Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas sebagai syarat untuk menempuh stase
GADAR
Disusun oleh :
1490119094
6. Terapi Salisilat
Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin yang
distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion) pada orang normal
dan pasien diabetes
7. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila kadar gula darah
turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan kadar insulin
dan pelepasan glukagon, dan juga refleks simpato adrenal.
8. Aktivitas Fisik/ Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan penanganan
diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat badan, meningkatkan
sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer, meningkatkan pemakaian
glukosa, dan kesehatan sistem kardiovaskuler.
9. Keterlambatan Asupan Glukosa
Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien hiperglikemia
karena terlambat makan atau menjalani puasa dengan tidak mengurangi dosis
obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia karena berkurangnya
asupan glukosa dari saluran cerna.
10. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh penurunan
glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkurangnya asupan kalori.
3. Tanda dan gejala
1. Adrenergik
Pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit kepala,
mengantuk.
2. Neuroglikopenia
Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya
•Pada hipoglikemi ;
a.Neuroglikopeni : pusing, bingung, bicara tidak jelas, perubahan perilaku, dan
koma
b.Neurogenic : Adrenergic ( tremor halus, jantung berdebar, cemas, bingung ),
Kolinergik (berkeringat, lapar terus, tingling)
c.Penurunan Berat Badan
4. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus
menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65
mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl
(0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat
menghasilkan koma
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi glukosa 75
jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl
2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)
Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3 bulan
sebelumnya, target 7% atau kurang
3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan trigliserida puasa
<2,0 mmol/L
5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Pengkajian primer merupakan pengkajian yang dilakukan untuk menentukan
masalah yang mengancam nyawa seseorang, dimana dalam proses pengkajian harus
dengan cepat. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan (Fluide, 2009).
Tahapan dalam pengkajian primer:
1. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi
atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret akibat dari kelemahan reflek
batuk. Jika terdapat obstruksi maka melakukan suction, chin lift/ jaw trust, intubasi
trakhea dengan leher ditahan. Lihat adanya edema tracheal atau faringeal, reflek
menelan dan batuk menurun. Selain itu dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada penggunaan
otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak nafas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suaran nafas, kaji adanya suara napas tambahan, dan
kaji adanya trauma pada dadi. Jika napas tidak memadai maka lakukan pemberian
oksigen dan posisi semifowler.
3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta fungsi
neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas.
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian primer. Pengkajian
sekunder dilakukan ketika klien tidak mengalami syok atau kondisinya mulai membaik.
Pengkajian ini meliputi:
1. Keluhan utama
2. Penampilan umum
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Riwayat penyakit/ pengkajian SAMPLE
a. S (Signs and Symptoms)
Tanda dan gejala terjadinya hipoglikemia.
b. A (Allergies)
Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti obat-obatan, plester dan
makanan tertentu.
c. M (Medications)
Obat-obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani pengobatan penyakit
tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat.
d. P (Past Illness)
Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang pernah diderita, obat yang
pernah dikonsumsi, dan pengalaman penggunaan obat-obat herbal.
e. L (Last meal)
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, rentang waktu konsumsi dengan
kejadian, dan periode menstruasi bagi perempuan.
f. E (Event leading to injury or illness)
Hal-hal yang berasal dari luar dan bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian
yang menyebabkan adanya keluhan utama)
5. Pemeriksaan fisik (Head to toe
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali
negatif terhadap glukosa.
7. Pemeriksaan Penunjang lainnya
EKG: Takikardia.
C. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Klien mengnatakan Penurunan kadar insulin Ketidakefektifan
↓
Lemas pola napas
Penurunan darah dan 02 ke
DO: klien tampak lemas
paru-paru
↓
dipsneu
↓
hiperventilasi
↓
Ketidakefektifan pola nafas
2. DS : klien mengeluh Penurunan kadar insulin Penurunan curah
↓
lemas jantung
Glukagon meningkat
DO :
↓
- Klien tampak lemas
Hiperglikemi
↓
Kelaparan sel
↓
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. DS : klien mengatakan hipoglikemia Resiko
↓
pusing
glikogenesis ketidakefektifan
DO :
↓
- Klien tampak
Koteks serebri kurang suplai perfusi jaringan
lemah
energi
otak
↓
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
4. DS: klien mengeluh glikogeneisi Resiko
↓
lemas
Defisit glikogen pada hepar ketidaksetabilan
DO: Klien tampak lemas
↓
Gula darah menurun ≤60 kadar glukosa
ml/dl
darah
↓
Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai oksigen ke otak
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status kesehatan fisik
(ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin)
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(NANDA) (NOC) (NIC)
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan aAirway management (3140)
napas b.d keletihan 3x24 jam diharapkan pasien 1)Buka jalan nafas
2)Posisikan pasien untuk
menunjukkan pola napas yang
memaksimalkan ventilasi
efektif dengan kriteria hasil: 3)Identifikasi pasien
a. Frekuensi napas dalam perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
rentang normal, RR 16-20
4)Lakukan fisioterapi dada
kali/ menit jika perlu
b. Klien tidak kesulitan 5)Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
bernapas
6)Auskultasi suara nafas,
c. Tidak ada otot bantu catat adanya suara
pernapasan tambahan
d. Tidak ada pernapasan b.Oxygen therapy (3320)
1)Bersihkan mulut, hidung
cupping hidung dan sekret trakea
e. Saturasi oksigen dalam batas 2)Pertahankan jalan nafas
normal yang paten
3)Atur peralatan oksigenasi
f. Saat diauskultasi tidak
4)Monitor aliran oksigen
terdengar bunyi napas 5)Pertahankan posisi pasien
tambahan 6)Observasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
7)Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
c.Vitalsigns monitoring
(6680)
1)Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2)Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3)Monitor kualitas dari nadi
4)Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
5)Monitor sianosis perifer
Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care (4040)
Penurunan curah 3x24 jam diharapkan masalah - Evaluasi adanya nyeri
jantung b.d perubahan
penurunan curah jantung dada (intensitas, lokasi, dan
kontraktilitas teratasi dengan kriteria hasil: durasi)
a. Tanda-tanda vital dalam - Catat adanya distritmia
rentang normal (tekanan jantung
darah, nadi, respirasi) - Catat adanya tanda dan
b. Dapat mentoleransi gejala penurunan cardiac
aktivitas, tidak ada kelelahan output
c. Tidak ada edema paru, - Monitor status
perifer, dan tidak ada asites kardiovaskular
d. Tidak ada penurunan - Monitor status pernafasan
kesadaran yang menandakan gagal
jantung
- Monitor abdomen sebagai
indikator penurunan perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan
tekanan darah
- Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
- Atur periode latihan dan
sitirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas
pasien
- Monitor adanya dyspnea,
fatigue, takipnea, dan
ortopnea
- Anjurkan untuk
menurunkan stress