HIPOGLIKEMIA
Disusun Oleh:
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi penyakit
Hipoglikemi (shock insulin) adalah suatu syndrome yang komplek berawal dari
suatu gangguan metabolism glukosa, dimana konsentrasi serum glukosa menurun sampai
tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolism system saraf. Hipoglikemia merupakan
keadaan dimana kadar gula darah rendah secara abnormal, terjadi jika gula darah turun
dibawah 50-60 mg/dl (2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smeltzer & Bare, 2009).
2. Patofisiologi
Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui sirkulasi
diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak bebas rantai
panjang, kekurangan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen didalam otak orang
dewasa, dan ketidaktersediaan keton. Otak mengenali defisiensi energy tersebut ketika
kadar glukosa serum turun secara tiba-tiba sampai kadar sekitar 45 mg/dl.
Gejala ditimbulkan dari respon system saraf simpatik terhadap hipoglikemia atau
dari respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi terhadap kadar glukosa yang rendah
untuk meningkatkan respon adrenergic, yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan
kecemasan. Tujuannya adalah mengaktifkan hormone pengatur keseimbangan (glucagon,
katekolamin, kortisol, hormone pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar glukosa darah
dan melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan
glikogenolisis dan gluconeogenesis (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013).
3. Kemungkinan data fokus
Pengkajian primer
a. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret
akibat dari kelemahan reflek batuk. Jika terdapat obstruksi maka
melakukan suction, chin lift/jaw trust, intubasi trakea dengan leher
ditahan. Lihat adanya edema tracheal atau faringeal, reflek menelan adan
batuk menurun. Selain itu dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.
b. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak
nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan, dan kaji adanya trauma pada nadi. Jika nafas tidak
memadai maka lakukan pemberian oksigen ddan posisi semifowler.
c. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit dan nadi.
d. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta
fungsi neuromuskuler.
e. Exposure
Mengkaji control terhadap lingkungan, lihat adanya luka/jejas.
Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang dialami klien pada saat sudah dilakukan
pemeriksaan oleh tim medis seperti perkembangan peningkatan glukosa
darah. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
b. Riwayat kesehatan lalu
Dm dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pancreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemide, thiazide, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d. Anamnesa (AMPLE)
- Alergis
Pada alergis kita mengkaji apakah pasien memiliki alergi terhadap
sesuatu (misalnya makanan, produk pakaian, dll).
- Medikasi (riwayat pengobatan)
Pada medikasi kita mengkaji apakah pasien mengkonsumsi obat-
obatan, baik obat-obatan yang dikonsumsi secara teratur (misalnya
obat hipertensi pada penderita hipertensi) maupun obat yang
dikonsumsi terakhir kali (mislanya obat anti nyeri).
- Past illness (riwayat penyakit)
Pada past illness kita mengkaji apakah pasien memiliki atau
menderita penyakit, misalnya diabetes, epilepsy, penyakit jantung.
Lalu kita juga mengkaji apakah pasien pernah kecelakaan/cidera
sebelumnya atau pernah menjalani pembedahan.
- Last meal/terakhir kali makan
Pada last meal kita mengkaji makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh pasien terakhir kali.
- Even of injury/penyebab injuri
Pada events kita mengkaji apa yang terjadi pada pasien dan dimana
kejadiannya. Apakah insiden terjadi karena penyakit atau
kecelakaan. Tanyakan juga kepada orang yang ada disekitar pasien
saat kejadian dan cari adanya informasi tambahan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kulit dan rambut
Inspeksi
Kulit : pucat, tidak ada lesi, turgor kulit menurun,
edema.
Jumlah rambut: tidak rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : bersih
Palpasi : akral teraba dingin
2) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, bentuk kepala
lonjong, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3) Mata
Bentuk bola mata lonjong, sclera ikhterik
4) Telinga
Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri , tidak ada serumen
pada lubang telinga
5) Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan
6) Mulut
Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, mukosa lembab
7) Leher
Bentuk leher simetris, tidak terdapat benjolan di leher, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
8) Paru
Inspeksi : simetris antara kiri dan kanan
Palpasi : getaran local femitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi : normal
Perkusi : resonan
9) Abdomen
Inspeksi : perut datar simetris antara kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri
Perkusi : resonan
10) Ekstremitas atas
Tangan kiri dan kanan normal
11) Ekstremitas bawah
Terdapat luka dikaki, terdapat nyeri pada luka.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi
glukosa 75 jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110
mg/dl.
2) Hemoglobin Glikosilasi (HbA1c)
3) Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam),
kreatinin
4) Skrining lipid, target kadar kadar kolesterol total < 5,2 mmol/L dan
trigliserida puasa < 2,0 mmol/L
5) Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis.
(Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007).
g. Terapi medis (indikasi, kontraindikasi, efek samping)
4. Analisa data
4. Diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif
2) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
3) Resiko perfusi serebral tidak efektif
5. Rencana tindakan keperawatan (SLKI & SDKI)
Daftar pustaka
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Schmacer (2013) skema diagnosa dan penatalaksanaan gawat darurat, Jakarta. EGC