Anda di halaman 1dari 13

Nosiseptor :serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri Non-nosiseptor :serabut syaraf yang biasanya biasanya tidak mentranmisikan nyeri

Toleransi nyeri :intensitas maksimum /durasi nyeri yang individu ingin untuk dapat ditahan Ambang nyeri :stimulus yang paling kecil yang akan menimbulkan nyeri

Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi Nyeri yang bersifat subyektif dan individual Nyeri merupakan mekanisme petahanan fisiologi Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan Nyeri mengawali ketidakmampuan Presepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik,termal,kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin,bradikinin ,kalium.substansi tersebut menyebabkan nosiseptor beraksi ,apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri,maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut syaraf perifer.serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada 2 jenis , yaitu serabut A-delta dan serabut C. kornu dorsalis neurotransmiter(substansi P).substansi p ini menyebabkan tranmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat.setelah implus syaraf sampai ke otak otak mengolah implus syarafkemudian akan timbul respon reflek protektif

Stimulus nyeri di transmisikan ke mediulla spinalis,naik ketalamus,selanjutnya serabut mentransmisikan nyeri keseluruh otak ,termasuk area limbik.area nlimbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri.setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak,maka individu akan mempersepsikan nyeri

Implus nyeri di transmisikan ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan talamus.sistem saraf otonom menjadi terstimulasi ,saraf simpatis dan parasempatis beraksi,maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku

1. Proses Transduksi (Transduction), merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) di rubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf (nerve ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). 2. Proses Transmisi (Transmison), dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan ke daerah somato sensoris di korteks serebri melalui neuron ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

3.

Proses Modulasi (Modulation), adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan imput nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Jadi merupakan proses acendern yang di kontrol oleh otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Kornu posterior ini dapat diiabaratkan sebagai pintu yang dapat tertetutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem analgesik endogen tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subyektif orang per orang. 4. Persepsi (perception), adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.

a. Nyeri nosiseptif Karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik.

b. Nyeri neurogenik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Sensasi yang dirasakan adalah rasa panas dan seperti ditusuk-tusuk dan kadang disertai hilangnya rasa atau adanya sara tidak enak pada perabaan. Nyeri neurogenik dapat menyebakan terjadinya allodynia. Hal ini mungkin terjadi secara mekanik atau peningkatan sensitivitas dari noradrenalin yang kemudian menghasilkan sympathetically maintained pain (SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri kronik. Nyeri tipe ini sering menunjukkan respon yang buruk pada pemberian analgetik konvensional.

c. Nyeri psikogenik Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas dan depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.

Berdasarkan lama atau durasinya : Nyeri akut ; nyeri yang terjadi setelah tubuh

terkena cedera atau intervensi dan memiliki jalan yang cepat dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi ingatan akan adanya cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri kronik ; nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanaya berlangsung lebih dari 6 bulan.

Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul

sewaktu-waktu lalu menghilang. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan

intensitas rendah Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai