Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh:

Muhammad Dinar Trisyansyah J2214901024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi penyakit
Hipoglikemi (shock insulin) adalah suatu syndrome yang komplek berawal dari
suatu gangguan metabolism glukosa, dimana konsentrasi serum glukosa menurun sampai
tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolism system saraf. Hipoglikemia merupakan
keadaan dimana kadar gula darah rendah secara abnormal, terjadi jika gula darah turun
dibawah 50-60 mg/dl (2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smeltzer & Bare, 2009).
2. Patofisiologi
Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui sirkulasi
diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak bebas rantai
panjang, kekurangan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen didalam otak orang
dewasa, dan ketidaktersediaan keton. Otak mengenali defisiensi energy tersebut ketika
kadar glukosa serum turun secara tiba-tiba sampai kadar sekitar 45 mg/dl.
Gejala ditimbulkan dari respon system saraf simpatik terhadap hipoglikemia atau
dari respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi terhadap kadar glukosa yang rendah
untuk meningkatkan respon adrenergic, yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan
kecemasan. Tujuannya adalah mengaktifkan hormone pengatur keseimbangan (glucagon,
katekolamin, kortisol, hormone pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar glukosa darah
dan melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan
glikogenolisis dan gluconeogenesis (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013).
3. Kemungkinan data fokus
 Pengkajian primer
a. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret
akibat dari kelemahan reflek batuk. Jika terdapat obstruksi maka
melakukan suction, chin lift/jaw trust, intubasi trakea dengan leher
ditahan. Lihat adanya edema tracheal atau faringeal, reflek menelan adan
batuk menurun. Selain itu dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.
b. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak
nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan, dan kaji adanya trauma pada nadi. Jika nafas tidak
memadai maka lakukan pemberian oksigen ddan posisi semifowler.
c. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit dan nadi.
d. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta
fungsi neuromuskuler.
e. Exposure
Mengkaji control terhadap lingkungan, lihat adanya luka/jejas.
 Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang dialami klien pada saat sudah dilakukan
pemeriksaan oleh tim medis seperti perkembangan peningkatan glukosa
darah. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
b. Riwayat kesehatan lalu
Dm dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pancreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemide, thiazide, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d. Anamnesa (AMPLE)
- Alergis
Pada alergis kita mengkaji apakah pasien memiliki alergi terhadap
sesuatu (misalnya makanan, produk pakaian, dll).
- Medikasi (riwayat pengobatan)
Pada medikasi kita mengkaji apakah pasien mengkonsumsi obat-
obatan, baik obat-obatan yang dikonsumsi secara teratur (misalnya
obat hipertensi pada penderita hipertensi) maupun obat yang
dikonsumsi terakhir kali (mislanya obat anti nyeri).
- Past illness (riwayat penyakit)
Pada past illness kita mengkaji apakah pasien memiliki atau
menderita penyakit, misalnya diabetes, epilepsy, penyakit jantung.
Lalu kita juga mengkaji apakah pasien pernah kecelakaan/cidera
sebelumnya atau pernah menjalani pembedahan.
- Last meal/terakhir kali makan
Pada last meal kita mengkaji makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh pasien terakhir kali.
- Even of injury/penyebab injuri
Pada events kita mengkaji apa yang terjadi pada pasien dan dimana
kejadiannya. Apakah insiden terjadi karena penyakit atau
kecelakaan. Tanyakan juga kepada orang yang ada disekitar pasien
saat kejadian dan cari adanya informasi tambahan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kulit dan rambut
Inspeksi
Kulit : pucat, tidak ada lesi, turgor kulit menurun,
edema.
Jumlah rambut: tidak rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : bersih
Palpasi : akral teraba dingin
2) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, bentuk kepala
lonjong, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3) Mata
Bentuk bola mata lonjong, sclera ikhterik
4) Telinga
Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri , tidak ada serumen
pada lubang telinga
5) Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan
6) Mulut
Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa lembab
7) Leher
Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
8) Paru
Inspeksi : simetris antara kiri dan kanan
Palpasi : getaran local femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi : normal
Perkusi : resonan
9) Abdomen
Inspeksi : perut datar simetris antara kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri
Perkusi : resonan
10) Ekstremitas atas
Tangan kiri dan kanan normal
11) Ekstremitas bawah
Terdapat luka dikaki, terdapat nyeri pada luka.

f. Pemeriksaan penunjang
1) Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi
glukosa 75 jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110
mg/dl.
2) Hemoglobin Glikosilasi (HbA1c)
3) Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam),
kreatinin
4) Skrining lipid, target kadar kadar kolesterol total < 5,2 mmol/L dan
trigliserida puasa < 2,0 mmol/L
5) Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis.
(Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007).
g. Terapi medis (indikasi, kontraindikasi, efek samping)

Nama obat Indikasi kontraindikasi Efek samping


Insulin Diindikasikan pada Kontraindikasi Gula darah yang
kondisi seperti DM penggunanaan insulin turun terlalu rendah
tipe 1 hipoglikemia adalah keadaan atau hipoglikemia,
pada critically ill, hipoglikemia dan ruam, benjolan, atau
infeksi berat, dan pasien dengan pembengkakan di
kendali glukosa riwayat tempat insulin,
darah buruk hipersensitivitas obat. kecemasan atau
depresi.
metformin Indikasi metformin Penyakit ginjal berat, Mual, muntah,
utamanya adalah anoreksia, dan
pada diare.
penatalaksanaan
diabetes tipe 2,
dengan dosis sesuai
pedoman
penatalaksanaan
yang ada.
Sulfonylurea Obat antidiabetes Gangguan fungsi hati, Mual, muntah, diare
oral yang berfungsi gagal ginjal, porfiria,
untuk menurunkan sebaiknya tidak dan konstipasi
kadar gula darah digunakan pada ibu
yang tinggi. menyusui dan selama
kehamilan.

4. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Gejala dan tanda mayor Hipoglikemia Pola nafas tidak efektif
DS : ↓
1. Dyspnea Epineprin meningkat
DO : ↓
1. Penggunaan otot Glikogenilisis
bantu pernafasan ↓
2. Fase ekspirasi Deficit glikogen pada
memanjang hepar
3. Pola nafas abnormal ↓
(mis. Takipnea, Gula darah menurun <60
bradipnea, mg/dl
hiperventilasi, ↓
kussmaul, cheyne- Penurunan nutrisi jaringan
stokes) otak
Gejala dan tanda minor ↓
Ds : Respon system saraf pusat
1. Ortopnea ↓
DO : Respon vegetative
1. Pernafasan pursed lip ↓
2. Pernafasan cuping Adrenalin
hidung ↓
3. Diameter thorax Takikardi, pucat,
anterior-posterior gemetaran
meningkat ↓
4. Ventilasi semenit Penurun cardiac output
menurun ↓
5. Kapasitas vital Penurunan darah & O2 ke
menurun paru-paru
6. Tekanan ekspirasi ↓
menurun Dyspnea
7. Tekanan inspirasi ↓
menurun Hiperventilasi
8. Ekskursi dada ↓
berubah Pola nafas tidak efektif
Faktor resiko Hipoglikemia Resiko ketidakstabilan
1. Kurang terpapar ↓ kadar glukosa darah
informasi tentang Glucagon meningkat
manajemen diabetes ↓
2. Ketidakpatenan Glikogenolisis
pemantauan glukosa ↓
darah Deficit glikogen pada
3. Kurang patuh pada hepar
rencana manajemen ↓
diabetes Gula darah menurun <60
4. Manajemen medikasi mg/dl
tidak terkontrol ↓
5. Kehamilan Resiko ketidakstabilan
6. Periode pertumbuhan kadar glukosa darah
cepat
7. Stress berlebihan
8. Penambahan berat
badan
9. Kurang dapat
menerima diagnosis
Kondisi klinis terkait
1. Diabetes melitus
2. Ketiasidosis diabetic
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan
kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral
total (TPN)
faktor risiko Hipoglikemia Resiko perfusi serebral
1. Keabnormalan masa ↓ tidak efektif
protombin/ masa Epineprin meningkat
tromboplastin parsial ↓
2. Penurunan kerja Glikogenilisis
ventrikel kiri ↓
3. Aterosklerosis aorta Deficit glikogen pada
4. Diseksi arteri hepar
5. Embolisme ↓
6. Cedera kepala Gula darah menurun <60
7. Hiperkolesteronemia mg/dl
8. Neoplasma otak ↓
9. Terapi tombolitik Penurunan nutrisi jaringan
Kondisi klinis terkait otak
1. Storke ↓
2. Cedera kepala Respon system saraf pusat
3. Aterosklerotik aortic ↓
4. Infark miokard akut Respon otak
5. Diseksi arteri ↓
6. Embolisme Kortek serebri kurang
7. Endocarditis infektif suplai energy <50mg/dl
8. Hiperkolesterolemia ↓
9. Neoplasma otak Resiko perfusi serebral
10. Stenosis carotid tidak efektif
11. Infeksi otak (mis.
Meningitis,
ensefalitis, abses
serebri).

4. Diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif
2) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
3) Resiko perfusi serebral tidak efektif
5. Rencana tindakan keperawatan (SLKI & SDKI)

Diagnosa kep Tujuan & Kriteria hasil INTERVENSI


Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
intervensi keperawatan Observasi
selama 1x 24 jam  Monitor pola nafas
diharapkan pola nafas (frekuensi,
membaik dengan kriteria kedalaman, usaha
hasil : nafas)
1. Dyspnea menurun  Monitor bunyi nafas
2. Penggunaan otot tambahan (mis,
bantu nafas gurgling, mengi,
menurun wheezing, ronkhi
3. Pemnajang fase kering)
ekspirasi menurun  Monitor sputum
4. Otopnea menurun (jumlah, warna,
5. Pernafasan pursed- aroma)
lip menurun Terapeutik
6. Pernafasan cuping  Pertahankan
hidung menurun kepatenan jalan
7. Frekuensi nafas nafas dengan head-
membaik tilt dan chin-lift (jaw
8. Kedalaman nafas trust jika curiga
membaik trauma servikal)
9. Ekskursi membaik  Posisikan semi
10. Ventilasi semenit fowler atau fowler
membaik  Berikan minum
11. Kapasitas vital hangat
membaik  Lakukan fisioterapi
12. Diameter thoraks dada, jika perlu
anterior-posterior  Lakukan
membaik penghisapan lendir
13. Tekanan ekspirasi kurang dari 15 detik
membaik  Lakukan
14. Tekanan inspirasi hiperoksigenasi
membaik sebelum
penghisapan
endotrakeal
 Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hipoglikemia
kadar glukosa darah intervensi keperawatan Observasi
selama 1x 24 jam  Identifikasi tanda
diharapkan kestabilan dan gejala
kadar glukosa darah hipoglikemia
meningkat dengan kriteria  Identifikasi
hasil : kemungkinan
1. Koordinasi penyebab
meningkat hipoglikemia
2. Tingkat kesadaran Terapeutik
meningkat  Berikan karbohidrat
3. Mengantuk sederhana, jika perlu
menurun  Berikan glucagon,
4. Pusing menurun jika perlu
5. Lelah/lesu menurun  Berikan karbohidrat
6. Rasa lapar menurun kompleks dan
7. Gemetar menurun protein sesuai diet
8. Berkeringat  Pertahankan
menurun kepatenan jalan
9. Mulut kering nafas
menurun  Pertahankan akses
10. Rasa haus menurun IV, jika perlu
11. Perilaku aneh  Hubungi layanan
menurun medis darurat, jika
12. Kesulitan bicara perlu
menurun Edukasi
13. Kadar glukosa  Anjurkan membawa
dalam darah karbohidrat
membaik sederhana setiap saat
14. Kadar glukosa  Anjurkan monitor
dalam urin kadar glukosa darah
membaik  Ajarkan perawatan
15. Palpitasi membaik mandiri untuk
16. Perilaku membaik mencegah
17. Jumlah urin hipoglikemia (mis.
membaik Mengurangin
insulin/agen oral
dan/atau
meningkatkan
asupan makanan
untuk berolahraga
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian dekstros,
jika perlu
 Kolaborasi
pemberian glucagon,
jika perlu

Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan


tidak efektif intervensi keperawatan Tekanan Intrakranial
selama 1x 24 jam Observasi :
diharapkan perfusi serebral  Identifikasi
meningkat dengan kriteria penyebab
hasil : peningkatan TIK
1. Tingkat kesadaran (Mis.lesi, gangguan
meningkat metabolisme, edema
2. Tekanan intra serebral)
kranial meningkat  Monitor tanda dan
3. Sakit kepala gejala TIK (mis.TD
menurun meningkat, tekanan
4. Agitasi menurun nadi melebar,
5. Demam menurun bradikardia,
6. Tekanan darah kesadaran menurun)
diastolic membaik  Monitor MAP
7. Tekanan darah (Mean Arterial
sistolik membaik Pressure)
 Monitor CVP
(Central Venous
Pressure)
 Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure)
 Monitor CPP
(Cerebral Perfusion
Presssure)
 Monitor gelombang
ICP
 Monitor ststus
pernafasan
 Monitor intake
output cairan
 Monitor cairan
Serebro-Spinalis
Teurapeutik :
 Berikan posisi semi
fowler
 Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
 Hindari maneuver
valsava
 Cegah terjadinya
kejang
 Perhatikan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
 Kolaborasi
pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
 Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu

Daftar pustaka
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Schmacer (2013) skema diagnosa dan penatalaksanaan gawat darurat, Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai