Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT :

HIPOGLIKEMIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :
Shafa Aprilianingrum S
J.0105.20.096

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT :
HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa)
yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11-
mg/dl ( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita
diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang
merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin,
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).
Menurut Setyohadi (2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b.  Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c.  Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d.  Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan
tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan
insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi
kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin.
Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.
Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik
atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa
oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan
dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa
darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80
mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
C. PATOFISIOLOGI
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun
hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi
sehingga dapat menghasilkan koma.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa
yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton
akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer.
2001).

D. MANIFESTASI KLINIK
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan,
jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan
koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil
insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan
gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi
dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi,
keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg
%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma
(glukosa darah 20 mg%).

E. PENATALAKSANAAN

1. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10-   20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet,
jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat
mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan
tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan
dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa
lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.       
      
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam
10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian
glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40
gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan
pemulihan, mengingat kerja    1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit
dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih
dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang
diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai
infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA

Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita


mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air
gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya
sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat
melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia
dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
F. KOMPLIKASI

Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan
otak akut, hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek
hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara abnormal (jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama
bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma
sampai kematian.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
c. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-
6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan
beresiko terjadinya komplikasi.
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas, terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak
b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersenggal-senggal, sianosis.
c. Circulation (sirkulasi)
Kebas, kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak
e. Exposure
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh, karena
hipoglikemia adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan
adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien.

2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama :
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM ataupenyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas, adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun anterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misalnya hipertensi dan jantung.
- SAMPLE
S : tanda dan gejala yang dirasakan klien
A : alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan, minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan peningkatan
napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
- Pengkajian nyeri (P,Q,R,S,T)
c. Tanda tanda vital
TD, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman pernapasan, dan penggunaan otot
bantu napas, suhu tubuh
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangrene, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi Infeksi.
4) Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/brakardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegali.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat berkemih
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangrene di ekstremitas
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, paresthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi

e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terdapat penyakit
penderita.
B. Analisa Data

N Masalah
Data Etiologi
O Keperawatan
1 DS : Penuaan, Bersihan Jalan
- Dipsnea keturunan,infeksi, Nafas Tidak
- Sulit bicara gaya hidup, Efektif
- Ortopnea kehamilan, obesitas
DO:
- Tidak mampu batuk Sel beta pancreas
- Sputum berlebih rusak/terganggu
- Mengi, wheezing, atau
ronkhi kering Produksi insulin
- Gelisah menurun
- Sianosis
- Pola nafas berubah Hipoglikemia

Penurunan nutrisi
jaringan otak

Penurunan glukosa
darah dalam otak

Penurunan
Kesadaran

Timbul secret di
jalan nafas

Reflek batuk
menurun
Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
2 DS: Penuaan, Penururan
- Pasien mengatakan kelelahan keturunan,infeksi, Curah Jantung
DO: gaya hidup,
- Klien tampak meringis kehamilan, obesitas
- Edema paru
- Asites Sel beta pancreas
- edema rusak/terganggu
- Klien tampak lemah
Produksi insulin
menurun

Hipoglikemia

Epineprin Meningkat

Glikogenolisis

Pengaktifan Saraf
Simpatis

Pelepasan Adrenalin

Takikardi, pucat,
gemetaran

Penurunan Curah
Jantung

3 DS: Penuaan, Ketidakstabilan


- Pasien mengatakan pusing dan keturunan,infeksi, kadar Glukosa
mengantuk gaya hidup, Darah
 Pasien mengeluh lapar kehamilan, obesitas

DO: Sel beta pancreas


- Kadar glukosa dalam darah rusak/terganggu
rendah
- Gemetar Produksi insulin
- Kesadaran menurun menurun
- Prilaku aneh
- Sulit bicara Hipoglikemia
- Berkeringat
Epineprin Meningkat

Glikogenolisis

Deficit glikogen pada


hepar

Gula darah menurun


<60 mg/dl

Ketidak stabilan
kadar glukosa
darah
4 Penuaan, Resiko Perfusi
keturunan,infeksi, Serebral Tidak
gaya hidup, Efektif
kehamilan, obesitas

Sel beta pancreas


rusak/terganggu

Produksi insulin
menurun

Hipoglikemia

Penurunan nutrisi
jaringan otak

Respon Sistem Saraf


Pusat

Kortek serebri
kurang suplai energy
<50mg/dl

Resiko Perfusi
Serebral Tidak
Efektif

5 Penuaan, Resiko Gangguan


keturunan,infeksi, Keseimbangan
gaya hidup, Cairan Dan
kehamilan, obesitas Elektrolit

Sel beta pancreas


rusak/terganggu

Produksi insulin
menurun

Hipoglikemia

Penurunan nutrisi
jaringan otak

Respon Sistem Saraf


Pusat

Respon Vegetatif

Adrenalin

Banyak Keringat

Resiko Gangguan
Cairan Dan
Keseimbangan
Elektrolit

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d adanya secret dijalan nafas
2. Penurunan Curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Ketidakstabilan kadar Glukosa Darah b.d Defisit glikogen pada hepar
4. Resiko Gangguan Perfusi Jaringan Serebral b.d kurangnya suplai oksigen ke otak
5. Resiko Ketidakseimbangan Cairan Dan Elektrolit b.d gangguan mekanisme
regulasi
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan 1x8 jam Intervensi Utama Intervensi Utama


diharapkan pasien menunjukkan pola Manajemen Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
napas yang efektif dengan kriteria Observasi Observasi
hasil : 1. Monitor pola nafas 1. Mengetahui frekuensi, kedalaman, irama
a. Frekuensi nafas dalam rentang 2. Monitor bunyi nafas tambahan pernafasan
normal (16-20x/m) 3. Monitor sputum 2. Mengetahui adanya suara nafas tambahan
b. Klien tidak kesulitan bernafas Terapeutik dan keefektifan jalan nafas
c. Tidak ada otot bantu nafas 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas 3. Sputum mengganggu proses pertukaran gas
d. Tidak ada penafasan cuping hidung dengan head-tlit dan chin-lift serta penghisapan
e. Saturasi oksigen dalam batas 2. Posisikan semi fowler atau fowler Terapeutik
normal 3. Berikan oksigen, jika perlu 1. Pasien dapat bernafas dengan mudah
Edukasi 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, memudahkan pernafasan
jika tidak kontraindikasi 3. Memaksimalkan bernapas dan menurunkan
Kolaborasi kerja napas
1. Kolaborasi pemberian Edukasi
bronkodilator, 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan peroral
ekspetoran,mukolitik, jika perlu Kolaborasi
Intervensi Pendukung 1. Untuk menurunkan spasme bronkus
Terapi Oksigen Intervensi Pendukung
Observasi Terapi Oksigen
1. Monitor kecepatan aliran oksigen Observasi
2. Monitor efektifitas terapi oksigen 1. Untuk melihat ada atau tidaknya aliran
3. Monitor tanda-tanda hipoventilasi oksigen yang masuk
4. Monitor tingkat kecemasan akibat 2. Untuk memantau efektifitas terapi
terapi oksigen oksigen
Terapeutik 3. Mengetahui adekuat oksigen yang ada
1. Bersihkan secret pada mulut, dalam tubuh pasien
hidung, dan trakea, jika perlu 4. Untuk mengetahu tingkat kecemasan
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas akibat terapi oksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika Terapeutik
perlu 1. Untuk memaksimalkan ekspansi paru
Edukasi 2. Pasien dapat bernafas dengan mudah
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara 3. Memaksimalkan bernfas
menggunkan oksigen di rumah Edukasi
Kolaborasi 1. Untuk memudahkan pasien menggunkan
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen oksigen di rumah
2. Kolaborasi penggunaan oksigen Kolaborasi
saat aktifitas dan atau tidur 1. Menurunkan beban pernafasan dan
mencegah terjadinya sianosis
2. Untuk meningkatkan kualitas aktifias
atau tidur
2. Setelah dilakukan tindakan 1x8 jam Intervensi Utama Intervensi Utama
diharapkan masalah penurunan curah Perawatan Jantung Perawatan Jantung
jantung dapat teratasi dengan kriteria Observasi Observasi
hasil : 1. Identifikasi tanda/gejala primer dan 1. Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
- Tanda-tanda vital dalam rentang gejala penurunan curah jantung serebral akibat primer dan penurunan curah
normal (meliputi dipsnea, kelelahan, jantung.
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak edema, ortopnea). 2. Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
ada kelelahan 2. Identifikasi tanda/gejala dan gejala serebral akibat sekunder dan penurunan curah
- Tidak ada edema paru, asites sekunder dari penurunan curah jantung
- Tidak ada penurunan kesadaran jantung (meliputi peningkatan berat 3. Autoregulasi mempertahankan aliran darah
badan, hepatomegaly, palpitasi, otak yang konstan
kulit pucat) 4. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda
3. Monitor tekanan darah dehidrasi dan mencegah syok hipovolemik
4. Monitor intake dan output cairan 5. Menurunnya saturasi oksigen atau
5. Monitor saturasi oksigen meningkatnya PCO2 menunjukkan perlunya
Terapeutik penanganan serius
1. Posisikan pasien semi fowler atau Terapeutik
posisi yang nyaman 1. Mencegah obsstruksi
2. Berikan diet jantung yang sesuai 2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis
(mis batasi asupan kafein, natrium, batasi asupan kafein, natrium, kolestrol,
kolestrol, dan makanan tinggi dan makanan tinggi lemak)
lemak) 3. Agar pasien dan keluarga hidup sehat
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk 4. Agar pasien merasa relaks
modifikasi hidup sehat 5. Dukungan keluarga dapat meningkatkan
4. Berikan terapi relaksasi untuk proses penyembuhan
mengurangi stress, jika perlu 6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
5. Beri dukungan emosional dan Edukasi
spiritual 1. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
6. Berikan oksigen untuk pasien
mempertahankan saturasi oksigen 2. Untuk mengetahui berat badan harian
>94% pasien
Edukasi 3. Untuk mengetahui intake dan output
1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai cairan
toleransi Kolaborasi
2. Anjurkan pasien dan keluarga 1. Untuk mencegah terjadinya aritmia
mengukur berat badan harian 2. Program khusus dapat dikembangkan
3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung
Pemantauan Neurologis Pemantauan Neurologis
Observasi
1. Monitor tingkat kesadaran Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
2. Monitor tanda-tanda vital mencegah atau meminimalkan komplikasi
3. Monitor status pernafasan neurologis
4. Monitor batuk dan refleks muntah
Terapeutik
1. Tingkatkan frekueni pemantauan
neurologis, jika perlu
2. Hindari antivitas yang dapat
meningkatkan tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan
sesuai kondisi pasien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

3. Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam Intervensi Utama Intervensi Utama


diharapkan kadar glukosa darah stabil Management Hipoglikemia Management Hipoglikemia
dengan kriteria hasil : Observasi Observasi
a. Kesadaran menngkat 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Mencegah terjadinya komplikasi
b. Lemah lesu menurun hipoglikemia 2. Mengidentifikasi kemungkinan
c. Kadar glukosa dalam darah membaik 2. Identifikasi kemungkinan penyebab penyebab hipoglikemia
hipoglikemia Terapeutik
Terapeutik 1. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat
1. Berikan karbohidrat sederhana, jika 2. Untuk mencegah gula darah turun terlalu
perlu rendah
2. Berikan glucagon, jika perlu 3. Agar dapat bernafas dengan mudah
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas Edukasi
Edukasi 1. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat
1. Anjurkan membawa karbohidrat 2. Untuk memantau kadar glukosa darah
sederhana setiap saat 3. Untuk mencegah komplikasi
2. Anjurkan memonitor kadar glukosa
darah
3. Ajarkan perawatan mandiri untuk Kolaborasi
mencegah hipoglikemia 1. Untuk menjaga asuoan makanan yang
Kolaborasi dibutuhkan tubuh
1. Kolaborasi pemberian dextrose, jika 2. Untuk menjaga asuoan makanan yang
perlu dibutuhkan tubuh
2. Kolaborasi pemberian glukagon,
jika perlu
Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung
Pemantauan nutrisi Pemantauan nutrisi
a. Observasi
 Identifasi faktor yang Mengumpulkan dan menganalisis data yang
mempengaruhi asupan gizi
(pengetahuan, ketersediaan berkaitan dengan asupan dan ststus gizi
makanan, agama/kepercayaan,
budaya)
 Ientifikasi perubahan berat
badan
 Identifikasi pola makan
 Identifikasi kemampuan untuk
menelan
 Monitor hasil laboratorium
(kadar kolesterol, albumin
serum, transferin, kreatinin,
hemoglobin)
b. Terapeutik
 Timbang berat badan
 Ukur antropometrik (indeks
masa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan
kulit)
 Hitung perubahan berat badan
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemamntauan
 Informasikkan hasil
pemantauan, jika perlu
4. Setelah dilakukan tindakan 1x8 jam Intervensi Utama Intervensi Utama
diharapkan gangguan perfusi jaringan Pemantauan Tekanan Intrakranial Pemantauan Tekanan Intrakranial
serebral dapat teratasi dengan kriteria Observasi Observasi
hasil : 1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Mengidentifikasi kelemahan atay
a. Tekanan sistol dan diastole dalam TIK kekuatan otot
rentang yang diharapkan 2. Monitor peningkatan TD 2. Aktivitas yang kontinu dapat
b. Tidak ada ortostatikhipertensi 3. Monitor pelebaran tekanan nadi meningkatkan tekanan intrakranial
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan 4. Monitor penurunan frekuensi 3. Untuk mengahui adanya pelebaran
tekanan intrakranial jantung tekanan nadi
d. Tingkat kesadaran membaik, tidak 5. Monitor penurunan tingkat 4. Perubahan frekuensi dan irama jantung
ada gerakan involunter kesadaran menujukkan komplikasi disritmia
6. Monitor tekanan perfusi serebral 5. Mengkaji adanya kecenderungan pada
Terapeutik tingkat kesadaran
1. Pertahankan posisi kepala dan leher 6. Untuk mengetahui keadaan pasien secara
netral umum
2. Atur interval pemantauan sesuai Terapeutik
kondisi pasien 1. Mempertahankan posisi tegak di tempat
Edukasi tidur
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 2. Untuk memantau kondisi pasien
pemantauan Edukasi
2. Informasikan hasil pemantauan, jika 1. Untuk memberikan informasi tujuan dan
perlu prosedur pemantauan
Intervensi Pendukung 2. Untuk menginformasikan hasil
Perawatan Sirkulasi pemantauan
Observasi Intervensi Pendukung
1. Periksa sirkulasi perifer (mis nadi Perawatan Sirkulasi
perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, ankle-brachial index) Mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan
2. Identifikasi factor resiko gangguan keterbatasan sirkulasi perifer
sirkulasi (mis diabetes, perokok,
orangtua, hipertensi, dan kadar
kolestrol tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan obat
penurun TD, antikoagulan, dan
penurun kolestrol jika perlu
2. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
3. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
5. Setelah dilakukan tindakan 1x8 jam Intervensi Utama Intervensi Utama
diharapkan masalah ketidakseimbangan Manajemen Cairan Manajemen Cairan
cairan dan elektrolit dapat teratasi Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Monitor status hidrasi Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan
1. Asupan cairan meningkat 2. Monitor berat badan harian cairan dan mencegah komolikasi akibat ketidak
2. Haluaran urine meningkat 3. Monitor hasil pemerikasan lab seimbangan cairan
3. Kelembaban membrane mukosa 4. Monitor status hemodinamik
4. Kadar serum elektrolit dalam Terapeutik
batas normal 1. Catat intake-ouput dan hitung
balance cairan
2. Berikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika
perlu
Manajemen Elektrolit
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala
ketidakseimbangan kadar elektrolit
2. Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
3. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
1. Berikan cairan, jika perlu
2. Berikan diet yang tepat
3. Pasang akses intravena, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan jenis, penyebab dan
penganganan ketidakseimbangan
elektrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian suplemen
elektrolit

Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung


Identifikasi Resiko Identifikasi Resiko
Observasi
1. Identifikasi resiko biologis Menemukan dan menganalisis kemungkinan
2. Identifikasi resiko secara berkala di faktor-faktor resiko yang dapat mengganggu
masing-masing unit kesehatan
3. Identifikasi resiko baru sesuai
perencanaan yang telah ditetapkan
Terapeutik
1. Tentukan metode pengelolaan
resiko
2. Lakukan pengelolaan resiko secara
efektif
3. Lakukan update perencanaan secara
regular
DAFTAR PUSTAKA

Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS


WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL.
Naskah publikasi UMS.pdf 2

Setyohadi,  Bambang.  2011. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan


Ilmu Penyakit Dalam

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPPPPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indones

Anda mungkin juga menyukai