Penanganan nyeri kanker, menurut WHO dikenal sebagai Three step Ladder, yang mana pada pemberiannya harus by the mouth, by the clock, by the ladder. Terdiri dari 3 tingkatan/tangga yang mana terapi nyeri kanker diberikan berjenjang dimulai dari yang paling bawah. Jenjang 1: Analgetik Non-opioid ± adjuvant Apabila nyeri menetap atau meningkat, maka Jenjang 2: Analgetik opioid untuk nyeri ringan sampai sedang ± Analgetik Non-opioid ± adjuvant Apabila nyeri menetap atau meningkat, maka Jenjang 3: Analgetik opioid untuk nyeri sedang sampai berat ± Analgetik Non-opioid ± adjuvant
2. Apa yang meneyebabkan nyeri kanker:
Nyeri kanker disebabkan oleh: - Nyeri yang disebabkan oleh tumor Tumor yang meinfiltrasi jaringan (tulang, organ visceral) Kompresi atau inflamasi pada saraf, pembuluh darah dan organ - Nyeri yang disebabkan oleh prosedur diagnostic/terapetik Biopsi, punksi, kemoterapi, radioterapi dan operasi - Nyeri yang disebabkan malignansi secara tidak langsung Infeksi (virus, jamur, bakteri), inflamasi, DVT, Limphaedema - Nyeri yang disebabkan oleh penyakit lain yang mengikuti Diabetik polineuropaty, nyeri kepala, osteoarthritis 3. Jelaskan perbedaan sensititasi perifer dan sensititasi sentral: Sensititasi perifer mengacu pada peningkatan rangsangan pada presinaps akibat kerusakan jaringan yg menyebabkan pelepasan mediator radang yg menstimulus pengeluaran Na dan Ca, sedangkan sensitisasi sentral mengacu pada peningkatan rangsangan dorsal horn dan ditandai oleh peningkatan aktivitas spontan neuron, bidang reseptif yang meluas, peningkatan aktivitas respons yang ditimbulkan oleh serat Aß,
4. Jelaskan farmakodinamik dari:
- Opioid Reseptor opioid secara luas terdistribusi dalam sistem saraf pusat yang dikelompokkan menjdi 3 tipe utama yaitu μ, κ, dan σ.reseptor. μ reseptor memiliki jumlah yang paling banyak di otak dan merupakan reseptor yang paling berinteraksi dengan opioidanalgesik untuk mengasilkan efek analgesik. Sedangkan κ dan σ reseptor menunjukkan selektivitas terhahap enkefalin dan dinorfin secara respektif. Aktivasi κ reseptor juga dapat menghasilkan efek analgesik, namun berlawanan dengan μ agonis, yang dapat menyebabkan euforia. Beberapa opioid analgesik mengahsilkan efek stimulan dan psikomotorik dengan beraksi pada σ reseptor. Aktivasi pada μ dan σ reseptor dapat menyebabknhiperpolarisasi pada saraf dengan cara mengaktivasi K chanel melalui proses yang melibatkan G-protein.Sedangkan aktivasi κ reseptor dapat menghambat membran Ca2+ chanel. Sehingga dapa tmerintangi peletuoan neuronal dan pelepasan transmitter. - Gabapentinoid Gabapentin memiliki gugus sikloheksil dengan struktur neurotransmitter GABA sebagai struktur kimianya. Meskipun memiliki struktur yang mirip dengan GABA, obat ini tidak mengikat reseptor GABA dan tidak mempengaruhi sintesis atau penyerapan GABA. Gabapentin dapat dengan bebas melewati sawar darah- otak dan bekerja pada neurotransmiter.Gabapentin bekerja dengan menunjukkan afinitas tinggi terhadap pengikatan di voltage-gated calcium channels, terutama alfa-2-delta-1, yang menghambat pelepasan neurotransmitter di daerah presinaptik yang berperan dalam epileptogenesis. Meskipun tidak ada bukti mekanisme kerja langsung pada reseptor serotonin, dopamin, benzodiazepin, atau histamin, penelitian telah menunjukkan gabapentin meningkatkan kadar serotonin total pada subjek kontrol yang sehat - Ketamin Secara garis besar, ketamine bekerja dengan cara menghambat reseptor N-methyl- D-aspartate (NMDA). Inhibisi ketamine pada reseptor NMDA akan mengurangi proses mediasi rasa nyeri sentral, sehingga nyeri akut akan berkurang. Karena reseptor NMDA tersebar ke seluruh sistem susunan saraf pusat, maka aksi ketamine dalam saraf spinal dapat memengaruhi proses nyeri. Lokasi primer kerja obat ketamine adalah korteks serebri dan sistem limbik. Ketamine menyebabkan disosiasi elektrofisiologis, antara korteks otak dan sistem limbik. Pada dosis anestesi ≥1 mg/kgBB, ketamine mempengaruhi beberapa proses di kortikal dan subkortikal, menginduksi keadaan anestetik disosiatif menyerupai katatonia. Selain itu ketamine dapat memengaruhi jalur inhibisi descending serotonine menyebabkan efek antidepresi. Ketamine juga menginhibisi pengambilan kembali katekolamin, sehingga terjadi peningkatan aktivitas simpatik, berakibat hipertensi dan takikardia. Demikian pula, aliran darah serebral, kecepatan metabolik dan tekanan intrakranial meningkat.
5. Jelaskan patofisiologi dari Phantom Pain:
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat. Patofisiologi phantom pain melibatkan sistem saraf perifer dan system saraf pusat, dimana pada system saraf perifer, kerusakan total struktur saraf motorik dan sensorik perifer dapat menyebabkan hipereksitasi neuron sensorik akibat mediator inflamasi yang dilepaskan oleh makrofag, sel Schwann, sel mast, serta perubahan saluran natrium dan kalsium . Pada phantom pain terdapat perubahan sepanjang aksis saraf. Mekanisme perifer terkait dengan pembentukan neuroma dan pelepasan ektopik. Rangsangan akibat trauma pada neuron dapat menyebabkan sensitisasi sentral, potensiasi jangka panjang, dan perluasan area sensitif pada neuron sentral. Sedangkan pada sistem syaraf pusat berhubungan dengan gangguan reorganisasi di korteks sensori-motor primer, termasuk perubahan rangsangan korteks motorik dan faktor perifer seperti impuls nosiseptif dari sumber trauma. Berdasarkan reorganisasi kortikal, terjadi perubahan neuroplastisitas pada bidang korteks yang memproyeksikan ekstremitas yang diamputasi. Area kortikal yang tidak menerima input dari perifer akan menyusut dan menjadi lebih kecil. Area kortikal umum yang berdekatan dari bagian tubuh kemudian mengambil alih bidang kortikal. Mekanisme ini ditunjukkan dalam neuroimaging fungsional. Perubahan sistem saraf pusat tidak hanya terjadi di korteks tetapi juga di area lain di otak termasuk sumsum tulang belakang, seperti peningkatan respons sinaptik di kornu dorsal.