Anda di halaman 1dari 16

TRAKTUS SPINOTALAMIKUS

OLEH;
Fitri Nur handriyani
0508120887
PEMBIMBING:

Dr. Agus Tri Joko, Sp.S


DEFINISI
Traktus spinotalamikus adalah suatu jalur asenden
yang berasal dari medula spinalis dan berjalan di
sepanjang medula spinalis sampai bersinaps di
talamus.
Traktus ini membawa sensasi nyeri, suhu, raba halus
dan tekan.
Ada 2 jalur yang tergabung di dalam sistem ini, yaitu
traktus spinotalamikus anterior dan traktus
spinotalamikus lateral.
Reseptor sendiri adalah organ sensorik khusus yang
mampu mencatat perubahan fisik dan kimia, serta
mengubahnya menjadi impuls yang diproses oleh
sistem saraf
Reseptor
Neuron
Neuron pertama: badan sel dari neuron pertama terletak di
ganglion radiks dorsalis (atau ganglion aferen somatis dari
saraf kranial).
Neuron kedua: sel neuron kedua menyilang dan berakhir
biasanya di thalamus.
Neuron ketiga: sel neuron ketiga terletak di thalamus dan
memproyeksikan rangsangan ke korteks sensorik (untuk nyeri
kronis diproyeksikan di thalamus). Lalu otak akan memproses
informasi yang dihantarkan oleh neuron ini,
menginterpretasikan lokasi, kualitas dan intensitas lalu
memberikan respon yang sesuai.
Medula spinalis potongan melintang
Traktus spinotalamikus anterior
Traktus spinotalamikus lateral
Lesi di traktus spinotalamikus
TERIMA KASIH
Tugas
Apa yang dimaksud alodinia???
Bagaimana mekanisme terjadinya?
jawaban
Allodinia
adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus normal
(secara normal semestinya tidak menimbulkan nyeri).
Impuls yang dijalarkan serabut saraf yang biasanya
berupa sentuhan halus atau raba normal dirasakan
normal, tetapi pada allodinia dirasakan sebagai nyeri.
mekanisme terjadinya allodinia,disebabkan oleh adanya:

sensitisasi sentral, dimana terjadinya peningkatan jumlah potensial


aksi sebagai respon terhadap stimuli noksius dan penurunan nilai
ambang rangsang sehingga stimuli non noksius mampu
menimbulkan rasa nyeri.
perubahan serabut Aß dimana serabut ini mengeluarkan substansia
P. Pada nyeri neuropatik hal ini berlangsung terus dikarenakan
sumber impuls datang dari perifer berupa ectopic discharge.
hilangnya kontrol inhibisi. Neurotransmitter inhibisi seperti GABA
atau glycin berfungsi untuk mempertahankan potensial membran
mendekati potensial istirahat. Tetapi pada nyeri neuropatik terdapat
penurunan aktivitas inhibisi (hal ini diperkirakan oleh karena
kematian sel-sel inhibisi). Sehingga terjadi eksitasi berlebihan.
hiperalgesia
Terasanya perasaan nyeri secara berlebihan
Nyeri pada neuralgia paska herpetika merupakan nyeri neuropatik
yang diakibatkan dari perlukaan saraf perifer sehingga terjadi
perubahan proses pengolahan sinyal pada sistem saraf pusat.
Saraf perifer yang sudah rusak memiliki ambang aktivasi yang lebih
rendah sehingga menunjukkan respon berlebihan terhadap stimulus.
Regenerasi akson setelah perlukaan menimbulkan percabangan saraf
yang juga mengalami perubahan kepekaan.
Aktivitas saraf perifer yang berlebihan tersebut menimbulkan
perubahan berupa hipereksitabilitas kornu dorsalis sehingga pada
akhirnya menimbulkan respon sistem saraf pusat yang berlebihan
terhadap semua rangsang masukan/ sensorik.
Perubahan ini berjalan dalam berbagai macam proses sehingga
dapat dimengerti bila pendekatan terapeutik neuralgia paska
herpetika memerlukan beberapa macam pendekatan pula.

Anda mungkin juga menyukai