Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


NYERI

Nama : Muhammad Zanuar Aliffandi


NIM. 22101054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023
KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
 Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya
diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya (Mc. Coffery, 1979)
 Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa
rangsangan (Arthur C. Curton,1983).
 Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,2006)
2. TEORI NYERI
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long, 1989):
 Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan
berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
 Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons
yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di
pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
 Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari
kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion doralis.
Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang
mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan
membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
 Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor  melalui transmisi impuls-
implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut
besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif
3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1)  Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2)  Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3)  Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut menetap ±
10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b.   Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1)  Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam, bulan, sumber
dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka,
seperti luka operasi, atau pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2)  Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri
timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan
begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus
menerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walau pun telah diberika
pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.
C. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1)  Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan aktivitasnya
seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2)  Nyeri Sedang
Nyeri  dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun psikologis)
3)  Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah dapatmelakukan
aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan oleh orang yang
mengalaminya. Penggunaan obat analgesic dapat membantu pada nyeri ini.
4. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor nyeri,
peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri bradikinin
merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan merangsang
thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor karena
tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia jaringan
5. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan
respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa
termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke serabut C.
serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada
dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.
Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan saluran utama
impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)
atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri.
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur
non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur
spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin
merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui
mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)
6. NEUROTRANSMITTOR
a. Neurotransmitter adalah senyawa kimia dalam tubuh yang berfungsi untuk membawa
dan mengirimkan pesan antar neuron atau dari neuron ke berbagai jaringan tubuh,
seperti otot. Pengiriman pesan ini memungkinkan otak untuk menjalankan fungsinya
dengan baik, meningkatkan dan menyeimbangkan sinyal di otak, serta membantu
mengelola respons otomatis tubuh. Respons otomatis tubuh misalnya pernapasan dan
detak jantung. Selain itu, senyawa kimia ini juga berperan dalam fungsi psikologis,
seperti proses belajar, suasana hati, ketakutan, hingga kebahagiaan. Neurotransmitter itu
sendiri pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Austria bernama Otto Loewi pada
1921. Ia menemukan proses pelepasan zat kimia pada tubuh katak, yang kini disebut
dengan asetilkolin.
b. Cara bekerja neurotransmitter
Neuron tidak melakukan kontak langsung dengan neuron lainnya. Di antara neuron-
neuron, ada celah yang sangat kecil yang disebut dengan sinapsis. Di sinapsis ini
neurotransmitter berperan. Apa perannya? Neurotransmitter dapat melintasi celah
sinapsis untuk membawa pesan dari dan ke sel saraf di sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Bagaimana prosesnya? Ketika pesan berada di ujung neuron,
neuron memicu pelepasan neurotransmitter agar dapat membawa pesan tersebut
melintasi sinapsis menuju neuron berikutnya. Neuron lainnya yang menjadi target
kemudian mengambil pesan tersebut. Adapun proses ini dikenal juga dengan
neurotransmisi.
c. Klasifikasi neurotransmitter
Neurotransmitter terbagi ke dalam tiga kelompok tergantung pada bagaimana ia
memengaruhi neuron. Berikut adalah ketiga kelompok tersebut.
1. Excitatory neurotransmitter
Kelompok ini memiliki efek excitatory atau stimulus (rangsangan) pada neuron. Ini
merangsang atau mendorong neuron untuk melakukan aksi.
Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu epinefrin dan norepinefrin.
2. Inhibitory neurotransmitter
Kelompok ini berkebalikan dengan excitatory. Jika excitatory merangsang, inhibitory
justru menghambat neuron untuk melakukan aksi.
Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu GABA dan endorfin.
3. Modulatory neurotransmitter
Disebut juga dengan neuromodulator, kelompok ini dapat memengaruhi banyak neuron
pada saat yang sama.
Kelompok ini bekerja sama dengan neurotransmitter lainnya untuk mengaktifkan atau
menghambat neuron. Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu serotonin dan dopamin.
d. Jenis - jenis neurotransmitter

Ada banyak jenis neurotransmitter yang ada di dalam tubuh setiap manusia. Melansir
laman Simply Psychology, ada lebih dari 50 jenis senyawa kimia ini.
Semua jenis ini terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu monoamina, asam amino,
peptida, purin, dan asetikolin. Dari jenis-jenis tersebut, beberapa di antaranya mungkin
sudah tak asing di telinga Anda.
Berikut adalah beberapa jenis neurotransmitter yang perlu Anda pahami perannya.
1. Asetilkolin. Seperti penjelasan sebelumnya, asetilkolin adalah neurotransmitter
pertama yang ditemukan. Jenis ini berperan dalam sistem saraf perifer, di mana ia
dilepaskan oleh neuron motorik untuk membantu mengontrol gerakan otot. Selain
itu, asetilkolin memainkan peran penting dalam sistem saraf pusat untuk menjaga
fungsi kognitif, termasuk memori dan pembelajaran. Adapun masalah pada
asetilkolin sering terkait dengan gangguan memori dan belajar serta berhubungan
dengan demensia dan penyakit Alzheimer.
2. Serotonin
Anda mungkin sering mendengar hormon serotonin. Faktanya, selain sebagai hormon,
serotonin berperan sebagai neurotransmitter. Serotonin diproduksi dalam saluran
pencernaan sebagai respon terhadap makanan. Namun, serotonin juga diproduksi di
batang otak untuk mengatur suasana hati, kecemasan, nafsu makan, kontrol rasa sakit,
dan siklus tidur. Adapun ketidakseimbangan serotonin sering terkait dengan banyak
gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk bunuh diri,
3. Epinefrin
Jenis neurotransmitter dan hormon ini lebih dikenal dengan adrenalin. Ini adalah
hormon stres yang dilepaskan ke aliran darah melalui kelenjar adrenal. Adapun
pelepasan adrenalin yang terlalu banyak dapat menyebabkan tekanan darah tinggi,
kecemasan, insomnia, hingga peningkatan risiko stroke. Sementara bila pelepasan
epinefrin terlalu sedikit, penderitanya sering kali tidak mampu bereaksi dengan tepat
dalam situasi stres atau tekanan serta berkurangnya kegembiraan.
4. Dopamin
Dopamin adalah jenis neurotransmitter yang diproduksi di bagian otak bernama
substantia nigra, ventral tegmental area, dan hipotalamus. Ini berfungsi untuk
mengontrol motorik, penghargaan, dan motivasi. Dopamin yang berlebih dapat
mengakibatkan perilaku kompetitif, agresi, atau bahkan kecanduan. Sementara dopamin
yang kurang sering menimbulkan depresi. Terkait dengan kontrol gerakan, kekurangan
dopamin sering dikaitkan dengan penyakit Parkinson yang menimbulkan gangguan
motorik dan tremor.
4. Endorfin.
Endorfin diproduksi oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari.
Ia dilepaskan sebagai respon terhadap rasa sakit untuk menurunkan transmisi sinyal rasa
sakit ke otak dan meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia. Bukan cuma itu, jenis
neurotransmitter ini juga dilepaskan saat seseorang baru saja melakukan aktivitas fisik,
seperti olahraga. Adapun terlalu banyak endorfin mungkin dapat menyebabkan
kecanduan olahraga. Sementara kekurangan endorfin bisa mengakibatkan depresi, sakit
kepala, kecemasan, perubahan suasana hati, dan fibromyalgia.
6. Adenosin
Adenosin adalah sejenis neuromodulator yang berfungsi menekan gairah dan
memperbaiki siklus tidur. Jenis neurotransmitter ini umumnya ditemukan di bagian otak
hippocampus. Jika adenosin terlalu rendah, kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan
dan kesulitan tidur. Kondisi ini bisa terjadi bila Anda terlalu banyak mengonsumsi
kafein. Pasalnya, kafein diketahui bekerja dengan menghambat adenosin dalam tubuh,
sehingga siklus tidur bisa terganggu.
7. GABA
Gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmitter yang terletak di banyak
area otak, baik itu hippocampus, talamus, ganglia basal, hipotalamus, dan batang otak.
Fungsi utama dari GABA adalah mengatur kecemasan, penglihatan, dan kontrol
motorik. Oleh karena itu, kekurangan GABA sering terkait dengan kontrol impuls yang
buruk dan menjadi penyebab dari kejang. Bukan cuma itu, gangguan bipolar juga sering
terkait dengan kekurangan GABA dalam tubuh. Sementara bila GABA berlebih, kondisi
ini bisa menyebabkan tidur berlebihan dan kurang energi.
7. TANDA DAN GEJALA
 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 .Depresi,frustasi
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.   Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b.   Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c.    Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d.   Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya keridakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut ini
 Teknik latihan pengalihan : a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara,
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat
rasa nyaman, tenang dan rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
3. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat
dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri
karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik,
dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a.       Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b.      Analgesik narkotik atau opiate
c.      Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
4. Pemberian stimulator listrik
Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang dirasakan.
Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk ,engendalikan stimulus
manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator
sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit dengantransistor
timah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna
vertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu
electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakan.
PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada
Nafsu makan ekstrimitas
Intoleransi Gangguan rasa nyaman
menurun
aktivitas
Gangguan
mobilitas Ansietas
fisk
Nafsu makan Deficit Intoleransi Gangguan rasa
menurun perawatan aktivitas nyaman
diri

Intake berkurang Stress Risiko


Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
perawatan diri
diri Gangguan
Risiko pola tidur
berpakaian
keetidakseimbangan
nutrisi kurang dari Deficit
Ketidakefektifan
perawatan
kebutuhan pemeliharaan
diri
kesehatan
mandi
kurus Risiko
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembangan Risiko harga
diri rendah
situasional
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.

a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
 Riwayat kesehatan keluarga
 Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a)      P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tahanan
terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat
menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri
yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b)      Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi, dan lain-
lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan
bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.
c)      R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan semua daerah yang
dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih spesifik,
perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri.
Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri menyebar kesegala arah),
meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
d)     S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,
sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari
waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
e)      T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan rangsangan nyeri.
Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeri
yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali
kambuh?
 Macam skala nyeri
1)      Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit atau
nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala
numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog Scale
(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) ,
suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan :
0      : tidak nyeri
1-3   : nyeri ringan
4-6   : nyeri sedang
7-9   : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10    : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
2)      Visual Analog Scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan,
dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada _____________________________________________ Sangat


rasa nyeri _ Nyeri

3. Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagia
hingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan
nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi
dan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan
sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara,
sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau suara
napas tambahan.

2. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien.  Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-

 2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai