Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN


SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS DENGAN HIPOGLIKEMI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas sebagai syarat untuk menempuh stase
GADAR

Disusun oleh :

Neneng Nurunnisa Mursalin

1490119094

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2019
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek berawal dari
suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum glukosa menurun
sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme sistem saraf. Hipoglikemia
merupakan keadaan dimana kadar gula darah rendah secara abnormal, terjadi jika
gula darah turun dibawah 50-60mg/dl (2,7 sampai 3,3 mmol/L)
2. Etiologi
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami hipoglikemia daripadaa penderita diabetes usia lanjut yang sehat dan
memiliki fungsi yang baik.
2. Kelebihan (ekses) Insulin
Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi, konsumsi
glukosa yang berkurang, produksi glukosa endogen berkurang misalnya setelah
konsumsi alkohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh misalnya
setelah berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap insulin, penurunan
ekskresi insulin misalnya pada gagal ginjal.
3. Ekses Insulin Disertai Mekanisme Kontra Regulasi Glukosa yang Terganggu
Hipoglikemi merupakan interaksi antara kelebihan (ekses) insulin dan
terganggunya mekanisme kontra regulasi glukosa. Kejadian ekses insulin saja
belum tentu menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
4. Frekuensi Hipoglikemia
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar gula darah
yang rendah dan mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula darah yang
lebih rendah daripada orang normal
5. Obat Hipoglikemi Oral yang Berisiko Menyebabkan Hipoglikemia
Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja meningkatkan
sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
Obat- obat tersebut antara lain dipeptydil peptidase-4 inhibitor, glucagon-like
peptide-1, golongan glinide, golongan sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride.

6. Terapi Salisilat
Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin yang
distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion) pada orang normal
dan pasien diabetes
7. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila kadar gula darah
turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan kadar insulin
dan pelepasan glukagon, dan juga refleks simpato adrenal.
8. Aktivitas Fisik/ Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan penanganan
diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat badan, meningkatkan
sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer, meningkatkan pemakaian
glukosa, dan kesehatan sistem kardiovaskuler.
9. Keterlambatan Asupan Glukosa
Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien hiperglikemia
karena terlambat makan atau menjalani puasa dengan tidak mengurangi dosis
obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia karena berkurangnya
asupan glukosa dari saluran cerna.
10. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh penurunan
glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkurangnya asupan kalori.
3. Tanda dan gejala
1. Adrenergik
Pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit kepala,
mengantuk.
2. Neuroglikopenia
Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya
•Pada hipoglikemi ;
a.Neuroglikopeni : pusing, bingung, bicara tidak jelas, perubahan perilaku, dan
koma
b.Neurogenic : Adrenergic ( tremor halus, jantung berdebar, cemas, bingung ),
Kolinergik (berkeringat, lapar terus, tingling)
c.Penurunan Berat Badan
4. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus
menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65
mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl
(0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat
menghasilkan koma

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi glukosa 75
jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl
2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)
Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3 bulan
sebelumnya, target 7% atau kurang
3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan trigliserida puasa
<2,0 mmol/L
5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Pengkajian primer merupakan pengkajian yang dilakukan untuk menentukan
masalah yang mengancam nyawa seseorang, dimana dalam proses pengkajian harus
dengan cepat. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan (Fluide, 2009).
Tahapan dalam pengkajian primer:
1. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi
atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret akibat dari kelemahan reflek
batuk. Jika terdapat obstruksi maka melakukan suction, chin lift/ jaw trust, intubasi
trakhea dengan leher ditahan. Lihat adanya edema tracheal atau faringeal, reflek
menelan dan batuk menurun. Selain itu dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada penggunaan
otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak nafas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suaran nafas, kaji adanya suara napas tambahan, dan
kaji adanya trauma pada dadi. Jika napas tidak memadai maka lakukan pemberian
oksigen dan posisi semifowler.
3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta fungsi
neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas.
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian primer. Pengkajian
sekunder dilakukan ketika klien tidak mengalami syok atau kondisinya mulai membaik.
Pengkajian ini meliputi:
1. Keluhan utama
2. Penampilan umum
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Riwayat penyakit/ pengkajian SAMPLE
a. S (Signs and Symptoms)
Tanda dan gejala terjadinya hipoglikemia.
b. A (Allergies)
Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti obat-obatan, plester dan
makanan tertentu.
c. M (Medications)
Obat-obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani pengobatan penyakit
tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat.
d. P (Past Illness)
Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang pernah diderita, obat yang
pernah dikonsumsi, dan pengalaman penggunaan obat-obat herbal.
e. L (Last meal)
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, rentang waktu konsumsi dengan
kejadian, dan periode menstruasi bagi perempuan.
f. E (Event leading to injury or illness)
Hal-hal yang berasal dari luar dan bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian
yang menyebabkan adanya keluhan utama)
5. Pemeriksaan fisik (Head to toe

6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali
negatif terhadap glukosa.
7. Pemeriksaan Penunjang lainnya
EKG: Takikardia.

C. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Klien mengnatakan Penurunan kadar insulin Ketidakefektifan

Lemas pola napas
Penurunan darah dan 02 ke
DO: klien tampak lemas
paru-paru

dipsneu

hiperventilasi

Ketidakefektifan pola nafas
2. DS : klien mengeluh Penurunan kadar insulin Penurunan curah

lemas jantung
Glukagon meningkat
DO :

- Klien tampak lemas
Hiperglikemi

Kelaparan sel

Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. DS : klien mengatakan hipoglikemia Resiko

pusing
glikogenesis ketidakefektifan
DO :

- Klien tampak
Koteks serebri kurang suplai perfusi jaringan
lemah
energi
otak

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
4. DS: klien mengeluh glikogeneisi Resiko

lemas
Defisit glikogen pada hepar ketidaksetabilan
DO: Klien tampak lemas

Gula darah menurun ≤60 kadar glukosa
ml/dl
darah

Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai oksigen ke otak
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status kesehatan fisik
(ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin)
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(NANDA) (NOC) (NIC)
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan aAirway management (3140)
napas b.d keletihan 3x24 jam diharapkan pasien 1)Buka jalan nafas
2)Posisikan pasien untuk
menunjukkan pola napas yang
memaksimalkan ventilasi
efektif dengan kriteria hasil: 3)Identifikasi pasien
a. Frekuensi napas dalam perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
rentang normal, RR 16-20
4)Lakukan fisioterapi dada
kali/ menit jika perlu
b. Klien tidak kesulitan 5)Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
bernapas
6)Auskultasi suara nafas,
c. Tidak ada otot bantu catat adanya suara
pernapasan tambahan
d. Tidak ada pernapasan b.Oxygen therapy (3320)
1)Bersihkan mulut, hidung
cupping hidung dan sekret trakea
e. Saturasi oksigen dalam batas 2)Pertahankan jalan nafas
normal yang paten
3)Atur peralatan oksigenasi
f. Saat diauskultasi tidak
4)Monitor aliran oksigen
terdengar bunyi napas 5)Pertahankan posisi pasien
tambahan 6)Observasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
7)Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
c.Vitalsigns monitoring
(6680)
1)Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2)Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3)Monitor kualitas dari nadi
4)Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
5)Monitor sianosis perifer
Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care (4040)
Penurunan curah 3x24 jam diharapkan masalah - Evaluasi adanya nyeri
jantung b.d perubahan
penurunan curah jantung dada (intensitas, lokasi, dan
kontraktilitas teratasi dengan kriteria hasil: durasi)
a. Tanda-tanda vital dalam - Catat adanya distritmia
rentang normal (tekanan jantung
darah, nadi, respirasi) - Catat adanya tanda dan
b. Dapat mentoleransi gejala penurunan cardiac
aktivitas, tidak ada kelelahan output
c. Tidak ada edema paru, - Monitor status
perifer, dan tidak ada asites kardiovaskular
d. Tidak ada penurunan - Monitor status pernafasan
kesadaran yang menandakan gagal
jantung
- Monitor abdomen sebagai
indikator penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan
tekanan darah
- Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
- Atur periode latihan dan
sitirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas
pasien
- Monitor adanya dyspnea,
fatigue, takipnea, dan
ortopnea
- Anjurkan untuk
menurunkan stress

Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation


perfusi jaringan otak b.d 3x24 jam diharapkan masalah Management (2660)
Kurangnya suplai penurunan curah jantung a.Monitor adanya daerah
oksigen ke otak teratasi dengan kriteria hasil: tertentu yang hanya peka
a. Tekanan systole dan terhadap panas/ dingin/
diastole dalam rentang yang tajam/ tumpul
diharapkan b.Monitor adanya paretese
b. Tidak ada
c.Instruksikan keluarga
ortostatikhipertensi untuk mengobservasi kulit
c. Tidak ada tanda-tanda jika ada isi atau laserasi
peningkatan tekanan
d.Batasi gerakan pada
intrakranial (tidak lebih dari 15
kepala, leher, dan
mmHg) punggung
d. Menunjukan fungsi
e.Monitor kemampuan BAB
sensori motori cranial yang f.Kolaborasi pemberian
utuh: tingkat kesadarananalgetik
membaik, tidak ada gerakan g.Monitor adanya
involunter tromboplebitis
h.Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi
Resiko ketidaksetabilan Setelah dilakukan tindakan 3x24 Management Hipoglikemia
kadar glukosa darah b.d jam diharapkan masalah (20130)
gangguan status ketidak stabilan glukosa
a.Mengenali pasien dengan
kesehatan fisik darah teratasi, dengan
(ketidakmampuan ginjal kriteria: resiko hipoglikemia
mensekresi insulin) - TTV dalam rentang b.Memantau gejala
normal hipoglikemia
- Tidak ada tanda-tanda
seperti:tremor,
hipoglikemi
- Tidak ada penurunan berkeringat, gugup,
glukosa darah takikardi, palpitasi,
mengigil, perubahan
perilaku, coma.
c.Memberikan karbohidrat
sederhana yang sesuai
d.Memberikan glukosa
yang sesuai
e.Melaporkan segera pada
dokter
f. Memberikan glukosa
melalui IV
g.Memperhatikan jalan
nafas
h.Mempertahankan akses
IV
i. Lindungi jangan sampai
cedera
j. Meninjau peristiwa
terjadinya hipoglikemia
dan faktor penyebabnya
k.Memberikan umpan
balik mengenai
manajemen hipoglikemia
l. Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai gejala,
faktor resiko, pencegahan
hipoglikemia, dan
manajemen diabetes.
m. Menganjurkan pasien
memakan karbohidrat
yang simple setiap waktu
DAFTAR PUSTAKA

NANDA.(2012-2014). PanduanDiagnosakeperawatan. Prima Medika


Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Nurarif, A. ., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
Wiley, NANDA International. (2012). Nursing Diagnostig : Defenition and Clasification
2012-2014. Jakarta :ECG

Anda mungkin juga menyukai