Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat
ringan nyerinya, dan waktu lamanya serangan.
A.Nyeri berdasarkan tempatnya
1.Pheriperal pain. Yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit,mukosa.
2.Deep pain. Yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organorgan tubuh visceral
3.Refared pain. Yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh yang di daerah yang berbeda,bukan daerah asal nyeri.
4. Central pain. Yaitu nyeri yang terjadi karena perasangan pada system saraf pusat,spinal
cord,batang otak,thalamus dan lain-lain.
B.Nyeri berdasarkan sifatnya
1.Incidental pain. Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
2.Steady pain. Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3.Paroxymal pain. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali,nyeri tersebut
biasanya menetap kira-kira 10-15 menit,lalu menghilang kemudian timbul lagi.
C.Nyeri berdasarkan berat ringgannya
1. Nyeri ringan .Yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2. Nyeri sedang .Yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3. Nyeri berat Yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
D. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1. Nyeri akut. (waktu kurang dari 6bln, daerah teralokalisasi)
2.Nyeri Kronik. (waktu lebih dari 6bln, daerah menyebar)
Mekanisme Nyeri
.ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri, yaitu :
The specificity teori
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan stuktur tubuh melalui saraf sensoris.
Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat spesifik.Artinya,saraf sensoris dingin hanya dapat
dirangsang oleh sensasi dingin ,bukan oleh panas.Begitu pula dengan saraf sensoris lainnya.
The intensity theory
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor.Setiap rangsangan sensori punya
potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.
The gate control teory
Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri.Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat
saraf aferen berdiameter di substansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar
menghambat transmisi yang artinya pintu ditutup sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil
memperm udah transmisi yang artinya pintu dibuka.
Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
1.
2.
3.
4.
Usia
Ansietas
Jenis kelamin
Pengalaman masa lalu
5.
6.
7.
8.
9.
Kultur
Pola koping
Makna nyeri
Support keluarga dan sosial
Perhatian
TENTANG NYERI
20 Januari 2009 oleh PRO-HEALTH
OLEH : ERFANDI
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu
dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan
kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien
yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh
Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia.
A. DEFINISI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Teori Specificity suggest menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena
adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor
nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg
dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya
B. ISTILAH DALAM NYERI
Nosiseptor
: serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri
Non-nosiseptor
: serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri
System nosiseptif : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri
Ambang nyeri
: stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri
Toleransi nyeri
: intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan
C.
SIFAT-SIFAT NYERI
Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
Nyeri bersifat subyektif dan individual
Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah
laku dan dari pernyataan klien
Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
Nyeri mengawali ketidakmampuan
Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal
D. FISIOLOGI NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu
teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk
memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis
berikut ini:
Resepsi
: proses perjalanan nyeri
Persepsi
: kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
RESEPSI
Stimulus (mekanik, termal, kimia) Pengeluaran histamin bradikinin, kalium, Nosiseptor
Impuls syaraf Serabut syaraf perifer Kornu dorsalis medulla spinalis Neurotransmiter
(substansi P) Pusat syaraf di otak Respon reflek protektif
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan
nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf
yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls
syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang
serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan
menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini
menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah
impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek
protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga
melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi
normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai
berikut:
o Trauma
o Obat-obatan
o Pertumbuhan tumor
o Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)
yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada
pengalaman nyeri
Substansi ini titemukan pada nociceptor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula
spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik
Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator
Neurotransmitter
Neuromodulator
MEKANISME NYERI
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan
dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut
saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis,
talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan
sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer
dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa
rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena
trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system
saraf pusat.
Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:
1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus mekanis
terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf ( neliola,
et at, 2000 ).
3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik
Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri
osteoneuromuskuler, yaitu :
1. Nociceptor mechanism.
2. Nerve or root compression.
3. Trauma ( deafferentation pain ).
4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.
5. Psychosomatic mechanism.
Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik
pada tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah satu cara/upaya
dalam aplikasi elektroterapi terhadap nyeri.
Nociceptor:
Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS akan halhal yang berpotensial
membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:
1. A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.
2. C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang bereaksi terhadap
rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai pada
serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II. Serabut-serabut
sensor besar ini berfungsi pada propioception dan motor control.
Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita terdapat
algesic chemical substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin,
prostaglandin dan lain-lain.
Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C,
mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena ini
disebut sebagai neurogenic inflammation yang pada keadaan lajut menghasilkan
noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit. Deregulasi Sistem Motorik
yang Menyebabkan Rasa Sakit
Kita ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang
terlibat adalah postural system. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut
afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat spinal motor
reflexes. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit visceral
organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita,
misalnya withdrawal reflex merupakan mekanisme survival dari organisme.
Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat
meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan
kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot
tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan vicious
circle, kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat
dari kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat
sebagai akibat dari disregulasi system simpatik.
Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan organ visceral, kulit, sendi, tendons, otot-otot
atau impuls dan otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan (exitability)
dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat kontraksi otot (muscle stiffness),
misalnya meningkatkan input nosiseptif dari viscus abdominalis akan meningkatkan
tonus otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat meningkatkan
reflex excitability dan beberapa otot-otot antagonis yang bersangkutan dengan
pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut, disebut juga
sebagai neurogenic block. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan
emosi dapat mengakibatkan descending excitatory pathways, sehingga merangsang
peningkatan reflek dari otot-otot postural.
Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang meliputi reseptor
nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla spinalis dan
batang otak, sel-sel di traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-sel saraf di
kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan memberikan
persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri
yang berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada kornu dorsalis
medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus
ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus membantu memberi tanda perasaan
nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan system kontrol
desenden atau pada timbulnya mekanisme motivasi-afektif.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih berperan dalam sensasi nyeri
dibandingkan daerah kortek serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitianpenelitian lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri dalam sensasi
nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti thalamus bagian medial, hipotalamus,
amygdala dan system limbic diduga berperan pada berbagai reaksi motivasi dan afektif
dari nyeri.
Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional yang tidan
menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi akibat aktifasi
nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius (termal , mekanik ,
kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat
kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus
reumatik nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri
nosiseptif dan neuropatik.