HIPOGLIKEMIA
Disusun Oleh :
Ajeng Kalpiko Hefita Muntamah
120007
LAPORAN PENDAHULUAN
5. Pathway
Sumber : (PPNI,2018)
6. Manifestasi Klinis
Menurut (Price dan Wilson, 2012) pasien dengan diabetes tipe 2 sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya di buat berdasarkan
pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Gejala
dan tanda-tanda DM dapat di golongkan menjadi yaitu:
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak
menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang di
tunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu: a. Banyak makan (poliphagi).
b. Banyak minum (polidipsi). dan banyak kencing (poliuri)
MAL Keadaan tersebut, jika tidak segera di obati maka akan timbul gejala banyak
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak
lekas diobati, akan timbul rasa mual, H
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita DM adalah:
A. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum ALANG
C. . banyak kencing
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f.. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kacamata
h. Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi kranium: untuk mencari adanya fraktur, jika pasien mengalami
gangguan kesadaran sementara atau persisten setelah cedera, adanya tanda fisik
eksternal yang menunjukkan fraktur pada basis cranii fraktur fasialis, atau tanda
neurologis fokal lainnya. Fraktur kranium pada regio temporoparietal pada pasien
yang tidak sadar menunjukkan kemungkinan hematom ekstradural, yang
disebabkan oleh robekan arteri meningea media (Ginsberg, 2007).
2. CT scan kranial: segera dilakukan jika terjadi penurunan tingkat kesadaran atau
jika terdapat fraktur kranium yang disertai kebingungan, kejang, atau tanda
neurologis fokal (Ginsberg, 2007). CT scan dapat digunakan untuk melihat letak
lesi, dan kemungkinan komplikasi jangka pendek seperti hematom epidural dan
hematom subdural (Pierce & Neil, 2014).
7. Komplikasi
Menurut teori (Jevon,2010) Hipoglikemia merupakan gangguan tingkat kesadaran
yang dapat berubah kapan saja yang dimana dapat menyebabkan gangguan
pernafasan, selain itu Hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak
akut. Hipoglikemia yang berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis, sampai dengan terjadinya gangguan neuropsikologis
berat karena efek Hipoglikemi berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya
di tandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal dan menurut Hipoglikemi
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
Hipoglikemi juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
8. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat
seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi
makanan rigan. Dalam Setyohadi (2011). Pada minuman yang mengandung
glukosa, dapat diberikan larutan glukosa mumi 20-30 gram (1½ 2 sendok makan).
Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia,
2011):
1. Dekstrosa Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya
diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25% biasanya
diberikankepada anak-anak.
2.Glukagon Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan
kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan
(SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini
dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan
secara darurat.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
5. Pemeriksaan persistem
a. System persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indra, penglihatan,
pendengaran. penciuman, pengecap, dan perasa)
b. System persarafan (tingkat kesadaran nilai GCS, reflek bicara, pupil, orientasi
waktu dan tempat)
c. Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan jalan
nafas)
d. Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi, irama, kualitas dan frekuensi)
e. Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum,peristaltik, eliminasi)
f. Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka/lesi
g. Sistem reproduksi
h. Sistem perkemihan (nilai frekuensi b.a.k, volume b.a.k)
i. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk adakah kebiasaan
merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan.
2) Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan, dan
kelemahan otot)
3) Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah)
4) Pola eliminasi
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Persepsi diri dan konsep diri
8) Pola toleransi dan koping stres
9) Pola seksual dan reproduksi
10) Pola hubungan dan peran
11) Pola nilai dan keyakinan
Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI
Diagnosa
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Kalaborasi
Intervensi pendukung :
Terapi Relaksasi
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
DAFTAR PUSTAKA
Zuhroidah, I., Toha, M., Sujarwadi, M., & Huda, N. (2021). Hubungan Skor Awal GCS
dengan Outcome pada Pasien Cedera Kepala. JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 5(1), 51–56.
https://doi.org/10.33006/ji-kes.v5i1.247
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnose Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indicator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Diagnostik Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Ppni
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia