Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

Disusun oleh :
Nama : Nurul widia sari
Nim : C1018035
Kelas : 3A Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

2021
HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum
glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme
sistem saraf. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah
rendah secara abnormal, terjadi jika gula darah turun dibawah 50-60mg/dl
(2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smelltzer & Bare, 2009).

B. Etiologi
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami hipoglikemia daripadaa penderita diabetes usia lanjut yang
sehat dan memiliki fungsi yang baik.
2. Kelebihan (ekses) Insulin
Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi, konsumsi
glukosa yang berkurang, produksi glukosa endogen berkurang misalnya
setelah konsumsi alkohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh
misalnya setelah berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap insulin,
penurunan ekskresi insulin misalnya pada gagal ginjal.
3. Ekses Insulin Disertai Mekanisme Kontra Regulasi Glukosa yang
Terganggu
Hipoglikemi merupakan interaksi antara kelebihan (ekses) insulin dan
terganggunya mekanisme kontra regulasi glukosa. Kejadian ekses insulin
saja belum tentu menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
4. Frekuensi Hipoglikemia
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar gula
darah yang rendah dan mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula
darah yang lebih rendah daripada orang normal
5. Obat Hipoglikemi Oral yang Berisiko Menyebabkan Hipoglikemia
Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja
meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia. Obat- obat tersebut antara lain dipeptydil peptidase-4
inhibitor, glucagon-like peptide-1, golongan glinide, golongan
sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride.
6. Terapi Salisilat
Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin
yang distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion) pada orang
normal dan pasien diabetes
7. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila kadar gula
darah turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan
kadar insulin dan pelepasan glukagon, dan juga refleks simpato adrenal.
8. Aktivitas Fisik/ Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan penanganan
diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat badan, meningkatkan
sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer, meningkatkan
pemakaian glukosa, dan kesehatan sistem kardiovaskuler.
9. Keterlambatan Asupan Glukosa
Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien hiperglikemia
karena terlambat makan atau menjalani puasa dengan tidak mengurangi
dosis obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia karena
berkurangnya asupan glukosa dari saluran cerna.
10. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh
penurunan glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkurangnya
asupan kalori.
(Lefebvre PJ & Scheen AJ, 2003; Soeatmadji, 2008; Younk LM,
Mikeladze M, Tate D, & Davis SN, 2011)

C. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


1. Adrenergik
Pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit
kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia
Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.
(Setyohadi, 2012)
D. Patofisiologi
Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui
sirkulasi diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam
lemak bebas rantai panjang, kekurangan kadar cadangan glukosa sebagai
glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton. Otak
mengenali defisiensi energi tersebut ketika kadar glukosa serum turun secara
tiba-tiba sampai kadar sekitar 45mg/ dl.
Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap
hipoglikemia atau dari respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi terhadap
kadar glukosa yang rendah untuk meningkatkan respons adrenergik, yang
mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan kecemasan. Tujuannya adalah
mengaktifkan hormon pengatur keseimbangan (glukagon, katekolamin,
kortisol, hormon pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar glukosa darah dan
melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan
glikogenolisis dan glukoneogenesis.
(Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013)
E. PHATWAYS

Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup, kehamilan, obesitas

Sel Beta pankreas rusak/ terganggu

Produksi insulin menurun

Glukosa meningkat

Dosis insulin terlalu tinggi Diabetes Melitus Puasa/ intake kurang

HIPOGLIKEMIA
Glukagon meningkat Epineprin meningkat

Glikogenolisis

Defisit glikogen pada hepar

Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah Gula darah menurun <60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon Sistem Saraf Pusat

Respon Otak Respon Vegetatif

Kortek serebri kurang suplai energi <50mg/dl Adrenalin

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak Takikardi, pucat, gemeteran

Penurunan cardiac output

Penurunan darah & O2 ke paru-paru

Dispnea

Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola napas


F. PENATALAKSANAAN

1. Hipoglikemia ringan-sedang

2. Pemberian karbohidrat sebanyak 15 gram dalam bentuk tablet atau larutan


glukosa maupun sukrosa diperlukan sebagai pertolongan pertama
hipoglikemia ringan hingga sedang pada orang dewasa

G. KOMPLIKASI

1. Kejang

2. Hilang kesadaran

3. Kematian

Akibat lain karena kadar gula darah terlalu rendah juga dapat membuat
ada mengalami kecelakaan , seperti:

 Cidera

 Terjatuh

 Kecelakaan saat berkendara

Anda juga mungkin mengalami kondisi yang disebut koma diabetik


akibat hipokglikemia ekstrim.Glukosa adalah satu satunya makanan
bagi otak anda.Jika kadar gula terlalu rendah, otak menjadi tidak
memiliki energy untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gula Darah Puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi
glukosa 75 jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl
2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)
Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3 bulan
sebelumnya, target 7% atau kurang
3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan trigliserida
puasa <2,0 mmol/L
5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis
(Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007)
I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai
oksigen ke otak (00201)
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
b. Intervensi Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan pasien menunjukkan
pola napas yang efektif dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal, RR 16-20 kali/ menit
b. Klien tidak kesulitan bernapas
c. Tidak ada otot bantu pernapasan
d. Tidak ada pernapasan cupping hidung
e. Saturasi oksigen dalam batas normal
f. Saat diauskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan
Interveni keperawatan:
a. Airway management (3140)
1) Buka jalan nafas
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
6) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
b. Oxygen therapy (3320)
1) Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
2) Pertahankan jalan nafas yang paten
3) Atur peralatan oksigenasi
4) Monitor aliran oksigen
5) Pertahankan posisi pasien
6) Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
c. Vital signs monitoring (6680)
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3) Monitor kualitas dari nadi
4) Monitor frekuensi dan irama pernafasan
5) Monitor sianosis perifer
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas (00029)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan
curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
d. Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi Keperawatan:
Cardiac Care (4040)
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, dan durasi)
b. Catat adanya distritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d. Monitor status kardiovaskular
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan sitirahat untuk menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspnea, fatigue, takipnea, dan ortopnea
m. Anjurkan untuk menurunkan stress
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Kurangnya suplai
oksigen ke otak (00201)
Setelah dilakukan tindakan 3x7 jam diharapkan masalah penurunan
curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
d. Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter
Intervensi Keperawatan
Peripheral Sensation Management (2660)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/
dingin/ tajam/ tumpul
b. Monitor adanya paretese
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
d. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
e. Monitor kemampuan BAB
f. Kolaborasi pemberian analgetik
g. Monitor adanya tromboplebitis
h. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
Intevensi Keperawatan
Management Hipoglikemia (20130)
a. Mengenali pasien dengan resiko hipoglikemia
b. Memantau gejala hipoglikemia seperti:tremor, berkeringat, gugup,
takikardi, palpitasi, mengigil, perubahan perilaku, coma.
c. Memberikan karbohidrat sederhana yang sesuai
d. Memberikan glukosa yang sesuai
e. Melaporkan segera pada dokter
f. Memberikan glukosa melalui IV
g. Memperhatikan jalan nafas
h. Mempertahankan akses IV
i. Lindungi jangan sampai cedera
j. Meninjau peristiwa terjadinya hipoglikemia dan faktor penyebabnya
k. Memberikan umpan balik mengenai manajemen hipoglikemia
l. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala, faktor resiko,
pencegahan hipoglikemia, dan manajemen diabetes.
m. Menganjurkan pasien memakan karbohidrat yang simple setiap waktu
(Dochterman, 2008; Nurarif & Kusuma, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC) (5th


ed.). Mosby: Elseiver.

Fluide, G. (2009). Emergency Medicine (5th ed.). Australia: Elseiver.

Graham, C. ., & Parke, T. R. . (2004). Critical Care in The Emergency


Department: Shock and Circulatory Support. Emerg Med, 22(1), 17–21.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Lefebvre PJ, & Scheen AJ. (2003). Hypoglycemia (6th ed.). New York: Mc
Graw Hill.

Morton, P. ., Fontaine, D., Hudak, C. ., & Gallo, B. . (2013). Keperawatan


Kritis (8th ed.). Jakarta: EGC.

Nurarif, A. ., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Action.
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Kedokteran Klinis. Jakarta:
Erlangga.

Setyohadi, D. (2012). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam ( Emergency in


Internal Medicine). Jakarta: pusat penerbit ilmu penyakit dalam interna
publishing.

Smelltzer, S. ., & Bare, B. . (2009). Textbook of Medical Surgical Nursing.


Lippincot: Williams & wilkins.

Soeatmadji, D. (2008). Hipoglikemia Iatrogenik (5th ed.). Jakarta: Pusat


Penerbitan Depa rtemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Thim, T., Krarup, N. ., Grove, E. ., Rohde, C. ., & Lofgren, B. (2012). Initial


Assesment and Treatment with the Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Exposure (ABCDE) Approach.

Younk LM, Mikeladze M, Tate D, & Davis SN. (2011). Exercise-Related


Hypoglycemia in Diabetes Mellitus. Expert Review End Ocrinology
Metabolism, 6, 93–108.

Anda mungkin juga menyukai