Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR 2

TERAPI OKSIGEN

DOSEN PEMBIMBING
Nikmatul Fadillah, SST, S.Kep, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Ahmad Agung Widianto (P27820719001)
Dhimas Anggara Putra (P27820719004)
Hallin Nia Maharani (P27820719025)
Khafidul Nilla Adkhaini (P27820719029)
Oktavia Fauzaturroisiyah (P27820719026)
Sherlinda Anjar Aprilia (P27820719032)

TINGKAT I PROFESI NERS


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS JENJANG SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini, yang berjudul “Terapi Oksigen” yang merupakan salah satu bagian dari
kurikulum yang ada pada Program Studi Profesi Ners, Jurusan Keperawatan,
Politeknik Kesehatan Surabaya.

Terima kasih kami ucapkan kepada yang terhormat Ibu Nikmatul Fadillah,
SST, S.Kep, Ns., M.Kep selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini,
serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang terapi oksigen dalam keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran
dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 26 Maret 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1. Definisi Terapi Oksigen ............................................................................ 3
2.2. Tujuan dan Manfaat Terapi Oksigen ...................................................... 3
2.2.1 Tujuan ................................................................................................ 3
2.2.2 Manfaat .............................................................................................. 4
2.3. Indikasi Pemberian Terapi Oksigen ........................................................ 5
2.3.1 Terapi Oksigen Jangka Pendek ............................................................ 5
2.3.2 Terapi Oksigen Jangka Panjang .......................................................... 6
2.4. Syarat Pemberian Terapi Oksigen ........................................................... 8
2.5. Teknik Pemberian Terapi Oksigen .......................................................... 8
2.5.1 Kateter Nasal ......................................................................................... 8
2.5.2 Kanula Nasal ......................................................................................... 9
2.5.3 Masker Oksigen .................................................................................... 9
2.6. Pedoman Pemberian Terapi Oksigen .................................................... 10
2.7. Efek Samping Pemberian Terapi Oksigen............................................. 10
2.8. Resiko Tindakan Jangka Panjang Pemberian Terapi Oksigen ............ 11
2.9. Standart Operasional Prosedur Pemberian Terapi Oksigen ................ 12
BAB III .................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
3.1 Simpulan .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Manusia adalah organism hidup yang terdiri atas selsebagai unit kehidupan
dasarnya. Setiap organ yang menyusun sistem tubuh manusia terdiri atas
sekelompok sel yang berbeda yang disatukan oleh struktur pendukung interseluler
dan setiap jenissel secara khusus disesuaikan untuk melakukan satu atau beberapa
fungsi tertentu. Meskiberbedajenis dan fungsinya, semua sel memiliki
karakteristikatausifat yang samayaitu pada setiapsel, oksigen (O2) akan bereaksi
dengan karbohidrat, lemak, protein serta vitamin dan mineral untuk menghasilkan
energy yang diperlukan untuk fungsi sel yang kemudian digunakan untuk
melakukan aktivitas manusia sehari-hari.
Terdapat dua macam respirasi pada manusia yaitu pertama, respirasi internal
dan kedua, respirasi eksternal. Respirasi internal adalah pertukaran gas-
gas(oksigen atau O2 dan karbondioksida atau CO2) antara darah dan jaringan.
Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu efisiensikardio-sirkulasi dalam
menjalankan darah kaya oksigen (O2), distribusi kapiler, difusi (perjalanan gas
keruang interstisial dan menembus dinding sel) dan metabolism sel yang
melibatkan enzim.Respirasi eksternal adalah pertukaran gas-gas (oksigen atau O2
dan karbondioksida atau CO2) antara darah dan udara sekitar. Pertukaran ini
meliputi beberapa proses yaitu ventilasi (proses masuknya udara sekitar dan
pembagian udara tersebut ke alveoli), distribusi (distribusi dan pencampuran
molekul-molekul gas intrapulmoner), difusi (proses masuknya gas-gas menem-
bus selaput alveolo-kapiler) dan perfusi (pengambilan gas-gas oleh aliran darah
kapiler paru yang adekuat). Tujuan pembuatan makalah ini memberikan
pemahaman yang lebih dalam materi keperawatan dasar dua terkhususkan

1
tindakan pemberian terapi oksigen, sehingga tindakan dapat berjalan lancar dan
aman sesuai prosedur.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud terapi Okseigen?
1.2.2 Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari terapioksigen?
1.2.3 Apa saja syarat pemberian terapi oksigen ?
1.2.4 Bagaimana Teknik dan pedoman pemberian terapi oksigen?
1.2.5 Apa efek samping yang timbul saat terapi oksigen ?
1.2.6 Bagaimana risiko terapi oksigen jika dilakukan dalam waktu lama?

1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi, tujuan, dan manfaat terapi oksigen
1.3.2 Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pada terapi oksigen
1.3.3 Untuk mengetahui syarat pemberian terapi oksigen
1.3.4 Untuk mengetahui cara pemberian terapi oksigen
1.3.5 Untuk mengetahui efek yang timbul saat terapi oksigen
1.3.6 Untuk mengetahui risiko yang terrjadi jikadilakukan terapi oksigen dalam
waktu yang lama
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat berkaitan terapi oksigen yang
dilakukan dalam tindakan keperawatan
1.4.2 Bagi profesi keperwatan
Menambah keilmuan dan kecakapan dalam pemberian terapi oksigen
pada tubuh manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Terapi Oksigen

Terapi oksigen adalah perawatan yang menyediakan tambahan oksigen, gas


yang dibutuhkan agar tubuh Anda bekerja dengan baik. Biasanya, paru-paru
menyerap oksigen dari udara. Namun, beberapa penyakit dan kondisi dapat
menghalangi Anda untuk mendapatkan oksigen yang cukup. Terapi oksigen dapat
membantu memastikan bahwa Anda mendapatkan cukup oksigen, yang dapat
membantu tubuh Anda berfungsi lebih baik dan lebih aktif. Oksigen diberikan
dalam silinder logam atau tempat lainnya. Oksigen mengalir melalui tabung dan
dikirim ke paru-paru Anda dengan salah satu cara berikut: Melalui kanula hidung,
yang terdiri dari dua tabung plastik kecil, atau prong, yang ditempatkan di kedua
lubang hidung. Melalui masker wajah, yang ditempatkan di hidung dan mulut.
Melalui trakeostomi yaitu lubang yang dibuat dengan operasi yang melewati
bagian depan leher ke batang tenggorokan Anda. Sebuah selang pernapasan
ditempatkan dalam lubang itu untuk membantu Anda bernapas. Oksigen yang
disampaikan dengan cara ini disebut terapi oksigen transtrakheal. Terapi oksigen
dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, atau rumah. Jika Anda membutuhkan
terapi oksigen untuk penyakit kronis, Anda mungkin menerima terapi oksigen di
rumah.
2.2. Tujuan dan Manfaat Terapi Oksigen
2.2.1 Tujuan
a. Memenuhi kekurangan oksigen.
b. Membantu kelancaran metabolisme
c. Sebagai tindakan pengobatan.
d. Mencegah hipoksia.
e. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung.

3
2.2.2 Manfaat
a. Emboli gas arteri
Ini merujuk pada gelembung udara di dalam pembuluh darah.
Gelembung akan terbentuk saat tekanan udara menurun drastis.
Kondisi ini dapat mengancam nyawa. Sebab, gelembung udara dapat
mengyumbat arteri dan menghentikan aliran darah ke organ-organ
vital, seperti otak dan paru-paru. Jika segera ditangani dengan terapi
oksigen hiperbarik, risiko stroke dan serangan jantung terhadap pasien
dapat diminimalisir.
b. Abses Otak
Pasien dengan abses otak juga bisa merasakan manfaat dari
terai oksigen hiperbarik. Dengan menjalaninya, jaringan otak yang
rusak akan lebih cepat sembuh.
c. Luka bakar
Terapi oksigen hiperbarik merangsang kemampuan tubuh
untuk menyembuhkan luka pada korban kebakaran. Dengan begitu,
mereka akan terhindar dari kematian jaringan. Ini juga mengurangi
risiko infeksi. Ini pun memperkuat efek dari antibiotik.
d. Keracunan Karbon Monoksida (CO)
CO adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Saat
dihirup, CO akan memasuki aliran darah. Lalu ia akan bercampur
dengan sel-sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh. Ini memengaruhi kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen.
e. Gangren, Radiasi Cedera, Luka Kaki Diabetik, dan Anemia Berat
Semua ini mengakibatkan kegagalan dan kematian sel-sel dan
jaringan. Terapi oksigen hiperbarik membantu mengobati kondisi ini
dengan cara melancarkan peredaran darah dan memasok oksigen ke
bagian tubuh yang bermasalah. Pada pasien dengan luka kronis, terapi
ini dapat mengurangi risiko amputasi.

4
f. Tuli dan Kehilangan Penglihatan Mendadak
Terapi oksigen hiperbarik dapat dilaksanakan jika pasien tiba-
tiba menjadi tuli dan kehilangan penglihatan akibat aliran darah ke
mata dan telinga sangat buruk.
2.3. Indikasi Pemberian Terapi Oksigen
Terapi oksigen dianjurkan pada pasien dewasa, anak-anak dan bayi (usia di
atas satu bulan) ketika nilai tekanan parsial oksigen kurang dari 60 mmHg atau
nilai saturasi oksigen kurang dari 90% saat pasien beristirahat dan bernapas
dengan udara ruangan. Pada neonatus, terapi oksigen dianjurkan jika nilai tekanan
parsial oksigen kurang dari 50 mmHg atau nilai saturasi oksigen kurang dari 88%.
Terapi oksigen dianjurkan pada pasien dengan kecurigaan klinik hipoksia
berdasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pasien-pasien dengan
infark miokard, edema paru, cidera paru akut, sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS), fibrosis paru, keracunan sianida atau inhalasi gas karbon monoksida
semuanya memerlukan terapi oksigen.
Terapi oksigen juga diberikan selama periode perioperatif karena anestesi
umum seringkali menyebabkan terjadinya penurunan tekanan parsial oksigen
sekunder akibat peningkatan ketidaksesuaian ventilasi dan perfusi paru dan
penurunan kapasitas residu fungsional (FRC). Terapi oksigen juga diberikan
sebelum dilakukannya beberapa prosedur, seperti pengisapan trakea atau
bronkoskopi di mana seringkali menyebabkan terjadinya desaturasi arteri. Terapi
oksigen juga diberikan pada kondisi-kondisi yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan jaringan terhadap oksigen, seperti pada luka bakar, trauma, infeksi
berat, penyakit keganasan, kejang demam dan lainnya.
Dalam pemberian terapi oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-
benar membutuhkan oksigen, apakah dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek
(short-term oxygen therapy) atau panjang (long-term oxygen therapy). Oksigen
yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan harus dievaluasi agar
mendapat manfaat terapi dan menghindari toksisitas.
2.3.1 Terapi Oksigen Jangka Pendek

5
Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada
pesien-pasien dengan keadaan hipoksemia akut, di antaranya pneumonia,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 14 dengan eksaserbasi akut, asma
bronkial, gangguan kardiovaskuler dan emboli paru. Pada keadaan tersebut,
oksigen harus segera diberikan dengan adekuat di mana pemberian oksigen
yang tidak adekuat akan dapat menimbulkan terjadinya kecacatan tetap
ataupun kematian. Pada kondisi ini, oksigen (diberikan dengan fraksi
oksigen (O2) (FiO2) berkisar antara 60-100% dalam jangka waktu yang
pendek sampai kondisi klinik membaik dan terapi yang spesifik diberikan.4
Adapun pedoman untuk pemberian terapi oksigen berdasarkan
rekomendasi oleh American College of Che-st Physicians, the National
Heart, Lung and Blood Institute ditunjukkan pada tabel :

2.3.2 Terapi Oksigen Jangka Panjang


Pasien dengan hipoksemia, terutama pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) merupakan kelompok yang paling banyak
menggunakan terapi oksigen jangka panjang. Terapi oksigen jangka
panjang pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
selama empat sampai delapan minggu bisa menurunkan hematokrit,
memerbaiki toleransi latihan dan menurunkan tekanan vaskuler
pulmoner.4,5 Pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
dan kor pulmonal, terapi oksigen jangka panjang dapat meningkatkan
angka harapan hidup sekitar enam sampai dengan tujuh tahun. Selain itu,
angka kematian 15 bisa diturunkan dan dapat tercapai manfaat survival
yang lebih besar pada pasien dengan hipoksemia kronis apabila terapi

6
oksigen diberikan lebih dari dua belas jam dalam satu hari dan
berkesinambungan.
Oleh karena terdapat perbaikan pada kondisi pasien dengan pemberian
terapi oksigen jangka panjang, maka saat ini direkomendasikan untuk
pasien hipoksemia (PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 < 88%), terapi oksigen
diberikan secara terus menerus selama dua puluh empat jam dalam satu
hari. Pasien dengan PaO2 56 sampai dengan 59 mmHg atau SaO2 89%, kor
pulmonal dan polisitemia juga memerlukan terapi oksigen jangka panjang.
Pada keadaan ini, awal pemberian terapi oksigen harus dengan konsentrasi
rendah (FiO2 24-28%) dan dapat ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil
pemeriksaan analisa gas darah dengan tujuan mengoreksi hipoksemia dan
menghindari penurunan pH di bawah 7,26. Terapi oksigen dosis tinggi
yang diberikan kepada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) yang sudah mengalami gagal napas tipe II akan dapat mengurangi
efek hipoksik untuk pemicu gerakan bernapas dan meningkatkan
ketidaksesuaian ventilasi dan perfusi. Hal ini akan menyebabkan retensi
CO2 dan akan menimbulkan asidosis respiratorik yang berakibat fatal.
Pasien yang menerima terapi oksigen jangka panjang harus dievaluasi
ulang dalam dua bulan untuk menilai apakah hipoksemia menetap atau ada
perbaikan dan apakah masih dibutuhkan terapi oksigen. Sekitar 40% pasien
yang mendapat terapi oksigen akan mengalami perbaikan setelah satu
bulan dan tidak perlu lagi meneruskan terapi oksigen. Adapun indikasi
terapi oksigen jangka panjang yang telah direkomendasi ditunjukkan pada
table

7
2.4. Syarat Pemberian Terapi Oksigen
Adapun syarat-syarat pemberian oksigen, meliputi:
a. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi
b. Tahanan jalan nafas yang rendah
c. Tidak terjadi penumpukan CO2
d. Efisien
e. Nyaman untuk pasien
2.5. Teknik Pemberian Terapi Oksigen
2.5.1 Kateter Nasal
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tangan
c. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan
sesuai level yang telah di tetapkan
d. Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya
gelembug air.
e. Atur posisi dengan semi fowler/kenyamanan klien
f. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan
berikan tanda
g. Buka saluran udara dari flowmeter oksigen
h. Berikan vaselin/jelly
i. Masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentukan
j. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihat posisinya
di bawah uvula)
k. Fiksasi pada daerah hidung
l. Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
m. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
n. Cici tangan setelah melakukan tindakan

8
NB: konsentrasi O2 24-44% (1-6 ltr)
2.5.2 Kanula Nasal
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tanagan
c. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan
sesuai Level yang telah di tetapkan
d. Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya
gelembug air.
e. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan
klien
f. Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
g. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
h. Cici tangan setelah melakukan tindakan
NB:konsentrasi O2 40-60% (1-5 ltr)
2.5.3 Masker Oksigen
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tanagan
c. Atur posisi semi fowlerobservasi humidifier dengan melihat jumlah air
yang sudah disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan atur aliran okigen
sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier
pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembug air.
d. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan atur
pengikat untuk kenyamanan kllien
e. Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
f. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
g. Cici tangan setelah melakukan tindakan

9
2.6. Pedoman Pemberian Terapi Oksigen
Adapun pemberian terapi oksigen (O2) hendaknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut sehingga tetap berada dalam batas aman dan efektif, di antaranya:
a. Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, analisa gas
darah dan oksimetri.
b. Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksi-gen (O2).
c. Tentukan konsentrasi oksigen (O2) yang dikehendaki: rendah (dibawah
35%), sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas60%).
d. Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan pemeriksaan fisik pada
sistem respirasi dan kardiovaskuler.
e. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik dengan selang
waktu minimal 30 menit.
f. Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan terhadap cara
pemberian terapi oksigen (O2).
g. Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2)yang
diberikan.
2.7. Efek Samping Pemberian Terapi Oksigen
Kontraindikasi utama terapi oksigen dengan nasal kanul adalah jalan napas
yang tersumbat, baik akibat trauma hidung, penggunaan tampon hidung, atau
akibat infeksi/inflamasi.
Kontraindikasi lain nasal kanul adalah pada pasien tanpa hipoksia.
Penggunaan nasal kanul tanpa adanya hipoksia justru akan menyebabkan
kerusakan jaringan akibat peningkatan reactive oxygen species (ROS).
Nasal kanul juga dikontraindikasikan pada kondisi dengan kebutuhan oksigen
lebih tinggi, misalnya pada gagal napas. Pertimbangkan penggunaan alat yang
dapat memberikan fraksi oksigen lebih tinggi, baik masker sederhana, masker
rebreathing maupun masker non -rebreathing.
Terapi oksigen hiperbarik sebenarnya merupakan prosedur yang aman.
Komplikasi dari tindakan ini pun jarang terjadi. Meski begitu, terapi hiperbarik
tetap memiliki beberapa risiko dan efek samping, yaitu:

10
1. Gangguan penglihatan sementara yang disebabkan oleh adanya
perubahan pada lensa mata.
2. Cedera pada telinga bagian tengah, termasuk risiko gendang telinga
pecah akibat meningkatnya tekanan udara.
3. Pneumothorax yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara.
4. Kejang, akibat terlalu banyak oksigen dalam sistem saraf pusat.
2.8. Resiko Tindakan Jangka Panjang Pemberian Terapi Oksigen
Terdapat tiga klasifikasi risiko penggunaan jangka panjang terapi oksigen yaitu:
fisik, fungsional, dan sitotoksik.
a. Risiko fisik
Penggunaan jangka panjang dari terapi oksigen secara fisik dapat
mengakibatkan luka lecet pada hidung dan wajah yang timbul dari pemakaian
nasal kateter dan sungkup. Kulit kering dan pengelupasan kulit dapat muncul
dengan penggunaan gas yang kering tanpa proses humidifikasi.
b. Risiko fungsional
Terapi oksigen dapat menyebabkan hipoventilasi pada pasien dengan
COPD. Dalarn prakteknya, terapi oksigen aliran rendah, memiliki risiko yang
kecil untuk menyebabkan hipoventilasi tersebut.
c. Risiko kerusakan sitotoksik
Pemberian oksigen dapat menyebabkan kerusakan struktural pada
paruparu. Perubahan proliferasi dan perubahan fibrosis akibat toksisitas
oksigen terbukti setelah dilakukannya otopsi pada pasien COPD yang diterapi
dengan oksigen jangka panjangv Namun perubahan ini tidak menimbulkan
pengaruh yang signifikan pada pexjalanan klinis atau kelangsungan hidup
pasien yang diterapi dengan oksigen. Sebagian besar kerusakan yang texjadi
diakibatkan oleh hasil hyperoksia dari pemberian FiO2 tinggi pada kondisi
akut.

11
2.9. Standart Operasional Prosedur Pemberian Terapi Oksigen

PROSEDUR KEBUTUHAN OKSIGENISASI

1. PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN


Definisi :
1. Pemberian terapi oksigen dengan menggunakan nasal canul adalah pemberian
oksigen
kepada klien yang memerlukan oksigen ekstra dengan cara memasukkan selang
yang
terbuat dari plastik ke dalam lubang hidung dan mengaitkannya di belakang
telinga.
2. Pemebrian terapi oksigen dengan menggunakan face mask adalah pemberian
oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan menutupi mulut klien.
3. Pemberian terapi oksigen dengan menggunakan face tent adalah pemberian
oksigen kepada klien yang tidak bisa toleransi terhdap pemakaian face mask.

Tujuan Umum Pemberian Terapi oksigen


1. Meningkatkan ekspansi dada.
2. Memperbaki status oksigenisasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen.
3. Membantu kelancaran metabolisme.
4. Mencegah hipoksia (misalnya : penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerja
tambang).
5. Menurunkan kerja jantung.
6. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dyspnea.
7. Meningktakan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi nafas pada penyakit paru.

Tabel 1.Tujuan khusus tiap jenis terapi oksigen


PENDEKATAN KARAKTERISTIK

Nasal Canul - Memberikan terapi oksigen dengan konsentrasi


rendah
- Memberikan terapi oksigen tanpa harus ada

12
interupsi aktivitas lain, seperti makan daan
minum.
Face Mask Memberikan terapi oksigen dengan tingkat
konsentrasi atau tingkat kelembaban yang lebih
tinggi dari nasal canul

Face Tent - Menyediakan terapi oksigen dengan tingkat


kelembaban yang tinggi
- Menyediakan oksigen kepada klien yang tidak
bisa toleransi terhadap face mask
- Menyediakan terapi oksigen dengan konsentrasi
tinggi.

INDIKASI

1. Gagal Nafas.
2. Gangguan jantung.
3. Kelumpuhan alat pernafasan.
4. Tanda tanda hipoksia, syok,dyspnea,sianosis, apnea.
5. Keadaan gawat (mis;koma).
6. Trauma paru.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar, injury multiple, infeksi berat.
8. Post operasi dan keracunan karbon monoksida.
KETERANGAN
• Ya : 1 (Dilakukan dengan benar)
• Tidak : 0 ( Tidak dilakukan dengan benar )

KRITERIA PENILAIAN

• Baik sekali : 100


• Baik : 81-99
• Kurang/TL : ≤ 80

13
KETERANGAN
• Ya : 1 (Dilakukan dengan benar)
• Tidak : 0 ( Tidak dilakukan dengan benar )

KRITERIA PENILAIAN

• Baik sekali : 100


• Baik : 81-99
• Kurang/TL : ≤ 80

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Terapi oksigen merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan
dengan pemberian oksigen untuk mencegah atau memerbaiki hipoksia jaringan
dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara
meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya
angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi
oksigen ke jaringan.
Dalam pemberian terapi oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-
benar membutuhkan oksigen, apakah dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek
(short-term oxygen therapy) atau panjang (long-term oxygen therapy). Oksigen
yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan harus dievaluasi agar
mendapat manfaat terapi dan menghindari toksisitas. Terapi oksigen jangka
pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pesien-pa-sien dengan keadaan
hipoksemia akut, di antaranya pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) dengan eksaserbasi akut, asma bronkial, gangguan kardiovaskuler dan
emboli paru sedangkan terapi oksigen jangka panjang merupakan terapi yang
dibutuhkan pada pesien-pasien dengan keadaan hipoksemia kronis, di antaranya
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kor pulmonal dan polisitemia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andrianti Teti, 2013. Terapi Oksigen. (Online)


https://id.scribd.com./doc/153163530/terapi-oksigen [11 Juli 2013]
IPGNI, Maya. 2017. Terapi Oksigen.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/da84c70c82c9c923d7f3
c518e03594f5.pdf (diakses pada 30 Maret 2020)

Kholid, Rosyidi.2013.Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1.Jakarta:CV Trans Info


Media

Merry, 2019. Terapi Hiperbarik, Ketahui Semua Manfaat dan Efek Sampingnya di
Sini. Tersedia : https://www.alodokter.com/terapi-hiperbarik-ketahui-
semua-manfaat-dan-efek-sampingnya-di-sini. 8 Oktober

16

Anda mungkin juga menyukai