“GAGAL NAFAS”
DISUSUN OLEH:
MIA NUR ISTIKOMAH
NIM.20033
Hari:
Tanggal:
E. Komplikasi
Menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018) Komplikasi dari gagal
napas dapat disebabkan oleh gangguan gas darah atau dari
pendekatan terapeutik itu sendiri diantaranya :
1. Komplikasi paru-paru: misalnya, emboli paru, jaringan parut
ireversibel pada paru-paru, pneumotoraks, dan ketergantungan pada
ventilator.
2. Komplikasi jantung: misalnya, aritmia gagal jantung dan
infark miokard akut.
3. Komplikasi neurologis: periode hipoksia otak yang
berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan otak yang
ireversibel dan kematian otak.
4. Ginjal: gagal ginjal akut dapat terjadi karena hipoperfusi dan/atau
obat nefrotoksik.
5. Gastro-intestinal: stress ulcer, ileus, dan perdarahan.
6. Nutrisi: malnutrisi, diare hipoglikemia, gangguan elektrolit
F. Penatalaksanaan Medis
a. Jalan nafas
Jalan nafas sangat penting untuk ventilasi, oksigen, dan pemberian
obat- obatan pernapasan dan harus diperiksa adanya sumbatan jalan nafas.
Pertimbangan untuk insersi jalan nafas artificial seperti ETT.
b. Oksigen
Besarnya aliran oksigen tambahan yang diperlukan tergantung dari
mekanisme hipoksemia dan tipe alat pemberi oksigen. CPAP (Continous
Positive Airway Pressure ) sering menjadi pilihan oksigenasi pada gagal
napas akut. CPAP bekerja dengan memberikan tekanan positif pada
saluran pernapasan sehingga terjadi peningkatan tekanan transpulmoner
dan inflasi alveoli optimal. Tekanan yang diberikan ditingkatkan secara
bertahap sampai toleransi pasien dan penurunan skor sesak serta frekuensi
napas tercapai.
c. Bronkhodilator
Bronkhodilator mempengaruhi kontraksi otot polos, tetapi beberapa
jenis bronkhodilator mempunyai efek tidak langsung terhadap oedema dan
inflamasi. Bronkhodilator merupakan terapi utama untuk penyakit paru
obstruksi, tetapi peningkatan resistensi jalan nafas juga banyak ditemukan
pada penyakit paru lainnya.
d. Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid dalam menurunkan inflamasi jalan napas
tidak diketahui secara pasti, tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel
inflamasi.
e. Fisioterapi dada dan nutrisi
Merupakan aspek penting yang perlu diintegrasikan dalam
tatalaksana menyeluruh gagal nafas.
f. Pemantauan hemodinamik
Meliputi pengukuran rutin frekuensi denyut jantung, ritme jantung tekanan
darah sistemik, tekanan vena central, dan penentuan hemodinamik yang
lebih invasif.
G. Ventilasi Mekanik
1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah tindakan memberikan bantuan nafas
menggunakan alat mekanik (ventilator) dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dengan tujuan
mengganti alat pernafasan dan memperbaiki pertukaran gas yang bersifat
sementara sampai penyebab gangguan pernafasan teratasi.
Ventilasi mekanik merupakan intervensi yang paling sering
ditemukan di ICU, dan perawat memerlukan pengetahuan tentang tipe
ventilator, setting ventilator, dan alarm yang sering digunakan. Ventilasi
mekanik sebagai intervensi suportif sering digunakan sampai masalah
yang mendasarinya hilang.
Ventilator yang digunakan di ICU dewasa saat ini adalah ventilator
tekanan positif. Ventilator tekanan positif bekerja dengan mengirimkan
tekanan positif untuk mengembangkan paru dan dinding dada, dengan
prinsip kerja volume, tekanan, dan atau waktu.
Ventilator terbagi atas 2 kategori, yaitu ventilator dengan sistem
volume dan ventilator dengan sistem tekanan. Pada ventilator sistem
volume, ditentukan volume tidal yang akan diberikan tanpa menghiraukan
tahanan dan compliance. Volume tidal akan stabil pada setiap nafas, tetapi
tekanan jalan nafas akan bervariasi.
2. Tujuaan Penggunaan Ventilator Mekanik
Pada ventilasi mekanik sistem tekanan, ditentukan level tekanan
yang diharapkan dan besaran volume tidal ditentukan oleh level tekanan
yang dipilih, tahanan dan compliance paru. Penggunaan ventilator pada
pasien biasanya meliputi tujuan berikut:
a. Menurunkan usaha/kerja nafas pasien.
b. Mengatasi symptom distress pernafasan.
c. Mengistirahatkan otot-otot pernafasan.
d. Meningkatkan oksigenasi
e. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (asam basa)
f. Stabilisasi dinding dada (membuka atelectasis, memperbaiki
compliance, mencegah cedera paru lebih lanjut)
e. Apnea
G. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
Tahap-Tahap dalam Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
a. Review rencana tindakan keperawatan.
b. Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
c. Antisipasi komplikasi yang akan timbul.
d. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan (waktu, tenaga, alat).
e. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
f. Memerhatikan hak-hak pasien, antara lain sebagai berikut:
1) Hak atas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan.
2) Hak atas informasi.
3) Hak untuk menentukan nasib sendiri.
4) Hak atas second opinion.
2. Tahap Pelaksaan
a. Berfokus pada klien.
b. Berorientasi pada tujuan dan kriteria hasil.
c. Memperhatikan keamanan fisik dan spikologis klien.
d. Kompeten.
3. Tahap Sesudah Pelaksaan
a. Menilai keberhasilan tindakan.
b. Mendokumentasikan tindakan, yang meliputi:
1) Aktivitas/tindakan perawat.
2) Hasil/respons pasien.
3) Tanggal/jam, nomor diagnosis keperawatan, tanda tangan.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.
1. Macam Evaluasi
a. Evaluasi Proses (Formatif)
1) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
2) Berorientasi pada etiologi.
3) Dilakukan secara ditentukan tercapai. terus-menerus sampai tujuan
yang telah
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)
1) Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna.
2) Berorientasi pada masalah keperawatan.
3) Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.
4) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan.
2. Komponen SOAP/SOAPIER
Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut:
S: Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O: Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang
dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A: Analisis
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi
atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam
data subjektif dan objektif.
P: Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan hasil
yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya
dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih
kompeten untuk menyelesaikan masalah klien membutuhkan waktu untuk
mencapai keberhasilannya. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah
tindakan Yang dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah klien, tetapi
perlu ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai altematif pilihan yang lain
yang diduga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
Sedangkan, rencana tindakan yang baru/sebelumnya tidak ada dapat
ditentukan bila timbul masalah baru atau rencana tindakan Yang sudah
tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
I: Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P
(perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
E: Evaluasi
Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
R: Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan
perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan?
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, Anggit. 2019. Ventilasi Mekanik. Panduan ICU RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
Kamayani, M. 2016. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik.
Diakses di
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/9bd02509924860fdf2
3626d0f09a6c6e.pdf
Maghfiroh. 2015. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gagal Nafas
Di Intensive Care Unit (ICU) RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Diakses di https://Dokumen.Tips/Documents/Lp-Gagal-Nafas-Pada-Pasien-Di-
Icu.Html
Shebl, E., & Burns, B. (2018). Respiratory failure.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi Dan Indikator Dianostik. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)