Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOGLIKEMIA
DIRUANG MAWAR PINK RSUD SIDOARJO

DISUSUN OLEH :
SILVIA NADIYATUL ULA
201914201026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK

2023/2024
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita
diabetes mellitus. Hipoglikemia juga disebut sebagai penurunan kadar gula darah yang
sudah ada, suatu kondisi dimana kadar glukosa berada di bawah normal yang dapat
terjadi karena ketidakseimbangan antara yang dimakan, aktivitas fisik dan obat yang
digunakan.
Tipe hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Sekunder (Secondary)
Sebagai suatu tanggapan menekankan dari neonatus sebagai akibat terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
2. Berulang (Recurrent)
Disebabkan oleh adanya kerusakan
B. Etiologi
1. Takaran dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat memasukan obat insulin, wajib memahami takaran dosis yang akan diinjeksi
sinkron syarat gula darah saat ini. terkadang pasien tidak mampu menyatukan kadar
gula darahnya sebelum disuntik, sebagai akibat takaran suntikkan tidak sesuai dengan
kadar gula darah waktu itu. Jika memakai insulin injeksi, pasien wajib memonitor
atau memeriksa gula darahnya sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita DM berusaha untuk mengkonumsi insulin dengan maksimal 2 kali sehari
dan minum obat sebelum makan. Insulin dalah harus seimbang dengan makanan yang
diterima. Jika makanan yang dikonsumsi tidak seimbangan maka terjadi
hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat
Aktivitas olahraga yang terlalu berat memiliki efek seperti insulin. Saat berolahraga,ia
melepaskan banyak glukosa darah sehingga kadar glukosa dalam darah akan
menurun. Oleh karena itu olahraga adalah cara yang baikvuntuk menurunkan kadar
glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol dapat menyebabkan kesulitan pada saat glukosa yang di keluarkan berasal
dari hati yang menyebabkan kadar darah menurun.
5. Memakai insulin tipe yang salah pada malam hari
Dalam pengobatan diabetes secara intensif pasien harus minum obat diabetes di
malam hari, terutama yang bekerja lambat. Jika pasien salah minum obat, misalnya
pasien minum insulin kerja cepat di malam hari, saat bangun pagi anda mengalami
hipoglikemia.
6. Kesalahan dalam pemberian obat dan makanan
Usahakan untuk meminum setiap obat insulin sesuai waktu yang dianjurkan. Anda
harus memahami dan mempelajari dengan baik kapan obat harus diinjeksi atau
diminum agar kadar glukosa darah
7. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia sebelum terjadi mempunyai efek yang masih terasa untuk beberapa
waktu bahkan jika Anda merasa lebih baik sekarang, itu tidak menjamin bahwa Anda
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2015) tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu
fase pertama gejala yang muncul. Yaitu aktivitas pusat otonom di hipotalamus sehingga
hormon epinefrin dilepaskan. Gejalanya berupa jantung berdebar-debar, berkeringat
banyak, gemetar, takut, lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%). Fase kedua dari gejala
yang terjadi akibat timbulnya gangguan fungsi otak, gejalanya adalah pusing, penglihatan
kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya kemampuan motorik halus halus, kesadaran
menurun, kejang-kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
Manifestasi yang muncul berdasarkan teori yang ada antara lain kebingungan,
kantuk, kesulitan berbicara, inkoordinasi, perilaku menyimpang (tidak wajar), gangguan
penglihatan, dan parestesia. Keadaan ini dapat berkembang menjadi hipoglikemia berat
yang ditandai dengan gangguan kesadaran, koma bahkan kematian (Cryer, 2010; Cryeret
al, 2003)
D. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain: Gejala
hipoglikemia dikategorikan ke dalam neuroglikopenia, yaitu gejala yang berhubungan
langsung dengan otak ketika terjadi kekurangan glukosa darah. Otak sangat bergantung
pada glukosa darah yang terus menerus untuk mendorong metabolisme dan dukungan
kognitif. Jika kada glukosa darah menurun maka disfungsi kognitif tidak bisa dihindari.
Gejala hipoglikemia yang kedua, bersifat autonom, yaitu gejala yang terjadi akibat dari
aktivasi sistem simpato-adrenal yang mengakibatkan perubahan persepsi fisiologi.
E. Patofisiologi
Ada berbagai macam penyebab diabetes mellitus menurut Price, (2012) dan
Kowalak (2011) yang menyebabkan defisiensi insulin, kemudian menyebabkan glikogen
meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) dan
menyebabkan peningkatan metabolisme lemak. Kemudian akan terjadi proses
pembentukan keton (ketogenesis). Peningkatan keton dalam plasma akan mengakibatkan
ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium akan menurun serta pH serum menurun
dan terjadi asidosis. Glukosuria juga menyebabkan keseimbangan kalori negatif, yang
menyebabkan rasa lapar yang tinggi (polifagia). Penurunan penggunaan glukosa oleh sel
akan mengakibatkan penurunan produksi metabolisme energi sehingga tubuh menjadi
lemah (Price et al, 2012). Gangguan pada pembuluhan darah mengakibatkan penurunan
aliran darah ke retina yang mengakibatkan penurunan suplai nutrisi dan oksigen yang
menyebabkan penglihatan kabur. Akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan neuropati yang
mempengaruhi pada saraf perifer., sistem saraf otonom serta sistem saraf pusat (Price et
al, 2012). Pada hipoglikemia berat, fungsi susunan saraf pusat sangat terganggu, sehingga
pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya.
F. Pathway
Penurunan glukosa
plasma

Hipoglikemia

Penurunan konsentrasi
glukosa darah

Pelepasan epinefrin Epineprin Epineprin, kortisol Penurunan


merangsang dan hormon konsetrasi
lipolisis pertumbuhan insulin darah
Mual, muntah, dijaringan lemak mengurangi
napsu makan dan proteolisis penggunaan
menurun diotot glukosa Peningkatan
konsentrasi
Glukagon dan glukagon dan
Defisit nutrisi Berkeringat,
epineprin di epineprin
gemeteran,akral
dingin,pingsan sekresi
dan lemah Penurunan
kesadaran pada
Glukagon
konsentrasi
Perfusi meningkatkan
glukosa darah
perifer tidak glikogenolisis
efektif dan
glukoneogenesis Depresi pusat
pernapasan

Penurunan energi
Pola napas
metabolik
tidak efektif

Ketidakstabilan
kadar glukosa
darah
G. Komplikasi
Komplikasi perubahan tingkat kesadaran selalu dapat menyebabkan gangguan
pernapasan, selain itu hipoglikemia juga dapat menyebabkan kerusakan otak akut,
hipoglikemia berat yang berkepanjangan bahkan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologi sedang sampai berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan sistem
saraf pusat yang biasanya ditandai dengan Perilaku dan pola bicara yang tidak normal
(Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan
koma hingga kematian.
H. Pemeiksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum pemberian 75 gram)
dan nilai normal antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan menggunakan bahan darah untuk mendapatkan kadar gula darah yang
sebenarnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil pemeriksaan dalam 2- 3 bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
berkisar 4- 6%. Semakin tinggi akan menunjukkan bahwa orangtersebut menderita
DM dan beresiko mengalami komplikasi.
4. Elektrolit
Terjadi peningkatan kreatinin jika fungsi ginjal sudah terganggu.
5. Leukosit
Meningkat jika ada terjadi infeksi.
I. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
Pemberian terapi farmakologis harus diikuti dengan pola makan dan pola hidup sehat.
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan obat suntik, yaitu :
a. Obat anti hiperglikemia oral
Menurut perkeni, (2015) berdasarkan cara kerjannya obat ini dibedakan menjadi
beberapa golongan, antara lain :
1) Pemacu sekresi insulin : Sulfonilurea dan Glinid
Efek utama obat sulfonilurea adalah merangsang sekresi insulin oleh sel
betapancreas. Tindakan obat glinid sama dengan cara kerja obat sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan fase pertama sekresi insulin.
2) Penurunan sensivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)
Efek utama metformin adalah menurunkan produksi glukosa hati dan
meningkatkan glukosa perifer. Sementara itu, efek Tiazolidindinon adalah
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkat glukosa, sehingga meningkatkan glukosa di perifer.
3) Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
Fungsi obat ini bekerja dengan memperlambat penyerapan glukosa di
usushalus, sehingga memiliki efek menurunkan kadar gula darah dalam tubuh
setelah makan.
4) Penghambat DPP – IV (Diprptidyl Peptidase – IV)
Penghambat DPP-IV berfungsimmenghambat kerja enzim DPP-IV sehingga
GLP-1 (Glucosa Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi tinggi dalam bentuk
aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan
sekresi glukagon sesuai kadar glukosa darah (glucose dependent).
b. Kombinasi obat oral dan suntikan insulin
Kombinasi obat dan insulin yang banyak digunakan adalah kombinasi dari obat
oral dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang
diberikan pada malam hari sebelum tidur. Terapi semacam itu biasanya dapat
mengontrol kadar glukosa darah dengan baik jika dosis insulin kecil atau cukup.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Berisi tentang biodata pasien meliputi (nama, umur, jenis kelamin, agama
pendidikan, pekerjaan, suku, alamat, diagnosa medis). Penyakit hipoglikemia bisa
dirasakan oleh berbagai kalangan, gender, dan juga usia. Hipoglikemia dapat dipicu
oleh penggunaan insulin atau obat glikemik oral, hiperinsulinemia, endokrinopati,
disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis (PPNI, 2017). Keadaan ini juga terjadi pada
sebagian pasien DM tipe 2 yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian yang
menyebabkan pasien berobat (Hidayat, 2021). Pasien hipoglikemia yang mengalami
ketidakstabilan kadar glukosa darah akan mengeluhkan terjadinya penurunan
kesadaran akibat suplai glukosa ke otak tidak maksimal (Mansyur, 2018). Selain itu
pasien biasanya menunjukkan tanda dan gejala seperti mengantuk, pusing, gangguan
koordinasi, palpitasi, mengeluh lapar, gemetar, kesadaran menurun, perilaku aneh,
sulit bicara, berkeringat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM, adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
atheroskelosis, dan gejala-gejala awal diabetes seperti poliuria, polidipsi, polifagia,
kulit kering dan penurunan berat badan (Brunner & Suddart, 2015).
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya rasa kesemutan, kapan menurunnya perabaan dan
terjadinya luka, penyebab terjadinya luka, serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
DM . (Hidayat, 2021)
6. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita. (stress, anxietas, depresi, peka rangsangan, tergantung pada orang lain)
(Bachrudin dan Najib, 2016)
7. Riwayat Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap penyakit dan
kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang klien anut. Bagaimana aktivitas
spiritual klien selama klien menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang
menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk kesembuhannya.
8. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, rambut beruban tampak bersih.
- Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera putih,
ketajaman pengelihatan kurang baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat tanda infeksi, tidak
menggunakan alat bantu dengar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Hidung
Inspeksi : Tidak tampak adanya lesi, perdarahan, sumbatan maupun tanda
gejala infeksi, tidak ada bengkak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
- Mulut dan gigi
Inspeksi : Warna mukosa bibir pucat, tampak kering, tidak ada lesi, jumlah
gigi lengkap, tidak terdapat perdarahan dan radang gusi.
- Wajah :
Inspeksi : Wajah tampak pucat, tidak terdapat edema
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
- Leher
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembengkakan, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, nadi karotis teraba.
- Dada/ thoraks
Inspeksi : Bentuk dada normal chest, tidak tampak adanya pembengkakan
gerak dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Gerak dada simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada jantung
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara jantung S1 S2 reguler, murmur (-)
- Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan.
Palpasi : Tidak teraba adanya penumpukan cairan, terdapat nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
B. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
1. Ds :
- Mengantuk
- Pusing
- Palpitasi Efek Agen Ketidakstabilan
Do : Farmakologis Kadar Glukosa
- Gangguan koordiasi Darah
- Kadar glukosa dalam darah/urin
rendah
- Kesadaran menurun
- Sulit bicara
- Berkeringat
- Gemetar
2. Ds :
- Dispnea
- Ortopnea Penurunan Energi Pola Nafas Tidak
Do : Efektif
- Penggunaaan otot bantu pernafasan
- Pola nafas abnormal
- Pernafasan cuping hidung
3. Ds :
- Mengeluh lelah
- Merasa lemah
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah Kelemahan Intoleransi Aktivitas
beraktivitas
Do:
- Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
- Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
- Sianosis
4. Ds : - Faktor Psikologis (Mis. Resiko Defisit
Do : - stres, keengganan untuk Nutrisi
makan)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Efek Agen Farmakologis dibuktikan
dengan pasien mengalami penurunan kesadaran dan sulit bicara
2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Penurunan Energi dibuktikan dengan pasien mengeluh
sesak dan tampak menggunakan oksigen masker
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan dibuktikan dengan pasien merasa lemas dan
merasa sesak saat/setelah berativitas
4. Resiko Defisit Nutrisi b.d Faktor Psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
dibuktikan dengan nafsu makan pasien berkurang
D. Intervensi Keperawatan
No No. Dx Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
.
1. 1 Setelah dilakukan Observasi : 1. Untuk
(D.0027) intervensi keperawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala mengetahui tanda
selama 3x24 jam, hipoglikemia dan gejala
maka kestabilan kadar Terapeutik : hipoglikemia
glukosa darah 2. Berikan karbohidrat 2. Untuk membantu
meningkat dengan sederhana, jika perlu meningkatkan
kriteria hasil : 3. Pertahankan akses IV, jika kadar glukosa
1. Kesadaran perlu darah
meningkat 4. Berikan karbohidrat 3. Untuk
2. Lelah atau lesu kompleks dan protein sesuai memudahkan saat
menurun diet memasukkan
3. Mulut kering Edukasi : obat
menurun 5. Anjurkan monitor kadar 4. Untuk membantu
4. Kesulitan bicara glukosa darah meningkatkan
menurun 6. Ajarkan pengelolaan kadar glukosa
5. Kadar glukosa hipoglikemia (mis. tanda darah
dalam darah dan gejala, faktor resiko, 5. Untuk memonitor
membaik dan pengobatan kadar glukosa
hipglikemia) darah
Kolaborasi : 6. Untuk
7. Kolaborasi pemberian mengedukasi
dekstrose, jika perlu tentang gejala,
faktor resiko dan
pengobatan
hipoglikemia
7. Untuk membantu
meningkatkan
kadar glukosa
darah
2. 2 Setelah dilakukan Observasi : 1. Untuk memonitor
(D.0005) intervensi keperawatan 1. Monitor pola nafas pola nafas
selama 3x24 jam, 2. Monitor bunyi nafas 2. Untuk memonitor
maka pola nafas tambahan bunyi nafas
membaik dengan Terapeutik tambahan
kriteria hasil : 3. Posisikan semi-fowler atau 3. Untuk membantu
1. Dipsnea menurun fowler mengurangi rasa
2. Penggunaan otot 4. Berikan minum hangat sesak
bantu nafas 5. Berikan oksigen, jika perlu 4. Untuk membantu
menurun Edukasi : jika ada keluhan
3. Frekuensi nafas 6. Ajarkan teknik batuk efektif batuk
membaik Kolaborasi : 5. Untuk membantu
4. Kedalaman nafas 7. Kolaborasi pemberian mengurangi rasa
membaik bronkodilator, ekspektoran, sesak
mokolitik, jika perlu 6. Untuk
mengajarkan
teknik batuk
efektif
7. Untuk membantu
mengurangi rasa
sesak
3. 3 Setelah dilakukan Observasi : 1. Untuk
(D.0056) intervensi keperawatan 1. Identifikasi gangguan mengetahui
selama 3x24 jam, fungsi tubuh yang gangguan fungsi
maka toleransi mengakibatkan kelelahan tubuh yang
aktivitas meningkat 2. Monitor pola dan jam tidur mengakibatkan
dengan kriteria hasil : Terapeutik : kelelahan
1. Frekuensi nadi 3. Sediakan lingkungan 2. Untuk memonitor
meningkat nyaman dan rendah pola dan jam
2. Keluhan lelah stimulus (mis. cahaya, tidur
menurun suara, kunjungan) 3. Untuk
3. Dispnea 4. Fasilitasi duduk disisi menyediakan
saat/setelah tempat tidur, jika tidak lingkungan
beraktivitas dapat berpidah atau berjalan nyaman dan
menurun Edukasi : rendah stimulus
4. Tekanan darah 5. Anjurkan tirah baring 4. Untuk membantu
membaik 6. Anjurkan melakukan mengurangi rasa
5. Frekuensi nafas aktivitas secara bertahap lemas
membaik Kolaborasi : 5. Untuk
7. Kolaborasi dengan ahli gizi menganjurkan
tentang cara meningkatkan tirah baring
asupan makanan 6. Untuk membantu
mengurangi rasa
lemas
7. Untuk membantu
meningkatkan
nafsu makan
4. 4 Setelah dilakukan Observasi : 1. Untuk memonitor
(D.0032) intervensi keperawatan 1. Monitor asupan makanan asupan makanan
selama 3x24 jam, 2. Monitor berat badan 2. Untuk memonitor
maka status nutrisi Terapeutik : berat badan
membaik dengan 3. Lakukan oral hygiene 3. Untuk membantu
kriteia hasil : sebelum makan, jikaperlu meningatkan
1. Porsi makan yang 4. Sajikan makanan secara nafsu makan
dihabiskan menarik dan suhu yang 4. Untuk membantu
meningkat sesuai meningatkan
2. Frekuensi makan 5. Berikan makanan tinggi nafsu makan
membaik kalori dan protein 5. Untuk
3. Nafsu makan Edukasi : meningkatkan
membaik 6. Ajarkan diet yang asupan nutrisi
4. Nyeri abdomen diprogramkan 6. Untuk
menurun Kolaborasi : mengajarkan diet
7. Kolaborasi pemberian yang
medikasi sebelum makan diprogramkan
(mis. pereda nyeri, 7. Untuk membantu
antiemetik), jika perlu meningatkan
nafsu makan
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi/pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang spesifik atas pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan dalam mengatasi masalah yang muncul pada pasien. Ukuran intervensi yang
diberikan kepada pasien dapat berupa dukungan pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi baik kesehatan fisik maupun mental, pendidikan kesehatan dan
lainnya untuk mencegah masalah keperawatan yang muncul. Kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan
sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru (Melizza, 2018).
F. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi yang di hasilkan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang di lakukan.
Sistem penulisan ini biasanya di tulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan
SOAP.
S: adalah hal-hal yang di temukan oleh klien secara subjektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
O: adalah hal-hal yang di temui oleh perawat secara objektif setelah di lakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari klien pada
tahapan evaluasi
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,sistem penulisan ini
dalam bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan.
DAFTAR PUSTAKA

Prastiwi, M. I., Purwanti, O. S., & Kep, M. (2021). Gambaran Pengetahuan Hiperglikemia dan
Hipoglikemia pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Karangpandan (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Rusdi, M. S. (2020). Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus. Journal Syifa Sciences and
Clinical Research (JSSCR), 2(2), 83-90.
Rusdi, M. S., & Afriyeni, H. (2019). Pengaruh hipoglikemia pada pasien diabetesmelitus tipe 2
terhadap kepatuhan terapi dan kualitas hidup. Journal of Pharmaceutical And Sciences,
2(1), 24-29.
Sari, Y. K. (2017). Pengalaman Pencegahan Dan Penanganan Hipoglikemia Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Kelurahan Sendang Mulyo Kota Semarang (Doctoral dissertation,
UniversitasMuhammadiyah Semarang).
Syarli, S., & Maulina, Y. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hipoglikemia
PadaDiabetes Melitus di RSUD Embun.
Valentina, D. C. D. (2021). Faktor Prediktif Prognosis Pasien dengan Ensefalopati Hipoglikemia.
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 9(1),117-123.

Anda mungkin juga menyukai