HIPOGLIKEMI
Karawang 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum
glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik sistem
saraf. Kadar glukosa serum 50 – 55 mg /100ml ( N.55 – 115 mg / dl ) dan
adanya gambaran klinis sebagai petunjuknya.
Hipoglikemia adalah suatu komplikasi dari Diabetes Melitus dimana
gula dalam darah rendah yaitu kurang dari 60 mg/dl.
Seringkali sebagai komplikasi akut IDDM, tetapi dapat juga terjadi
pada NIDDM yang mendapatkan oral hipoglikemik.
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl.
agar dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa
dari berbagai sumber seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen,
glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin. Orang sehat akan segera
memproduksi Hormon insulin untuk menurunkan kembali kadar gula darah ke
level yang normal.
Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi Insulin, sehingga
Glukosa tidak bisa dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh
darah sehingga menimbulkan Hiperglikemia. Untuk menurunkan kadar gula
darah biasanya diberikan Insulin, namun karena dosis yang kurang tepat bisa
menimbulkan penurunan glukosa darah yang cepat.
Efek dari penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia, dengan
gejala yang ringan sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar
glukosa darah menurun, sistem syaraf simpatis akan terangsang. Terjadi
pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala : perspirasi, tremor,
takhikardia, palpitasi, gelisah dan rasa lapar.
Pada Hipoglikemia Sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik.
Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem syaraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan.
Pada Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi Hipoglikemia yang diderita, gejalnya : Disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran.
D. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setelah 6 jam
2. Glukagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan
3. TKTP
4. Bila tidak ada gangguan sistem syaraf pusat, diberi minuman cairan yang
mengandung karbohidrat
5. Monitor gula darah tiap jam jika perlu
E. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Persepsi – managemen kesehatan
Riwayat DM
Riwayat pemakaian insulin, oral hipoglikemic
Riwayat diet dan olah raga.
Riwayat periksa.
2) Nutrisi – metabolik
Merasa lapar
Mengeluh mual
3) Eliminasi
Mengeluh banyak mengeluarkan keringat.
4) Aktivitas – exercise
lelah, lemas.
Pingsan
5) Kognitif
Tidak ada konsentrasi.
Penglihatan kabur.
b. Pemeriksaan fisik
1) Cardiovaskular
Tachycardia, palpitasi, sinkope.
2) Integumen
Pucat, diaphoresis.
3) Neurologi
Iritable, perilaku tidak terkontrol, kejang, coma.
4) Muskuloskeletal
Kelemahan
c. Pemeriksaan diagnostik
Glukosa serum kurang dari 50 mg/ dl.
3. Evaluasi Keperawatan
a. Klien memiliki fungsi cerebral yang optimal
Krteria :
Dapat berorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
Tekanan darah dalam batas normal.
HR lebih 60 dan kurang dari 100 x/menit, irama teratur.
RR < 25 x/menit.
Glukosa serum stabil 70 – 110 mg/100 ml.
b. Klien tidak mengalami injury
Kriteria :
Tidak jatuh.
Tidak kejang.
Tidak aspirasi
Tidak cidera lidah.
c. Keluarga dan klien mengetahui penyakit, program terapi, aktivitas.
Kriteria :
Mampu menjelaskan penyakit, program terapi dan aktivitas dengan
bahasa sederhana.
Kooperatif dalam program tindakan.
Pathway
Puasa/ intake
kurang
Glikogenolisis
Gula darah
menurun < 60
mg/dl
Penurunan nutrisi
jaringan otak
Respon SSP