Anda di halaman 1dari 10

Mekanisme Kerja Akupuntur

Bila titik akupuntur dirangsang maka akan terjadi beberapa macam reaksi yaitu :
1.
2.
3.
4.

Reaksi inflamasi local


Transduksi interseluler
Refleks kutaneosomtovisera
Transmisi neural ke otak

Bila suatu titik akupuntur dirangsang maka secara subjektif akan dirasakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nyeri tajam (serabut saraf A-group delta)


Nyeri tumpul (serabut saraf C)
Rasa berat (serabut korpuskel peka tekanan)
Rasa pembengkakan ( terpengaruhnya mikrosirkulasi dan peninggian permeabilitas)
Korona kemerah-merahan sekitar jarum masuk (dilatasi mikrosirkulasi)
Rsa hangat sekitar jarum masuk (peningkatan mikrosirkulasi)
Perangsangan lebih lanjut akan menimbulkan peninggian ambang nyeri dan apabila
diteruskan akan timbul efek analgetik di daerah yang jauh dari titik yang dirangsang.

Secara garis besar kerja akupuntur akan menimbulkan efek berupa :


1. Analgesi
2. Regulasi
Efek regulasi dapat berupa :
1. Relaksasi otot yang spastic
2. Peninggian / perbaikan mikrosirkulasi, baik local maupun distal
3. Normalisasi tekanan darah
4. Penurunan kadar lemak yang tinggi dalam darah.
5. Penyembuhan hipersensitivitas kulit dan selaput lender terhadap berbagai faktor
6. Pemulihan dari depresi mental, keadaan hiperaktif dan anxiety
7. Perangsangan pelepasan hormone hipofisis ACTH
8. Peninggian reaksi imun dan resistensi terhadap infeksi bakteri.
9. Normalisasi aktivitas organ visera
10. Normalisasi kadar gula darah
11. Perangsangan regenerasi serabut saraf.
Rangsangan pada titik akupuntur dapat menimbulkan :
1. Efek regional
a. Reaksi jaringan
b. Refleks axon

c. Arus listrik
2. Efek sistemik
a. Efek analgesi
b. Efek regulasi
A. Efek regional
a. Rekasi jaringan
Cedera dinding sel akibat rangsangan titik akupuntur membebaskan asam arakidonat yang
dikandungnya. Selanjutnya dihasilkan leotrin, prostaglandin E-2, tromboksan, dan prostasiklin.
Kerusakan endothelium pembuluh darah halus dan kapiler serta jaringan ikat akan
menghasilkan fragmen kolagen, myofibril dan membrane basal, yang mengaktifan sistem
pembekuan darah secara bertingkat.
Reaksi inflamasi buatan dilanjutkan dengan proses lain berupa reaksi anti-inflamasi
b. Refleks akson
Rangsangan penjaruman pada reseptor polimodal oleh saraf sensorik diteruskan selain ke
medulla spinalis juga ke akson kolateral yang mengandung CGRP (calcitonin gen related
peptide) dan bersinap akso-aksonik dengan akhiran saraf simpatis di sekitar pembuluh darah.
Pelepasan asetilkolin oleh akhiran saraf simpatis yang teraktivasi menyebabkan vasodilatasi local
di sekitar lokasi penjaruman.
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, selain karena reaksi inflamasi dan
reflex akson, juga karena terjadi reflex vasomotor segmentar medulla spinalis, serta serabut
eferen kolinergik dari pusat saraf otonom di hipotalamus anterior.
Terjadinya vasodilatasi dan penigkatan permeabilitas kapiler menyebabkan berbagai sisa
metabolism terangkut, pasokan ATP, nutrisi dan oksigen menjadi lancar; produk reaksi inflamasi
difagositosis/dilisis dan mediator yang teraktivasi diinaktivasi.
c. Arus listrik dari perlukaan
Titik akupuntur mempunyai tegangan listrik lebih tinggi dari kulit sekitarnya. Tegangan
listrik yang melewati lapisan epidermis adalah 20-90 milivolt, dengan kutub positif di dalam dan
kutub negative di luar. Pelukaan kulit akan menimbulkan arus pendek.
Penjaruman menurunkan tahanan listrik berbarengan dengan menghasilkan arus listrik
searah sebesar 10 mikroamper dimana kutub negative berada di bekas lubang tusukan dan kutub
positif terletak di tepi luka.

Fenomena ini berlangsung selama lebih kutang 48 jam yaitu waktu yang dibutuhkan
tubuh untuk menyembuhkan luka tusukan.
Degenerasi aksonal atau demielinisasi segmental menyebabkan saraf yang rusak menjadi
peka berlebihan terhadap asetilkolin.
Arus listrik searah yang dihasilkan penjaruman mengurangi kepekaan saraf tersebut dan
memicu proses regenerasi saraf.
B. Efek Sistemik
a. Efek analgetik
Efek analgetik tindakan akupuntur dimediasi oleh endorphin atau oleh serotonin. Penjaruman
lokasi bukan titik akupuntur tidak menimbulkan efek analgesi, karena penjaruman itu tidak
menuju substansia grisea perikuaduktus, sebagaimana rangsang titik akupuntur; tetapi menuju ke
hipotalamus posterior dan nucleus sentromedian lateralis talami (bagian dari analgesia inhibitory
system) dengan mediator kolesistokinin., suatu antagonis opiate endogen yang akan menduduki
reseptor opiate di substansia grisea perikuaduktus
Pada rangsangan yang lama dan kuat, dapat menimbulkan Stress induced analgesia, yang
tidak dapat dihilangkan oleh nalokson atau sinanserin, tetapi dapat dihilangkan dengan
deksametason.
b. Efek regulasi
Tubuh manusia mempunyai kecenderungan mempertahankan homeostasis yang melibatkan :
sistem saraf, endokrin dan mediator kimiawi.
Mekanisme kerja akupuntur dapat pula berupa :
1. Mekanisme spinal segemental
Mekanisme kerja akupuntur segmental memanfaatkan pola lengkung reflex
kutaneoviseral atau somatoviseral baik secara segmental maupun intersegmental dengan
melibatkan pula pusat rfleks yang lebih tinggi di hipotalamus anterior.
Pemanfaatan klinis akupuntur segmental untuk nyeri miofacial dan kelainan fungsi organ,
membutuhkan pengetahuan persarafan kulit (dermatom), persarafan oto (miotom) dan persarafan
organ (viserotom), sehingga dapat dipilih titik akupuntur, sesuai dermatom dari segmen yang
sama atau berdekatan.

Neurotransmitter yang merangsang nyeri :


a. Endogenous opioid (enkefalin, dinorfin dan endorphin)
b. Somatostatin
c. Serotonin
d. Noradrenalin
e. Gamma Aminobutyric Acid (GABA)
f. Galanin.
2. Mekanisme heterosegmental (intersegmental) melibatkan beberapa sistem: serotonergik,
adrenergic dan DNIC (Diffuse Noxious Inhibitory Control)
a. Serotonergik
Rangsangan penjaruman di bawa dari sel marginal ke nucleus ventroposterolateral thalamus lalu
ke korteks cerebri sehingga rangsang disadari. Diotak tengah ada percabangan ke periaqueductl
grey (PAG), dari sini turun ke nucleus raphe magnus di medulla oblongata yang mengeluarkan
serotonin untuk dialirkan ke stalked cell (St).
Dari St melalui mekanisme enkefalinergik akan menghambat SG untuk menyalurkan hantaran
nyeri dari serabut C untuk sampai ke WDR.
b. Adrenergik
Dari marginal sel ada proyeksi ke :
1. Nukleus paragigantocelullaris lateralis (PGC) melalui locus cereleus (LC)
menghambat nyeri di level medulla spinalis
2. LC diperbatasan medulla oblongata dan pons melalui akson noradrenergic (NAD)
menghambat neuron spinal.
c. Diffuse Noxious Inhibitory Controls (DNIC)
Dari sel marginal memberikan cabang ke subnukleus retikularis dorsalis di medulla oblongata
bagian kaudal dari sini akan menghambat impuls nyeri di SG melalui mekanisme DNIC
Mekanisme kerja akupuntur yang lain :
1. Reaksi anti inflamasi
Cedera dinding sel akibat perangsangan titik akupuntur membebaskan asam arakidonat
yang dengan bantuan lipooksigenasi diubah menjadi lekotrin, dengan bantuan sikloogsigenase
diubah menjadi prostaglandin E-2, tromboksan dan prostasiklin; semua mediator inflamasi ini
memicu terjadinya reaksi inflamasi local dan agregasi trombosit.
Reaksi inflamasi buatan berikut semua mediator kimiawi, ditindaklanjuti oleh tubuh
dengan reaksi anti inflamasi yang menyeluruh.
2. Imunitas

Perangsangan titik akupuntur merusak endothelium pembuluh darah halus dan kapiler
serta jaringan ikat., akibatnya dihasilkan fragmen kolagen, myofibril dan membrane basalis yang
akan mengaktivasi sistem pembekuan darah secara bertingkat yaitu :
Yang pertama teraktivasi adalah faktor XII Hagemandari plasma dan jringan. Kinin
protease dari sel mast dan basofil mengubah faktor XII menjadi faktor XIIa, yang selanjutnya
mengkatalis plasminogen menjadi plasmin dan protrombin menjadi thrombin. Plasmin masuk
dalam sistem komplemen imun melalui aktivasi C1, C3, dan C5 dari molekul protein plasma,
sedangkan thrombin mengaktivasi C3.
Keikutsertaannya dalam sistem imunitas tidak spesifik yakni bersama dengan
immunoglobulin membungkus benda asing, sehingga mudah difagositosis atau dilisis; bersamaan
dengan kalikerin dan bradikinin menggerakkan reaksi imunitas tidak spesifik melalui
pengaruhnya pada leukosit (kemotaksis, leukosistosis dan fagositosis).
Bossy (1990) dan Yuan et al (1993) menunjukkan adanya reseptor opiate di permukaan
dinding sel limfosit T. interaksi reseptor opiate dengan endorphin memicu limfosit T
berproliferasi, sehingga jumlah total limfosit T meningkat, demikian juga mediator kimiawi yang
dihasilkan limfosit T (interleukin 1-6, gama interferon, dan Tumor Necrosis Factor (TNF).
Pengaruh tidak langsung rangsang akupuntur terhadap limfosit melalui penyerapan Zn dan Cu.
Akupuntur meningkatkan :
a.
b.
c.
d.

Penyerapan Zn (peningkatan kadar Zn darah)


Enzim superoksida dismutase (untuk menangkap radikal bebas superoksida)
Jumlah total limfosit
Rasio T helper : T suppressor

Selain memperbaiki imunitas seluler, akupuntur juga berefek pada imunitas humoral yaitu
dengan meningkatkan produksi immunoglobulin.
BL-13 (Feishu/ Titik Shu Paru-Paru)

Keistimewaan : titik shu belakang paru-paru.


Lokasi

: 1 1/2 cun dari sisi luar meridian GV, setinggi batas bawah thoraxl III (TH 3-4).

Cara menusuk : serong ke bawah/ tulang belakang sedalam 0.5-1 cun. Dilarang menusuk tegak
lurus, bisa menyebabkan pneumothorax.
Aksi

Menguatkan qi paru-paru dan menutrisi yin paru-paru

Menyebarkan dan menurunkan qi paru-paru

Membersihkan panas dari paru-paru.

Membebaskan eksterior.

Indikasi

Batuk, sulit bernafas, asma, dada penuh, nafas pendek dan tidak ingin bicara, rasa panas
di dada, paru-paru dingin, batuk menetap pada anak-anak, susah bernafas saat terlentang,
nyeri dada, batuk berdahak, paru-paru bernanah, angin menyerang paru-paru, nadi cepat,
demam, keringat malam dengan demam menggigil dan tidak suka dingn, dingin
menggigil, tidak berkeringat, obstruksi nyeri tenggorokan.

athropia

paru-paru,

konsumsi

dengan

gangguan steaming

bone,

demam taxation defisiensi, demam pasang surut, keringat malam, meludah darah,
gangguan BAB dan haus, mulut dan lidah kering, defisiensi agitasi.

Mania, tubuh panas, berjalan marah dengan ingin bunuh diri,epilepsi.

Rasa penuh dan tidak ingin makan, muntah, muntah cairan sehabis makan, muntah busa,
gondok, sakit kuning, badan nyeri dan kulit gatal, urticaria.

Bahu dan punggung nyeri, tulang belakang bengkok, punggung kura-kura pada anakanak, pinggang nyeri dan kaku.

Pengobatan

Batuk berdahak

: BL-13 feishu dan ST-40 fenglong.

Nyeri dada

: BL-13 feishu, LU-2 yunmen, LU-1 zhongfu, SP-1 yinbai,

LR-14 qimen, BL-47 hunmen, PC-7 daling.

Meludah darah

Batuk dan suara serak : BL-13 feishu dan CV-22 tiantu.

Demam musiman

Penjelasan

: BL-13 feishu, LU-6 kongzui, PC-3 quze.

: BL-13 feishu dan DU-13 taodao.

Ads by Best OffersBL-13 adalah titik shu belakang paru-paru dimana qi paru-paru berasal dari
interior ke luar tubuh, dan seperti semua titik shu belakang, khususnya organ zhang (Yin)
memiliki aksi kuat mengatur dan menguatkan organ yang terkait di level terdalam. BL-13 adalah
titik terbaik untuk mengobati semua gangguan organ paru-paru. BL-13 adalah titik terutama
untuk menguatkan qi paru-paru dan menutrisi yin paru-paru. Defisiensi qi paru-paru dapat
berasal dari dasar defisiensi penyakit paru-paru sebelumnya, penyakit kronis, kesedihan
mendalam, kerja di belakang meja berlebihan (khususnya membungkuk), kerja fisik berlebihan
atau kurang berolahraga. Ini ditandai dengan gejala batuk lemah, sulit bernafas dan asma yang
semakin parah saat beraktifitas, serta sesak nafas dan tidak ingin bicara. Menurut kedokteran
Cina :"Paru-paru adalah pintu gerbang suara." Saat qi paru-paru kurang, akan kurang tenaga di
dalam suara, berbicara langsung melemahkan pasien sehingga tidak niat berbicara.
Menurut Essential Questions :"Semua qi di bawah kendali paru-paru." Karena paru-paru
mendominasi qi seluruh tubuh, akan terdapat tanda defisiensi qi secara umum seperti lelah,
wajah pucat, dan nadi lemah. Dalam beberapa kasus BL-13 ditambah LU-9 taiyuan, CV-17
shanzhong, ST-36 zusanli, dan BL-20 pishu. Dalam kasus kronis, defisiensi qi paru-paru
menyebabkan asma atau batuk yang semakin buruk saat musim dingin, gunakanlah moksa
intensif saat musim panas.
Defisiensi yin paru-paru dapat berasal dari defisiensi qi paru-paru berkepanjangan, kerja
berlebihan, demam yang mengonsumsi yin, atau defisiensi yin ginjal yang gagal menutrisi dan
mendukung yin paru-paru. Ini ditandai dengan batuk atau asma kering, lendir yang diwarnai

darah atau berserabut, keringat malam serta mulut, tenggorokan dan lidah kering. Dalam kasus
lebih parah, terdapat demam pasang surut, gangguan steaming bone, defisiensi agitasi dan
meludah darah. Dalam beberapa kasus ini, BL-13 ditambah BL-43 gaohuangshu, LU-9 taiyuan,
BL-23 shenshu dan CV-4 guanyuan.
BL-13 juga untuk mengobati atrofi paru-paru dan konsumsi, yang menunjukkan kondisi lelah
dan deplesi parah. Dalam atrofi paru-paru, paru-paru dikatakan layu dan mengerut, dengan cara
yang sama anggota gerak juga kelihatan layu dan mengerut dalam gangguan atrofi. Sementara
konsumsi secara luas berkaitan dengan tuberkulosis paru.
Aksi BL-13 tidak terbatas untuk menguatkan dan menutrisi paru-paru saja, namun juga sama
pentingnya untuk mengobati semua bentuk penyakit paru ekses. Melalui aksinya mengatur qi
paru dan membersihkan panas, BL-13 dapat digunakan untuk mengobati 1) panas ekses melanda
paru, 2) retensi panas lembab atau reak panas dan, 3) racun panas menghambat paruparu. Karenanya BL-13 dapat mengobati dada penuh, nyeri dada, abses paru, batuk berdahak,
dan susah bernafas saat berbaring. Dalam beberapa kasus, BL-13 ditambah LU-1 zhongfu,
contoh : prinsip menggabungkan titik mu depan dan titik shu belakang.
BL-13 juga titik penting untuk mengobati faktor patogen yang menginap di level taiyang atau
defensif. Ditambah titik BL-12 fengmen, LI-4 hegu, LU-7 lieque bisa digunakan untuk
membebaskan dan mengusir patogen yang mengikat di eksterior dan mengakibatkan demam
menggigil dengan batuk, serta menyelaraskan qi nutrisi dan qi pertahanan (wei qi) dalam kasus
keringat malam dengan demam menggigil dan tidak suka dingin. Menurut Warp and Wood of
Warm Febrile Diseases ,"Paru-paru dan jantung saling terhubung, sehingga panas paru-paru
paling mudah masuk ke jantung. Karena kemampuan membersihkan panas ekses/defisiensi dari
paru-paru dan karena efeknya yang besar dalam mengumpulkan qi dan ciao atas, aksi BL-13
meluas ke jantung. Berbagai teks menyebutkan BL-13 untuk gangguan jiwa seperti mania,
berjalan marah, dan bahkan ingin bunuh diri.
Paru-paru dan lambung memiliki hubungan dekat yang khusus. Keduanya memiliki aksi kuat
dalam gerakan menurun, sementara paru-paru berasal dari ciao tengah area lambung. Kegagalan
qi lambung untuk bergerak turun karena defisiensi atau stagnasi makanan dapat mengganggu
fungsi paru-paru dalam gerakan turun, menyebabkan batuk dan sulit bernafas, sementara
kegagalan qi paru-paru untuk turun menyebabkan qi lambung berlawanan. Sehingga BL-13 perlu

ditusuk untuk rasa penuh dan tidak nafsu makan, muntah, muntah busa, muntah cairan sehabis
makan dan khususnya muntah bergabung batuk.
Penggunaan penting yang lebih jauh dari BL-13 adalah gangguan paru yang menyebabkan nyeri
di punggung atas. Dalam kasus anak-anak dengan defisiensi qi paru-paru parah, bahkan mungkin
punggung terjadi kelainan bentuk bulat (punggung kura-kura). Kondisi ini mengacu kepada
Essential Questions yang menyatakan :"Punggung adalah rumah dada dan saat punggung
melengkung dan bahu membungkuk, rumah jatuh menjadi hancur."
Terakhir, menurut Illustrated Appendices to the Classic of Categories, BL-13 adalah satu dari
lima titik (BL-13, BL-15 xinshu, BL-18 ganshu, BL-20 pishu, BL-23 shenshu) untuk membuang
panas dari lima organ zan

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25219125
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20090355
Cheung L, Li P and Wong. 2001. The Mechanism of Acupuncture Therapy and Clinical
Case Studies. Taylor and Francis, London and New York
Cho ZA, Wong EK and Fallon JH. 2001. Neuro-Acupuncture. Volume . Neuroscience
Basic. Q-Puncture, Inc. Los Angeles, CA 90010.
Filshie J and White A. 1998. Medical Acupuncture. A western Scientific Approach.
Churchill Livingstone
Frank BL and Soliman NE. 2005. AuricularTherapy : A Comprehensive Text. Author
House.
Kiswojo. 2007. Pengetahuan Dasar Akupuntur. Penerbit Akupuntur Indonesia.
Kristanto, F. 2008. Bahan Kuliah Mekanisme Kerja Akupuntur. RSCM. Jakarta
Mayor DF. 2007. Electroacupuncture. A Practical Manual and Resources. Elsevier.
Toronto

Anda mungkin juga menyukai