 5 No 10, Kota Bogor Utara

sesuai dengan standar dan etika profesi akupunktur terapis.


Saya mengerti sepenuhnya dan dapat menerima segala pemeriksaan dan tindakan yang akan
diberikan, beserta segala risiko dan efek samping yang mungkin muncul, yang telah dijelaskan oleh
pemeriksa; dan tidak akan mengajukan tuntutan hukum apabila risiko dan efek samping tersebut
terjadi.

Demikianlah surat persetujuan ini saya isi dan tanda tangani dengan penuh kesadaran, tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.
Ditandatangani di Jakarta, tanggal 16 April 2021
Saksi 1, Yang membuat pernyataan,

Amelia K.S Rano Rachestyo

Saksi 2, Pemeriksa/ Terapis,

Lenny Dwinijanti
*) pilih salah satu

9|Halaman
LAPORAN KASUS SISTEM RESPIRO KARDIOVASKULAR

PRAKTIK KLINIK II ALIH JENJANG

”HIPERTENSI”

Nama: Lenny Dwinijanti


NIM : P27240020130

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA PRODI SARJANA TERAPAN


AKUPUNKTUR DAN HERBALJURUSAN AKUPUNKTUR
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Ini Telah Diperiksa, Dan Mendapatkan Persetujuan Dan
Pengesahan Dari Pembimbing Praktik Klinik Akupunktur II Alih Jenjang Prodi
Sarjana Terapan Akupunktur Dan Pengobatan Herbal Jurusan Akupunktur
Politeknik Kesehatan Surakarta

Jakarta, 24 Mei 2021

Disusun Oleh : Disetujui Oleh :

Lenny Dwinijanti Heni Nur Kusumawati, SKM,M.Kes


NIM P27240020130 NIP: 19710426 199803 2002

1|Halaman
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kasus
Hipertensi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada laporan kasus praktik II Alih Jenjang D4 Akupunktur. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang terapi
insomnia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Nur Kusumawati,
SKM,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
 yang telah membimbing tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terlaksananya praktik kerja lapangan ini
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 24 Mei 2021

Penulis

2|Halaman
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PKL…………………………… 1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi Menurut Teori Kedokteran .................................................. 6
1. Pengertian Hipertensi......................................................................... 6
2. Etiologi ............................................................................................. 6
3. Klasifikasi Hipertensi………………………………………………. 7
4. Patofisiologi Hipertensi…………………………………………….. 9
4. Penatalaksanaan ……………………………………………………10
B. Hipertensi Menurut Ilmu Akupunktur…………………………………10
1. Pengertian ………………………………………………………… 11
2. Etiologi dan Patofisiologi...................................................................11
3. Deferensiasi Sindrom……………………………………………… 12
4. Mekanisme Kerja Akupunktur .........................................................13
5. Evidence Based/Hasil Penelitian........................................................14

BAB III RESUME KASUS


1. Pengkajian ..........................................................................................15
2. Diagnosis Akupunktur.........................................................................17
3. Perencanaan Terapi Akupunktur........................................................19
4. Pelaksanan Terapi Akupunktur..........................................................19
5. Evaluasi Terapi....................................................................................20
6. Kesimpulan…………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 22

3|Halaman
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gaya hidup global, baik secara sosial dan ekonomi memegang hal yang
sangat besar dalam terjadinya transisi epidemiologis di negara maju dan
berkembang, sehingga semakin menggambarkan penyakit menular yang
cenderung berkurang menjadi penyakit tidak menular yang semakin meningkat.
Pergeseran epidemiologis ini disebabkan oleh perubahan dalam perubahan sosio-
ekonomi, lingkungan dan populasi, ketika orang-orang telah mengadopsi gaya
hidup yang tidak sehat, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, makanan yang
tinggi lemak dan kalori, dan konsumsi alkohol yang diperkirakan sebagai risiko
terjadinya faktor penyakit tidak menular. Pada abad ke-21 diperkirakan akan ada
peningkatan insiden dan prevalensi cepat penyakit tidak menular, yang merupakan
tantangan utama untuk masalah kesehatan di masa depan. WHO (World Health
Organization) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit tidak menular
akan menyebabkan 73% kematian dan 60% dari seluruh kesakitan di dunia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang merasakan dampak peningkatan angka
kesakitan ini. 1,2 Hipertensi adalah salah satu contoh penyakit tidak menular,
menjadi hipertensi masalah kesehatan sangat serius. Penyakit ini dikenal juga
silent killer. Penyakit ini akan menyerang berbagai organ dan menyebabkan
penyakit lain, misalnya, stroke, penyakit ginjal, serangan jantung, dan juga
kebutaan. Menurut hasil beberapa penelitian diketahui bahwa hipertensi yang
tidak terkontrol akan meningkatkan risiko stroke hingga tujuh kali lipat dan tiga
kali lipat risiko serangan jantung. Menurut WHO dan International Society of
Hypertension (ISH) 2012, saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh
dunia, dan tiga juta meninggal setiap tahun, tujuh dari sepuluh penderita tidak
menerima pengobatan yang memadai.2 Hipertensi adalah penyakit kardiovaskular
yang paling banyak, mempengaruhi sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa
di Amerika Utara dan Eropa. Hipertensi adalah faktor risiko untuk terjadinya
infark miokard dan stroke, penyebab kematian pertama dan ketiga yang paling
sering terjadi di Amerika. negara-negara ini, masing-masing, dan berkorelasi erat
dengan morbiditas akibat gangguan vaskuler. Tekanan darah dapat diturunkan
dengan beberapa jenis obat dan dengan perubahan gaya hidup seperti penurunan
berat badan, pembatasan asupan garam, dan olahraga. Namun intervensi gaya

4|Halaman
hidup sulit untuk dicapai dan bahkan lebih sulit untuk dipertahankan, dan terapi
obat mahal, bermasalah kepatuhan, dan disertai dengan efek samping yang tidak
diinginkan sehingga terapi komplementer menjadi alternatif atau terapi
pendamping yang diharapkan mampu menangani kasus hipertensi. Prevalensi
penderita hipertensi diperkirakan mencapai 15 juta orang Indonesia tetapi hanya
4% mengendalikan mereka yang menderita hipertensi dan mengetahui bahwa
mereka menderita hipertensi, dinyatakan bahwa 50% pasien tidak menyadari diri
mereka sebagai pasien hipertensi karena itu mereka cenderung menderita
hipertensi yang lebih berat karena tidak merubah gaya hidup dan menghindari
faktor risiko. 3 Akupunktur menurut pengobatan tradisional Tiongkok. Terapi
akupunktur secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah setelah 6 minggu
terapi. 4 Penanganan kasus hipertensi mengalami perkembangan. Berbagai terapi
komplementar (pendamping) menjadi terapi tambahan yang telah diberikan pada
penderita hipertensi selain terapi perubahan gaya hidup dan obat-obatan. Salah
satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengobati hipertensi
adalah Akupunktur.

5|Halaman
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hipertensi Menurut Ilmu Kedokteran


1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah ke dinding
pembuluh darah. Tekanan darah pada seseorang tergantung pada pekerjaan
yang dilakukan oleh jantung dan daya tahan pembuluh darah (Jitowiyono,
2018). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah secara konsisten yang meliputi tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik dengan nilai diatas 140/90 mmHg (Mary et al,
2008).

2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi primer atau hipertensi esensial yang diderita
sekitar 95% individu secara umum tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi
primer biasanya menyerang orang dewasa dan berhubungan dengan faktor
genetik. Sedangkan pada hipertensi sekunder, penyebabnya sudah dapat
diidentifikasi atau diketahui. Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi
penggunaan esterogen, penyakit ginjal, dan hipertensi vaskular ginjal
(Marrelli, 2008) Penyebab hipertensi menurut Ardiansyah (2012):
1) Hipertensi primer Hipertensi primer disebabkan oleh faktor genetik,
jenis kelamin, usia, diet yang tidak tepat, berat badan berlebih atau
obesitas, dan gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi alkohol dan
merokok),
2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder disebabkan oleh coarctation
aorta, penyakit parenkim dan vaskular ginjal, penggunaan kontrasepsi
hormonal (estrogen), gangguan endokrin, kegemukan, gaya hidup yang
tidak sehat (kurang olahraga), stres, kehamilan, dan peningkatan volume
intravascular
3. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Jitowiyono
(2018) menyatakan beberapa klasifikasi hipertensi, antara lain:
1) Hipertensi berdasarkan faktor penyebab Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

6|Halaman
hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer atau esensial
merupakan tekanan darah tinggi yang tidak disebabkan oleh suatu
penyakit. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti
stres dan kurang olahraga.
2) Hipertensi berdasarkan bentuknya
Selain berdasarkan penyebabnya, hipertensi juga dibedakan berdasarkan
bentuknya, yakni hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi
campuran. Selain itu, ada juga yang disebut hipertensi pulmonal, yaitu
suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas,
pusing, bahkan pingsan pada saat melakukan aktivitas tertentu. 3)
Hipertensi pada kehamilan Jenis hipertensi yang terakhir adalah
hipertensi pada kehamilan. Kementerian Kesehatan RI (2014)
menyebutkan bahwa pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang
umumnya terdapat pada saat kehamilan, antara lain:
a) Preeklampsia-eklampsia atau hipertensi yang diakibatkan kehamilan
(selain tekanan darah meningkat, juga didapat kelainan lain pada air
kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-
tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan.
b) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d) Hipertensi gastrointestinal atau hipertensi yang sifatnya sesaat.
Hipertensi juga dapat diklasifikasikan menurut tingkatan derajat
tekanan darah tinggi. Seventh Report of The Joint national Committee
VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa
usia 18 tahun keatas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah
tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu.
JNC VII (2003) mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut:

7|Halaman
Selain JNC VII, World Healt Organization (WHO) juga
mengklasifikasikan hipertensi dalam beberapa tingkatan. Klasifikasi
Hipertensi menurut WHO (2015) adalah sebagai berikut:

4. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi terjadi melalui mekanisme
tertentu. Beberapa mekanisme yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara
lain:
1) Curah jantung dan tahanan perifer Keseimbangan curah jantung dan tahanan
perifer berpengaruh terhadap skala pengukuran tekanan darah. Sebagian besar
kasus hipertensi esensial, terjadi peningkatan pada tahanan perifer tanpa diikuti
peningkatan curah jantung. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada kondisi
tersebut tubuh akan kekurangan untuk suplai oksigen dan nutrisi sehingga
mengakibatkan daya kontraksi jantung menurun dan menyebabkan terjadinya
penurunan curah jantung. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh

8|Halaman
konsentrasi kelotot halus yang terdapat pada arteriol. Apabila terjadi
peningkatan konsentrasi otot halus yang semakin lama, maka akan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang diperantarai oleh
angiotensin sehingga terjadi peningkatan tahanan perifer yang bersifat
irreversible (Gray et al., 2005).
2) Sistem Renin Angiotensin Aldosteron Renin-angiostensin merupakan sistem
endokrin yang berperan dalam mengontrol tekanan darah. Hipertensi terjadi
melalui mekanisme terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh ACE
(Angiotensin I-Converting Enzyme).Hati memproduksi angiostensinogen yang
terkandung di dalam darah. Hormon renin yang diproduksi ginjal akan
mengubah angiostensinogen menjadi angiostensin I (dekapeptida tidak aktif).
ACE yang diproduksi di paru-paru mengubah angiostensin I menjadi
angiostensin II. Angiostensin II sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah
dengan cara meningkatkan sekresi ADH (Antidiuretic Hormon) dan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal (Fauci et al., 2008;
Nuraini, 2015).
3) Sistem Saraf Otonom Sirkulasi sistem saraf otonom akan menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi dan dilatasiarteriol. Sistem saraf otonom memiliki
peran dalam mempertahankan tekanan darah. Padahal ini, hipertensi terjadi
karena adanya interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin
angiotensin aldosteron sehingga akan memengaruhi keseimbangan natrium dan
volume sirkulasi (Gray et al., 2005).
e. Manifestasi Klinis
Hipertensi Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung,
sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi
yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi
ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).

5. Penatalaksanaan Hipertensi

9|Halaman
Tujuan Penatalaksanaan medis pada seseorang yang menderita hipertensi
adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai atau mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg
(Muttaqin, 2009). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan atau dengan cara memodifikasi gaya hidup.
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak
lebih dari ½ sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga
dianjurkan untuk penderita hipertensi, dapat berupa jalan, jogging, bersepeda
selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Penting juga untuk
beristirahat dengan waktu yang cukup (6-8 jam) dan mengendalikan stress.
Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter keluarga terpercaya (Kemenkes, 2014).

B. Hipertensi Menurut Ilmu Akupunktur


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan keluhan yang sering terlihat didalam praktek klinis
yang ditandai oleh tekanan darah yang tinggi. Menurut Ilmu Akupunktur,
Hipertensi dikategorikan sebagai Xuan Yuan (Vertigo), danTuo Tong
(headache). Keduanya disebabkan oleh stagnasi Qi hati, naiknya Yang hati
dengan defisiensi Yin ginjal dan diet yang tidak tepat yang menyebabkan
defisiensi limpa dan akumulasi fleghma di interior (Xinghua, 1996 ; Yin dan
Lin, 2000).

2. Etiologi dan Phatogenesis


Hipertensi Traditional Chinese Medicine (TCM) mengklaifikasikan
hipertensi menjadi dua yaitu pusing atau vertigo. Penyebab hipertensi
memiliki hubungan erat dengan konstutitusi genetik, diet yang tidak tepat,
terlalu lelah, gangguan emosional, penuaan, depresi emosi yang
berkepanjangan, ketegangan mental yang berlebihan, kebiasaan
mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, dan kecenderungan suka terhadap
makanan yang berlemak dan manis (Xinghua, 1996 ; Ren 2006). Penyebab
lain hipertensi adalah mental injury, yang mengakibatkan stagnasi Qi hati
dan selanjutnya menyebabkan berkobarnya api hati, diet yang tidak tepat,
yang menyebabkan defisiensi limpa dan akumulasi phelgm interior dan

10 | H a l a m a n
penyakit yang merusak Yin ginjal, menyebabkan hiperaktivitas dari Yang
hati (Xinghua, 1996 ; Ren 2006).

3. Diferensiasi Sindrom
Hipertensi Zhang dan Xu (2007) menjelaskan diferensiasi sindrom pada
kasus hipertensi meliputi :
1) Sindrom Hiperaktivitas Yang Hati Manifestasi utama pada sindrom
Hiperaktivitas Yang Hati berupa dizziness, nyeri distensi di kepala,
pandangan mata kabur, kemerahan pada wajah, mata merah, tinnitus,
mudah marah, insomnia, urin kuning, konstipasi, lidah merah kering
dengan sedikit selaput, nadi cepat seperti benang dan tegang. Titik yang
digunakan: Taixi (KI 3), Taichong (LV 3), Sanyinjiao (SP 6), Shensu
(BL 23), Fengchi (GB 20), Xiaxi (GB 43) dengan metode reinforcing
untuk menguatkan Yin Ginjal.
2) Sindrom Defisiensi Yin Hati dan Ginjal Manifestasi utama pada
sindrom Defisiensi Yin Hati dan Ginjal berupa dizziness, palpitasi,
pandangan mata kabur, tinnitus, sensasi panas di lima titik, sakit dan
lemah di lutut dan pinggang, sering buang air kecil pada malam hari,
keringat malam, lidah merah, nadi dalam lemah dan seperti benang.
Titik yang digunakan: Taixi (KI 3), Sanyinjiao (SP 6), Ganshu (BL 18),
Yanglingquan (GB 34), Shensu (BL 23) untuk meningkatkan Hati dan
ginjal.
3) Sindrom Berkobarnya Api Hati Manifestasi utama pada sindrom
Berkobarnya Api Hati berupa sakit kepala, dizziness, wajah dan mata
merah, mudah marah, tinnitus, ketulian, konstipasi, kering dan rasa
pahit dimulut, kelelahan, gelisah, urin kuning, lidah merah dengan
selaput kuning, nadi tegang dan cepat. Titik yang digunakan: Xingjian
(LV 2), Quchi (LI 11), Baihui (GV 20), Fengchi (GB 20), dengan
metode sedasi, dan melakukan pricking pada titik Taiyang (EX-HN 5).
4) Sindrom Akumulasi Fleghma Lembab di Jiao Tengah Manifestasi
utama pada sindrom Akumulasi Fleghma Lembab di Jiao Tengah
berupa pusing berputar-putar, sensasi berat di kepala, mudah ngantuk,
sensasi penuh dan rasa tertekan di dada, lidah gemuk, terdapat tapak
gigi dan berminyak dengan selaput keputihan, nadi licin atau tegang.
Titik yang digunakan: Fenglong (ST 40), Zhongwan (CV 12), Zusanli

11 | H a l a m a n
(ST 36), Neiguan (PC 6), Yinlingquan (SP 9) dengan metode
menghilangkan lembab.

4. Mekanisme Kerja Akupunktur


Mekanisme untuk menurunkan tekanan darah dengan akupunktur
masih terus ditelusuri. Ini karena patofisiologi hipertensi sendiri sangat
kompleks dan dipengaruhi interaksi dari berbagai faktor. Namun
berdasarkan penelitian yang ada mekanisme aksi akupunktur bagi
managemen hipertensi telah dikemukakan. Secara segmental,
penusukan akupunktur pada titik tertentu memicu stimulasi saraf aferen
yang akan diteruskan ke cornu posterior medula spinalis dan kemudian
ke cornu intermediolateral medula spinalis dan sediaan yang
menyebabkan hambatan pada stimulasi simpatik yang mengakibatkan
penurunan impuls simpatis dan peningkatan aktivasi saraf parasimpatis
yang menstimlasi vasodilatasi. Efek akupunktur dalam menurunkan
tekanan darah termasuk dalam mengatur regulasi zat vasoaktif di
endotel pembuluh darah. Salah satu zat aktif yang diketahui
dipengaruhi oleh pengeluaran dan aktivasi melalui akupunktur adalah
Nitric Oxide (NO),Tusukan jarum pada titik akupunktur akan
merangsang nada saraf parasimpatis dan menekan nada saraf simpatik.
Parasimpatis yang dominan akan menghasilkan asetilkolin, di mana
ikatan asetilkolin dalam sel endotel akan menginduksi pembentukan
Nitrit Oksida lokal dan di endotelium, yang kemudian berdifusi menjadi
otot polos pembuluh darah dan kemudian mengubah aliran darah dan
sirkulasi lokal, di mana relaksasi otot pembuluh darah halus.

5. Evidence Bassed/ Hasil Penelitian


Judul: Terapi Hipertensi dengan Akupunktur serta herbal seledri dan
wortel
Penulis: Ulfa Nur Khasanah, Ario Imandiri, Myrna Adianti
DOI: 10.20473/jvhs.V2I2.2018.67-73
Tujuan: Untuk mengetahui efek terapi akupunktur menggunakan titik
Fengchi (GB20), Taichong (LR3), Hegu (LI4) dan 2 titik tambahan yaitu
Xuehai (SP10) dan Chize (LU5) serta terapi herbal seledri (Apium
graveolens L.) dan wortel (Daucus carota L.) terhadap penderita hipertensi.

12 | H a l a m a n
Metode: Penanganan hipertensi dengan metode terapi akupunktur dan
herbal. Terapi akupunktur dilakukan pada titik Fengchi (GB20), Taichong
(LR3), Hegu (LI4) dengan prinsip sedasi api hati dan titik Xuehai (SP10)
dan Chize (LU5) dengan prinsip tonifikasi. Pada terapi herbal pasien
diberikan herbal seledri segar (Apium graveolens L.) dan wortel (Daucus
carota L.) yangmemiliki efek hipotensif.
Hasil: Penanganan hipertensi dengan terapi akupunktur yang diberikan
sebanyak 12 kali, 3 kali dalam seminggu. Terapi herbal diberikan selama 4
minggu, diminum 1 kali sehari pada sore hari dengan dosis 200 ml. Terapi
ini dapat menurunkan tekanan darah pasien.
Kesimpulan: Terapi akupuntur pada titik Fengchi (GB20), Taichong
(LR3), Hegu (LI4) dengan prinsip sedasi api hati dan titik Xuehai (SP10)
dan Chize (LU5) dan herbal seledri segar (Apium graveolens L.) dan
wortel (Daucus carota L.) dapat menurunkan tekanan darah dan keluhan
tambahan lainnya pada pasien hipertensi.

13 | H a l a m a n
BAB III
RESUME KASUS

1. Pengkajian
a. Data Umum
Dari pengkajian didapatkan data identitas pasien sebagai berikut nama Tn
H berusia 44 tahun sudah menikah, agama islam, dengan keluhan
tekanan darah tinggi,yang dilaksanakan pada tanggal 09 April 2021 di
MAC Klinik.
b. Pemeriksaan Vital Sign
Pada pemeriksaan vital sign pada Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 170/100 mmHg, pemeriksaan respirasi 18 kali/menit,
pemeriksaan denyut nadi 80 kali/menit, suhu tubuh 36,5° C dengan berat
badan 78 kilogram dan tinggi badan 170 centimeter. Pada pemeriksaan
lidah didapatkan bahwa otot lidah merah, ukuran lidah gemuk, dengan
selaput kuning tebal permukaan basah, tidak mengelupas, ada tapak gigi,
tidak ada fisura, tidak ada bercak sianotik.
c. 4 Cara Pemeriksaan
1) Wang (Penglihatan)
Pada pengkajian Wang Tn. H didapatkan pemeriksaan Shen terlihat
lemas, tampak kurang bersemangat, sinar mata merah , ekspresi
umum lesu, kesadaran sadar penuh, posisi tubuh pasien tegak. Pada
pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada kelainan
anatomis. Sedangkan keadaan keringat pada saat dilakukan
berkeringat biasa. Pasien Tn. H dapat berjalan bebas pergerakannya,
tidak terdapat gangguan gerak lain.
Pada pemeriksaan lidah didapatkan data warna otot lidah merah ada
selaput kuning tebal, otot lidah gemuk, pergerakan ototnya tidak
tremor.
2) Wen (pendengaran dan penciuman)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara
Tn. H terdengar jelas, namun lemas, tidak ada suara nafas, tidak ada
suara batuk. Pada pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan,
bau keringat, dan tidak ada bau mulut pada pasien.
3) Wun (Anamnesa)

14 | H a l a m a n
Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 April 2021dengan cara auto –
anamnesa. Dari pengkajian didapatkan data Tn . Husia 44 tahun
datang dengan Keluhan pusing kepala sampai ke leher. Tn. H
memiliki kencenderungan menyukai jenis makanan gorengan, asin
dan pedas. Frekuensi minum Tn. H yaitu kurang lebih 5 kali sehari
dengan volume kurang lebih 1,5 liter dalam sehari, cenderung
menyukai air mineral dengan suhu hangat. Pada pemeriksaan BAK
didapatkan data bahwa buang air kecil (BAK) frekuensinya 4 – 5
kali sehari dengan jumlah sedang, warnanya kekuningan dan jernih,
tidak terdapat darah dan nanah pada urinnya, serta 3x buang air pada
malam harinya. Pada pemeriksaan BAB didapatkan data bahwa
buang air besar (BAB) frekuensinya 1 kali dalam sehari di pagi hari
dengan konsistensi padat, berbentuk, berwarna kekuningan,
mengejan normal dan tidak terdapat darah.. Pada organ jantung dan
usus kecil terdapat mudah marah. Perabaan dan Palpasi (Cie)
Pada hasil pemeriksaan nadi pada Tn. H didapatkan hasil
kedalaman nadi dalam, kecepatan nadi lambat, ukuran nadi normal,
kekuatan nadi lemah dan benang. Deferensiasi cun kiri teraba
superfisial, guan kiri teraba dalam, dan chi kiri teraba lemah, sedangkan
cun kanan teraba kuat normal, guan kanan teraba dalam, chi kanan
teraba lemah

Kiri Kanan
Cun Kuat Normal
Superfisial

Guan Dalam
Dalam

Chi
Lemah Lemah

d. Pemeriksaan Tambahan
Pasien Tn. H tidak mencantumkan hasil pemeriksaan tambahan.

2. Diagnosis Akupunktur
a. Analisis
1) Analisa Data Umum

15 | H a l a m a n
Pada pemeriksaan vital sign pada Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 160/90 mmHg, tekanan darah tersebut menandakan
tekanan darah tinggi. Menurut American Heart Assosiaciation tekanan
darah sistolik secara konsisten berkisar antara 120 – 129 mmHg dan
diastolik <60 mmHg. Pemeriksaan respirasi 18 kali/menit. Menurut
WHO, pengukuran respirasi normal pada dewasa, yaitu 16 – 20
kali/menit. Pemeriksaan denyut nadi 80 kali/menit. Menurut WHO,
pemeriksaan denyut nadi normal pada orang dewasa, yaitu 70 – 80
kali/menit. Suhu tubuh 36,5° C. Menurut hasil penelitian dari dokter
berkebangsaan Jerman bernama Carl Wunderlich, suhu tubuh normal
orang dewasa: 36,5-37,5° C. Berat badan 78 kilogram dan tinggi badan
170 centimeter. Berdasarkan perhitungan Body Mass Index (BMI),
tergolong memiliki status berat badan yang cukup. Tn. H tidak memiliki
alergi.
2) Analisa data pengamatan (Wang)
Berdasarkan data Wang (pengamatan) keadaan semangat dari Tn.H
tampak kurang bersemangat, sinar mata merah, ekspresi umum lesu,
kesadaran sadar penuh dan dapat dianalisa bahwa pasien itu mempunyai
defisisien Qi. Pada Sing Tay terdapat data posisi tubuh pasien tegak
menunjukkan Panas . Pada pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir
tidak ada kelainan anatomis. Sedangkan keadaan keringat pada saat
dilakukan anamnesa pasien Tn.H berkeringat biasa. Pada pengamatan
lidah didapatkan data warna otot lidah merah muda ada selaput kuning
tebal menunjukkan adanya lembab dan panas. Otot lidah gemuk
menunjukkan Lembab. Selain itu kebasahan cukup lembab menandakan
keadaan cairan tubuh, dan pergerakan ototnya tidak tremor.
3) Analisa data pendengaran dan Penciuman (Wen)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Tn. H
terdengar lemah, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk. Pada
pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan
tidak ada bau mulut pada pasien. Menurut Saputra (2017), suara yang
lemah menunjukkan sindrom defisien. Pada pemeriksaan Tn.H
didapatkan suara keras dan tidak ada bau mulut.
4) Analisa data Wun (anamnesa)

16 | H a l a m a n
Berdasarkan data Wun (anamnesa) pasien Tn. H 44 tahun datang dengan
keluhan utama Kepala pusing sampai leher. Pasien merasakan enak saat
dilakukan penekanan. Riwayat penyakit pasien Tn. H memiliki riwayat
sakit keturunan dari bawaan atau dari orang tua yaitu jantung coroner.
Dari pertanyaan khusus kepada pasien Tn .H didapatkan data pasien
menyatakan sering marah, merasakan panas yang menunjukkan adanya
faktor panas. Keadaan BAB (Buang Air Besar) sehari 1x dan tinja yang
keras dan berbentuk menunjukkan adanya Lembab panas, dan keadaan
BAK (Buang Air Kecil) urin banyak yaitu semalam 3x. Dari nafsu
makan pasien Tn. H baik. Kebiasaan makan pedas dan asin. Suka minum
hangat, sering haus tetapi tidak suka minum.
5) Analisis Data Cie (palpasi atau perabaan)
Berdasarkan data Cie (palpasi) pada nadi didapatkan nadi secara umum
tenggelam, Cepat, licin yang menunjukkan Lembab panas. Terapi pada
kasus Tn. H dilakukan pada area Ashe Point, dan titik akupunktur. Pada
palpasi (Cie) didapatkan area Ashe Point yaitu di abdomen.

b. Kalimat Diagnosis
Tn. H, usia 44 tahun dengan keluhan Kepala pusing sampai leher sindrom
Lembab panas di Limpa dan Jantung.

3. Perencanaan Akupunktur
Rencana tindakan pada tanggal 09 April 2021adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Terapi
Prinsip terapi pada Tn. H adalah :
c) Menguatkan limpa dan menghilangkan kelembapan,
d) Tonifikasi Limpa,
e) Membuang panas dan menyelaraskan Jantung
2) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : stetoskop,
sphygnomanometer, termometer, bengkok, kom+ tutup, safety box,
jarum halus (filiform needle) ukuran 1 cun dan 1,5 cun, kapas, alkohol
70%, elektrostimulator.
3) Titik Akupunktur

17 | H a l a m a n
Titik akupunktur yang digunakan: Baihui (GV20), Shenting (GV24),
Yintang (EX-HN3), Fengchi (GB20), Jianjing (GB 21), Quchi (LI11),
Sanyinjiau (SP6), Taixi (KI3), Neiguan (PC 6). Dengan modalitas terapi
elektrostimulator, jarum akupunktur.
4) Jadwal terapi
Melakukan terapi 1-2 kali dalam seminggu.

4. Pelaksanaan Akupunktur
Setelah pasien bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan,
terapi akupunktur dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati. Terapi
dilakukan selama 1 minggu 2x terapi diharapkan dapat mengurangi keluhan
yang dirasakan pasien Tn. H. Pelaksanaan terapi akupunktur dilakukan
dengan berbagai tahapan seperti menyiapkan peralatan, kemudian melakukan
vital sign dan menanyakan seputar keluhan Tn. H. Setelah anamnesa selesai
terapis mempersilahkan Tn. H berbaring di bed yang telah disediakan dan
memposisikan pasien dalam keadaan terlentang dan pasien merasa nyaman
saat dilakukan terapi akupunktur. Pertama dilakukan penusukan pada titik
Baihui (GV20), Shenting (GV24), Yintang (EX-HN3), Fengchi (GB20),
Jianjing (GB21), Quchi (LI11), Sanyinjiau (SP 6), Taixi (KI3), Neiguan
(PC6) .Terapi ini dilakukan selama 15 menit menggunakan elektrostimultor
dengan frekuensi 10 Hz metode tonifikasi, dengan menggunakan intermitten
wave dan Saran dan anjuran yang dapat diberikan kepada pasien hindari
makan pedas, jangan terlalu banyak berfikir. minum yang teratur kurang lebih
8 gelas perhari, dan istirahat yang cukup.

5. Evaluasi
a) Sabtu/09 April 2021: pasien Tn. H menyatakan sudah ada perubahan
dimana sakit kepala sudah berkurang frekuensinya. Skala nyeri 5 ke 3.
Pada area Ashe Point sudah tidak terasa sakit saat ditekan..
b) Selasa/13 April 2021: dilakukan penusukkan seperti pada titik-titik
akupunktur sebelumnya, ditambah dengan penusukkan untuk titik
penenang. Modalitas terapi yang digunakan yaitu Elektro stimulator
dengan frekuensi 4 Hz selama 15 menit, hal ini sesuai dengan prinsip
terapi yaitu tonifikasi.

18 | H a l a m a n
c) Selasa/13 April 2021: Pada pemeriksaan akhir sesudah melakukan terapi
akupunktur didapatkan anamnese data: kondisi pasien yang sudah
mengalami perubahan, sakit kepala sampai leher skala nyeri 3 ke 1. Dari
pengamatan lidah: warna merah muda, selaput tipis putih, kelembapan
cukup. Dari pemeriksaan lidah sudah ada perubahan. Dari pengamatan
SHEN (keadaan jiwa): pasien bersemangat, ceria.

6. Kesimpulan
1. Tn. H berusia 44 tahun dengan keluhan Sakit kepala sampai leher dari
seminggu yang lalu, kesimpulan sindrom yaitu Lembab panas di Limpa
dan Jantung.
2. Prinip Terapi yang akan dilakukan: Tonifikasi limpa dan menghilangkan
kelembapan, Membuang panas menenangkan Jantung.

19 | H a l a m a n
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M., 2012.MedikalBedah. Yogyakarta: Diva Press.


Cahyono.,&Suharjo B., 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam
Praktik Kedokteran.Yogyakarta:Kanisius.

Fauci et al., 2008.Severe Sepsis and Septic Shock.Harison’s: Principles of Internal


Medicine 17th Ed. USA: The McGraw Hill Companies.

Gray, et al., 2005. Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.

Jitowiyono S., 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS.
JNC VII, 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
JAMA, 289, p. 2560 – 2571.
KementrianKesehatanRepublik Indonesia, 2014.Pusat Data dan Informasi. Jakarta
Selatan:KementrianKesehatanRepublik Indonesia.
Marrelli, T.M., 2008. Nursing Documentation Handbook,
Jakarta:BukuKedokteran EGC.
Mary, B., Mary, W., &Yakobus, S., 2008.Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri
Asuhan Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, A. Editor Nurachmach, E. 2009. Asuhan Keperawatan Klien
GangguanSistemKardiovaskuler. Jakarta: SalembaMedika.
Ren, Z., 2007. Chinese-English Edition of Acupuncture Treatment for
Hypertension. Shanghai Scientific and Technical Publishers.
World Health Organization, 2015. A global brief on hypertension: silent killer,
global public health crisis. WHO.
Xinghua, Bai, 1996. Acupuncture in Clinical Practice, London: Reed Education
&ProffesionalPublishin Ltd.
Zhang, R., &Zu, H., 2007. Acupuncture Treatment for Hypertension. Shanghai:
Shanghai Scientific and Technical Publisher.

20 | H a l a m a n
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
Jurusan Akupunktur

FORMULIR
PENATALAKSANAAN AKUPUNKTUR
Identitas Pasien Form 0-1
Nama Pemeriksa/ Lenny Dwinijanti
Terapis
Tempat Periksa MAC Klinik

P. PENGKAJIAN Form 0-2


Data Umum
Tanggal Periksa 0 9 - 0 4 - 2 0 2 1 Kunjungan Ke: 1 NoRM

Nama Pasien Tn H Laki-laki* Perempuan*


Tanggal Lahir 1 7 - 0 6 - 1 9 7 7 Usia saat diperiksa 44 th Tahun/bulan*
Alamat Jl. Persatuan No 4 Jakarta Barat

No. telepon 0 8 1 9 2 0 9 6 0 1 5
Agama Islam Pendidikan Terakhir S2
Pekerjaan PNS Status Pernikahan* Sudah Belum
Rujukan dari

Vital Sign Form 2-1


Tekanan darah 170/100 mmHg Frekuensi 80 / menit
nadi
Respirasi 18 / menit Suhu tubuh 36,5 ° Celsius
Berat badan 78 kilogram Tinggi badan 170 centimeter
Kondisi umum* Compos Sopor Somnolen Delirium Coma
mentis
Catatan Alergi Form 2-2
Riwayat alergi* Tidak ada/ Tidak ada alergi
Ada,
terhadap:
Diagnosis Medis(jika ada) Form 2-3
Sebutkan diagnosis medis dari dokter yang merawat/merujuk
Hipertensi

Anamnesis Form 2-4


Keluhan Utama: Sakit Kepala sampai leher Auto/ Pada:
Alloanamnesis )* ...................................
Riwayat Penyakit (menjelaskan secara rinci riwayat keluhan utama yang saat ini dirasakan)
Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sakit leher ± 1 minggu, sakit bertambah berat saat
digunakan untuk beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri 5. Dengan tekanan darah
170/110 mmHg.

Keluhan Tambahan Tidak ada

Riwayat Penyakit Tidak ada


Dahulu

Riwayat Penyakit Riwayat Keluarga orang tua ada penyakit Jantung


Keluarga/
Lingkungan

Riwayat Terapi atau Tidak ada


Obat-obatan yang
dikonsumsi

Kondisi/ Sering marah


Kecenderungan
Emosi
Aktivitas sehari-hari PNS dan olahraga berenang
dan Olah raga

Istirahat dan tidur Tidak ada gangguan tidur

Status Emosi
Marah Ada
Khawatir Tidak terlihat
Berpikir Ada
Sedih Tidak terlihat
Gembira Tidak terlihat
Takut & Terkejut Tidak terlihat
Merenung Tidak terlihat
Status Diet Form 3-1
Makanan Nafsu makan )* Tidak ada/ Kurang/ Sedikit/ Baik/ Berlebihan
Frekuensi makan ) 1x 2x 3x 4x >5x / hari
*
Jenis makanan Keringan
Porsi makan Satu centong
Kecenderungan manis/ asam/ pahit/ asin/ pedas/ tawar/ tidak ada
rasa
Camilan Gorengan
Minuman Frekuensi minum ) 2x 3x 4x 5x ≥8x gelas/ hari
*
Jenis minuman Manis
1|Halaman
Panas/dingin Dingin
Status BAB-BAK Form 3-2
Buang Air Besar Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Konsistensi Keras Darah* Ada Tidak
Bentuk Patah-patah Warna kuning
Mengejan/tidak Tidak mengejan
Buang Air Kecil Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Jumlah Sedang
Warna Bening kekuningan Darah* Ada Tidak
Kepekatan Tidak pekat Nanah* Ada Tidak
BAK malam hari 2x
Status Lokalis(jika ada) Form 3-3
Lokasi Kepala

Penampilan Luar Tidak tampak benjolan


Pergerakan/ ROM Dapat bergerak bebas

Sensasi* Seperti semut


Nyeri Panas Gatal Baal/Kebas
merayap
Palpasi Daerah leher kalau ditekan enak

Skala Nyeri)* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar skematis
(jika perlu)

Status Ginekologis (pasien perempuan) Form 3-4


Gestasi (G) Partus (P) Aborsi (A)
.............. Kali hamil ...... Kali .........Kali keguguran
melahirkan
Menstruasi Tanggal mens -
terakhir
Jarak antar mens -
Lama mens -
Frekuensi Teratur/ Tidak Teratur )*
Nyeri -
Warna mens -
Volume darah Sedikit/ Sedang (normal)/ Banyak )*
Bekuan darah -
Keputihan Jumlah -
Warna -
Bau -
Gatal -
Kehamilan Kehamilan ke- -
(jika pasien sedang Usia kehamilan -
hamil) Masalah selama -
kehamilan
Status Pediatri (jika perlu) Form 4-1
2|Halaman
Lama kehamilan Masalah selama
kehamilan
Berat badan lahir Masalah selama
persalinan
Panjang badan lahir Lama menyusu
Penyakit selama bayi Vaksinasi yang pernah
didapat
Manifestasi klinis pada Sindroma Organ/Meridian Form 4-2
Hati/Kandung Tidak ada keluhan
Empedu

Jantung/Usus Halus Debar-debar

Limpa/Lambung Terasa berat

Paru-paru/Usus Tidak ada keluhan


Besar

Ginjal/Kandung tidak ada keluhan


Kemih

Sindroma lainnya Wei : tidak demam Substansi vital :


(mencakup:meridian Qi : mudah lelah - Qi : mudah lelah
, Wei-Qi-Jing-Xue, Ying : tidak keringat spontan - Xue : tidak pendarahan
faktor patogen, Xue : tidak pendarahan - Jin ye : tidak mudah haus
substansi vital, dsb.)

Lidah Form 5-1


Otot Lidah Warna Merah Gambar Lidah
Ukuran Gemuk
Tapak gigi Tidak ada
Bercak Tidak ada
sianotik
Fisura Tidak tampak
Selaput Lidah Warna Kuning
Tebal/tipis Tebal
Permukaan Basah
3|Halaman
Mengelupas Tidak mengelupas
Bawah Lidah Kondisi vena Tidak ada
Nadi(lingkari yang ditemukan) Form 5-2
Kedalaman* Superfisial (Fu) Normal Dalam/Tenggelam (Chen)
Kecepatan* Cepat (Shu) Normal Lambat (Huan)
Ukuran* Besar (Hong) Normal Tipis (Xi)
Kekuatan* Sangat Kuat (Shi) Kuat Normal Lemah (Xu)
Diferensiasi Lokasi Kiri Kanan
Cun Cun Kuat Normal
Superfisial
寸 寸
Guan Guan Dalam
Dalam
关 关
Chi Chi
Lemah Lemah
尺 尺
Pemeriksaan Tambahan (jika perlu) Form 5-3
Mencakup pemeriksaan panca indera, pemeriksaan fisik (head to toe),pemeriksaan spesifik: neurologi, dermatologi, penyakit dalam,
genetik, obstetri-ginekologi, dsb.
Tidak ada pemeriksaan tambahan

Pemeriksaan Laboratorium (jika ada) Form 5-4


Hemoglobin GDS Kolesterol total
Eritrosit GDP Trigliserida
Leukosit GD 2 jam PP LDL
Trombosit HbA1C HDL
LED SGOT Rasio LDL/HDL
Asam urat SGPT Ureum
GGT Kreatinin
Pemeriksaan Meliputi pemeriksaan kimia darah lain, imunologi,
feses, urin, radiologis, EKG, EEG, dsb.
Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Lainnya

Q. DIAGNOSIS AKUPUNKTUR

VII. ANALISIS DATA


optional
Hari/ Tanggal Data Fokus Masalah/Problem
/Jam
Sabtu/09 April 2021/ DO. Pasien tampak normal dengan badan Sakit kepala karena sindrom
10.00 tegak. composmentis, tidakada obat yang Lembab panas pada Limpa dan
dikonsumsi. Jantung
DS. Pasien dengan keluhansakit leher ± 1 Prinsip terapi:
minggu, sakit bertambah berat saat  Menguatkan limpa dan
4|Halaman
digunakan untuk beraktifitas, nyeri dengan Menghilangkan lembab
skala nyeri 5.  Tonifikasi limpa
 Membuang panas dan
menyelaraskan Jantung

VIII. Diagnosis Akupunktur


Hari/ Tanggal Rumusan Diagnosis Akupunktur ( PES)

Sabtu/09 April 2021 Tn. H berusia 44 tahun dengan keluhan sakit kepala sampai ke leher ± 1 minggu ,
sakit bertambah berat saat digunakan untuk beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri 5.

R. PERENCANAAN TERAPI AKUPUNKTUR


 Tn. Hberusia 44 tahun dengan keluhansakit kepala sampai ke leher ± 1 minggu , sakit bertambah berat
saat digunakan untuk beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri 5.Akan dilakukan terapi akupunktur dengan
prinsip terapi menguatkan limpa dan menghilangkan lembab, tonifikasi limpa, membuang panas dan
menyelaraskan jantung. Dengan sindrom Lmebab Panas di Limpa dan Jantung, kemudian dilakukan
desinfeksi pada area yang akan ditusuk. Alat dan bahan yang digunakan terapi akupunktur
yaituelektrostimulator jarum akupunktur berukuran 1½, 1, dan ½ cun, kapas, bengkok, tempat jarum
bekas, thermometer, tensi meter, hand sanitizer dan alkohol 70%. Posisi pasien saat diterapi adalah
terlentang. Posisi ini disesuaikan dengan kenyamanan pasien saat dilakukan terapi akupunktur serta
disesuaikan dengan lokasi penusukan. Titik akupunktur yang digunakan yaitu titik utama Baihui(GV
20), Shenting(GV 24), Yintang(EX-HN 3),Fengchi (GB 20), Jianjing (GB 21) . Dan titik diferensial
yaitu Quchi (LI 11), SP 6 (Sanyinjiau), KI 3 (Taixi)Neiguan (PC 6). Frekuensi terapi 2 harI sekali
sebanyak 5 kali terapi.

RENCANA TINDAKAN
Hari/Tanggal Rencana Tindakan Nama, TTD
Sabtu/09 April 2021 Tn. H berusia 44 tahun,
vital sign TD: 160/90mmHg, R:18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 78 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan sakit
kepala sampai ke leher ± 1 minggu , sakit Lenny Dwinijanti
bertambah berat saat digunakan untuk
beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri
5.Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur:Baihui (GV 20),
Shenting(GV 24), Yintang(EX-HN
3),Fengchi (GB 20), Jianjing (GB 21),
Quchi (LI 11), SP 6 (Sanyinjiau), KI 3
(Taixi),Neiguan(PC 6)
S. PELAKSANAAN TERAPI AKUPUNKTUR

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Sabtu/09 April Tn. H berusia 44 tahun,
2021 vital sign TD: 150/87mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 78 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhansakit kepala
sampai ke leher ± 1 minggu , sakit
bertambah berat saat digunakan untuk Lenny Dwinijanti
beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri
5.Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: Baihui (GV20),
Shenting(GV24), Yintang(EX-HN
3),Fengchi (GB20), Jianjing (GB 21),
5|Halaman
Quchi (LI 11), Sanyinjiau SP 6, Taixi, KI
3, Neiguan (PC 6). Dengan modalitas
terapi elektrostimulator sebagai alat bantu
terapi.
T. EVALUASI AKUPUNKTUR

Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD


Tindak Lanjut
Sabtu/09 April Tn. H berusia 44 tahun dengan keluhan
2021 sakit kepala sampai ke leher ± 1 minggu.
setelah dilakukan terapi yang pertama
pasien merasakan ada perubahan dan Lenny Dwinijanti
terasa nyaman. Skala nyeri dari 5 menjadi
3. Pasien akan di jadwalkan untuk terapi
selanjutnya.

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Selasa/13 April Tn. H berusia 44 tahun,
2021 vital sign TD: 140/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 78 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan sakit Lenny Dwinijanti
kepala sampai ke leher ± 1 minggu , sakit
bertambah berat saat digunakan untuk
beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri 3
.Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: Baihui (GV20), Shenting
(GV24), Yintang(EX-HN 3),Fengchi
(GB20), Jianjing (GB 21), Quchi (LI 11),
Sanyinjiau SP 6, Taixi, KI 3, Neiguan
(PC 6). Dengan modalitas terapi
elektrostimulator sebagai alat bantu terapi
EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Selasa/13 April Tn. H berusia 44 tahun dengan keluhan
2021 sakit kepala sampai ke leher ± 1 minggu.
setelah dilakukan terapi yang kedua
pasien merasakan ada perubahan dan Lenny Dwinijanti
terasa nyaman. Skala nyeri dari 3 ke 1.
Pasien akan di jadwalkan untuk terapi
selanjutnya.
Gambar Lidah :

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Kamis/15 April Tn. H berusia 44 tahun,
2021 vital sign TD: 140/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 78 kali/menit, BB: 78 kg,
TB: 170 cm. Dengan keluhan sakit
kepala sampai ke leher ± 1 minggu , sakit Lenny Dwinijanti
bertambah berat saat digunakan untuk
beraktifitas, nyeri dengan skala nyeri 1
6|Halaman
.Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: Baihui (GV20), Shenting
(GV24), Yintang(EX-HN 3),Fengchi
(GB20), Jianjing (GB 21), Quchi (LI 11),
Sanyinjiau SP 6, Taixi, KI 3, Neiguan
(PC 6). Dengan modalitas terapi
elektrostimulator sebagai alat bantu terapi
EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Kamis/15 April Tn. H berusia 44 tahun dengan keluhan
2021 sakit kepala sampai ke leher ± 1 minggu.
setelah dilakukan terapi yang ketiga
pasien merasakan ada perubahan dan
terasa nyaman. Skala nyeri menjadi nol
sudah tidak ada nyeri lagi. Pasien akan di
jadwalkan untuk terapi selanjutnya. Lenny Dwinijanti
Gambar Lidah :

Pengesahan Status Klien


Akupunktur Terapis Pembimbing Lapangan

Nama: Lenny Dwinijanti Nama : dr. Nabila Gusrina Dewita

7|Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap Hari Kartana
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 17 Juni 1977
Nomor KTP 3173050907700011
Alamat JL Persatuan No 4 Jakarta Barat

Menyetujui segala pemeriksaan dan tindakan akupunktur yang akan diberikan kepada*) diri saya
sendiri/ suami/ istri/ ayah/ ibu/ anak/ lainnya(sebutkan)___________________________ :
Nama Lengkap Hari Kartana
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 17 Juni 1977
Nomor KTP 3173050907700011
Alamat JL Persatuan No 4 Jakarta Barat

sesuai dengan standar dan etika profesi akupunktur terapis.


Saya mengerti sepenuhnya dan dapat menerima segala pemeriksaan dan tindakan yang akan
diberikan, beserta segala risiko dan efek samping yang mungkin muncul, yang telah dijelaskan oleh
pemeriksa; dan tidak akan mengajukan tuntutan hukum apabila risiko dan efek samping tersebut
terjadi.
Demikianlah surat persetujuan ini saya isi dan tanda tangani dengan penuh kesadaran, tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.

Ditandatangani di Jakarta, tanggal 09 April 2021


Saksi 1, Yang membuat pernyataan,

Amelia.K.S Hari Kartana

Saksi 2, Pemeriksa/ Terapis,

Lenny Dwinijanti

*) pilih salah satu

8|Halaman
LAPORAN KASUS MICRO AKUPUNKTUR

PRAKTIK KLINIK II ALIH JENJANG

”INSOMNIA”

Nama: Lenny Dwinijanti


NIM : P27240020130

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTAPRODI SARJANA TERAPAN


AKUPUNKTUR DAN HERBALJURUSAN AKUPUNKTUR
TAHUN 2021
1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Ini Telah Diperiksa, Dan Mendapatkan Persetujuan Dan
Pengesahan Dari Pembimbing Praktik Klinik Akupunktur II Alih JenjangProdi
Sarjana Terapan Akupunktur Dan Pengobatan HerbalJurusan Akupunktur
Politeknik Kesehatan Surakarta

Jakarta, 24 Mei 2021

Disusun Oleh : Disetujui Oleh :

Lenny Dwinijanti Heni Nur Kusumawati, SKM,M.Kes


NIM P27240020130 NIP: 19710426 199803 2002

1|Halaman
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kasus
insomnia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada laporan kasus praktik II Alih Jenjang D4 Akupunktur. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang terapi
insomnia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Heni Nur Kusumawati,
SKM,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
 yang telah membimbing tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terlaksananya praktik kerja lapangan ini
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 24 Mei 2021

Penulis

2|Halaman
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PKL…………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Insomnia Menurut Teori Kedokteran ……………………………………. 5
1. Pengertian Insomnia.................................................................................5
2. Etiologi dan Pathofisologi Insomnia........................................................5
3. Klarifikasi Insomnia…………………………………………………… 6
4. Komplikasi Insomnia…………………………………………………… 6
B. Insomnia MenurutIlmu Akupunktur............................................................. 7
1. Pengertian................................................................................................ 7
2. Etiologi dan Patofisiologi........................................................................ 7
3. Mekanisme Kerja Akupunktur............................................................... 8
4. Yamamoto New Scalp Acupuncture (YNSA)………………………… 10
5. Pemilihan Titik …………………………………………………………10
6. Evidence Based/Hasil Penelitian.............................................................11

BAB III RESUME KASUS


1. Pengkajian .............................................................................................13
2. Diagnosa Akupunktur.............................................................................14
3. Perencanaan Terapi Akupunktur...........................................................17
4. Pelaksanan Terapi Akupunktur.............................................................18
5. Evaluasi Terapi.......................................................................................18
6. Kesimpulan ……………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

3|Halaman
4

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tidur merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi manusia seperti yang
telah di firmankan oleh Allah SWT dalam QS. Ar-Ruum: 23 yang artinya, “Dan
diantara tanda–tanda kekuasaannya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari
dan usahamu mencari sebagian dari karunianya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda–tanda bagi kaum yang mendengarkan“.Dan pada
QS.An-Naba’ ayat 9 Allah SWT.Menjelaskan “Dan kami jadikan tidurmu untuk
istirahat” Dari firman Allah SWT. Tersebut telah menjelaskan pentingnya tidur,
dimana pada saat kita tidur akan terjadi proses pemulihan, dapat mengembalikan
kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu tubuh yang tadinya
mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang
terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,
akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan
konsentrasi. Akan tetapi tidak jarang kita menemukan orang dengan keluhan yang
tidak bisa tidur pada malam hari atau lebih biasa kita sebut dengan insomnia.

Secara umum insomnia dapat diartikan sebagai keluhan kurangnya akan tidur
pada malam hari. Sekitar 9 – 15% populasi umum di seluruh 2 dunia menderita
gejala insomnia.Insomnia dapat menyebabkan kelelahan, mudah tersinggung, dan
aktifitas siang hari yang terganggu, stress atau depresi berat, gangguan
kecemasan, dan penyalahgunaan obat (Yeung et al., 2012). Sebuah studi
mengungkapkan bahwa sekitar 25 % kasus insomnia dialami pada usia 65 – 79
tahun dan 14 % terjadi pada usia 18 – 34 tahun (Abd Allah, Abdel-Aziz, & Abo
El-Seoud, 2014). Insomnia dapat menyerang semua usia mulai dari anak–anak,
remaja, dewasa, dan lansia. (Adeleyna dalam Rizqia & Hartati, 2012).

Menurut World Health Organitation (WHO) lansia adalah seseorang yang


telah memasuki usia 60 yahun ke atas, dimana batasan umur untuk lanjut usia
yaitu (elderly) adalah usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara usia 75

4|Halaman
5

sampai 90 tahun, dan usia sangat tua ((very old) di atas usia 90 tahun.
Penambahan usia atau usia lanjut juga merupakan salah satu factor terjadinya
insomnia, karena secara normal kualitas dan kuantitas tidur akan berkurang
seiring bertambahnya usia. Salah satu terapi yang dilakukan untuk mengurangi
insomnia yaitu dengan terapi akupunktur.

Akupunktur adalah bagian dari ilmu pengobatan cina. Teknik akupunktur


dengan menusukkan jarum pada titik- titik tertentu di kulit untuk menghilangkan
nyeri maupun mengobati kondisi tertentu (Hidayat, Srilestari, Simadibrata, &
Purba, 2015). Deep Breathing exercise adalah latihan pernapasan dengan
mengembangkan dada dan perut dengan perlahan-lahan dan dalam dengan 3
menggunakan otot diafragma sehingga memungkinkan abdomen terangkat dan
dada mengembang penuh ( Smeltzer, et al, dalam Priyanto, 2010). Dari penelitian
terdahulu tidak banyak ditemukan penelitian tentang pengaruh pemberian
akupunktur terhadap insomnia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitan lebih lanjut tentang pengaruh terapi akupunktur terhadap insomnia.

5|Halaman
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Insomnia Menurut Ilmu Kedokteran


1. Pengertian
Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang
kesulitan untuk tidur.Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah
tidur, sering terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi
ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak tercukupinya
kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014). Dalam kesehatan kondisi tidur
yang baik itu biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur
yang seseorang butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk
membangkitkan perasaan segar dan dapat beraktivitas secara optimal di
siang hari. Dan jumlah tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika
akan beranjak dewasa (Driver et al., 2012).

2. Etiologi dan Patofisiologi


Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang
bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali
beraktivitas.Tidur dan terbangun diatur oleh batang otak, thalamus,
hypothalamus dan beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga
dihubungkan dengan tidur.Hasil yang diproduksi oleh mekanisme 6
serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan
neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam menginduksi rasa
kantuk, juga sebagai medula kerja otak(Guyton & Hall, 2008). Dalam
tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang merupakan hormone
katekolamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Adanya lesi pada
pusat pengatur tidur di hypothalamus juga dapat mengakibatkan keadaan
siaga tidur. Katekolamin yang dilepaskan akan menghasilkan hormone
norepineprin yang akan merangsang otak untuk melakukan peningkatan
aktivitas. Stress juga merupakan salah satu factor pemicu, dimana dalam

6|Halaman
7

keadaan stress atau cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat


dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga
seseorang akan terus terjaga (Perry, dalam Iswari & Wahyuni, 2013).

3. Klasifikasi Insomnia
1) Insomnia Akut Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar
individu sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini
ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah
hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat
mengganggu aktivitas sehari – hari.
2) Insomnia Kronik 7 Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat
mengganggu kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana
penderita insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat
dari insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari. 3) Salah
Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State) Penderita
insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang buruk terhadap
lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang muncul pada diri
mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam semalam (Imadudin,
2012).

4. Komplikasi Insomnia
Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak yang
tepat. Otak menggunakan tidur sebagai proses aktif dimana pada saat
seseorang tidur otak akan melatih semua sel saraf dengan melewatkan
sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak
mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal
menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk
mentoleransi situasi stress dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi
dapat terganggu dan tidak optimal (Driver et al., 2012).

7|Halaman
8

Gambar2.1Komplikasi dari insomnia (Driver etal.,2012)

Efek fisik imsomnia kurang jelas sampai saat ini. Sekarang diketahui
bahwa sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh insomnia. Kekurangan
tidur juga terbukti dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan
obesitas.

B. Pengertian Insomnia Secara Ilmu Akupunktur


1. Pengertian
Ilmu akupunktur merupakan salah satu dari ilmu kedokteran cina.
Akupunktu rmerupakan pengobatan yang dilakukan dengan jarum yang
ditusukkan pada titik-titik tertentu yang ada pada tubuh
Kemudian diberi stimulasi seperlunya, sehingga mendapatkan efek
terapi dengan tujuan untuk mengembalikan sistem keseimbangan tubuh
(Hidayat et al., 2015).
Titik akupunktur terletak dipermukaan tubuh, terutama pada lokasi
dimana bundle saraf menembus facia otot.Terdapat lebih dari 360 titik
akupunktur, diantaranya dikenal titik general yang

8|Halaman
9

dibuktikanmampumenyebabkan pelepasan endorphin.


Titik akupunktur (accupoint) merupakan sel aktiflistrik yang
mempunyai sifat tahanan listrik rendah dan konduktifitas listriknya
tinggi sehingga titik akupunktur akan lebih cepat menghantarkan listrik
dibanding sel – sel lain (Feisal, 2014).
Titik meridian merupakan jaringan jalan Qi (energi vital) danXue
(energy darah) yang mengalir dalam tubuh kita. Meridian juga
membentuk jaringan dalam tubuh kita yang merawat seluruh tubuh.

2. Etiologi dan Patofisiologi


Qi adalah energi yang berada di dalam tubuh.Qi digunakan oleh tubuh
seperti menggerakkan detak jantung, gerakan pencernaan dan
pernapasan, gerakan tangan dan kaki, serta melindungi dari
penyakit(Liet al., 2014).
Aliran Qi dan Xue yang lancar dan normal akan melindungidanmerawat
seluruh fungsi tubuh dari penyakit. Apabila aliran Qi dan Xue
mengalami gangguan atau tersumbat akan menimbulkan
ketidakseimbangan Qi sehingga timbul penyakit. Adanya penusukan
jarum dilakukan dengan tujuan untuk membuat Qi dan Xue mengalir
dengan lancar kembali (S.-H.Lee & Lim, 2016).

3. Mekanisme kerja akupunktur pada Insomnia


Penjelasan tentang obat modern adalah bahwa akupunktur dapat
meningkatkankeseimbangan neurotransmitter di sistem saraf pusat.
Misalnya, akupunktur meningkatkan Gamma-aminobutyric acid (GABA)
dan serotonin di otak dan dengan demikian meningkatkan kualitas tidur.
Peningkatan mungkin juga karena sistem endokrin, misalnya, kenaikan
nokturnal sekresi melatonin endogen (Jiao et al., 2015).
Menurut Huang et al., 2011 akupunktur dapat meningkatkan kualitas
tidur dan menangani gejala-gejala insomnia. Pengobatan akupunktur
menurut penelitian digunakan untuk memodulasi aktivitas sistem saraf

9|Halaman
10

simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang merupakan bagian dari


sistem saraf otonom.
Secara ilmiah akupunktur mempunyai indikasi untuk meregulasi
beberapa neurotransmitter dan faktor hormonal seperti endorphin,
serotonin, norepineprin, adrenocorticotrophic hormon (ACTH), kortisol,
asetilkolin (Ach), melatonin, Gamma Amino Bityric Acid (GABA) dan
Nittic Oxide (NO).Semua neurotransmitter dan hormon tersebut berperan
dalam meregulasi tidur.Penusukan titik SP 6 (Sanyinjiao) dapat
meningkatkan aktivitas serotonin dan asetilkolin pada daerah
hippocampus (bagian dari otak besar yang terletak dilobus temporal)
(Huang et al., 2011). Dalam beberapa penelitian eksperimental efek
akupunktur dapat menunjukkan adanya peningkatan pada sirkulasi dan
pelepasan kimia yang berperan pada proses tidur. Pada titik GV 20
(Baihui) dapat meningkatkan metabolisme glukosa.
Mekanisme Yamamoto New Scalp Acupuncture (YNSA) Penusukan
Yamamoto New Scalp Acupuncture mengakibatkan adanya aktivasi
serabut A delta dan C afferen yang menginformasikan spinal cord untuk
mendukung produksi dynorphine dan enkephalin. Stimulasi dari serabut
afferen yang menghantarkan ke Central NervesSistem dalam merilis
neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan norepinephine yang
terjadi pada saat mencapai dihipotalamus dan kelenjar pituitari yang
merilis endrophine dan acetylcholine sehingga dapat berperan dalam
meregulasi tidur (Artioli, 2018).

4. Yamamoto New Scalp Acupuncture (YNSA)


Yamamoto New Scalp Acupuncture (YNSA) merupakan konsep baru
yang di dirikan oleh Dr. Toshikatsu Yamamoto pada tahun 1970 dan
pertama kali diumumkan pada tahun 1973, pada saat pertemuan ke 25 di
Jepang dalam acara Japanese Society of Ryodoraku di Osaka. Kata
“New” di Scalp Acupuncture ini untuk membedakan dari Scalp

10 | H a l a m a n
11

Akupunktur Cina, lokasi akupunktur YNSA berbeda dengan Scalp


Akupunktur Cina. YNSA di klasifikasikan sebagai represntasi somatic
atau micro yang digunakan dengan beberapa micro sistem lain seperti
telinga, mulut, hidung, tangan, dan akupunktur pada kaki. Titik YNSA
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu sebagai berikut (Yamamoto, 1996;
Feely, 2011; Wang, 2008):
a) 9 Basic Point
Lima dari Titik Dasar Yin (A, B, C, D, E) terletak di dahi di kedua
sisi garis tengah, di sepanjang garis rambut alami. Titik E Dasar
terletak di atas kedua alis. Satu pengecualian adalah Titik F Dasar,
yang terletak di belakang telinga selama proses mastoid. Titik Dasar F
ini sejauh ini hanya diwakili sekali, di daerah occipital Yang.Dua Poin
Dasar, H dan I atau Poin Lumbar ekstra, yang baru-baru ini
ditambahkan. Mereka terletak di garis kontinyu ke titik B Basic Basic
dan C. Titik Dasar A, B, C, D, E, G, H, dan I semuanya tercermin
secara bilateral di area oksipital sebagai Yang Poins.
b) 4 sensory point
Tiga Titik Sensor Yin (mata, hidung, mulut) terletak secara bilateral di
dahi sekitar 1 cm lateral ke garis tengah, di bawah Titik A Dasar. Satu
Yin Sensory Point (telinga) terletak pada garis miring di bawah Basic
C Point.Semua Poin Sensori juga tercermin secara bilateral di wilayah
occipital Yang.

5. Pemilihan Titik Akupunktur


a. Point A
1. Letak = 1 cm lateral midline
2. Representasi = area kepala dan tulang cervikal
3. Fungsi = sakit kepala, migraine, rehabilitasi paska stroke, nyeri leher,
sakit gigi

11 | H a l a m a n
12

Gambar 2.1 Point A (Yamamoto, 1996

6. Evidence based/ hasil penelitian


Judul: Efficacy Comparison of Different Acupuncture Treatments for
Primary Insomnia: Bayesian Analysis
Penulis: Huachong Xu, Yucong Shi, Yike Xiao, Pei Liu, Sizhi Wu,Peng
Pang, Li Deng,  dan Xiaoyin Chen.
DOI:  https://doi.org/10.1155/2019/8961748
Tujuan Penelitian: Perawatan akupunktur sering digunakan dalam
pengobatan insomnia primer mengingat efek sampingnya yang lebih
sedikit. Namun, sebagian besar pilihan pengobatan dibuat hanya
berdasarkan pengalaman pribadi di antara berbagai bentuk akupunktur.
Studi ini membandingkan efektivitas berbagai bentuk akupunktur untuk
insomnia primer dengan menggunakan meta-analisis jaringan.
Metode: Semua uji coba terkontrol acak (RCT) perawatan akupunktur
untuk insomnia primer dicari di tujuh database dari tanggal dimulainya
database hingga 6 Januari 2019, termasuk PubMed, Web of Science,
Embase, Cochrane Library, database Wanfang, China National Knowledge
Infrastructure ( CNKI), dan database VIP Chinese Science and Technique
Journals (CQVIP). Setelah skrining, tingkat efektivitas diekstraksi dari

12 | H a l a m a n
13

RCT yang disertakan sebagai hasil utama. Meta-analisis jaringan


dilakukan oleh Review Manager 5.3, Stata13.0, dan GeMTC 0.14.3.
Hasil: Empat puluh dua studi dimasukkan, yang berisi 3304 peserta di
antara 6 intervensi. Berdasarkan probabilitas peringkat dan dibandingkan
dengan pengobatan barat, akupunktur kulit kepala (OR = 8.12, 95% CI
(4.07,16.81)) dianggap sebagai metode yang paling efektif, diikuti oleh
elektroakupunktur (OR = 6.29, 95% CI (3.36, 12.67)), akupunktur kulit
kepala kombinasi elektroakupunktur (OR = 5.20, 95% CI (2.43,11.28)),
akupunktur hangat (OR = 3.79, 95% CI (1.85,8.16)), dan akupunktur
konvensional (OR = 2.86, 95% CI (2.05,3.95)). Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara hasil perbandingan langsung dan tidak langsung.
Kesimpulan: Penemuan menunjukkan bahwa lima metode akupunktur
mungkin semuanya efektif dalam pengobatan insomnia primer, dan
akupunktur kulit kepala tampaknya menjadi pengobatan terbaik. Namun,
kualitas keseluruhan dari uji coba yang disertakan hanya dapat
digolongkan sebagai kualitassedang hingga rendah, dan kualitas RCT yang
lebih tinggi dijamin untuk bukti yang cukup.

13 | H a l a m a n
BAB III

RESUME KASUS

1. Pengkajian
a. Data Umum
Dari pengkajian didapatkan data identitas pasien sebagai berikut nama Ny.
S berusia 55 tahun, agama Katolik, dengan keluhan susah tidur malam hari
sejak ± 5 hari yang lalu, dilaksanakan pemeriksaan pada tanggal 26 April
2021 di MAC Klinik.
b. Pemeriksaan Vital Sign
Pada pemeriksaan vital sign pada Ny. S didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 120/80 mmHg, pemeriksaan respirasi 18 kali/menit,
pemeriksaan denyut nadi 80 kali/menit, suhu tubuh 36,5° C dengan berat
badan 67 kilogram dan tinggi badan 161 centimeter. Pada pemeriksaan
lidah didapatkan bahwa otot lidah merah, ukuran lidah gemuk, dengan
selaput putih tipis permukaan basah, tidak mengelupas, ada tapak gigi, ada
fisura di tengah, tidak ada bercak sianotik.
c. 4 Cara Pemeriksaan
1) Wang (Penglihatan)
Pada pengkajian Wang Ny. S didapatkan pemeriksaan Shen terlihat
lemas, tampak kurang bersemangat, sinar mata sayu, ekspresi umum
sayu dan lesu, kesadaran sadar penuh, posisi tubuh pasien tegak.Pada
pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada kelainan
anatomis.Sedangkan keadaan keringat pada saat dilakukan berkeringat
biasa. Pasien Ny. S dapat berjalan bebas pergeraannya, tidak terdapat
gangguan gerak lain.
Pada pemeriksaan lidah didapatkan data warna otot lidah merah muda
ada selaput putih, otot lidah gemuk, pergerakan ototnya tidak tremor.
2) Wen (pendengaran dan penciuman)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara
Ny.S terdengar jelas, namun lemas, tidak ada suara nafas, tidak ada
1

suara batuk. Pada pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan,


bau keringat, dan tidak ada bau mulut pada pasien.
3) Wun (Anamnesa)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 April 2021 dengan cara auto –
anamnesa. Dari pengkajian didapatkan data Ny. Susia55 tahun datang
dengan keluhan susah tidur malam hari sejak ± 5 hari yang lalu.
Status diet baik, dengan frekuensi 3 kali sehari dengan porsi kecil. Ny.
S memiliki kencenderungan menyukai jenis makanan gorengan dan
asin. Frekuensi minum Ny. S yaitu kurang lebih 5 kali sehari dengan
volume kurang lebih 1 liter dalam sehari, cenderung menyukai air
mineral dengan suhu hangat.Pada pemeriksaan BAK didapatkan data
bahwa buang air kecil (BAK) frekuensinya 4 – 5 kali sehari dengan
jumlah sedang, warnanya kekuningan dan jernih, tidak terdapat darah
dan nanah pada urinnya, serta 5x buang air setiap harinya. Pada
pemeriksaan BAB didapatkan data bahwa buang air besar (BAB)
frekuensinya 2 hari sekali dengan konsistensi padat, berbentuk,
berwarna kekuningan, mengejan normal dan tidak terdapat darah.
4) Perabaan dan Palpasi (Cie)
Pada hasil pemeriksaan nadi pada Ny. S didapatkan hasil kedalaman
nadi dalam, kecepatan nadi lambat, ukuran nadi normal, kekuatan nadi
lemah dan benang.Deferensiasi cun kiri teraba superfisial, guan kiri
teraba dalam, dan chi kiri teraba lemah, sedangkan cun kanan teraba
kuat normal, guan kanan teraba dalam, chi kanan teraba lemah.

Kiri Kanan
Kuat Normal
Cun
Superfisial

Guan Dalam
Dalam

Chi
Lemah Lemah

1|Halaman
2

d. Pemeriksaan Tambahan
Pasien Ny. S tidak mencantumkan hasil pemeriksaan tambahan.

2. Diagnosis
a. Analisis
1) Analisa Data Umum
Pada pemeriksaan vital sign pada Ny. S didapatkan hasil sebagai berikut
tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan darah tersebut menandakan
tekanan darah rendah.Menurut American Heart Assosiaciation tekanan
darah sistolik secara konsisten berkisar antara 120 – 129 mmHg dan
diastolik <60 mmHg.Pemeriksaan respirasi 18 kali/menit. Menurut
WHO, pengukuran respirasi normal pada anak-anak, yaitu 16 – 20
kali/menit. Pemeriksaan denyut nadi 80 kali/menit. Menurut WHO,
pemeriksaan denyut nadi normal pada anak-anak, yaitu 70 – 80
kali/menit. Suhu tubuh 36,5° C. Menurut hasil penelitian dari dokter
berkebangsaan Jerman bernama Carl Wunderlich, suhu tubuh normal
orang dewasa: 36,5-37,5° C. Berat badan 67 kilogram dan tinggi badan
161 centimeter. Berdasarkan perhitungan Body Mass Index (BMI),
tergolong memiliki status berat badan yang berlebih. Ny. S tidak
memiliki alergi.
2) Analisa data pengamatan (Wang)
Berdasarkan data Wang (pengamatan) keadaan semangat dari Ny. S
tampak kurang bersemangat, sinar mata sayu, ekspresi umum sayu dan
lesu, kesadaran sadar penuh dan dapat dianalisa bahwa pasien itu
mempunyai defisisien Qi.Pada Sing Tay terdapat data posisi tubuh pasien
tegak.Pada pengamatan kulit tubuh, hidung, mata, bibir tidak ada
kelainan anatomis. Sedangkan keadaan keringat pada saat dilakukan
anamnesa pasien Ny. S berkeringat biasa.Pada pengamatan lidah
didapatkan data warna otot lidah merah muda ada selaput putih
menunjukkan adanya defisiensi dan dingin.Otot lidah gemuk

2|Halaman
3

menunjukkan defisiensi.Selain itu kebasahan cukup lembab menandakan


keadaan cairan tubuh, dan pergerakan ototnya tidak tremor.
3) Analisa data pendengaran dan Penciuman (Wen)
Pada pengamatan dengan cara pendengaran didapatkan hasil suara Nn. I
terdengar lemah, tidak ada suara nafas, tidak ada suara batuk.Pada
pemeriksaan penciuman, tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan
tidak ada bau mulut pada pasien. Menurut Saputra (2017), suara yang
lemah menunjukkan sindrom defisien. Pada pemeriksaan Nn.I didapatkan
suara lemah dan tidak ada bau mulut.
4) Analisa data Wun (anamnesa)
Berdasarkan data Wun (anamnesa) pasien Ny. S, 55 tahun datang dengan
keluhan utama susah tidur malam hari. Di area kepala Pasien merasakan
enak saat dilakukan penekanan. Riwayat penyakit pasien Ny. Stidak
memiliki riwayat sakit keturunan. Dari pertanyaan khusus kepada pasien
Ny.S didapatkan data pasien menyatakan sering kuatir, BAB 2 hari sekali
menandakan ada konstipasi dan keadaan BAK (Buang Air Kecil) urin
banyak yaitu 5x dan malam hari 2x. Dari nafsu makan pasien Ny. S
baik. Kebiasaan makan gorengan dan asin.Suka minum hangat, sering
haus tetapi tidak suka minum.
5) Analisis Data Cie (palpasi atau perabaan)
Berdasarkan data Cie (palpasi) pada nadi didapatkan nadi secara umum
tenggelam, lambat, lemah yang menunjukkan defisiensi. Terapi pada
kasus Ny. S dilakukan pada area Ashe Point, dan titik akupunktur.Pada
palpasi (Cie) didapatkan area Ashe Point yaitu di Kepala.

b. Diagnosis Sindrom
Ny. S, usia 55 tahun dengan keluhan susah tidur malam hari sejak ± 5 hari
yang lalu dengan sindrom Defisiensi Yin Ginjal.

3. Perencanaan Terapi Akupunktur


Rencana tindakan pada tanggal 26 April 2021 adalah sebagai berikut :

3|Halaman
4

1) Prinsip Terapi
Prinsip terapi pada Ny. S adalah :
a) Menguatkan Ginjal.
b) Tonifikasi Yin Ginjal,
2) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : stetoskop, sphygnomanometer,
termometer, bengkok, kom+ tutup, safety box, jarum halus (filiform
needle) ukuran 1 cun dan 0,5 cun, kapas, alkohol 70%, TDP.
3) Titik Akupunktur

Titik akupunktur yang digunakan :Titik serebrum dan serebelum: 1 cm


paramedian, posterior dari Titik Dasar A.Titik ganglia basal:Di garis
tengah, di antara otak besar dan poin otak kecil yaitu titik scalp YNSA
akupunktur Point A1-8.
4) Modalitas
Dengan modalitas jarum akupunktur, TDP.
5) Jadwal terapi
Melakukan terapi 1-2 kali dalam seminggu.

4. Pelaksanaan Terapi Akupnktur


Setelah pasien bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan,
terapi akupunktur dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati. Terapi
dilakukan selama 1 minggu 2x terapi diharapkan dapat mengurangi keluhan
yang dirasakan pasien Ny. S. Pelaksanaan terapi akupunktur dilakukan dengan
berbagai tahapan seperti menyiapkan peralatan, kemudian melakukan vital sign
dan menanyakan seputar keluhan Ny. S. Setelah anamnesa selesai terapis
mempersilahkan Ny. S berbaring di bed yang telah disediakan dan
memposisikan pasien dalam keadaan terlentang dan pasien merasa nyaman saat
dilakukan terapi akupunktur. Pertama dilakukan penusukan pada titik Scalp
YNSA akupunktur point A1-8.
Terapi ini dilakukan selama 15 menit menggunakan metode tonifikasi,
dengan menggunakan TDP dengan tujuan dilakukan untuk memberi

4|Halaman
5

penghangatan pada titik akupunktur dengan tujuan untuk menguatkan Yin


Ginjal selama 15 menit. Saran dan anjuran yang dapat diberikan kepada pasien
hindari makan manis,asindan jangan terlalu banyak berfikir. minum yang
teratur kurang lebih 8 gelas perhari, dan Istirahat yang cukup.

5. Evaluasi
a) Senin/26 April 2021 : pasien Ny. S menyatakan sudah ada perubahan
dimana sudahdapat tidur teratur malam hari. Pada area Ashe Point sudah
tidak terasa sakit saat ditekan..
b) Kamis/29 April 2021 : dilakukan penusukkan seperti pada titik-titik
akupunktur sebelumnya, ditambah dengan penusukkan untuk titik
penenang. Modalitas terapi yang digunakan berupa TDP (Termal Deep
Penetration) selama 15 menit, hal ini sesuai dengan prinsip terapi yaitu
tonifikasi.
c) Senin/03 Mei2021 : Pada pemeriksaan akhir sesudah melakukan terapi
akupunktur didapatkan anamnese data: kondisi pasien yang sudah
mengalami perubahan, BAB lancar, nafsu makan normal 3x sehari,mulai
dapat tidur malam teratur. Dari pengamatan lidah: warna merah muda,
selaput tipis agak putih, kelembapan cukup. Dari pemeriksaan lidah sudah
ada perubahan. Dari pengamatan SHEN (keadaan jiwa): pasien
bersemangat, ceria.

6. KESIMPULAN

1. Ny. S berusia 55 tahun dengan keluhan susah tidur malam hari Bila kepala
ditekan atau dikompres air hangat terasa nyaman, di dapatkan kesimpulan
sindrom yaitu defisiensi Yin Ginjal.
2. Prinip Terapi yang akan dilakukan : Menguatkan Ginjal dan Tonifikasi
Yin Ginjal

5|Halaman
6

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, A., & Videnovic, A. (2016). Chronic sleep disturbance and neural injury:
links to neurodegenerative disease. Journal Insomnia Pubmed. Availeble
at: DOI: 10.1247 / NSS.S78947

Abd Allah, E. S., Abdel-Aziz, H. R., & Abo El-Seoud, A. R. (2014). Insomnia:
Prevalence, risk factors, and its effect on quality of life among elderly in
Zagazig City, Egypt. Journal of Nursing Education and
Practice.https://doi.org/10.5430/jnep.v4n8p52

Artioli, D.P. 2018 Yamamoto New Scalp Acupuncture: it’s aplications and result
in painfull conditions. J Pain. São Paulo. Availeble at : DOI:
10.5935/2595-0118.20180035

Aoyama N, Fujii O, Yamamoto T. (2016) Efficacy of Parietal Acupoint Therapy:


Scalp Acupuncture For Neck/Shoulder Siffness with Related Mood
Disturbance. J. Medical Acupuncture. Available at: DOI
10.1089/acu.2017.1250

Dharmojo, D. (2001). Menghayati Teori & Praktek Akupunktur & Moksibasi.


Jakarta: Trubus Agriwidya.

Driver, H., Gottschalk, R., Hussain, M., Morin, C. M., Shapiro, C., & Zyl, L. Van.
(2012). The Youthdale Series 1 insomnia in adults and children.

Epriliawati, M., Setiati, S., & Rumende, C. (2014). Universitas indonesia, 83.
Erwani,& Nofriandi. (2017). faktor-faktor yang berhubungan dengan insomnia
pada lansia di puskesmas belimbing padang. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1
nomor 1.

Feisal, boby. (2014). pengaruh akupunktur terhadap penurunan skor the pittsburgh
sleep quality index (psqi) pada penderita depresi dengan insomnia.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2008).Buku ajar fisiologi kedokteran (edisi 11).
Jakarta: EGC Medical Publisher.

Hidayat, I. T., Srilestari, A., Simadibrata, C., & Purba, J. S. (2015).Pengaruh


Akupunktur Pergelangan Tangan dan Kaki terhadap Nyeri Punggung
Bawah. Pengaruh Akupunktur Pergelangan Tangan Dan Kaki Terhadap
Nyeri Punggung Bawah, 3(2), 95–100. Imadudin, M. I. (2012). prevalensi
insomnia pada mahasiswa fkik uin angkatan 2011 pada tahun 2012.

Iswari, N. L. P. A. M., & Wahyuni, A. A. S. (2013).melatonin dan melatonin


receptor agonist sebagai penanganan insomnia primer kronis.

6|Halaman
7

Jerath, R., Crawford, M. W., Barnes, V. A., & Harden, K. (2015).Self-Regulation


of Breathing as a Primary Treatment for Anxiety.Applied
Psychophysiology Biofeedback, 40(2), 107–115.
https://doi.org/10.1007/s10484-015-9279-8

Lee, M. S., Shin, B. C., Suen, L. K. P., Park, T. Y., & Ernst, E. (2008). Auricular
acupuncture for insomnia: A systematic review. International Journal of
Clinical Practice. https://doi.org/10.1111/j.1742-1241.2008.01876.x

Lee, S.-H., & Lim, S. M. (2016). Acupuncture for insomnia after stroke: a
systematic review and meta-analysis. BMC Complementary and
Alternative Medicine. 35 https://doi.org/10.1186/s12906-016-1220-z

Li, D.-Z., Zhou, Y., Yang, Y.-N., Ma, Y.-T., Li, X.-M., Yu, J., … Lao, L. (2014).
Acupuncture for Essential Hypertension: A Meta-Analysis of Randomized
Sham-Controlled Clinical Trials. https://doi.org/10.1155/2014/279478

Rianjani, E., Nugroho, H. A., & Astuti, R. (2011).kejadian insomnia berdasar


karakteristik dan tingkat kecemasan pada lansia di panti wredha pucang
gading semarang (Vol. 4).

Rizqia, N. S., & Hartati, E. (2012).pengalaman mahasiswa yang mengalami


insomnia selama mengerjakan tugas akhir. jurnal nursing studies (Vol. 1).
Retrieved from http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing

Saputra, K., & Idayanti, A. (2002). Akupunktur Klinik. ( koosnadi Saputra, Ed.).
surabaya: Airlangga university press.

Sellakumar, G. K. (2015). Effect of Slow-Deep Breathing Exercise To Reduce


Anxiety Among Adolescent School Students in a Selected Higher
Secondary. Journal of Psychological and Educational Research, 23(1), 54–
72.

7|Halaman
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
Jurusan Akupunktur

FORMULIR
PENATALAKSANAAN AKUPUNKTUR
Identitas Pasien Form 0-1
Nama Pemeriksa/ Lenny Dwinijanti
Terapis
Tempat Periksa MAC Klinik

U. PENGKAJIAN Form 0-2


Data Umum
Tanggal Periksa 1 6 - 0 4 - 2 0 2 1 Kunjungan Ke: NoRM

Nama Pasien Ny. S Laki-laki* Perempuan*


Tanggal Lahir 1 1 - 1 1 - 1 9 8 1 Usia saat diperiksa 55 Tahun/bulan*
Alamat JL. Asyrot No. 6 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

No. telepon 0 8 1 2 9 4 0 0 0 1 1
Agama Katolik Pendidikan Terakhir S1
Pekerjaan Karyawan swasta Status Pernikahan* Sudah Belum
Rujukan dari

Vital Sign Form 2-1


Tekanan darah 120/80 mmHg Frekuensi 80 / menit
nadi
Respirasi 18 / menit Suhu tubuh 36,5 ° Celsius
Berat badan 67 kilogram Tinggi badan 161 centimeter
Kondisi umum* Compos Sopor Somnolen Delirium Coma
mentis
Catatan Alergi Form 2-2
Riwayat alergi* Tidak ada/ Tidak ada
Ada,
terhadap:
Diagnosis Medis(jika ada) Form 2-3
Sebutkan diagnosis medis dari dokter yang merawat/merujuk
Insomnia

Anamnesis Form 2-4


Keluhan Utama: Susah tidur malam hari Auto/ Pada:
Alloanamnesis )* ...................................
1

Riwayat Penyakit (menjelaskan secara rinci riwayat keluhan utama yang saat ini dirasakan)
Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan susah tidur malam hari ± sudah 5 hari yang lalu.
Ketika di tekan dibagian kepala terasa enak . diperberat apabila rasa kuatir timbul.

Keluhan Tambahan Tidak ada

Riwayat Penyakit Tidak ada


Dahulu

Riwayat Penyakit Tidak ada


Keluarga/
Lingkungan

Riwayat Terapi atau Tidak ada


Obat-obatan yang
dikonsumsi

Kondisi/ Tidak ada


Kecenderungan
Emosi
Aktivitas sehari-hari Bekerja
dan Olah raga

Istirahat dan tidur

Status Emosi
Marah Tidak terlihat
Khawatir Ada
Berpikir Ada
Sedih Tidak terlihat
Gembira Tidak terlihat
Takut & Terkejut Tidak terlihat
Merenung Tidak terlihat
Status Diet Form 3-1
Makanan Nafsu makan )* Tidak ada/ Kurang/ Sedikit/ Baik/ Berlebihan
Frekuensi makan ) 1x 2x 3x 4x >5x / hari
*
Jenis makanan Keringan
Porsi makan Satu centong
Kecenderungan manis/ asam/ pahit/ asin/ pedas/ tawar/ tidak ada
rasa

1|Halaman
2

Camilan Kripik
Minuman Frekuensi minum ) 2x 3x 4x 5x ≥8x gelas/ hari
*
Jenis minuman Air putih
Panas/dingin Panas
Status BAB-BAK Form 3-2
Buang Air Besar Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Konsistensi padat Darah* Ada Tidak
Bentuk Lojong Warna Coklat
Mengejan/tidak Tidak
Buang Air Kecil Frekuensi 1x 2x 3x 4x >5x / hari
Jumlah Bening
Warna Putih kekuningan Darah* Ada Tidak
Kepekatan Tidak pekat Nanah* Ada Tidak
BAK malam hari Ada 2x
Status Lokalis(jika ada) Form 3-3
Lokasi kepala

Penampilan Luar Normal


Pergerakan/ ROM Pergerakan normal

Sensasi* Seperti semut


Nyeri Panas Gatal Baal/Kebas
merayap
Palpasi

Skala Nyeri)* 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar skematis
(jika perlu)

Status Ginekologis (pasien perempuan) Form 3-4


Gestasi (G) Partus (P) Aborsi (A)
.............. Kali hamil ...... Kali .........Kali keguguran
melahirkan
Menstruasi Tanggal mens Tidak
terakhir
Jarak antar mens Tidak
Lama mens Tidak
Frekuensi Teratur/ Tidak Teratur )*
Nyeri Tidak
Warna mens Tidak
Volume darah Sedikit/ Sedang (normal)/ Banyak )*
Bekuan darah Tidak
Keputihan Jumlah Tidak
Warna Tidak
Bau Tidak
Gatal Tidak
2|Halaman
3

Kehamilan Kehamilan ke- Tidak


(jika pasien sedang Usia kehamilan Tidak
hamil) Masalah selama Tidak
kehamilan
Status Pediatri (jika perlu) Form 4-1
Lama kehamilan Tidak Masalah selama Tidak
kehamilan
Berat badan lahir Tidak Masalah selama Tidak
persalinan
Panjang badan lahir Tidak Lama menyusu Tidak
Penyakit selama bayi Tidak Vaksinasi yang pernah Tidak
didapat
Manifestasi klinis pada Sindroma Organ/Meridian Form 4-2
Hati/Kandung Tidak ada
Empedu

Jantung/Usus Halus Sulit tidur

Limpa/Lambung Tidak ada

Paru-paru/Usus Tidak ada


Besar

Ginjal/Kandung BAK malam hari


Kemih

Sindroma lainnya Wei : tidak demam Substansi vital :


(mencakup:meridian Qi : mudah lelah - Qi : mudah lelah
, Wei-Qi-Jing-Xue, Ying : tidak keringat spontan - Xue : tidak pendarahan
faktor patogen, Xue : tidak pendarahan - Jin ye : tidak mudah haus
substansi vital, dsb.)

Lidah Form 5-1


Otot Lidah Warna Merah muda pucat Gambar Lidah
Ukuran Tipis
Tapak gigi Ada
3|Halaman
4

Bercak Ada
sianotik
Fisura Tidak ada
Selaput Lidah Warna Putih
Tebal/tipis Tipis
Permukaan Kasar
Mengelupas Tidak
Bawah Lidah Kondisi vena Baik
Nadi(lingkari yang ditemukan) Form 5-2
Kedalaman* Superfisial (Fu) Normal Dalam/Tenggelam (Chen)
Kecepatan* Cepat (Shu) Normal Lambat (Huan)
Ukuran* Besar (Hong) Normal Tipis (Xi)
Kekuatan* Sangat Kuat (Shi) Kuat Normal Lemah (Xu)
Diferensiasi Lokasi Kiri Kanan
Cun Cun Dalam
Dalam
寸 寸
Guan Guan Lemah
Lemah
关 关
Chi Chi Lemah
Lemah
尺 尺
Pemeriksaan Tambahan (jika perlu) Form 5-3
Mencakup pemeriksaan panca indera, pemeriksaan fisik (head to toe),pemeriksaan spesifik: neurologi, dermatologi, penyakit dalam,
genetik, obstetri-ginekologi, dsb.

Pemeriksaan Laboratorium (jika ada) Form 5-4


Hemoglobin Tidak ada GDS Tidak ada Kolesterol total Tidak ada
Eritrosit Tidak ada GDP Tidak ada Trigliserida Tidak ada
Leukosit Tidak ada GD 2 jam PP Tidak ada LDL Tidak ada
Trombosit Tidak ada HbA1C Tidak ada HDL Tidak ada
LED Tidak ada SGOT Tidak ada Rasio LDL/HDL Tidak ada
Asam urat Tidak ada SGPT Tidak ada Ureum Tidak ada
GGT Tidak ada Kreatinin Tidak ada
Pemeriksaan Meliputi pemeriksaan kimia darah lain, imunologi,
feses, urin, radiologis, EKG, EEG, dsb.
Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Lainnya

V. DIAGNOSIS AKUPUNKTUR

IX. ANALISIS DATA

4|Halaman
5

optional
Hari/ Tanggal Data Fokus Masalah/Problem
/Jam
Jumat, 16 April DO. Pasien tampak normal dengan badan agak Sindrom Bioleh karena Defisiensi
2021 tegak. composmentis, tidak ada obat yang
Yin Ginjal
dikonsumsi.

DS.Pasien datang dengan keluhan susah tidur Prinsip terapi:


malam hari sejak ± 5 hari yang lalu..  Tonifikasi Yin Ginjal
diperberat dengan timbul pikiran kuatir.  Menguatkan Ginjal

X. Diagnosis Akupunktur
Hari/ Tanggal Rumusan Diagnosis Akupunktur ( PES)

Jumat, 16 April Ny. S Berusia 55 tahun dengan keluhan susah tidur malam hari sejak ± 5 hari yang
2021 lalu. diperberat dengan timbul pikiran kuatir

W. PERENCANAAN TERAPI AKUPUNKTUR


Ny. S Berusia 55 tahun dengan keluhan susah tidur malam hari sejak ± 5 hari yang lalu. diperberat
dengan timbul pikiran kuatir.Akan dilakukan terapi akupunktur dengan prinsip terapi tonifikasi Yin
Ginjal. Dengan susah tidur malam karena sindrom Defisiensi Yin Ginjal, kemudian dilakukan desinfeksi
pada area yang akan ditusuk. Alat dan bahan yang digunakan terapi akupunktur yaitu TDP, jarum
akupunktur berukuran 1½, dan 1, kapas, bengkok, tempat jarum bekas, thermometer, tensi meter, hand
sanitizer dan alkohol 70%. Posisi pasien saat diterapi adalah terlentang. Posisi ini disesuaikan dengan
kenyamanan pasien saat dilakukan terapi akupunktur serta disesuaikan dengan lokasi penusukan. Titik
akupunktur yang digunakan yaitu titik point A1-8 . Frekuensi terapi 2 hari sekali sebanyak 5 kali terapi.

RENCANA TINDAKAN
Hari/Tanggal Rencana Tindakan Nama, TTD
Senin, 26 April Ny. S Berusia 455tahun.
2021 vital sign TD: 120/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 67 kg,
TB: 161 cm. Dengan keluhan susah tidur
pada malam hari sejak ± 5 hari yang
lalu. Dilakukan penusukan pada titik
akupunktur: Dengan scalp YNSA
akupunktur pada point A1-8. Lenny Dwinijanti
X. PELAKSANAAN TERAPI AKUPUNKTUR

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Senin/26 April Ny. S Berusia 55 tahun.
2021 vital sign TD: 120/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 80 kali/menit, BB: 67 kg,
TB: 161 cm. Dengan keluhan susah tidur
pada malam hari sejak ± 5 hari yang
lalu. diperberat dengan timbul pikiran
kuatir. Dilakukan penusukan pada titik Lenny Dwinijanti
akupunktur: dengan menggunakan scalp
YNSA akupunktur pada point A.1-8
dengan modalitas terapi TDP sebagai alat
bantu terapi.
Y. EVALUASI AKUPUNKTUR

Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD


Tindak Lanjut
5|Halaman
6

Senin/26 April Ny. S Berusia55 tahun, Dengan keluhan


2021 susah tidur pada malam hari sejak ± 5
hari yang lalu. diperberat dengan timbul
Lenny Dwinijanti
pikiran kuatir Setelah dilakukan terapi
yang pertama pasien merasakan ada
perubahan nyaman pada pasien dan
waktu terapi bisa tertidur . Pasien akan di
jadwalkan untuk terapi selanjutnya.

Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD


Kamis /29 April Ny. S Berusia 55 tahun.vital sign TD:
2021 120/78 mmHg, R: 19 kali/menit, F: 80
kali/menit, BB: 67 kg, TB: 161 cm.
Dengan keluhan susah tidur pada malam
hari sejak ± 5 hari yang lalu. diperberat
dengan timbul pikiran kuatir. Dilakukan
penusukan pada titik akupunktur: dengan
menggunakan scalp YNSA akupunktur
pada point A1-8 .dengan modalitas terapi
TDP sebagai alat bantu terapi.. Lenny Dwinijanti

Gambar Lidah :

EVALUASI AKUPUNKTUR
Hari /Tanggal Hasil Tindakan / Evaluasi / Rencana Nama, TTD
Tindak Lanjut
Kamis/29 April Ny. S Berusia 55 tahun, Dengan
2021 keluhan. susah tidur pada malam hari
sejak ± 5 hari yang lalu. diperberat
dengan timbul pikiran kuatir Setelah
dilakukan terapi yang pertama pasien
merasakan ada perubahan nyaman pada Lenny Dwinijanti
pasien dan waktu terapi bisa tertidur.
Setelah dilakukan terapi yang kedua
pasien merasa pikiran kuatir mulai
berkurang dan mulai ada rasa mengantuk
malam hari. Pasien akan di jadwalkan
untuk terapi selanjutnya.
Hari/ Tanggal Tindakan Akupunktur Nama, TTD
Senin/03 Mei Ny. S Berusia 55 tahun.
2021 vital sign TD: 120/80 mmHg, R: 18
kali/menit, F: 85 kali/menit, BB: 67 kg,
TB: 161 cm. Dengan keluhan susah tidur
pada malam hari sejak ± 5 hari yang
lalu. diperberat dengan timbul pikiran Lenny Dwinijanti
kuatir . sudah lebih tenang dan mulai
timbul rasa ngantuk Dilakukan
6|Halaman
7

penusukan pada titik akupunktur: dengan


menggunakan scalp YNSA akupunktur
pada point A1-8.dengan modalitas terapi
TDP sebagai alat bantu terapi..
Gambar Lidah:

EVALUASI AKUPUNKTUR
Senin/03 Mei Ny. S Berusia 55 tahun, Dengan
2021 keluhan keluhan susah tidur pada malam
hari sejak ± 5 hari yang lalu. diperberat
dengan timbul pikiran kuatir Setelah
dilakukan terapi yang ketiga pasien Lenny Dwinijanti
merasakan ada perubahan menjadi
nyaman dan sudah mulai bisa tidur
malam hari .
Pengesahan Status Klien
Akupunktur Terapis Pembimbing Lapangan

Nama: Lenny Dwinijanti Nama : dr. Nabila Gusrina Dewita

7|Halaman
8

LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap Santy P
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 10-12-1966
Nomor KTP 31705111181026
Alamat Jl. Asyrot No. 6 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

Menyetujui segala pemeriksaan dan tindakan akupunktur yang akan diberikan kepada*) diri saya
sendiri/ suami/ istri/ ayah/ ibu/ anak/ lainnya(sebutkan)___________________________ :
Nama Lengkap Rano Rachestyo
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 10-12-1966
Nomor KTP 31705111181026
Alamat Jl. Asyrot No. 6 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

sesuai dengan standar dan etika profesi akupunktur terapis.


Saya mengerti sepenuhnya dan dapat menerima segala pemeriksaan dan tindakan yang akan
diberikan, beserta segala risiko dan efek samping yang mungkin muncul, yang telah dijelaskan oleh
pemeriksa; dan tidak akan mengajukan tuntutan hukum apabila risiko dan efek samping tersebut
terjadi.
Demikianlah surat persetujuan ini saya isi dan tanda tangani dengan penuh kesadaran, tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun.
Ditandatangani di Jakarta, tanggal 16 April 2021
Saksi 1, Yang membuat pernyataan,

Amelia K.S Rano Rachestyo

Saksi 2, Pemeriksa/ Terapis,

Lenny Dwinijanti
*) pilih salah satu

8|Halaman

Anda mungkin juga menyukai