Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

Penugasan ini disusun untuk memenuhi tugas individu profesi Ners

Oleh :

Maya Rachmah Sari

0910723033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BRAWIJAYA

2013
KONSEP HIPOGLIKEMIA

Definisi

DM merupakan kelompok kelainan metabolik, dimana hiperglikemia sebagai


manifestasi utamanya. DM adalah penyakit metabolic akibat dari kurangnya insulin efektif
baik oleh karena adanya disfungsi sel beta pancreas atau ambilan glukosa di jaringan
perifer, atau keduanya (pada DM –tipe 2), atau kurangnya insulin absolute (pada DM-tipe 1).
Komplikasi DM adalah semua penyulit yang timbul sebagai akibat dari DM, baik sistemik,
organ ataupun jaringan tubuh lain (Tjokroprawiro dkk, 2007). Terdapat komplikasi akut dan
komplikasi kronis pada DM (Fauci et al, 2008). Hipoglikemia, koma lakto-asidosis,
ketoasidosis diabetic-koma diabetic dan koma hiperosmoler Non-ketotik merupakan
komplikasi akut DM (Tjokroprawiro dkk, 2007). Sedangkan komplikasi kronis dapat dibagi
menjadi komplikasi vaskuler dan non-vaskuler (Fauci et al, 2008). Komplikasi vaskuler dapat
dibagi menjadi mikrovaskuler (retinopathy, neuropathy, nephropathy) dan makrovaskuler
(coronary artery disease (CAD), peripheral arterial disease (PAD), cerebrovascular disease)
(Fauci et al, 2008). Komplikasi non vaskuler antara lain gastroparesis, infeksi, dan
perubahan pada kulit. Pada penderita diabetes yang sudah lama sering didapatkan
penurunan fungsi pendengaran.

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai


akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia
adalah:

 Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl

 Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya
dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl

 Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl

 Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3  – 5 jam sesudah makan.

Etiologi

Pada pasien penyebab hipoglikemia kemungkinan akibat kurangnya asupan nutrisi


akibat adanya sindroma dyspepsia. Serta akibat konsumsi obat golongan sulfoniluria. Dan
diperberat dengan adanya infeksi, keadaan sepsis dan acute kidney injury, dimana keadaan
ini akan meningkatkan kebutuhan glukosa.
Obat-obatan insulin, alkohol, salisilat dosis tinggi,
sulfonamid, penatamidin, quinolon

Penyakit Kritis Gagal hepar, ginjal, renal

Sepsis

Inanition

Kekurangan Hormon Cortisol, growth hormone, atau dua-duanya

Glucagon and epinephrine (pada diabetes


dengan insulin-deficient)

Kelainan sel Insulin secretagogue (sulfonylurea, atau


yang lain)

 Autoimmune (autoantibodi terhadap insulin


atau reseptor insulin)

Sekresi insulin ektopik

Kelainan pada bayi atau anak Transient intolerance of fasting

Congenital hyperinsulinism

Inherited enzyme deficiencies

 Adapun faktor predisposisi yang mempengaruhi kondisi hipoglikemia yaitu

1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas


Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini
bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor
diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan
hipoglikemia.

2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi


Hipoglikemia paling sering terjadi disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea)
yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika
dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa bereaksi
menurunkan kadar gula darah terlalu banyak. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau
pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak
menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan
mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.

3. Asupan karbohidrat kurang


a. Makan tertunda atau lupa, porsi makan kurang
b. Diet slimming, anorexia nervosa
c. Muntah, gastroparesis
d. Menyusui

Patofisiologi

Glukosa merupakan bahan metabolic utama yang dibutuhkan otak pada keadaan
fisiologi. Otak tidak dapat mensintesa glukosa atau menyimpannya hanya dalam beberapa
menit saja dan oleh karena itu otak membutuhkan pasokan glukosa yang kontinyu dari
sirkulasi arteri. Jika konsentrasi glukosa plasma turun di bawah batas fisiologi, transport
glukosa darah ke otak turun sehingga tidak mampu mendukung metabolisme energi dan
fungsi otak. Namun, mekanisme counterregulatory glukosa secara normal mencegah dan
cepat mengkoreksi keadaan hipoglikemia. (Fauci et al, 2008).

Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresikan saat terjadi
hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja di hati. Glukagon mula-mula meningkatkan
gikogenolisis dan kemudian meningkatkan glukoneogenesis. Epinefrin selain meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati juga menyebabkan lipolisis di jaringan lemak
serta glikogenolisis dan proteolisis di otot. Gliserol, hasil lipolisis, serta asam amino (alanin
dan aspartat) merupakan bahan baku ( precursor ) glukoneogenesis hati. Epinefrin juga
meingkatkan meningkatkan glukoneogenesis di ginjal. Kortisol dan growth hormon berperan
dalam hipoglikemia yang berlangsung lama, dengan cara melawan kerja insulin di jaringan
perifer (lemak dan otot) serta meningkatkan glukoneogenesis.

Konsentrasi glukosa plasma normalnya antara 60 –110 mg/dL (3.9 –6.1 mmol/L) pada
keadaan puasa. Diantara makan dan selama puasa, level glukosa plasma dijaga oleh
produksi glukosa endogenous, hepatic glycogenolysis , dan hepatic (dan renal)
gluconeogenesis. Meskipun cadangan glikogen hepar biasanya cukup untuk menjaga level
lukosa plasma selama 8 jam, tenggang waktu ini dapat menjadi lebih pendek jika kebutuhan
glukosa meningkat misalnya pada keadaan meningkatnya aktivitas fisik atau jika simpanan
glikogen menurun oleh keadaan sakit atau kelaparan. (Fauci et al, 2008)
Gambar 1. Fisiologi counterregulation glukosa —Mekanisme tubuh yang normal terjadi untuk
mencegah atau mengkoreksi keadaan hipoglikemia. Pada diabetes dengan defisiensi insulin, respon
counterregulatory—menekan jumlah insulin dan peningkatan jumlah glukagon —hilang, dan stimulasi
terhadap respon diperkuat. (fauci et al, 2008)

Selain peningkatan jumlah insulin, hipolikemia pada diabetes juga merupakan akibat
menurunnya pertahanan fisiologi terhadap penurunan glukosa plasma. Menurunnya
mekanisme counterregulation sebagai pertahanan fisiologi menyebabkan hilangnya alarm
alami terhadap keadaan hipoglikemia. (Fauci et al, 2008).

Puasa / intake kurang

Glikogenolisis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun < 60 mg/dl


Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon SSP

Respon Otak Respon Vegetatif

 

Kortek serebri Pelepasan norepinefrin &

kurang suplai energi ( < 50mg/dl) adrenalin

 

Kekaburan yang dirasa dikepala Takikardia, pucat, gemetar,

Sulit konsentrasi / berfikir berkeringat

Gemetar 

Kepala terasa melayang Tidak sadar

Gangguan proses berfikir Stupor, kejang, koma

Manifestasi Klinis

Terdapat kriteria Whipple’s triad menjelaskan tentang manifestasi hipoglikemia yaitu:


(1) munculnya tanda-tanda dan gejala hipoglikemia, (2) didapatkan hasil pengukuran kadar
glukosa darah yang rendah (3) gejala akan hilang setelah konsentrasi glukosa plasma naik.
Batas bawah kadar glukosa puasa adalah 60 mg/dL (3.9 mmol/L) (Fauci et al, 2008). Kadar
glukosa dibawah <60 mg/dL (3.0 mmol/L) disertai dengan adanya dengan munculnya
gejalagejala dan membaik setelah kadar glukosa darah naik setelah koreksi disebut sebagai
hipoglikemia ( Watkins, 2003; Fauci et al, 2008; NIDDK, 2008).

Tanda-tanda hipoglikemia antara lain: rasa lapar, gemetar, gelisah, berkeringat,rasa


lemah atau melayang, mengantuk, bingung, kesulitan untuk berbicara, cemas, lemah,
sampai pada penurunan kesadaran.( NIDDK, 2008).
Tanda-tanda Hipoglikemia

Early Warning/ Fase palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan,


pertama yaitu gejala- gejala yang rasa lapar dan mual (glukosa turun <60 mg)
timbul akibat aktivasi pusat
autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormone epinefrin

Neurogylcopenia atau Fase Ringan Double vision, kesulitan konsentrasi dan


Kedua yaitu gejala- gejala yang kesulitan berbicara
terjadi akibat mulai terjadinya
Sedang Konfusi, perubahan tingkah laku dan gelisah
gangguan fungsi otak
(pada anak-anak)

Berat Berbaring dengan keringat dingin, hemiplegi


pada lansia (jarang) dan epilepsi pada anak-
anak

Penatalaksanaan

Penanganan hipoglikemia dapat secara oral dengan menggunakan tablet glukosa


atau glukosa-dalam cairan, permen, atau makanan jika pasien dalam keadaan sadar dan
berkeinginan (Fauci et al 2008; NIDDK, 2008). Dosis initialnya 20 g glukosa. Jika pasien
tidak mampu atau tidak mau, karena keadaan neuroglycopenia, untuk mengkonsumsi
karbohidrat secara oral, maka perlu pemberian karbohidrat secara parenteral. Glukosa intra
vena diberikan dan diikuti penggunaan infuse glukosa yang disertai monitoring pengukuran
glukosa plasma serial. Jika terapi intravena tidak praktis, gunakan glukogon secara
subkutan dan intramuscular (1.0 mg in adults), biasanya pada pasien dengan diabetes
mellitus tipe 1. Karena tindakan ini menstimulasi glikogenolisis, tindakan ini tidak efektif pada
individu dengan penurunan jumlah glikogen (misalnya, orang dengan hipolkemia akibat
alcohol). Hal ini juga akan menstimulasi sekresi insulin sehingga kurang berguna pada
diabetes mellitus tipe 2. Penanganan ini hanya meningkatkan glukosa plasma sementara,
pasien harus segera makan untuk mengembalikan cadangan glukosa. (Fauci et al, 2008)

Pada pasien tidak sadar, penangan di rumah sakit segera dibutuhkan.pasien pada
keadaan tidak sadar perlu diposisikan dalam posisi recovery, dan dibuka jalan nafasnya.
Ukur kadar gula darahnya, untuk memberikan data bahwa pasien memang benar dlam
keadaan koma hipoglikemia. Pencegahan hipoglikemia berulang memerlukan pemahaman
tentang mekanisme yang terjadi pada keadaan hipoglikemia. Penggunaan obat dapat distop
atau dengan cara pengurangan dosis. Hipoglikemia akibat sulfonylurea dapat berlangsung
dalam hitungan jam, bahkan hari. Jika penyebabnya penyakit kritis maka harus segera
diobati. Kurangnya kadar hormone kortisol dan growth hormon dapat segera diganti.
Pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi dari tumor dapat mencegah hipoglikemia
meskipun tidak dapat menyembuhkan tumornya. (Fauci et al, 2008)

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

Pengkajian

1. Pengkajian primer :

a. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputumatau benda asing yang

menghalangi jalan nafas

b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasanc.

c. Circulation : kaji nadi, capillary refill

2. Pengkajian sekunder

Pengkajian head to toe

a. Data subyektif :

» Riwayat penyakit dahulu

» Riwayat penyakit sekarang

» Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau


penyakitpenyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan
social, obatobatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin
atau obat antihiperglikemik oral.
b. Data Obyektif

1) Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitasLetargi/disorientasi, koma

2) Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada


ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi
vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

3) Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan

kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

4) Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih


(infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning,
poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat),
urinberkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan
menurun, hiperaktif (diare)

5) Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan

glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus,


penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik
dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

6) Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi,
gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan


palpitasi, tampak sangat berhati-hati

8) Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung


adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat

9) Keamana

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot

pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)

10) Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita

11) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat,
penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

a) Airway (jalan napas)

Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan


kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/dadanya benda asing

Intervensi :

Ø Kaji adanya sumbatan jalan napas (lidah jatuh ke belakang, sputum) sehubungan
dengan penurunan kesadaran

R/ adanya sumbatan mempengaruhi proses respirasi

Ø Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan

R/ Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan

Ø Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.

R/ sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir atau daun
telinga). Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Ø Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan.

R/ bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya mengik
mengindikasikan spasme bronkus atau tertahannya secret.

Ø Awasi tingkat kesadaran atau status mental dan Selidiki adanya perubahan.

R/ Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi.

Ø Pasang spatel

R/ Mencegah lidah jatuh ke belakang

b) Breathing (pernapasan)

Kaji adanya tanda kekurangan oksigen dan napas tersengal  – sengal , sianosis.

Diagnosa keperawatan ; Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan.

Tujuan :Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam

Kriteria hasil:

• RR 16-24 x permenit

• Ekspansi dada normal


• Sesak nafas hilang / berkurang

• Tidak suara nafas abnormal

Intervensi : 

Ø Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.

R/ frekuensi dan kedalaman pernapasan menunjukan usaha pasien mendapatkan oksigen.

Ø Auskultasi bunyi napas.

R/ Bunyi napas mungkinterjadi redup karena penurunan aliran udara.

Ø Pantau penurunan bunyi napas

R/ penurunan bunyi napas mengindikasikan

Ø Pertahankan posisi semi fowler.

R/ untuk mengurangi sesak yang dialami klien.

Ø Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernapasan

R/ mengindikasikan adanya kemajuan dalam pengobatan.

Ø Berikan oksigen sesuai advis Dokter

R/ Memaksimalkan sediaan O 2.

c) Circulation (sirkulasi)

Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,


takikardi

Diagnosa ; Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan. Ditandai dengan nekrosis

 jaringan dan depresi SSP

Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 1 jam.

Kriteria hasil :

• tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK


  tanda – tanda vital dalam batas normal
 tidak adanya penurunan kesadaran

Intervensi : 

Ø Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart.

R/ Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, dan perkembangan kerusakan SSP.

Ø Catat ada atau tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk dan
Babinski.

R/  Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah atau batang

otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien. Kehilangan refleks
berkedip mengisyaratkan adanya kerusakan pada daerah pons dan medulla. Tidak adanya
refleks batuk meninjukkan adanya kerusakan pada medulla. Refleks Babinski positif
mengindikasikan adanya trauma sepanjang jalur pyramidal pada otak.

Ø Pantau tekanan darah

R/ tekanan darah yang menurun mengindikasikan terjadinya penurunan aliran darah ke


seluruh tubuh.

Ø Evaluasi status gula darah

R/ Pemeriksaan status gula darah secara bertahap dapat membantu mengevaluasi


efektivitas terapi

Ø Kolaborasi pemberian terapi resusitasi cairan seperti dekstrose 40% intravena.

R/ Pemberian glukosa konsentrasi diatas 40 % dapat menyebabkan iritasi dan sudah tidak
dianjurkan. Responya biasanya cepat namun jika tidak, maka segera berikan infuse glukosa
10%.

Ø Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai.

R/ adanya gelisah menandakan bahwa terjadi penurunan aliran darah ke hipoksemia.

Ø Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi atau indikasi. Jaga
kepala pasien tetap berada pada posis netral.

R/ Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.

Ø Berikan oksigen sesuai indikasi


R/ Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi dan volume darah
serebral yang meningkatkan TIK.

d) Disability (kesadaran)

Kaji adanya terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

 ; Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.


Diagnose 

Tujuan : mencegah terjadinya resiko injury sehubungan dengan penurunan kesadaran.

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami injury.

Intervensi : 

Ø Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi.

R/ Memonilisasi rangsangan yang dapat menurunkan TIK

Ø Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.

R/ Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya

Ø Observasi TTV

R/ Mengetahui keadaan pasien

Ø Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena tekanan.

R/ Perubahan posisi secara teratur menyebabkan penyebaran terhadap BB dan


meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh

Ø Beri bantuan untuk melakukan latihan gerak.

R/ melakukan mobilisasi fisik dan mempertahankan kekuatan sendi

e) Exposure.

Pada exposure perlu dilakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi


adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya luka/infeksi
pada bagian tubuh klien / pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo (editors). Harrison’s

Principles of Internal Medicine 17th edition. 2008. The McGraw-Hill Companies, Inc.

National Institute of Diabetes and digestive and Kidney Disease. Hypoglycemia. 2003. US
Department of Health and Human Service.

Rizza, Robert A. and F. John Service. Goldman: Cecil Medicine, 23rd ed. 2007. Saunders
Elsevier.

Seogondo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 2006. Jakarta: FKUI.

Soemadji. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 2006. Jakarta: FKUI.

Tjokroprawiro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 2006. Jakarta: FKUI.

Watkins, Peter J. ABC of Diabetes. 2003. BMJ Publishing Group Ltd.

Anda mungkin juga menyukai