GAGAL NAFAS
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat Darurat
Disusun Oleh :
Muhammad Dinar Trisyansyah J2214901024
2. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macm yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas
yang timbul pada pasien yang parunya normal sedangkan gagal nafas kronik adalah
terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkhitis kronik, emfisema dan
penyakit paru hitam. Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali seperti
semula. Pada gagal nafas kronik struktur paru mengalami kerusakan yang ireversible.
Penyebab gagal nafas yang utama adaalah ventilasi yang tidak adekuat diamana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan mengendalikan pernapasan terletak di
bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,
stoke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia, dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan
dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat
karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluargkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia dengan penyakit paru-paru dapaat
mengarah ke gagal nafas akut.
3. Kemungkinan data fokus
1) Pengkajian primer
a. Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas terdengar bunyi crackles, ronkhi dan weezing
b. Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
adanya retraksi
b) Menggunakan otot bantu pernapasan
c) Kesulitan bernafas : diafrosis dan sianosis
c. Circulation
a) Penurunan curah jantung : Gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d) Papil edema
e) Penurunan haluaran urine
d. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilaian GCS, dengan
memperhatikan refleks pupil, diameter pupil
e. Eksposure
Penampilan umum klien seperti, apakah adanya odema, pucat, tampak lemah,
adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara objektif.
2) Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien
melalui metode PQRST dalam bentuk narasi
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
sebelumnya seperti hipertensi, diabetes melitus,penyakit jantung, anemia,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obatobat adiktif dan
konsumsi alcohol, berlebihan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi
penyakit keturunan dan menular.
d. Anamnesa singkat
a) Alergies
Pasien ataupun keluarga ditanyakan mengenai apakah pasien mempunyai
riwayat alergi obat ataupun makanan.
b) Medikasi (riwayat pengobatan)
Ditanyakan mengenai obat apa saja yang sedang dikonsusmsi pasien saat
ini.
c) Past illness (riwayat penyakit)
Ditanyakan apakah pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, hipertensi, asma, dan penyakit jantung, serta ditanyakan
apabila pasien perempuan apakah sedang hamil atau tidak.
d) Last meal/terakhir kali makan
Tanyakan kepada pasien kapan minum dan makan terakhir.
e) Event of injury/penyebab injuri
Ditanyakan bagaimana kondisi lingkungan yang berhubungan saat kejadian
trauma terjadi.
e. Pemerikasaan head to toe
a) Kepala
Tulang kepala : Tidak ada masalah pada tulang kepala
Rambut : Tidak ada masalah pada rambut
Mata : Penglihatan buram, diplopia
Hidung : Tidak ada masalah dengan penciuman
Mulut : Tidak ada masalah dengan perasa
Telinga : Telinga biasanya berdengung
b) Leher
Terdapat pembesaran kelenjar tiroid
c) Dada
Kardiovaskuler
Takikardia, irama ireguler, terdapat bunyi jantung S3,S4/ irama gallop
dan murmur, hamman’s sign ( bunyi udara briringan dengan denyut
jantung menandakan udara di mediastinum), hipertensi atau hipotensi
Pernafasan
Takinea, peningkatan kerja pernafasan, penggunaan otot asesori,
penurunan bunyi nafas, penurunan fremitus vokal, hiperesonan di atas
area berisi udara (pneumothorak), dullnes di area berisi cairan
(hemotorak), pergerakan dada tidak seimbanh, redukasi ekskursi thorak.
d) Abdomen
Adanya mual muntah, kadang disertai konstipasi
e) Ekstremitas
Edema pada ekstremitas atas dan bawah, kekuatan otot 2-4
f) Kulit
Sianosis, pucat, krepitasi sub kutan
g) Genetalia
Penurunan haluaran urine
f. Pemeriksaan penunjang
a) Analisa gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri penting untuk mengetahui apakah klien
mengalami asidosis metabolik, alkalosis metabolik atau keduanya pada klien
yang sudah lama mengalami gagal napas. Selain itu, pemeriksaan ini jang
sangat penting untuk mengetahui oksigenasi serta evaluasi kemajuan terapi
atau pengobatan yang diberikan terhadap klien
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
Hiperkapnia
Ringan : PaCO2 45 - 60 mmHg
Sedang : PaCO2 60 - 70 mmHg
Berat : PaCO2 70 - 80 mmHg
b) Pemeriksaan rongent dada
Melihat keadaan patogenik dan kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui. Terdpat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat terlihat
perpindahan letak mediastinum. Berdasarkan pada foto thoraks dan
fluoroskopi akan banyak data yang diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi,
pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks, sembab paru, dan tumor
paru.
c) Pengukuran fungsi paru
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui adanya atau
tidak gangguan obstruksi dan restriksi paru. Nilai normal atau FEV₁ >83%
prediksi. Ada obstruksi bila FEV₁ < 70% dan FEV₁/FVC lebih rendah dari
nilai normal. Jika FEV₁ normal, tetapi FEV₁/FVC sama atau lebih besar
dari nilai normal, keadaan ini menunjukan ada restriksi.
d) Elektrokardiogram (EKG)
Adanya hipertensi pulpmanal dapat dilihat dari EKG yang ditandai
dengan perubahan gelombang P meninggi di sadapan II, III, dan aVF, serta
jantung yang mengalami hipertrofi ventrikel kanan. Iskemia dan aritmia
jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan oksigenasi.
e) Pemeriksaan sputum
Yang perlu diperhatikan ilah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu
lakukan kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika
kemungkinan disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia, TB
paru, dan keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu (pink frothy) dan
berbuih kemnungkinan disebabkan edema paru, untuk sputum yang
mengandung banyak sekali darah (grossy bloody) lebih sering merupakan
tanda TB paru atau adanya keganaasan patu.
g. Terapi medis
a) Jalan nafas
Jalan nafas sangat penting untuk ventiasi, oksigen, dan pemberian
obat obatan pernapasan dan harus diperiksa adanya sumbatan jalan nafas.
Pertimbangan untuk insersi jalan nfas artificial seperti ETT
b) Oksigen
Bersarnya aliran tambahan yang diperlukan tergantung dari
mekanisme hipoksemia dan tipe alat pemberi oksigen. CPAP (continous
Posetive Airway Pressure) sering menjadi pilihan oksigenasi pada gagal
nafas akut. CPAP bekerja dengan memberikan tekanan positif pada saluran
pernapasan sehingga terjadi peningkatan tekanan transpukmoner dan inflasi
alveoli optimal. Tekanan yang diberikan ditingkatkan secara bertahap
sampai toleransi pasien dan penurunan skor sesak serta frekuensi nafas
tercapai.
c) Bronkhodilator
Bronkhodilator mempengaruhi kontraksi otot polos, tetapi beberapa
jenis bronkhodolator mempuntai efek tidak langsung terhadap oedem dan
inflamasi. Bronkhodilator merupakan terapi utama untuk penyakit paru
obsttuksi, tetapi peningkatan resistensi jalan nafas juga banyak ditemukan
pada penyakit paru lainya.
d) Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid dalam menurunkan inflamasi jalan nafas
tidak diketahui secara pasti, tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel
inflamsi
e) Fisioterapi dada dan nutrisi
Merupakan aspek penting yang perlu diintegrasikan dlam tatalaksanaa
menyeluruh gagal nafas
f) Pemantauan hemodinamik
Meliputi pengukuran rutin frekuensi denyut jantung, ritme jantung
tekanan darah sistemik, tekanan vena central, dan penentuaan hemodinamik
yang invasif
4. Analisa Data
DO pernafasan
PCO2 meningkat/menurun
Hiperventilasi alveoli
PO2 menurun
Takikardia
Ggn. Difusi dan retensi CO2
pH arteri
meningkat/menurun
Hipoksemia & Hipercapnea
Bunyi napas tambahan
Pola nafas abnormal
Paru-paru
(cepat/dangkal,
reguler/ireguler,dalam/dangk
Ketidakseimbangan perfusi-
al)
ventilasi
Kesadaran menurun
2 DS Gangguan Evitalium Pola Nafas
Dispnea alveolar Tidak Efektif
DO
Penggunaan otot bantu Edema Paru
pernafasan
Pola nafas abnormal Complain paru
Ekspansi Paru
Sputum berlebih
Gangguan endothelium
Mengi,wheezing dan/atau
ronkhi kering
Cairan masuk ke intertisial
Bunyi nafas menurun
Frekuensi nafas berubah
Meningkatknya tahanan
Pola nafas berubah jalan nafas
5. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
SDKI 2017. Standar Diagnose Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indicator Diagnostic
2017. Tim pokja SDKI DPP PPNI
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim pokja SDKI DPP PPN
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim pokja SDKI DPP PPNI