Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN VENTILASI MEKANIK

(Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Kritis)

Disusun oleh :

M. Rifqi Fauzan

Nurani Putri

Rania Zahra

Selvia Fauziah Ruslihani

Sintya Indah Lestari

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Masalah Sosial.
Makalah ini berisi tentang asuhan keperawatan pada ventilasi mekanik.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penyusun bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cianjur, 18 Maret 2021

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli
untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough,
2010).
Menurut Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008, ventilator merupakan alat
pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi
dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama

Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth, 1996, ventilasi mekanik adalah


alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ventilasi mekanik?
2. Apa saja klasifikasi ventilasi mekanik?
3. Sebutkan indikasi ventilasi mekanik?
4. Apa fungsi pemasangan ventilasi mekanik?
5. Jelaskan pengkajian ventilasi mekanik?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami apa itu ventilasi mekanik.
2. Untuk memahami apa saja klasifikasi ventilasi mekanik.
3. Untuk memahami fungsi pemasangan ventilasi mekanik
4. Untuk memahami pengkanjian ventilasi mekanik
5. Untuk memahami indikasi ventilasi mekanik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli
untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough,
2010).
Menurut Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008, ventilator merupakan alat
pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi
dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth, 1996, ventilasi mekanik adalah
alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.

B. KLASIFIKASI
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan
positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan PositiF
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu
bersiklus dan volume bersiklus.
a. Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata
lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan
tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus
mati.Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka
waktu pendek di ruang pemulihan.
b. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang
diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran
udara . Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.
c. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume
udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset
telah dikirimkan pada klien , siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi
secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator
tekanan positif yang paling banyak digunakan.

C. INDIKASI VENTILASI MEKANIK


1. Gagal nafas
a. RR > 35 ATAU > 5 x/menit
b. SaO2 < 90% atau PaO2 < 60 mmHg (hypoxemia)
c. pCo2 > 55 mmHg (hipercapnia)
d. Penurunan kesadaran (GCS <8)
e. Tidal volume <5 mL/kg
2. Pasca operasi mayor
3. Pasca henti jantung

D. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN VENTILASI MEKANIK


1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah :
a. Biodata
Meliputi nama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamat,
dll. Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang
status sosial, ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spiritual pasien,
sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
b. Riwayat Penyakit/Riwayat Keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang
sekarang dapat diperoleh melalui orang lain ( keluarga, tim medis lain)
karena kondisi pasien yang dapat bantuan ventilator tidak mungkin untuk
memberikan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui
kemungkinan penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal
nafas/dipasangnya ventilator.
c. Keluhan
Untuk mengkaji keadaan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa
dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak, nafas
terasa berat, keluhan dan ketidaknyamanan.
d. Sistem Pernafasan
1) Setting ventilator meliputi :
a) Mode ventilator
- CR/CVM/IPPV (Controlled Respiration/Controlled
Mandatory Ventilation/Intermitten Positive Preassure
Ventilation)
- SIMV ( Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
- ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Ptrddure Support)
- CPAP (Continous Possitive Air Pressure)
b) FiO2 : Prosentase oksigen yang diberikan
c) PEEP : Positive End Expiratpory Pressure
d) Frekwensi nafas
2) Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
3) Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
4) Suara nafas : adalah ronkhi, wheezing, penurunan suara nafas
5) Adakah gerakan cuping hidung dan gerakan otot bantu tambahan
6) Secret : jumlah, konsistensi, warna dan bau.
7) Humidifier : kehangatan dan batas aqua
8) Tubing/circuit ventilator : adakah kebocoran tertekuk atau terlepas.
9) Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
10) Hasil foto thorax terakhir.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian sistem kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator ( PEEP terlalu
tinggi) atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan
darah, nadi, irama jantuung perfusi, adakah sianosis dan banyak
mengeluarkan keringat.
f. Sistem Neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adakah nyeri kepala, rasa
ngantuk, gelidah dan kekacauan mental.
g. Sistem Urugenital
Adakah penurunan produksi urin (berkurangnya prosuksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
h. Status Cairan dan Nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena apabila ada gangguan
status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
i. Status Psikososial
Perawat yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami
depresi mental yang dimanisfestasikan berupa kebingungan, gangguan
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Analisa gas darah arteri
c. Kapasitas vital paru
d. Kapasitas vital kuat
e. Volume tidal
f. Inspirasi negative kuat
g. Ventilasi semenit
h. Tekanan inspirasi
i. Volume ekspirasi kuat
j. Aliran-volume
k. Sinar X dada
l. Status nutrisi / elaktrolit.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat
bentuan nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi secret
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
d. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
4. Intervensi Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional


Dx
.
1 Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Mengevaluasi
tindakan napas tiap 2-4 jam keefetifan jalan
keperawatan dan kalau napas
diharapkan dapat diperlukan.
meningkatkan dan 2. Lakukan
mempertahankan pengisapan bila 2. Bjh
keefektifan jalan terdengar ronchi
napas. Dengan dengan cara:
kriteria hasil : a. jelaskan pada a. Dengan
 Bunyi napas pasien tentang mengertinya
terdengar tujuan dari tujuan tindakan
bersih. tindakan yang akan
 Ronchi tidak pengisapan. dilakukan pasien
terdengar. bisa berpartisipasi
 Tracheal tube b. Berikan oksigen aktif.
bebas dengan O2 100 b. Memberi
sumbatan. % sebelum cadangan O2
dilakukan untuk
pengisapan, menghindari
minimal 4 - 5 X hipoksia.
pernapasan.
c. Perhatikan
teknik aseptik,
gunakan sarung c. Mencegah infeksi
tangan steril, nosokomial.
kateter pengisap
steril.
d. Masukan kateter
kedalam selang d. Aspirasi lama
ET dalam dapat
keadaan tidak menimbulkan
mengisap hipoksia, karena
(ditekuk), lama tindakan
pengisapan pengisapan akan
tidak lebih dari mengeluarkan
10 detik. sekret dan O2.
e. Atur tekanan
isap tidak lebih e. Tindakan negatif
dari 100 - 120 yang berlebihan
mmHg. dapat merusak
mukosa jalan
f. Lakukan napas.
oksigenasi lagi f. Memberikan
dengan O2 100 cadangan oksigen
% sebelum dalam paru.
melakukan g. Menjamin
pengisapan keefektifan jalan
berikutnya. napas.
g. Lakukan
pengisapan
berulang-ulang
sampai suara
napas bersih.
3. Pertahankan suhu
humidifer tetap 3. Membantu
hangat (35 - 37,8 mengencerkan skret.
o
C)
4. Monitor statur 4. Mencegah sekresi
hidrasi pasien menjadi kental.
5. Melakukan 5. Memudahkan
fisioterapi napas / pelepasan sekret.
dada sesuai indikasi
dengan cara
clapping, fibrasi dan
pustural drainage.
6. Berikan obat 6. Mengencerkan
mukolitik sesuai sekret.
indikasi / program.
7. Kaji suara napas
sebelum dan 7. Menentukan lokasi
sesudah melakukan penumpukan sekret,
tindakan mengevaluasi
pengisapan. kebersihan tindakan
8. Observasi tanda- 8. Deteksi dini adanya
tanda vital sebelum kelainan.
dan sesudah
melakukan
tindakan.
2 Setelah dilakukan 1. Cek analisa gas 1. Cek analisa gas
tindakan darah setiap 10 - 30 darah setiap 10 - 30
keperawatan menit setelah menit setelah
diharapkan perubahan setting perubahan setting
pertukaran gas ventilator. ventilator.
kembali normal. 2. Monitor hasil
Dengan kriteria analisa gas darah 2. Monitor hasil analisa
hasil : (blood gas) atau gas darah (blood gas)
Hasil analisa gas oksimeteri selama atau oksimeteri
darah normal yang periode penyapihan. selama periode
terdiri dari: 3. Pertahankan jalan penyapihan.
 PH (7,35 - napas bebas dari 3. Pertahankan jalan
7,45) skresi. napas bebas dari
 PO2 (80 - 100 4. Monitor tanda dan skresi.
mmHg) gejala hipoksia 4. Monitor tanda dan
 PCO2 (35 - 45 gejala hipoksia
mmHg)
 BE (-2 - + 2)
 Tidak sianosis
3 Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Diteksi dini adanya
tindakan pemeriksaan kelainan atau gg.
keperawatan ventilator tiap 1 - 2 fungsi ventilator.
diharapkan pola jam.
nafas efektif. 2. Evaluasi semua 2. Bunyi alarm
Dengan kriteria alarm dan tentukan menunjukan adanya
hasil : penyebabnya. gg. Fungsi ventilator.
 Napas sesuai 3. Pertahankan alat 3. Memudahkan
dengan resusitasi manual melakukan
irama (bag & mask) pada pertolongan bila
ventilator. posisi tempat tidur sewaktu/waktu ada
 Volume napas sepanjang waktu. gangguan fungsi
adekuat. 4. Monitor selang / ventilator.
 Alarm tidak cubbing ventilator 4. Mencegah
berbunyi dari terlepas , berkurangnya aliran
terlipat, bocor atau udara napas.
tersumbat.
5. Evaluasi tekanan
atau kebocoran 5. Mencegah
balon cuff. berkurangnya aliran
6. Masukan penahan udara napas.
gigi (pada 6. Mencegah
pemasangat ETT tergigitnya selang
lewat oral) ETT
7. Amankan selang
ETT dengan fiksasi 7. Mencegah terlepas /
yang baik. tercabutnya selang
8. Monitor suara dan ETT.
pergerakan dada 8. Evaluasi keefektifan
secara teratur. jalan napas.
4 Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Membina hubungan
tindakan komunikasi saling percaya.
keperawatan terapiutik.
diharapkan cemas 2. Menggali perasaan
berkurang. Dengan 2. Dorong pasien agar dan permasalahan
kriteria hasil mampu yang sedang
mampu mengekspresikan dihadapi klien.
mengekspresikan perasaannya.
kecemasan, tidak 3. Mengurangi cemas.
gelisah, kooperatif. 3. Berikan sentuhan
kasih sayang. 4. Mengurangi cemas.
4. Berikan support
mental. 5. Kehadiran orang-
5. Berikan kesempatan orang yang dicintai
pada keluarga dan meningkatkan
orang-orang yang semangat dan
dekat dengan klien motivasi untuk
untuk mengunjungi sembuh.
pada saat-saat
tertentu. 6. Memahami tujuan
6. Berikan informasi pemberian atau
realistis pada pemasangan
tingkat pemahaman ventilator.
klien.

5. Implementasi Keperawatan
DX Implementasi Evaluasi
Ketidakefektifan 1. Mengauskultasi bunyi S:
bersihan jalan napas tiap 2-4 jam dan O
nafas berhubungan kalau diperlukan. A
dengan 2. Melakukan pengisapan P
peningkatan bila terdengar ronchi
produksi secret dengan cara:
a. Menjelaskan pada
pasien tentang tujuan
dari tindakan
pengisapan.
b. Memberikan oksigen
dengan O2 100 %
sebelum dilakukan
pengisapan, minimal 4
- 5 X pernapasan.
c. Memperhatikan teknik
aseptik, gunakan
sarung tangan steril,
kateter pengisap steril.
d. Memasukan kateter
kedalam selang ET
dalam keadaan tidak
mengisap (ditekuk),
lama pengisapan tidak
lebih dari 10 detik.
e. Mengatur tekanan isap
tidak lebih dari 100 -
120 mmHg.
f. Melakukan oksigenasi
lagi dengan O2 100 %
sebelum melakukan
pengisapan berikutnya.
g. Melakukan pengisapan
berulang-ulang sampai
suara napas bersih.
3. Mempertahankan suhu
humidifer tetap hangat (35
- 37,8 oC)
4. Monitor statur hidrasi
pasien
5. Melakukan fisioterapi
napas / dada sesuai
indikasi dengan cara
clapping, fibrasi dan
pustural drainage.
6. Berikan obat mukolitik
sesuai indikasi / program.
7. Kaji suara napas sebelum
dan sesudah melakukan
tindakan pengisapan.
8. Observasi tanda-tanda
vital sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
Gangguan 1. Mengecek analisa gas S
pertukaran gas darah setiap 10 - 30 menit O
berhubungan setelah perubahan setting A
dengan sekresi ventilator. P
tertahan, proses 2. Memonitor hasil analisa
penyakitnya gas darah (blood gas) atau
oksimeteri selama periode
penyapihan.
3. Mempertahankan jalan
napas bebas dari skresi.
4. Memonitor tanda dan
gejala hipoksia

Ketidakefektifan 1. Melakukan pemeriksaan S


pola nafas ventilator tiap 1 - 2 jam. O
berhubungan 2. Mevaluasi semua alarm A
dengan kelelahan, dan tentukan P
pengesetan penyebabnya.
ventilator yang 3. Mempertahankan alat
tidak tepat, resusitasi manual (bag &
obstruksi selang mask) pada posisi tempat
endotracheal tidur sepanjang waktu.
4. Memonitor
selang/cubbing ventilator
dari terlepas , terlipat,
bocor atau tersumbat.
5. Mengevaluasi tekanan
atau kebocoran balon cuff.
6. Memasukan penahan gigi
(pada pemasangat ETT
lewat oral)
7. Mengamankan selang
ETT dengan fiksasi yang
baik.
8. Memonitor suara dan
pergerakan dada secara
teratur.
Cemas 1. Melakukan komunikasi S
berhubungan terapiutik. O
dengan penyakit 2. Mendorong pasien agar A
kritis, takut mampu mengekspresikan P
terhadap kematian perasaannya.
3. Memberikan sentuhan
kasih sayang.
4. Memberikan support
mental.
5. Memberikan kesempatan
pada keluarga dan orang-
orang yang dekat dengan
klien untuk mengunjungi
pada saat-saat tertentu.
6. Memberikan informasi
realistis pada tingkat
pemahaman klien.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang
mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan ventilasi mekanik dilakukan antara lain pada unit
perawatan kritis, medikal bedah umum, bahkan di rumah. Perawat, dokter
dan ahli terapi pernafasan harus mengerti kabutuhan pernafasan spesifik
klien. Rumusan penting untuk hasil klien yang positif termasuk
memahami prinsip-prinsip ventilasi mekanik dan perawatan yang
dibutuhkan klien, komunikasi terbuka antara tim kesehatan, rencana
penyapihan dan toleransi klien terhadap perubahan pengaturan ventilasi
mekanik.
B. SARAN
Semoga para pembaca dapat memahami apa itu ventilasi mekanik dan
bagaimana membuat asuhan keperawatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai