Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GAGAL NAPAS YANG TERPASANG


VENTILATOR

KELOMPOK VIII
CINDY CLOUDIA GUMOLUNG
( 19142010164 )
YOLANDA CLAUDIA ENAR
( 2114202161 )
SATYA ROMBOUTS
( 19142010182 )

MK : KEPERAWATAN KRITIS
DOSEN : Ns.Hanny Ronald Mokorimban, S.Kep, M.Kep
A. Pengertian Gagal Nafas

• Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk


mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi
karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-
sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari
50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan
karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
(Brunner & Sudarth, 2001)
B. Penyebab Gagal Nafas

1. Penyebab sentral
• Trauma kepala : contusio cerebri
• Radang otak : encephalitis
• Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
• Obat-obatan : narkotika, anestesi

2. Penyebab perifer
• Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical,
muscle relaxans
• Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
• Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
• Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
• Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.
C. Patofisiologi Gagal Napas

Penyebab gagal nafas yang utama adalah ventilasi yang tidak


adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons
dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,
stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat
agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau
dengan meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
D. Penatalaksanaan Medis

1. Pemantauan hemodinamik
2. Fisioterapi dada dan nutrisi
3. Kortikosteroid
4. Bronkhodilator
5. Oksigen
6. Jalan nafas
E. Pengertian Ventilasi Mekanik

Ventilasi mekanik adalah tindakan memberikan bantuan nafas


menggunakan alat mekanik (ventilator) dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan
dengan tujuan mengganti alat pernafasan dan memperbaiki pertukaran
gas yang bersifat sementara sampai penyebab gangguan pernafasan
teratasi.
F. Mode Ventilator

1. Controlled ventilation
2. Assist Control Ventilation
3. Intermittent Mandatory Ventilation
4. Pressure Support Ventilation.
5. Continous Positif Airway Pressure.
6. ASV ( Adaptive Support Ventilation)
7. NIV (Non Invasif Ventilation)
G. Setting Ventilator

1. Respirasi Rate
2. Tidal Volume
3. Fraksi Oksigen (Diberikan sesuai hasil AGD)
4. Positive End Expiratory Pressure
Tekanan positif pada akhir ekspirasi, bisa mencegah kolaps paru,
meningkatkan area dan waktu difusi oksigen.
5. I-E ratio, perbandingan waktu inspirasi dan ekspirasi, normalnya
adalah 1:2.
6. Pressure Limit
7. Flow Rate (kecepatan ventilator memberikan volume tidal per
menit)
8. Sensitivitas/Trigger
9. Alarm
H. Perawatan Pasien Dengan Ventilator

1. Persiapan pasien
2. Melakukan persiapan alat dengan setting circuit menggunakan
prinsip steril, melakukan kalibrasi alat pada setiap awal
pemakaian ventilator
3. Monitoring patensi jalan nafas
4. Humidifikasi (sesuai suhu tubuh)
5. Perawatan selang ET dan tekanan cuff ET
6. Monitoring suara paru.
7. Monitoring pertukaran gas secara berkala dengan Analisa gas
darah, SpO2, ETCO2.
8. Monitoring setting ventilator, tidal volume, minute volume, PIP
9. Pencegahan komplikasi pemasangan ventilator (VAP bundle)
10. Komunikasi. Memberi kesempatan menulis atau papan
huruf/kata.
11. Psikologis pasien. Jelaskan prosedur, dukung pasien, motivasi
dan harapan.
12. Nutrisi dan cairan. Enteral nutrisi, absorbsi, resiko aspirasi,
parenteral nutrisi bila diperlukan.
13. Memperhatikan usaha nafas pasien (RR, nafas pendek,
tersengal2, cuping hidung)
14. Monitoring stabilisasi hemodinamik, perfusi organ.
I. Komplikasi Dan Pencegahan

1. Komplikasi pada jalan nafas


2. Masalah pada selang ET
3. Masalah mekanik
4. Barotrauma
J. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan
kemungkinan thrombus atau emboli.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
volume penurunan ekspansi paru
K. Intervensi Keperawatan

1. Perfusi jaringan perifer tidak aktif berhubungan dengan


menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan
kemungkinan thrombus atau emboli.

Intervensi

Observasi :

 Periksa sirkulasi ( mis, nadi perifer, edema, pengisian kapiler,


warna, suhu, anklebracial,index )
 Indentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi ( mis, diabetes,
perokok, orangtua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi )
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik :

 Hindari pemansangan infus atau pengambilan darah diarea


keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang
cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
Tujuan dan Kriteria Hasil

 Denyut nadi perifer meningkat


 Warna kulit pucat menurun
 Edema perifer menurun
 Pengisian kapiler membaik
 Indeks ankle-brachial membaik
 Tekanan darah sistolik membaik
 Tekanan darah diastolic membaik
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi

Intervensi

Observasi :

 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas


 Monitor pola napas
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
Terapeutik :

 Atur interval pemantauan respirasisesuai kondisi pasien


 Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi :

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


 Informasikan hasil pemantauan

Tujuan Dan Kriteria Hasil

 Pola napas membaik


 Tingkat kesadaran meningkat
 Bunyi napas tambahan menurun
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume,
penurunan ekspansi paru

Intervensi

Observasi :

 Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas. )


 Monitor bunyi napas tambahan ( mis, gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering )
 Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
Terapeutik :

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-


lift (jaw thrust jika curiga trauma servikal )
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 menit
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontradiksi


 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, ekspaktoran,


mukolitik, jika perlu.
Tujuan dan Kriteria Hasil

 Frekuensi napas membaik


 Kedalaman napas membaik
 Ekskursi dada membaik
 Penggunaan otot bantu napas menurun
 Pemanjang fase ekspirasi menurun
 Tekanan ekspirasi membaik
 Tekanan inspirasi meningkat
Hubungan Lama Penggunaan Ventilator Mekanik Dengan Mortalitas di Intensive
Care Unit (Icu) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Dwi Wulan Noviyanti1 , Ari
Wahyuni2 , Dwi Aulia Ramdini3 , Fidha Rahmayani4
Abstrak Ventilator mekanik merupakan alat bantu napas yang digunakan pada
pasien gagal napas. Penggunaan ventilator mekanik lebih dari 48 jam dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat meningkatkan mortalitas pada pasien.
Mengetahui hubungan antara lama penggunaan ventilator mekanik dengan
mortalitas di ICU dapat membantu dalam mengurangi faktor penyebab mortalitas
pasien di ICU. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Subjek merupakan 97 data rekam medik dengan
teknik simple random sampling yang diproses menggunakan aplikasi SPSS.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam medik pasien ICU
dengan penggunaan ventilator mekanik yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sampel. Analisis yang digunakan adalah chi-square. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan mayoritas subjek berusia >65 tahun (37,1%),berjenis
kelamin laki-laki (60,8%), pasien non bedah (56,7%), diagnosis utama terbanyak
yaitu ICH (17,5%), CKD (10,3%), CHF (6,2%), dan peritonitis (6,2%), lama
penggunaan ventilator ≥48 jam (61,9%), dan pasien meninggal (83,5%). Tidak
terdapat hubungan antara lama penggunaan ventilator mekanik dengan mortalitas
(p = 0,734). Lama penggunaan ventilator mekanik tidak memiliki hubungan
dengan motalitas di ICU RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
MANAJEMEN PERTUKARAN GAS PADA PASIEN POST CARDS
(COVID-19 ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)
YANG TERPASANG VENTILASI MEKANIK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keefektifan intervensi prone pada kasus
post CARDS/COVID-19 Acute Respiratory Distress Syndrome yang terpasang
ventilasi
mekanik. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan study kasus. Hasil
penelitian menunjukan setelah dilakukan intervensi pemberian posisi prone pada pasien
dengan post CARDS/COVID-19 Acute Respiratory Distress Syndrome yang terpasang
ventilasi mekanik adanya peningkatan nilai saturasi oksigen dan juga untuk mencegah
cedera sekunder yang dapat memperparah kondisi paru paru dan organ lainnya.
Simpulan,
posisi prone dilakukan sedini mungkin akan lebih baik dan memberikan efek perbaikan
yang signifikan pada system pernapasan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai