Oleh :
NIM : 2021.04.011
BANYUWANGI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa,
ANGRAINI WULANDARI
20210411
Menyetujui,
A. Pengertian
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum
glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme
sistem saraf. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah
rendah secara abnormal, terjadi jika gula darah turun dibawah 50-60mg/dl
(2,7 sampai 3,3 mmol/L) (Smelltzer & Bare, 2009).
B. Etiologi
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk mengalami hipoglikemia daripadaa penderita diabetes usia lanjut
yang sehat dan memiliki fungsi yang baik.
2. Kelebihan (ekses) Insulin
Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi,
konsumsi glukosa yang berkurang, produksi glukosa endogen berkurang
misalnya setelah konsumsi alkohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh
tubuh misalnya setelah berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap
insulin, penurunan ekskresi insulin misalnya pada gagal ginjal.
3. Ekses Insulin Disertai Mekanisme Kontra Regulasi Glukosa yang
Terganggu
Hipoglikemi merupakan interaksi antara kelebihan (ekses) insulin
dan terganggunya mekanisme kontra regulasi glukosa. Kejadian ekses
insulin saja belum tentu menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
4. Frekuensi Hipoglikemia
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi
kadar gula darah yang rendah dan mengalami gejala hipoglikemia pada
kadar gula darah yang lebih rendah daripada orang normal
5. Obat Hipoglikemi Oral yang Berisiko Menyebabkan Hipoglikemia
Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja
meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia. Obat- obat tersebut antara lain dipeptydil peptidase-4
inhibitor, glucagon-like peptide-1, golongan glinide, golongan
sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride.
6. Terapi Salisilat
Salisilat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi
insulin yang distimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion)
pada orang normal dan pasien diabetes
7. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemia karena apabila
kadar gula darah turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi
penurunan kadar insulin dan pelepasan glukagon, dan juga refleks simpato
adrenal.
8. Aktivitas Fisik/ Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga berperan dalam pencegahan dan
penanganan diabetes. Olahraga dapat memicu penurunan berat badan,
meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer,
meningkatkan pemakaian glukosa, dan kesehatan sistem kardiovaskuler.
9. Keterlambatan Asupan Glukosa
Berkurangnya asupan karbohidrat atau glukosa pada pasien
hiperglikemia karena terlambat makan atau menjalani puasa dengan tidak
mengurangi dosis obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia
karena berkurangnya asupan glukosa dari saluran cerna.
10. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh
penurunan glukoneogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkurangnya
asupan kalori.
(Lefebvre PJ & Scheen AJ, 2003; Soeatmadji, 2008; Younk LM,
Mikeladze M, Tate D, & Davis SN, 2011)
E. Patofisiologi
Ketergantungan otak menit demi menit pada suplai glukosa melalui
sirkulasi diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam
lemak bebas rantai panjang, kekurangan kadar cadangan glukosa sebagai
glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton. Otak
mengenali defisiensi energi tersebut ketika kadar glukosa serum turun secara
tiba-tiba sampai kadar sekitar 45mg/ dl.
Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap
hipoglikemia atau dari respon neurogliopenik. Hipotalamus bereaksi terhadap
kadar glukosa yang rendah untuk meningkatkan respons adrenergik, yang
mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan kecemasan. Tujuannya adalah
mengaktifkan hormon pengatur keseimbangan (glukagon, katekolamin,
kortisol, hormon pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar glukosa darah dan
melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan
glikogenolisis dan glukoneogenesis.
(Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013)
F. Pathway
Glukosa meningkat
HIPOGLIKEMIA
Glukagon meningkat Epineprin meningkat
Glikogenolisis
ketidaksetabilan kadar glukosa darah Gula darah menurun <60 mg/dl Defisit nutrisi
Dispnea
Hiperventilasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. Gula Darah Puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa sebelum diberi
glukosa 75 jam gram oral dan nilai normalnya antara 70-110mg/ dl
2. Hemoglobin Glikosilasi (HbAIc)
Memberikan indeks rata-rata pengendalian glukosa darah selama 2-3 bulan
sebelumnya, target 7% atau kurang
3. Glukosa darah 2 jam post prandial (normal < 140 mg/dl/2 jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5,2 mmol/L dan trigliserida
puasa <2,0 mmol/L
5. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin, serta leukositosis
(Rubenstein, Wayne, & Bradley, 2007)
I. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan
asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet
glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi (2011),
pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa
murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat
membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25%
biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan
kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat diberikan oleh
subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau
pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai
pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak
nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suaran nafas, kaji adanya
suara napas tambahan, dan kaji adanya trauma pada dadi. Jika napas tidak
memadai maka lakukan pemberian oksigen dan posisi semifowler.
3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta
fungsi neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas.
(Thim, Krarup, Grove, Rohde, & Lofgren, 2012)
b) Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian primer.
Pengkajian sekunder dilakukan ketika klien tidak mengalami syok atau
kondisinya mulai membaik. Pengkajian ini meliputi:
1. Status Kesehatan
Saat MRS
Saat Pengkajian
Penah Dirawat
Alergi obat/makanan
Riwayat Penyakit
d. Riwayat Psikososial
e. Kebiasaan
C. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa 1 : Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
pola nafas membaik.
kriteria hasil :
a. Frekuensi napas membaik, RR 16-20 kali/ menit
b. Penggunaan otot bantu pernapasan menurun
c. pernapasan cupping hidung menurun
d. Saturasi oksigen dalam batas normal
Interveni keperawatan:
1. Manajemen Napas Buatan (1.01012)
Observasi
Terapeutik
g. Penghisapan endotrakeal
h. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
j. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam
rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan
kesehatan (Ali 2016).
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi
(Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pemantauan objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P : Perencanaan selanjutnya stelah perawat melakukan analisis
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, J. M. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC) (5th ed.).
Mosby: Elseiver.
Lefebvre PJ, & Scheen AJ. (2003). Hypoglycemia (6th ed.). New York: Mc Graw
Hill.
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Kedokteran Klinis. Jakarta:
Erlangga.