Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

(NYERI)

MEILISA SANTOSA

22.0601.0066

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

TAHUN 2023
A. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminys (Aziz Alimul, 2006). Nyeri
merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual karena respon
individu terhadap sensasi nyeri nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu sama lain
(Asmadi, 2008)
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyamanan
dalam merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012). Nyeri
akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingg berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI, 2017) Nyeri kronis
merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaita dengan kerusakan hingga
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan (SDKI, 2017).
B. Proses nyeri
Beberapa teori tentang terjadinya nyeri menurut Barbara C. Long, 1989:
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord)
melalui karna dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus
lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris
tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan
2. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke
bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan respon
dan otot berontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi oleh
modalitas respon dari reaksi sel.
3. Teori Pengendali Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang
keduanya berada di dalam akar ganglion doralis. Rangsangan pada serat besar akan
meninggalkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan
ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri.
Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat eferen
dan reaksi mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri
4. Teori Transmisi & Inhibisi
Adanya stimulus pada neociceptor melalui transmisi impuls-impuls saraf,
sehingga impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian
inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar
yang mem-blok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif
C. Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Nyeri Berdasarkan Sifatnya
a. Incidental Pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady Pain, yaita nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
c. Paroxymal Pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut menetap 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
2. Nyeri Berdasarkan Lama Waktu Serangan
a. Nyeri Akut, nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam
enam,bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari laka, seperti laka operasi, atas pan pada suatu penyakit
arteriosclerosis pada arteri coroner.
b. Nyeri Kronis, nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam
pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas
dari nyeri lalu timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis
yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama
semakin meningkat intensitasinya walau pun telah diberikan pengobatan,
misalnya nyeri karena neoplasma. Nyeri
3. Berdasarkan Intensitasnya
a. Nyeri Ringan, nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bisa
menjalankan aktifitasnya seperti biasa. (tidak menggangu aktivitas).
b. Nyeri Sedang, nyeri dengan intensitas sedang menimbulkan reaksi (fisiologis
maupun psikologis)
c. Nyeri Berat, nyeri dengan intensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah
dapat melakukan akktifitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan
oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat analgesic dapat membantu pada
nyeri ini.
D. Etiologi
1. Nyeri Akut
a. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Nyeri Kronis
a. Kondisi musculoskeletal kronis
b. Kerusakan sistem saraf
c. Penekanan saraf
d. Infiltrasi tumor
e. Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, reseptor
f. Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicela-zoster)
g. Gangguan fungsi metabolic
h. Riwayat posisi kerja statis
i. Peningkatan indeks massa tubuh
j. Kondisi pasca trauma
k. Tekanan emosional
l. Riwayat penganiayaan (mis psikologis, seksual)
m. Riwayat penyalahgunaan obat/zat
3. Faktor predisposisi
a. Trauma
 Mekanik: rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
 Thermis: nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsanganakibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
 Khermis: nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat
asamatau basa kuat
 Elektrik: nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma psikologis
4. Faktor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
E. Patofisiologi
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan
macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan
oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke
serbut C. serabut- serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau atau laminae yang
saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang
merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang
belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,
yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang
membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri.
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur
opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke
tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls
supresif. Serotonim merupakan neurotransmitter dalam implus supresif. System supresif
lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-
opiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone
yang kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)
F. Pathways
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri secara
farmakologi adalah seperti berikut ini:
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan kodein.
Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini
mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri
endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan
efek menekan pusat pernapasan dimedulla batang otak.
b. Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik. Efek
samping obat ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti adanya ulkus
gaster dan perdarahan gaster.
2. Non Farmakologi Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi
yaitu:
a. Membangun hubungan terapeutik perawat-klien.
Terciptanya hubungan terapeutikantara klien dengan perawat akan memberikan
pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif pada klien yang
mengalami nyeri.
b. Bimbingan Antisipasi.
Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan
timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien.
c. Relaksasi.
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk "membebaskan" mental dan fisik dari
ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
d. Imajinasi
Terbimbing Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam
pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.
e. Distraksi
Merupakan tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri, yang
dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
f. Akupunktur
Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, di mana akupunktur
menstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan aliran energi
disepanjang jalur yang disebut jalur meridian.
g. Biofeedback
Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada otak,
kontraksi otot, atau temperatur kulit kemudian "mengembalikan" memberikan
informasi tersebut kepada klien.
h. Stimulasi Kutaneus
Teknik ini berkerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol
nyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air hangat/sauna, masase,
kompres dengan air dingin/panas, pijatan dengan menthol atau TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).
i. Akupresur
Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang dapat
dilakukan secara mandiri. Klien dapat mengguanan ibu jari atau jari untuk
memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan ketegangan pada
otot kepala, bahu atau leher. j. Psikoterapi Psikoterapi dapat menurunkan persepsi
pada nyeri pada beberapa klien, terutama pada klien yang sangat sulit sekali
mengontrol nyeri, pada klien yang mengalami depresi, atau pada klien yang
pernah mempunyai riwayat masalah psikiatri.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Face rating scale (FRS)
Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala nyeri
menggunakan face rating scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang
tersenyum untuk "tidak ada nyeri" hingga wajah yang menangis untuk "nyeri berat"
2. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10.
Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan
nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji
intensitas terapeutik.
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen
5. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
6. CT-Scan untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
7. EKG
8. MRI
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Identitas:
a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c. Catatan medis.
2. Riwayat Kesehatan:
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian Fungsional Gordon:
a. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygiene
f. Pola aktivitas dan Latihan
g. Pola manajemen kesehatan
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi
4. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
c. Pemeriksaan fisik
d. Data penunjang
e. Program terapi
f. Data fokus
5. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan:
a. P (Provocate): Respon paliatif meliputi factor pencetus nyeri
b. Q (Quality): Kualitas nyeri meliputi nyeri post op
c. R (Region): Lokasi nyeri, meliputi nyeri luka post op
d. S (Skala): Skala nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri
e. T(Time): Waktu meliputi kapan, berapa lama dan terakhir dirasakan
J. Referensi

Anda mungkin juga menyukai