Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR

DI SUSUN OLEH:
ARVELLA FATHARANI (1035221008)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2023
A. Ventilator
1. Definisi Ventilasi mekanik dan Ventilator
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi
transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan
meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Kamayani, 2016)
Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama
(Kamayani, 2016)
Ventilator (mechanical ventilation) adalah alat yang digunakan untuk membantu
pasien yang mengalami gagal napas. Pasien yang mengalami distres pernafasan, gagal
napas, henti napas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi menggunakan
pemberian oksigen termasuk indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah
ditangani dengan menggunakan intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum
terjadi gagal napas yang sesungguhnya (Aryanto, 2020).

2. Tujuan
Menurut Trijayanti et al.( 2021) Tujuan Ventilasi Mekanik dibagi dua yaitu:
a. Tujuan fisiologis:
1) Memperbaiki ventilasi alveolar (PCO2 dan Ph)
2) Memperbaiki oksigenasi arteri (PO2 saturasi dan CaO2)
3) Meningkatkan inflasi paru akhir inspirasi
4) Meningkatkan FRC (Kapasitas residu fungsional)
5) Menurunkan kerja otot-otot pernafasan (work of breathing)
b. Tujuan klinis:
1) Koreksi asidosis respiratorik akut (life threatening acidemia)
2) Koreksi hipoksemia (meningkatkan PaO2; saturasi > 90% atau PaO2 > 60
untuk mencegah hipoksia jaringan)
3) Menghilangkan “ respiratory distress”.
4) Mencegah dan mengembalikan atelectasis
5) Menghilangkan kelelahan otot Bantu nafas
6) Untuk fasilitasi akibat pemberian sedasi yang dalam atau pelumpuh otot
7) Menurunkan konsumsi oksigen miokard atau sistemik (ARDS, syok
kardiogenik)
8) Menurunkan tekanan intracranial (hiperventilasi) pada trauma kepala
tertutup

3. Indikasi
a. Pasien dengan respiratory failure (gagal nafas)
b. Pasien dengan operasi teknik hemodilusi
c. Post trepanasi dengan black out
d. Respiratory arrest
e. Obstruksi jalan nafas
f. Oksigenasi tidak adekuat: saturasi O2 < 90% saat terpasang oksigen aliran tinggi
melalui masker non-rebreather.
g. Ventilasi tidak adekuat: hipoventilasi (pola nafas tidak efektif)
h. Melindungi jalan nafas
i. Frekuensi nafas lebih dari 35 kali permenit
j. Hasil analisa gas darah O2 100% hasilnya lebih dari 350 mmH
k. Vital capasitu kurang dari 15 ml/kg BB (Suwardianto & Astuti, 2020)

4. Jenis-jenis Ventilator
a) Ventilator tekanan negatif
Ventilator tekanan negatif pada awalnya diketahui sebagai “paru-paru besi”.
Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif didapat untuk
memperbesar rongga toraks. Saat ini, ventilasi tekanan negatif jangka-pendek
intermiten (VTNI) telah digunakan pada penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM) untuk memperbaiki gagal nafas hiperkapnik berat dengan memperbaiki
fungsi diafragma (Hudak & Gallo, 2010). Mengeluarkan tekanan negative pada
dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intrathoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memeuhi
volumenya. Pada jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang
berhubungan dengan kondisi neurovascular seperti polymyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tak sesuai
untuk pasien yang tak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhakn
perubahan ventilasi sering.
b) Ventilator tekanan positif
1) Pressure-Cycled
Ventilator yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai.
Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai
tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai dan kemudian
siklus mati.Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup
dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini
tidak dianjurkan.
2) Time-Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2. Ventilator mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Bantuan yang diberikan
berdasarkan waktu. Biasa digunakan pada neonatus dan bayi (Hudak & Gallo,
2010).
3) Volume-Cycled
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Ventilator ini mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah
ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien, siklus ventilator
mati dan ekhalasi terjadi secata pasif.
5. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernapasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa menimbulkan komplikasi, seperti :
1) Paru-paru
2) Sistem kardiovaskuler : hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan
menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi
3) Sistem saraf pusat : vasokontriksi cerebral, terjadi karena penurunan tekanan CO2
arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi, peningkatan TIK,
gangguan kesadaran
4) Sistem gastrointestinal : distensi lambung, perdarahan lambung
5) Ventilator lung : regangan lama dan berkepanjangan pada paru dengan volume
tidal yang tinggi akan menyebabkan kerusakan paru
6) Atropi otot pernapasan : cara kerja ventilator yang memang di buat untuk
mengurangi beban kerja otot pernapasan akan menyebabkan disuse athropy dan
akan menyebabkan proses penyapihan menjadi lebih sulit

6. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya
(Walid, 2016)
a. Identitas pasien meliputi nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, umur,
alamat, suku.
b. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian,
nyeri biasanya menjadi keluhan yang paling utama.
c. Riwayat kesehatan masa lalu : adanya riwayat penyakit sebelumnya seperti
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia dan lain-lain.
d. Pemeriksaan fisik :
a) Sistem pernapasan
Setting ventilator meliputi :
1) Mode ventilator
2) CR/CMV/IPPV (controlled respiration/controlled mandatory
ventilation/intermitten positive pressure ventilation)
3) SIMV (syncronized intermitten mandatory ventilation)
4) ASB/PS (assisted spontaneus breathing/pressure suport)
5) CPAP (continous possitive air presure)
6) FiO2 : prosentase oksigen yang diberikan
7) PEEP : positive end expiratory pressure
8) Frekuensi napas
Gerakan napas apakah sesuai dengan irama ventilator
Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
Suara napas : ronkhi, wheezing, penurunan suara napas
Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
Sekret : jumlah, konsistensi, warna dan bau
Humidifier : kehangatan dan batas aqua
Tubing / circuit ventilator : adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
Hasil analisa gas darah terakhir / saturasi oksigen
b) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi)
atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi,
irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat
c) Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adanya nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental
d) Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukan adanya gangguan perfusi ginjal)
e) Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi pentingg dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat edema paru.
f) Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasangg ventilator sering mengalami
depresi mental yang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
2) Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul menurut standar diagnosis keperawatan
indonesia (PPNI, 2016) adalah :
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler
2) Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hambatan upaya napas
3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantaun respirasi
gas berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan perubahan selama 24 jam 1) Monitor frekuensi,
membran alveolus- diharapkan pertukaran irama, kedalaman dan
kapiler gas meningkat dengan upaya napas dengan
kriteria hasil : melihat ke monitor
1) Tingkat kesadaran 2) Monitor pola napas
meningkat (seperti bradipnea,
2) Dispnea menurun takipnea,
3) Bunyi napas hiperventilasi,
tambahan menurun kusmaul, biot dan
4) Napas cuping lain-lain)
hidung menurun 3) Monitor adanya
5) PCO2 membaik produksi sputum
6) PO2 membaik 4) Monitor adanya
sumbatan napas
5) Auskultasi bunyi
napas
6) Monitor saturasi
oksigen
7) Monitor nilai AGD
Terapeutik
1) Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Gangguan penyapihan Setelah dilakukan Penyapihan ventilasi
ventilator tindakan keperawatan mekanik
berhubungan dengan selama 1 jam Observasi
hambatan upaya napas diharapkan 1) Periksa kemampuan
penyapihan ventilator untuk disapih
meningkat dengan 2) Monitor prediktor
kriteria hasil : untuk mentolerir
1) Kesinkronan penyapihan
bantuan ventilator 3) Monitor tanda-tanda
menurun kelelahan otot
2) Penggunaan otot pernapasan
bantu napas 4) Monitor status cairan
menurun dan elektrolit
3) Napas dangkal Terapeutik
menurun 1) Posisikan pasien semi
4) Lelah menurun fowler (30-45 derajat)
5) Frekuensi napas 2) Lakukan pengisapan
membaik jalan napas, jika perlu
6) Nilai gas darah 3) Berikan fisioterapi
arteri membaik dada, jika perlu
7) Auskultasi suara 4) Lakukan uji coba
inspirasi membaik penyapihan (30-120
menit dengan napas
spontan yang dibantu
ventilator)
Edukasi
Ajarkan cara
pengontrolan napas saat
penyapihan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat yang meningkatkan
kepatenan jalan napas
dan pertukaran gas
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
bersihan jalan napas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan selama 24 jam 1) Monitor pola napas
mucus berlebihan diharapakan bersihan 2) Monitor bunyi napas
jalan napas meningkat tambahan (gurgling,
dengan kriteri hasil : mengi, wheezing,
1) Produksi sputum ronkhi kering)
menurun 3) Monitor sputum
2) Mengi menurun Terapeutik
3) Dispnea menurun 1) Pertahankan
4) Frekuensi napas kepatenan jalan
membaik napas dengan head-
5) Pola napas tilt dan chin-lift
membaik (jaw-thrust jika
curiga trauma
servikal)
2) Posisikan semi
fowler atau fowler
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan pengisapan
lendir kurang dari 15
detik
5) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum pengisapan
endotrakeal
Edukasi
Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
4 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
napas berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan keletihan otot selama 24 jam 1) Monitor frekuensi,
pernapasan diharapkan pola napas irama, kedalaman dan
membaik dengan upaya napas dengan
kriteria hasil : melihat ke monitor
1) Dispnea menurun 2) Monitor pola napas
2) Penggunaan otot (seperti bradipnea,
bantu napas takipnea,
menurun hiperventilasi,
3) Ventilasi semenit kusmaul, biot dan
meningkat lain-lain)
4) Frekuensi napas 3) Monitor adanya
membaik sumbatan jalan napas
5) Kedalaman napas Terapeutik
membaik 1) Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Terapi Oksigen
Observasi
1) Monitor kecepatan
aliran oksigen
2) Monitor posisi alat
terapi oksigen
3) Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Terapeutik
1) Bersihkan sekret
pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
2) Pertahankan
kepatenan jalan
napas
(PPNI, 2018a)(PPNI, 2018b)
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Impelementasi mencakup melakukan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien dan mencatat serta melakukan dokumentasi
(Alimul, A. 2012).
5) Evaluasi Keperawatan
Terdapat dua tipe evaluasi keperawatan yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan sedangkan
evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas seperti diakhir penerimaan,
pemulangan atau pemindahan ke tempat lain atau diakhir kerangka waktu tertentu
seperti diakhir sesi penyuluhan (Setiadi, 2012).

7. DAFTAR PUSTAKA
1) Aryanto, A. (2020). Rancang Bangun Alat Bantu Pernapasan Ventilator Berbasis
Wireless Sensor Network. Journal ICTEE, 1(1), 11–14.
https://doi.org/10.33365/jictee.v1i1.692
2) Desi Natalia Trijayanti Idris, Erlin Kurnia, A. A. (2021). Pengkajian Nyeri Pada Pasien
Terpasang Ventilator (Alat Ukur Nyeri Sebagai Aplikasi Pengkajian Dalam Asuhan
Keperawatan Kritis). In Eureka Medika Aksara, 1(69).
3) Kamayani, M. O. A. (2016). Asuhan keperawatan pasien dengan ventilasi mekanik.
4) PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
5) PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
6) PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
7) Suwardianto, H., & Astuti, V. W. (2020). Pendekatan Evidence Base Practice Nursing.
Chakra Brahmanda Lentera.

Anda mungkin juga menyukai