DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
keluarga dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit PPOK (Penyakit Paru
Obstruksi Kronik)
dapat :
C. Materi : (Terlampir)
Kualifikasi Materi :
a. Pengertian PPOK
b. Penyebab PPOK
d. Pencegahan PPOK
F. Pengorganisasian :
Observer : Amran
G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Tahapan Kegiatan Kegiatan
Penyuluh Sasaran
1 5 menit Pembukaan a. Mengucapkan a. Menjawab
o Perkenalan Salam salam
b. Memperkenal b. Klien dan
kan Diri keluarga
c. Menjelaskan mengerti
Tujuan tujuan
d. Apersepsi penyuluh
tentang materi melakukan
yang akan pendidikan
dijelaskan kesehatan
2 30 menit Pelaksanaan a. Menjelaskan a. Klien dan
o Penyampaian kepada klien keluarga
dan keluarga mendengark
Materi tentang : an
- Pengertian b. Klien dan
PPOK keluarga
- Penyebab mengerti
PPOK dan
- Tanda dan memahami
gejala penyebab
PPOk PPOK
- Pencegahan c. Klien an
PPOK keluarga
- Tanya mendengark
an
Jawab d. Klien dan
keluarga
menanyakan
tentang
materi yang
belum
dipahami
3 10 menit Terminasi a. Merangkum a. Klien dan
materi yang keluarga
telah memperhat
dijelaskan ikan
b. Mengevaluasi b. Klien
secara lisan mengulang
untuk tentang
mengetahui materi
tingkat c. Klien
pencapaian mendengar
TIK kan
c. Menutup d. Klien
penyuluhan menjawab
d. Mengucapkan salam
salam
H. Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
2. Evaluasi Proses
selesai
3. Evaluasi Hasil
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit pada saluran
pernapasan, yang dapat mengakibatkan hambatan aliran udara dengan
manifestasi sesak napas dan gangguan oksigenasi jaringan serta diikuti dengan
adanya obstruksi jalan napas yang sifatnya menahun.
PPOK juga dikenal sebagai Chronic Obstructive Lung Disease / COLD.
Emfisema Pulmonal akibat Obstruksi Kronik (Chronic Obstructive Pulmonary
Emphysema / DOPS), Chronic Airway Obstruction (CAO), Chronic Aspecific
Respiratory Affection (CARA), Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD), Chronic Non Spesific Lung Disease (CNSLD).
B. Penyebab
1. Merokok
2. Polusi
3. Alergi
4. Obat – Obatan
5. Genetik
6. Lingkungan Kerja
7. Tidak diketahui
C. Tanda Dan Gejala
1. Dada Terasa Berat
2. Mengi
3. Batuk Produktif dan non Produktif (tidak berdahak)
4. Nadi cepat
5. Pernafasan Lambat
D. Pencegahan PPOK
1. Pencegahan Primer ( Primeri Prevention )
Pencegahan Primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi
penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan
factor-faktor resikonya.
Pencegahan primer meliputi :
a. Kebiasaaan merokok harus dihentikan
b. Memakai alat pelindung seperti masker di tempat kerja ( pabrik )
Yang terdapat asap mesin, debu.
c. Membuat corong asap dirumah maupun ditempat kerja (pabrik )
d. Pendidikan tentang bahaya-bahaya yang di timbulkan PPOK
2. Pencegahan sekunder ( secondary Preventin )
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mencegah orang yang
telah sakit agar sembuh, menghambat prokresifitas penyakit dan
menghindari komplikasi.
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui
diagnosis dini dan pemberian pengobatan.
a. Pemeriksaan faal paru
Pemeriksaan faal paru adalah pemeriksaan untuk mengetahui
apakah seseorang mempunyai palparu yang normal atau
mengalami gangguan. Gangguan palparu pada PPOK adalah
obstruksi ( hambatan aliran udara ekspirasi ). Palparu seseorang
meningkat mulai sejak dilahirkan sampai mencapai nilai
maksimal pada umur antara 19-21 tahun, kemudian menurun
secara perlahan Penurunan faal paru juga terjadi pada orang
normal sebesar 30 ml pertahun untuk nilai Volume Ekspirasi
Paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan faal paru sangat
berguna untuk menunjang diagnosa penyakit, melihat laju
perjalanan penyakit, evaluasi pengobatan, dan menentukan
prognosis penyakit. Pemeriksaan dengan menggunakan alat
spirometri sangat dianjurkan karena sederhana dan akurat.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau
menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain.
Pada emfisema gambaran yang paling dominana adalah
radiolusen paru yang bertambah, dan pembuluh darah paru
mengalami penipisan atau menghilang. Selain itu dapat juga
ditemukan pendataran diafragma dan pembesaran rongga
retrosternal. Pada bronkhitis kronik tampak adanya penambahan
bronkovaskular dan pelebaran dari arteri pulmonalis, disamping
itu ukuran jantung juga mengalami pembesaran.
c. Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien-pasien dengan nilai VEP1
< 40 % prediksi, pasien dengan gagal jantung kanan serta pasien
yang secara klinis dicurigai adanya gagal napas. Dikatakan
adanya gagal napas apabila dari analisis gas darah didapat nilai
tekanan parsial O2 (PaO2) kurang dari 60 mmHg, dengan atau
tanpa adanya peningkatan tekanan parsial CO2 (PaCO2) lebih
dari 45 mmHg.
d. Pemeriksaan Defisiensi Alfa – 1 Antitripsin (AAT)
Pemeriksaan dilakukan dengan skrining adanya defisiensi alfa – 1
antitripsin pada pasien yang mengalami PPOK sebelum berusia
45 tahun atau pasien dengan riwayat keluarga PPOK.
Pemeriksaan kadar AAT di dalam darah dengan metode Imuno-
turbidimetri. Nilai normal AAT adalah 200-400 mg/100cc.7
Kadar dibawah 20% dari normal menunjukkan bahwa pasien
homozigot defisiensi AAT. Kadar diatas 20% tidak ada
pengaruhnya terhadap perkembangan PPOK.
3. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention)
Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi.
Pencegahan tertier meliputi:
a. Rehabilitasi Psikis
Rehabilitasi psikis bertujuan memberikan motivasi pada penderita
untuk dapat menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak dapat
disembuhkan bahkan akan mengalami kecemasan, takut dan depresi
terutama saat eksaserbasi. Rehabilitasi psikis juga bertujuan
mengurangi bahkan menghilangkan perasaaan tersebut.
b. Rehabilitasi Pekerjaan
Rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk menyelaraskan pekerjaan
yang dapat dilakukan penderita sesuai dengan gejala dan fungsi paru
penderita. Diusahakan menghindari pekerjaan yang memiliki risiko
terjadi perburukan penyakit.
c. Rehabilitasi Fisik
Penderita PPOK akan mengalami penurunan kemampuan aktivitas
fisik serta diikuti oleh gangguan pergerakan yang mengakibatkan
kondisi inaktif dan berakhir dengan keadaan yang tidak terkondisi.
Tujuan rehabilitasi fisik yang utama adalah memutuskan rantai
tersebut sehingga penderita tetap aktif.