Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kardiotorasik I

Nama : Fadil Ahmad H. Srg


NIM : C135192003
Pengampu: dr. Andi Adil, Sp.An-KAKV

1. Sebutkan bagian jalan nafas atau airway yang tidak terlibat dalam proses respirasi
- Hidung
- Mulut
- Orofaring
- Nasofaring
- Hipofaring
- Trakea
- Bronkus
- Bronkiolus
2. Sebutkan Pembagian Volume atau Kapasitas Paru ?
- Volume tidal : volume normal tiap pernapasan
- Inspiratory reserve volume: volume maksimal tambahan yang dapat diinspirasi di
atas jumlah volume tidal
- Expiratory reserve volume: volume maksimal tambahan yang dapat diekspirasi di
atas jumlah volume tidal
- Residual volume: volume yang tersisa setelahekspirasi maksimal
- Inspiratory capacity: terdiri dari penjumlahan tidal volume dan inspiratory reserve
volume
- Vital capacity: terdiri dari penjumlahan tidal volume, inspiratory reserve volume
dan expiratory reserve volume
- Functional residual capacity: terdiri dari penjumlahan residual volume dan
expiratory reserve volume
- Total lung capacity: terdiri dari penjumlahan tidal volume, inspiratory reserve
volume, expiratory reserve volume dan residual volume

3. Sebutkan alat-alat yang di gunakan untuk ventilasi satu paru ?


- Double lumen tube
- Single lumen tube + bronchial blocker
- Connector
- Fiberoptic bronchoscope
4. Sebutkan penilaian-penilaian preoperative yang di lakukan sebelum pembedahan
dengan ventilasi satu paru ?
- Echocardiografi untuk menentukan fungsi dan cadangan kardiovaskuler terutama
pasien dengan cor pulmonale
- Penilaian foto thorac akan memberikan gambaran keadaan paru asien terutama bila
terdapat efusi, konsolidasi, atelektasis yang dapat enyebabkan hipoksemia, sehingga
dapat digunakan fraksi oksigen yang lebih tinggi. Bila terdapat bulla pada sisi paru
yang tidak dioperasi, risiko terjadi pneumothoraks harus diantisipasi
- Penilaian FEV1 (Forced expiratory volume one second)
- Penilaian DLCO (Diffusing capacity of the lung for carbon monoxide)
5. Jelaskan secara ringkas ?
- Myasthenia gravis
Myasthenia gravis merupakan gangguan autoimun berupa kelemahan otot skelet.
Kelemahan ini teradi akibat imunitas tubuh yang dimediasi antibodi pada reseptor
asetilkolin pada membran postsinapsis pada neuromuscular junction
Perhatian terkait anestesi pada myasthenia gravis adalah interaksi dari penyakit,
terapi farmakologis yang dikoknsumsi dan agen anestesi yang digunakan. Pasien
myasthenia gravis sensitif terhadap agen pelumpuh otot nondepolarisasi dan resisten
terhadap suksinilkolin.
Operasi elektif pada pasien myasthenia gravis harsu dilakukan pada kondisi stabil
dari penyakit dimana penggunaan obat imunomodulator dan glukokortikoid minimal
untuk mengurangi risiko terjadinya krisis myasthenia postoperatif.
Faktor risiko terjadinya krisis myasthenia postoperatif antara lain
- Vital capacity < 2-2,9 Liter
- Durasi myasthenia gravis lebih dari 6 tahun
- Dosis pyridostigmin >750mg/hari
- Keluhan bulbar preoperatif
- Riwayat krisis myasthenia
- Perdarahan intraoperatif > 1000 ml
- Serum antiasetikolin reseptor antibodi < 100 nmol/mL
Penggunaan obat-obatan myasthenia seperti pyridostigmin akan mengganggu
farmakologis pelumpuh otot, glukokortikoid yang digunakan akan menyebabkan
supresi acis hipotalamus hipofise dan dapat menyebabkan insufisiensi adrenal
Induksi anestesi dengan agen anestesi intravena dapat ditoleransi namun terdapat
peningkatan efek depresi napas. Penggunaan agen inhalasi dapat ditoleransi.
Pengunaan dosis agen pelumpuh otot nondepolar sebaiknya dikurangi setengah
sampai dua per tiga dosis maintenance. Pada akhir operasi sebaiknya dilakukan
penundaan ekstubasi hingga dipastikan kekuatan fungsi respirasi tercapai.

- Superior Cava Syndrome


Obstruksi dari vena cava superior disebabkan karena penyebaran kanker ke dalam
mediastinum atau ke dalam cavum thorax yang paling sering disebabkan oleh kanker
paru. Vena di atas ketinggian dari jantung seperti vena jugular dan vena pada lengan
akan membengkak. Edema pada wajah dan ekstremitas atas biasanya ditemukan.
Peningkatan tekanan intrakranial akan bermanifestasi sebagai mual, kejang,
penurunan kesadaran/ kompresi dari vena besar juga dapat menyebabkan sinkop.
Kombinasi dari superior vena cava syndrome dan kompresi trakea disebut superior
mediastinal syndrome. Kompresi trakea akan menyebabkan serak, dispnea, dan
obstruksi jalan napas.
Anestesi pada pasien dengan sindrom vena kava superior harus diperhatikan
secara khusus karena risiko komplikasi yang mengancam jiwa seperti kolaps system
kardiovaskular dan obstruksi jalan napas total. Teknik intubasi yang sesuai untuk
pasien dengan sindrom vena kava superior adalah teknik awake intubation. Intubasi
sebaiknya dilakukan dengan fasilitasi bronkoskop fiberoptik karena risiko kompresi
lumen trakea selama induksi dan intubasi. Sedasi sebaiknya diberikan dengan hati-
hati karena dapat menyebabkan kolaps jalan napas. Pasien dengan sindrom vena kava
superior sebagian besar membutuhkan ventilasi mekanik pascabedah karena edema
jalan napas masih dapat ditemukan hingga beberapa hari setelah pembedahan.
Tata laksana sindrom vena kava superior dibagi menjadi dua, yaitu terapi suportif
dan definitif. Terapi definitif meliputi kemoterapi, radioterapi yang sesuai dengan
jenis tumor dan pembedahan untuk pengangkatan tumor. Tata laksana suportif
sindrom vena kava superior meliputi optimalisasi preload, elevasi kepala untuk
minimalisasi kompresi jantung atau pembuluh darah besar, pemasangan akses
intravena pada ekstremitas bawah, dan ventilasi spontan untukn meningkatkan aliran
balik vena.

Anda mungkin juga menyukai