Anda di halaman 1dari 95

PENERAPAN EARPLUG DAN EYEMASK TERHADAP KUALITAS

TIDUR PASIEN HIPERTENSI DI DESA SOMAGEDE RT 03 RW 09


BANYUMAS

KARYA TULIS ILMIAH

ADE ARRUM ROFIFAH


1711010011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020

i
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
PENERAPAN EARPLUG DAN EYEMASK TERHADAP KUALITAS
TIDUR PASIEN HIPERTENSI DI DESA SOMAGEDE RT 03 RW 09
BANYUMAS

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan D3

ADE ARRUM ROFIFAH


1711010011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020

ii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
iii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
iv
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
v
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul Penerapan earplug
dan eyemask terhadap kualitas tidur pasien. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Diploma pada Program Studi Keperawatan D3 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai


pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

(1) Dr. Anjar Nugroho, M.S.I., M.H.I selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto;
(2) Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
yang telah memberi berbagai informasi dan bimbingan tentang tata laksana
penyusunan Karya Tulis Ilmiah;
(3) Ns. Endiyono, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan D3
yang telah memberi berbagai informasi dan bimbingan tentang tata laksana
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan selaku dosen pembimbing yang telah
mengantarkan menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;
(4) Ns. Meida Laely Ramdani, MNS., yang telah memberikan berbagai masukan
dari penguji I kelayakan sebagai Ahli Madya Keperawatan D3;
(5) Ns. Asiandi, S.Kep., M.Sc., yang telah memberikan berbagi masukan dari
penguji II kelayakan sebagai Ahli Madya Keperawatn D3;
(6) Seluruh karyawan dan staf Akademika yang telah membantu proses
administrasi pengambilan tugas akhir (KTI) ini;

vi
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
(7) Bapak Pardi dan ibu Padmi serta saudara tercinta yang telah memberikan
bantuan dan dukungan baik material maupun moral
(8) Kawan-kawan seperjuangan Keperawatan D3 angkatan 2019/2020 Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu. Aamiin

Purwokerto, 16 Juni 2020

Penulis

vii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
kesempatan, kesehatan, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir jenjang pendidikan D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Semua yang telah penulis lakukan,
penulis akan mempersembahkan karya tulis ilmiah ini dengan tulus kepada :

1. Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan ridho, rizki ilmu,


kesabaran dan kemudahan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini;
2. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa’a, memberikan kasih sayang
yang tidak ada henti dan berjuang untuk saya kuliah di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto ini dan dorongan untuk terus maju demi
menggapai cita-cita;
3. Saudara-saudaraku yang sudah banyak membantu dan telah memberikan
semangat dan do’a;
4. Sahabat terdekat yang sudah memberikan motivasi, saran, dan kritik;
5. Seluruh teman-teman seperjuanganyang telah memberikan support,
motivasi, saran, dan kritiknya.
6. Semua pihak yang telah membantu proses pembuatan dan penyelesaian
Karya Tulis ini;

Akhir kata, semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan atas


segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis ni
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Aamiin

viii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
ix
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
THE APPLICATION OF EARPLUG AND EYE MASK TOWARDS
SLEEP QUALITY OP HIPERTENSION PATIENTS IN
SOMAGEDE VILLAGE RT 03 RW 09 BANYUMAS

Ade Arrum Rofifah1, Endiyono2

ABSTRACT

Background : Hypertension is a systemic increase of blood pressure that keeps


going on for a long period of time. It also requires a long process to happen. Sleep
becomes the most important part on the cycle of life and any disruption occurs
during sleeping will affect the health. Applying earplug and an eye mask can be
one relevant and logical way to prevent the disruption caused by the external
factors.
Aim : to apply earplug and eye mask towards the sleep quality of hypertension
patients in Somagede village Rt 03 Rw 09 Banyumas.
Method : This was descriptive research that involved 3 hypertension patients with
sleep disruption as the sample. This research used a questionnaire of PSQI (The
Pittsburgh Sleep Quality Index).
Results : The results showed that patients had a different quality of sleep seen
from the signs and symptoms. The questionnaire results showed that respondents
1, 2, and 3 had different sleep quality and blood pressure.
Conclusion : Three respondents had a bad quality of sleep with less than normal
sleep frequency.

Keywords: Application of Earplug and Eye Mask, Sleep Quality, Hypertension.

x
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
PENERAPAN EARPLUG DAN EYEMASK TERHADAP KUALITAS
TIDUR PASIEN HIPERTENSI DI DESA SOMAGEDE RT 03 RW 09
BANYUMAS

Ade Arrum Rofifah1, Endiyono2

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah di arteri yang


bersifat sistemik dan berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berlangsung
cukup lama.Tidur menjadi bagian penting pada siklus kehidupan dan setiap
gangguan yang terjadi pada saat tidur akan berdampak pada kesehatan. Earplug
dan Eye Mask adalah suatu cara yang relevan dan logis menutup telinga dan
masker penutup mata yang dapat digunakan untuk mencegah terbangunnya saat
tidur yang disebabkan oleh rangsangan eksternal.
Tujuan :Untuk mengimplementasikan tindakan Penerapan Earplug dan Eyemask
Terhadap Kualitas Tidur Pasien Hipertensi di Desa Somagede Rt 03 Rw 09
Banyumas.
Metode : Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 3 orang pasien yang terkena hipertensi dan gangguan
kualitas tidur. Penelitian ini menggunakan penerapan earplug dan eyemask
terhadap peningkatan kualitas tidur pasien hipertensi di desa somagede dengan
menggunakan kuesioner PSQI (The Pitssbrugh Sleep Quality Indexs).
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas tidur pasien di desa
Somagede berbeda-beda dilihat dari tanda dan gejala yang dialami pasien dilihat
dari hasil kuesioner menunjukan bahwa responden 1, responden 2, dan responden
3 hasil yanng diperoleh berbeda dan kualitas tidur pasien serta tekanan darah
berbeda.
Kesimpulan : Didapatkan ketiga responden dengan penderita hipertensi
mengalami kualitas tidur yang buruk dengan frekuensi tidur kurang dari batas
normal.

Kata kunci : penerapan earplug dan eyemask, kualitas tidur, hipertensi

xi
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
MOTTO

“Kecerdasan Bukan Penentu Kesuksesan

Tapi Kerja Keraslah

Yang Mampu Menentukan Kesuksesanmu

Yang Sebenarnya”

xii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................ix
ABSTRAK.......................................................................................................x
ABSTRACT.....................................................................................................xi
MOTTO ..........................................................................................................xii
DAFTAR ISI...................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................8
C. Tujuan Penelitian.......................................................................8
D. Manfaat Penelitian......................................................................8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Tidur.........................................................................11
B. Fisiologi Tidur............................................................................12
C. Tanda dan Gejala Gangguan Gidur............................................15
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur..............................15
E. Klasifikasi Gangguan Tidur.......................................................17
F. Pengukuran Kualitas Tidur........................................................19

xiii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
G. Pengertian Hipertensi.................................................................21
H. Jenis-Jenis Hipertensi.................................................................22
I. Klasifikasi Hipertensi dan Gejala Hipertensi.............................23
J. Diagnosa Hipertensi...................................................................24
K. Patofisiologi Hipertensi..............................................................25
L. Faktor Resiko Hipertensi............................................................27
M. Konsep Lansia Hipertensi..........................................................31
N. Eyemask dan Earplug.................................................................34
O. Bahan Earplug dan Eyemask.....................................................34
P. SOP Penggunaan Earplug dan Eyemask....................................35

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Rancangan Studi Kasus..............................................................37
B. Lokasi danWaktu Studi..............................................................37
C. Subjek Studi Kasus....................................................................37
D. Fokus Studi.................................................................................38
E. Definisi Oprasional....................................................................39
F. Instrumen Studi Kasus...............................................................40
G. Metode Pengumpulan Data........................................................40
H. Analisa Data dan Penyajian Data...............................................42
I. Etika Studi Kasus.......................................................................42

BAB IV. HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus.................................................................. 44
B. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan
Pola Tidur dan Hipertensi Pada Subjek Penelitian............... 45
C. Evaluasi Hasil Penerapan Earplug dan Eyemask Terhadap
Kualitas Tidur Pasien Hipertensi.......................................... 48
D. Pembahasan........................................................................... 51
E. Pengkajian Subjek Penelitian Pasien di Desa Somagede...... 51
F. Penerapan Earplug dan Eyemask Terhadap Kualitas Tidur
Sebelum dan Sesudah Pada Pasien
Hipertensi.............................................................................. 52
G. Pengaruh Penerapan Earplug dan Eyemask Terhadap
Kualitas Tidur Pasien Hipertensi di Desa Somagede............ 53
H. Keterbatasan.......................................................................... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

xiv
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
A. Kesimpulan.................................................................................59
B. Saran...........................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Oprasional...........................................................................34


Tabel 3.1 Karakteristik Responden...................................................................39
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Kualitas Tidur Pasien Hipertensi........................44

xvi
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Kualitas Tidur

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Respondn

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5 Lembar Bimbingan KTI

Lampiran 6 Lembar Perbaikan KTI

Lampiran 7 Lembar LDC

Lampiran 8 Dokumentasi

xvii
Penerapan Earplug dan..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik

negara maju maupun negara berkembang. Data World Health Organization

(WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita

hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita

hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita

hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada

2025 akan ada 1,5miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga

setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasi. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan

Timur dengan jumlah penduduk 3.742.194 jiwa pasien yang menderita

hipertensi sebesar 29,6% (Riskesdas) tahun 2013. Berdasarkan Kemenkes

tahun 2017 Kota Samarinda memiliki persentase 28,25% dengan

hipertensi. Diperkirakan bahwa sekitar 25% dari populasi orang dewasa di

dunia mengalami hipertensi, dan akan cenderung meningkat 29% pada

tahun 2025. Di Eropa, diperkirakan 37% -55% dari populasi orang dewasa

mengalami hipertensi. Prevalensi hipertensi bahkan lebih tinggi di


beberapa negara berkembang. (Chen,Xiao.F., Li, Lezhi.,

Zhou,Tao.,Li,Zhanzh an. 2014)

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan,

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah

suatu kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi.

Hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang

efek-efek kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder,

yang meliputi 5% dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik

pada salah satu organ atau sistem tubuh (Noviyanti,2015).

Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia Indonesia sebesar 45,9%

untuk umur 55-64 tahun 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur > 75

tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan

darah pada umur > 18 tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di

2 Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan selatan (30,8%)

Kalimantan timur (29,6%). (Balitbang Kemenkes RI,2013).

Data Dinas Kesehatan Provensi Jawa Tengah tahun 2013

menunjukkan kasus hipertensi sebesar 58,84 % atau sekitar 629.153 dari

1.069.263 kasus penyakit tidak menular (PTM) di Provensi Jawa Tengah.

Sedangkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo terdapat kasus

hipertensi sebesar 79% atau 20.906 dari 531.318 (Dinkes,2017).

Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu, faktor

yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gayahidup, stress dan

faktor yang tidak dapat di kenali seperti usia, riwayat keluarga, jenis

2
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
kelamin (Junaedi, 2013).Terapi lain yang direkomendasikan adalah

akupunktur, teknik pijatan pada tubuh, mind body techniques, pijat, dan

metode lain yang dapat membantu meringankan gejala dan meningkatkan

kondisi kesehatan fisik serta mental (Deng & Cassileth, 2005; Potter &

Perry, 2011).Penanganan gangguan tidur pasien di rumah dapat diatasi

dengan mengatur sistem pencahayaan, dengan tingkat pencahayaan

lingkungan yang tepat dalam membantu pasien menimbulkan perasaan

tenang dan nyaman. (Engwall, Fridh, Johansson, Bergbom & Lindhal,

2015).

Banyak faktor dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas

tidur. Hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami gangguan tidur tidak

hanya disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan dari beberapa faktor,

misalnya seseorang yang memiliki suatu penyakit yang menimbulkan rasa

nyeri, mereka akan mengalami gangguan ketika tidur karena merasakan

ketidaknyamanan fisik yang berakibat kepada berkurangnya jumlah jam

untuk tidur (Alsaadi et al., 2014).

Hubungan antara tidur dengan hipertensi terjadi akibat aktivitas

simpatik pada pembuluh darah sehingga seseorang akan mengalami

perubahan curah jantung yang tidak signifikan pada malam hari.

Penurunan pada resistansi pembuluh darah perifer menyebabkan

penurunan nokturnal normal pada tekanan arteri. Aktivitas saraf simpati

saat tidur meningkat secara signifikan dan sangat bervariasi selama REM (

3
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Rapid Eye Movement)dibandingkan dengan waktu bangun tidur. Tekanan

darah mendekati tingkat terjaga selama komponen pada tahap REM

( Rapid Eye Movement)terlewati, dan sensitivitas baru meningkat selama

tidur. Namun, kondisi demikian lebih efektif untuk meningkatkan

penjagaan pada tekanan darah selama episode REM ( Rapid Eye

Movement) terjadi pada akhir periode tidur dari pada malam sebelumnya.

Hal ini berkaitan dengan pola tidur. Tidur yang tidak normal terlibat dalam

patogenensis prehypertension non dipping dan kemudian pada gangguan

hipertensi pada kualitas tidur menyebabkan hipertensi. Beberapa penelitian

yang telah dilakukan ada yang bersifat subjektif maupun objektif, tetapi

keduanya memberikan hasil positif bahwa terdapat hubungan antara pola

tidur dan risiko hipertensi. Penelitian yang dilakukan selama 20 tahun

terakhir masih berfokus kepada faktor yang mungkin muncul karena

hubungan secara langsung masih belum terlihat secara jelas. (Roshifanni,

2007)

Tidur sangat penting untuk kesehatan yang optimal dan vitalitas,

sebuah studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit tahun 2008

berdasarkan laporan, 11% orang dewasa di Amerika Serikat tidak

mendapatkan istirahat yang cukup atau kurang tidur. tidak mengherankan

bahwa para peneliti menemukan hubungan antara kualitas tidur yang

buruk dan perilaku kesehatan yang negatif dan akibatnya (Bansil et

al,2011).

4
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Bukti kuat telah terakumulasi selama beberapa tahun terakhir,

menunjukkan kuantitas atau kualitas tidur yang rendah memainkan peran

penting dalam peningkatan tekanan darah. Epidemiologi dan bukti klinis

menunjukkan bahwa individu dengan durasi tidur yang lebih pendek

memiliki tekanan darah tinggi dan kurang tidur dapat meningkatkan

hormon kortisol dan sistem saraf simpatis (Haack,Monika.,Serrador,J.,

Cohen,D., Simpson,N., Meier-Ewert,H., Mullington,J.,2014).

Tidur menjadi bagian penting pada siklus kehidupan dan setiap

gangguan yang terjadi pada saat tidur akan berdampak pada kesehatan.

Pada hakekatnya, gangguan jangka panjang yang ditakuti adalah kejadian

hipoksemia (penurunan kadar oksigen dalam darah) kronik. Hal inilah

yang sering terjadi pada pasien gangguan tidur. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Bansil et al (2011), dari orang-orang dengan

gangguan tidur, sleep apnea adalah jenis yang paling umum dari gangguan

tidur (4,4%), diikuti oleh insomnia (1,2%) dan Restless Legs Syndrome

(1,2%). Kekurangan oksigen dalam darah untuk jangka waktu yang

panjang juga akan menyebabkan kekurangan kadar oksigen pada jaringan

tubuh, baik karena gangguan sumbatan saluran napas (ditandai dengan

mendengkur) seperti OSA maupun gangguan sentral (di otak). Akibatnya,

pada pasien gangguan tidur terbukti ditemui juga beberapa kondisi, seperti

hipertensi, stroke, infark jantung, diabetes, dan gangguan ereksi

(Prasadja,2009). Salah satu gangguan tidur adalah Obstructive Sleep

Apnea (OSA). OSA merupakan faktor risiko yang kuat dan independen

5
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
untuk penyakit hipertensi, terutama hipertensi resisten, dan penyakit

kardiovaskuler. (Pimenta et al,2013).

Earplug dan Eye Mask adalah suatu cara yang relevan dan logis

menutup telinga dan masker penutup mata yang dapat digunakan untuk

mencegah terbangunnya saat tidur yang disebabkan oleh rangsangan

eksternal. Earplug dan Eye Mask merupakan intervensi keperawatan yang

dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan tidur pasien untuk

mempertahankan ritme sirkadian secara normal (Demoule, et al., 2017).

Hal ini didukung hasil penelitian pada 45 pasien (20 pada kelompok

intervensi, 25 pada kelompok kontrol) menunjukkan adanya peningkatan

signifikan diantara kelompok-kelompok yang tidur lelap, tertidur,

terbangun, terjaga dari tidur lagi. Kualitas tidur yang dirasakan lebih baik

pada kelompok intervensi dengan p< 0,05 (Huang & Zheng, 2015).

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan intervensi Earplug dan

Eye Mask dengan p<0,001 (Bajwa, Saini, Kaur, Kalra, & Kaur, 2015).

Penggunan Earplug dan Eye Mask aman dilakukan pada pasien

jantung koroner. Selain aman, Earplug dan Eye Mask juga terbukti efektif

untuk menilai kualitas tidur pasien, hemat biaya, mudah diterapkan pada

kelompok besar, dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh.

Penggunaan Earplug dan Eye Mask juga merupakan metode yang mudah

dan murah untuk meningkatkan persepsi dan kualitas tidur pada pasien

(Mashayekhi, Arab, Abazari, Rafati, & Rafiei 2013).

6
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Earplug dan Eye Mask meningkatkan kualitas tidur serta kepuasan

pasien dan dapat mengurangi intensitas nyeri. Selain itu juga Earplug dan

Eye Mask terbukti dapat berkontribusi untuk pemulihan yang lebih cepat,

morbiditas yang lebih sedikit, dan mengurangi biaya (Menger, et al.,

2018).

Penelitian Daneshmandi, Neiseh, Shermeh, dan Ebadi (2012);

Mashayekhi, Arab, dan Pilevarzadeh (2013) menemukan bahwa

menggunakan eye mask dapat dijadikan sebagai metode alternatif yang

mudah dan ekonomis untuk meningkatkan kepuasan tidur. Cahaya dapat

menghambat pelepasan melatonin yang merupakan agen biokimia utama

yang mempengaruhi tidur dan penggunaan eyemask dapat membantu tidur

sehingga memungkinkan individu dapat tidur lebih lama. Selain itu,

pengaruh earplugs terhadap kualitas tidur pernah dilakukan Jones dan

Dawson (2012). Mereka menemukan bahwa earplugs dapat menjadi

alternatif lain untuk meningkatkan kualitas tidur. Basner, Muller, dan

Griefahn (2010) mereka menemukan bahwa apabila level bunyi cukup

tinggi, maka dapat mengganggu siklus Non REM dan REM yang normal

sehingga berpengaruh pada waktu bangun dan waktu tidur yang

mendalam. Pengaruh eye mask dan earplugs terhadap kualitas tidur pernah

diteliti oleh Hu, Jiang, Zeng, Chen, dan Zhang (2010). Mereka

menyimpulkan bahwa penggunaan eye mask dan earplugs dapat

meningkatkan waktu REM, memperpendek periode latensi REM, dan

meningkatkan kadar hormon melatonin, dan menurunkan kadar kortisol.

7
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Hasil ini serupa dengan Le Guen et al. (2013) yang menyimpulkan bahwa

penggunaan eye mask dan earplugs signifikan meningkatkan kualitas tidur

pasien.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena Earplug dan Eye

Mask dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada fisik dan

psikologis pasien. Pengaruh Earplug dan Eye Mask terhadap fisik, yaitu

berupa peningkatan kualitas tidur. Sedangkan pengaruh terhadap

psikologis, yaitu berupa kemampuan melakukan aktivitas fisik dengan

tenang tanpa adanya kecemasan serta kemampuan kognitif dan emosional

berfungsi dengan baik. Pengaruh pada sosial, karena hal tersebut akan

berkaitan erat dengan kenyamanan pasien.

Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut, dapat ditetapkan

permasalahan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah “Penerapan Earplug

dan Eye Mask Terhadap Kualitas Tidur Pasien Hipertensi di Desa

Somagede Rt 03 Rw 09 Banyumas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas menunjukan bahwa

kasus diatas banyak sekali pasien yang mengalami gangguan pola tidur

yang menjadikan pasien lansia atau lanjut usia menjadi hipertensi karena

pola tidur yang kurang dan dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagaimana yaitu “Penerapan Earplug dan Eye Mask Terhadap Kualitas

Tidur Pasien Hipertensi di Desa Somagede Rt 03 Rw 09 Banyumas”.

8
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

bagaimana kondisipasien pada penggunaan earplug dan eye mask

terhadap kualitas tidur pasien yang mengalami gangguan tidur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pasien lansia dengan hipertensi

b. Mengetahui kualitas pola tidur pasien sebelum di berikan

pemasangan earplag dan eye mask terhadap pola tidur pada pasien

hipertensi di Desa Somagede.

c. Mengetahui kualitas pola tidur pada pasien setelah diberikan

pemasangan earplug dan eye mask di Desa Somagede.

D. Manfaat Penulisan

Studi kasus ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam lingkup

pelayanan kesehatan di rumah sakit yang lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perawat

9
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Menambah pengetahuan ilmiah sebagai bahan pertimbangan dalam

tindakan nonfarmakologi untuk mengatasi pasien yang mengalami

gangguan tidur.

b. Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit

dalam menangani pasien yang menjalani rawat inap.

c. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dan wawasan peneliti sebagai

tambahan wawasan mengenai efektifitas penggunaan earplug dan

eye mask dalam meningkatkan kualitas tidur pasien rawat inap

serta sebagai masukan bagi peneliti yang ingin melakukan

penelitian serupa dan pengembangan lanjut.

10
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tidur

1. Pengertian Tidur

Istirahat / tidur adalah suatu keadaan berulang ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Istirahat adalah suatu

keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan

menjadi lebih segar. Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang

penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang – ulang dan masing – masing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang berbeda. Kesempatan istirahat dan tidur sama pentingnya

dengan kebutuhan makanan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya.

Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan

kembali kesehatan. (Potter&Perry, 2012)

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversibel

yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya

peningkatan ambang respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan

dengan keadaan terjaga (Sadock, 2010). Waktu tidurnya kurang dari 3 jam

dalam 24 jam dapat menyebabkan seseorang mudah marah dan cakupan

perhatiannya berkurang. Kurang tidur dalam waktu lama menyebabkan


kesulitan berkonsentrasi, kemunduran performa umum, mudah

terpengaruh dan bisa terjadi halusinasi (Puri K, 2011).

2. Fisiologi Tidur

Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas

kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang

akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai suatu

tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan

tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar. Tidur dibagi

menjadi dua tahap, yaitu fase Rapid Eye Movement (REM) disebut juga

active sleep dan fase Non Rapid Eye Movement (NREM) disebut juga

quiet sleep. Non Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang

terjadi melalui osilasi antara talamus dan korteks. Tiga sistem utama

osilasi adalah kumparan 6 tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal lambat.

Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron kortikotalamus. Sebagai

penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan kembali ke

sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari

retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal

lambat dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan

depolarisasi (Rizema, 2011).

Tidur adalah sebuah siklus dari proses yang fisiologis dan diganti

dengan periode terjaga yang lebih lama, karena tidur adalah sebuah siklus

fisiologi, tentunya ada yang mengatur siklus tidur-bungsu siklus tidur-

bangun mengikuti irama sirkadia, yaitu irama yang terjadi selama 24 jam.

12
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Irama sirkadian dipengaruhi oleh cahaya, setres, dan aktivitas social

(Potter&Perry,2011). Bagian hipotalamus, yaitu suprachiasmatic nucleus

diyakini yang mengatur irama sirkadian (Widya, 2010). Skresi melation

secara alami membantu irama sirkadian pada sikus tidur-bangun, yaitu

membantu peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tidur secara perlahan

dan melatonin disekresikan saat tingkat kecerahan cahaya tidur dan terjaga

merupaakan dua proses yang sangat berbeda. Keuda proses ini diatur dua

mekaanisme serebral yang bergantian untuk mengaktivasi dan menekan

pusat pengaturan tidur dan terjaga (Potter&Perry,2011), keadaan terjaga

dikendalikan oleh neurotransmitter norepineprin, sedangkan keadaan tidur

dikendaalikan oleh neurotransmitter serotonin.

Fisiologi tidur dibedakan menjadi dua tipe: tidur rapid eye movement

(REM) dan non-REM (NREM). Kedua tipe ini ditentukan oleh perbedaan

dalam pola electroencephalogram (EEG), gerakan mata, dan tonus otot

(CDC, 2008). Reticular Activating System (RAS) dapat memberikan

stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.

Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin

seperti norepineprin dan pada saat tidur disebabkan adanya pelepasan

serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak

tengah yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Sistem pada batang

otak yang mengatur siklus dalam tidur yaitu RAS dan BSR. Tidur REM

(Rapid Eye Movement) dimulai dengan meningkatnya asetilkolin, yang

mengaktifkan korteks serebrum sementara bagian otak lain tidak aktif,

13
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
kemudian tidur REM (Rapid Eye Movement) diakhiri dengan

meningkatnya serotonin dan norpinefrin serta meningkatkan aktivasi otak

depan hingga mencapai keadaaan bangun (King LA, 2010). Perubahan

fisiologis yang terjadi selama tidur Non Rapid Eyes Movement (NREM)

adalah :

a. Penurunan tekanaan darah arteri

b. Penurunan frekuensi nadi

c. Dilatasi pembuluh darah perifer

d. Aktivitas saluran gastrointestinal meningkat

e. Otot-otot skeletal releks

f. Penurunan laju metabolisme basal 10-30%

Ciri EEG tambahan dari tidur fase REM adalah gelombang gigi

gergaji. Selama fase REM yang berperan adalah sistem kolinergik yang

dapat ditingkatkan dengan reseptor agonis dan dihambat dengan

antikolinergik. Fase REM (tahap R) ditandai oleh atonia otot, aktivasi

kortikal, desinkronisasi bertegangan rendah dari EEG dan gerakan cepat

dari mata. Fase REM memiliki komponen saraf parasimpatomimetik dan

saraf simpatik yang ditandai oleh otot rangka berkedut, peningkatan

denyut jantung, variabilitas pelebaran pupil, dan peningkatan laju

pernapasan. Atonia otot terdapat pada seluruh fase REM sebagai hasil dari

inhibisi neuron motor alfa oleh kelompok-kelompok seruleus peri-lokus

neuron yang secara kolektif disebut sebagai korteks retikuler sel kecil

(Rizema, 2011).

14
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
3. Tanda dan Gejala Gangguan Tidur

Insomnia mengandung berapa domain yang mengalami perubahan

yaitu :

1) Kesulitan masuk tidur (sleep onset problem)

2) Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deepmaintenance

problem)

3) Bangun terlalu pagi (early morning awekening / EMA)

Gejala dan tanda yang muncul sering kombinasi dari ketiga

gangguan tersebut dan dapaat muncul sementara maupun kronik

(Karjono dan Rejeki, 2010).

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat

tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas

tidur adalah jumlah total waktu seseorang tidur (Widya, 2010). Faktor

faktor yang mempengaruhinya adalah :

a. Penyakit

Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah

tidur lebih lama daripada keadaan normal. Sering sekali pada

orang tidur pola tidurnya juga akan terganggu karena

penyakitnya seperti rasa nyeri yang timbul oleh luka.

15
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
b. Lingkungan

Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur,

temperature, ventilasi dan penerangan serta kebisingan sangat

berpengaruh terhadap tidur seseorang.

c. Kelelahan

Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang.

Semakin lelah seseorang semakin pendek tidur REMnya.

d. Gaya hidup

Orang yang bekerja shift dan sering siftnya harus mengatur

kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan

rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh

terhadp kemampuan seseorang untuk dapat tidur.

e. Stres emosi

Depresi dan kecemasan sering kali mengganggu tidur.

Seseorang yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa

tidur. Kecemasan akan meningkatkan kadar norepinefin dalam

darah yang akan merangsang system saraf simpatik.

f. Obat-obatan dan alkohol

Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur.

Obat-obatan yang mengandung deuretik menyebabkan

insomnia, anti depresan, dan akan mensupresi REM. Orang

yang meminu alcohl lebih sering mengalami gangguan pola

16
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
tidur. Pada orang normal gangguan pola tidur yang

berkepanjangan akan menimbulkan gejala seperti adanya

perubahan-perubahan pada siklus tidur biologisnya, daya tahan

tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah

tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri senidiri atau

orang lain Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :

a) Biasanya disertai dengan mimmpi aktif

b) Lebih sulit ddibangunkan dari pada selama tidur nyenyak

NREM Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan

yang menunjukan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema

pengaktivasi retikularis

c) Frekuesi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur

d) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak

teratur mata cepat tertutup dan terbuka

5. Klasifikasi Gangguan Tidur

a. Gangguan tidur primer

Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan

disebabkan oleh gangguan mental lain, kondisi medik umum, atau

zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu disomnia dn parasomnia.

Disomni ditandai dengan gangguan dengan jumlah, kualitas, dan

waktu tidur. Parasomni dikaitkan dengan perilaku tidur atau

peristiwa fisiologis yang dikaitkan dengan tidur, stadium tidur

17
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
tertentu atau perpindahan tidur-bangun. Disomnia terdiri dari

insomnia primer, hipersomnia, primer, narkolepsi, gangguan tidur

yang berhubungan dengan pernfasan, gangguan ritmik sirkadian

tidur dan disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Parasomnia

terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, berjalan

saat tidur dan parasomnia yang tidak dapat diklasifikasikan

(Cermin Dunia Kedokteran No. 105, 2007)

b. Tanda-tanda kurangnya kualitas tidur

Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak

menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami

masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat

dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan

dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami

(Hidayat, 2008)

1) Tanda fisik

Ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak

di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata

terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering

menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang

perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti

penglihatan kabur, mual dan pusing.

2) Tanda psikologi

18
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Menarik diri, apatis dan respon menurun, merasa

tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat

berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi

penglihatan atau pendengaran, kemampuan

memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

6. Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan

untuk mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Kualitas tidur yang baik

akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari

dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas. Pengukuran kualitas

tidur dapat menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

(Agustin, 2012).

PSQI membedakan antaratidur yang baik dan tidur yang buruk

dengan pemeriksaan 7 komponen : latensi tidur, durasi tidur, kualitas

tidur, efesien kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur

dan gangguan fungsi tidur di siang hari (Angkat, 2009). Kualitas tidur

adalah ukuran dimana seseorang mendapatkan kemudian untuk

memulai tidur, mampu mempertahankan tidur dan merasa rileks

setelah bangun dari tidur. Kualitas tidur dapat dinilai menggunakn The

Puttsbrugh Sleep Quality Index (PSQI). Kuisioner ini

mengklasifikasikan tidur buruk dengan total >5 dan kualitas tidur baik

dengan skor 0-4 melalui pengukuran tujuh domain seperti :

1. Respon kemampuan kualitas tidur

19
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
2. Kemampuan mempertahankan tidur

3. Durasi tidur

4. Kebiasaan tidur

5. Hal-hal yang mengganggu tidur

6. Penggunaan obat tidur

7. Tidak semangat menjalankan aktivitas harian selama satu bulan

terahir

Gangguan terhadap tidur malam hari (insomnia) akan

menyebabkan mengantuk pada hari berikutnya (Darmojo, 2010).

Kualitas tidur merupakan parameter yang dapat diukur dengan

berbagai indikator, diantaranya adalah indikator total jam tidur

malam hari, waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun di

malam hari, perasaan segar bangun pagi, keadaan tidur, keppuasan

tidur dan mengantuk pada siang hari. Kualitas tidur dibagi menjadi

dua yaitu baik dan buruk (Widya, 2010).

a) Kualitas tidur baik

Kualitas tidur baik adalah dimana seseorang dapat

tidur dengan puas, jumlah waktu tidur yang normal,

perasaan yang segar saat bangun tidur di pagi hari, tidak

mengantuk pada siang hari serta tidak mengalami

gangguan-gangguan saat tidur.

b) Kualitas tidur buruk

20
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Kualitas tidur buruk adalah kebalikan dari kualitas

tidur baik, dimana salah satu atau semua faktor-faktor yang

diatas mengalami gangguan atau tidak normal

B. Pengertian Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga

dengan hipertensi arteri dimana kondisi medis kronis dengan tekanan

darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus

bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui

pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik

dan diastolic tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau

berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada

istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100-140 mmHg

dan diastolic 60-90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-

menerus berada pada 140/90 mmHg (Ramdhani, 2014).

Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan

darah waktu jantung menguncup dan tekanan darah diastolik, yakni

tekanan darah saat jantung istirahat atau relaksasi. Penentuan batasan

hipertensi ini sangat penting karena akan menjadi cut off point untuk

memperoleh prevalensi hipertensi dipopulasi. Perubahan-perubahan

pada batasan hipertensi akan mengakibatkan terjadinya perubahan

prevalensi hipertensi pada populasi (Femmy, 2011). Hipertensi

menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dibawa akibat tekanan

21
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
darah yang tinggi dapat menimbulkan resiko terhadap stroke,

aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan gagal ginjal. Kondisi

ini merupakan akumulasi dari tingginya darah yang tak terkontrol,

sehingga merambat menjadi kronis dan menimbulkan berbagai

kontraksi dalam tubuh. Komplikasi hipertensi dengan penyakit jantung

koroner ini sebagai akibat dari terjadinya pengapuran yang terjadi pada

dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan yang terjadi pada

lubang pembuluh darah jantung ini biasanya menyebabkan masalah

berkurangnya suatu aliran darah pada beberapa bagian dari otot

jantung. Hal ini bisa menyebabkan rasa nyeri yang sakit didada dan

bisa berakibat gangguan pada masalah otot jantung dan menimbulkan

serangan jantung. Komplikasi lainnya adalah masalah gagal jantung,

tekanan darah tinggi yang kemudian memaksa otot jantung untuk tetap

bekerja lebih berat dalam memompa darah. Kondisi ini bisa

menyebabkan masalah otot jantung yang kemudian menebal dan

meregang sehingga daya pompa otot mengalami penurunan, dan bisa

menyebabkan kegagalan pada kerja jantung secara umum (Ramdhani,

2014).

2. Jenis- jenis hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi 2 jenis yakni hipertensi primer (esensial

) dan hipertensi sekunder. Adapun perbedaannya adalah (Ramdhani,

2014):

a. Hipertensi primer

22
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Hipertensi primer disebut juga sebagai hipertensi idiopatik

karena hipertensi ini memiliki penyebab yang belum diketahui.

Penyebab yang belum jelas atau belum diketahui tersebut sering

dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang kurang sehat.

Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak terjadi

,yaitu sekitar 90 % dari kejadian hipertensi (Bumi, 2017).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau

penggunaan obat tertentu (Bumi,2017). Kondisi lain yang

mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau system endokrin

menyebabkan 5-10 % kasus lainnya (hipertensi

sekunder).Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan

hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang jelas

seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya obesitas

pada dada dan perut , intoleransi glukosa , wajah bulat seperti

bulan , punuk kerbau. Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat

menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang

khas. Besar perut mungkin mengidikasikan stenosis arteri renalis

( Penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke ginjal)

(Ramdhani, 2014).

3. Klasifikasi Hipertensi dan Gejala Hipertensi

23
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Klasifikasi Hipertensi dibagi menjadi 4 kategori dimana ada

normal, prehipertensi, hipertensi stadium 1 dan hipertensi stadium 2.

Hipertensi ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala

yang terlihat apabila tekanan darah tinggi dirasakan semakin berat atau

suatu keadaan yang krisis dari tekanan darah itu sendiri.

Gejala hipertensi yang semakin berat dan kian lama dirasakan akan

menampakkan gejala seperti : sakit kepala, nyeri perut, muntah,

anoreksia, gelisah, berat badan turun, sering merasa pusing yang

terkadang dirasakan sangat berat. Adapun pada gejala hipertensi yang

semakin kronis akan muncul gejala-gejala seperti: Ensefalopati

hipertensif, Hemiplegic, Gangguan penglihatan dan pendengaran.

4. Diagnosa Hipertensi

Diagnosa hipertensi ditetapkan pada semua umur. Diagnosis

hipertensi dapat bergantung pada hasil pengkuran maupun gejala klinis

dari komplikasinya. Dalam melakukan pemeriksaan diagnostik

terhadap pengidap tekanan darah tinggi, umumnya perlu

memperhatikan beberapa hal, seperti: memastikan bahwa tekanan

darahnya memang selalu tinggi, menilai keseluruhan risiko

kardiovaskular, menilai kerusakan organ dan penyakit yang

menyertainya, serta mencari tahu kemungkinan penyebabnya. Unsur-

unsur tersebut merupakan proses diagnosis tunggal yang bertahap dan

menyeluruh. Tiga metode klasik yang dapat digunakan yaitu

pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

24
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
laboratorium. Proses diagnosis seringkali mengalami tantangan karena

sulit menetukan sejauh mana pemeriksaan harus dilakukan.

Pemeriksaan yang dangkal, tidak mudah diterima karena hipertensi

merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang dipilih dapat

memberikan implikasi yang serius pada penderita. Akan tetapi sederet

pemeriksaan pun tidak dibenarkan dan harus tetap didasarkan

pertimbangan yang tepat. Khusus pada kaum lansia diagnosis

hipertensi harus sangat hati-hati karena ada kemungkinan terjadinya

kesalahan yang disebabkan beberapa faktor seperti panjang cuff

mungkin tidak cukup untuk orang gemuk atau berlebihan atau orang

terlalu kurus, penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sering

menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan hipotensi postural, fluktuasi

akibat (Femmy, 2011).

5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari

vasomotor tersebut bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke

bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke

ganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui

system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dengan dilepaskannya

25
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
norepineprin akan mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor (Ramdhani,

2014).

Seseorang dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran

darah ke ginjal menyebabkan pelepasan rennin Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin

II yang menyebabkan adanya sutu vasokontriktor yang kuat. Hal ini

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang

mengakibatkan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

menyebabkan hipertensi. Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi

pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan distensi

26
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ) sehingga terjadi

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Ramdhani,

2014).

6. Faktor Risiko Hipertensi

Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang

memiliki potensi menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasa

disebut faktor risiko. Pada kejadian hipertensi, faktor risiko dibagi

menjadi dua kelompok yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan

faktor risiko yang dapat diubah. (Bumi, 2017) Faktor risiko kejadian

hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri dari usia, jenis kelamin, dan

keturunan (genetik) (Bumi, 2017).

a. Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat diubah. Pada umumnya, semakin

bertambahnya usia maka semakin besar pula risiko terjadinya

hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur

pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding

pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang

sehingga meningkatkan tekanan darah. Menurut beberapa

penelitian, terdapat kecenderungan bahwa pria dengan usia dari 45

tahun lebih rentan mengalami peningkatan tekanan darah,

27
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
sedangkan wanita cenderung mengalami peningkatan tekanan

darah pada usia di atas 55 tahun.

b. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebih

dalam tubuh. Obesitas dapat diketahui dengan menghitung Indeks

Masa Tubuh (IMT). IMT adalah perbandingan antara berat badan

dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.

Biasanya pengukuran IMT dilakukan pada orang dewasa usia 18

tahun ke atas. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika

perhitungan IMT berasa di atas 25 kg/m2. Obesitas dapat memicu

terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah. Dalam hal

ini, orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar

lemak dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi

menimbulkan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis).

Penyempitan terjadi akibat penumpukan plak ateromosa yang

berasal dari lemak. Penyempitan tersebut memicu jantung untuk

bekerja memompa darah lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat

lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal inilah yang

menyebabkan tekanan darah meningkat.

c. Merokok

Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu

terjadinya hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung

dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami

28
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
peningkatan. Bagi penderita yang memiliki aterosklerosis atau

penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat

memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penyakit

generative lain seperti stroke dan penyakit jantung. Rokok

mengandung berbagai zat berbahaya seperti Nikotin misalnya ,zat

ini dapat diserap oleh pembuluh darah kemudian diedarkan melalui

aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk otak . Akibatnya otak akan

berekasi dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepaskan epinefrin. Hormon inilah yang akan mengalami

penyempitan. Penyempitan pembuluh darah otak akan memaksa

jantung untuk bekerja lebih berat sehingga bisa terjadi stroke.

Selain itu, karbonmonoksida yang terdapat dalam rokok

diketahui dapat mengikat hemoglobin dalam darah dan

mengentalkan darah. Hemoglobin sendiri merupakan protein yang

mengandung zat besi dalam sel darah merah yang berfungsi

mengangkut oksigen. Dalam hal ini karbonmonoksida

menggantikan ikatan oksigen dalam darah sehingga memaksa

jantung memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup dalam

organ dan jaringan tubuh. Hal inilah yang dapat meningkatkan

tekanan darah.

d. Kolesterol darah

Faktor pemicu hipertensi salah satunya asupan makanan

yang mengandung lemak berlebih yang disebut dengan

29
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit

gangguan metabolisme kolesterol yang disebabkan oleh kadar

kolesterol dalam darah melebihi batas normal. Kandungan

kolesterol didalam serum yang tinggi disebut dengan

hiperkolesterolemia yang telah diketahui meningkatakan risiko

aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Bumi, 2017). Data

dari penelitian epidemiologi menunjukkan makin tinggi kadar

kolesterol akan diikuti dengan peningkatan mobiditas dan

sebaliknya makin rendah kadar kolesterol akan diikuti juga dengan

penurunan morbiditas dan mortalitas PJK (Sitti, Rosdiana, & Peter,

2014).

Inilah mengapa kolesterol menjadi salah satu faktor risiko

gangguan kesehatan seperti hipertensi, gangguan jantung, hingga

stroke (Anies, 2015).

e. Keturunan

Keturunan atau genetic juga merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Risiko terkena

hipertensi akan lebih tinggi pada orang dengan keluarga dekat yang

memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, faktor keturunan juga dapat

berkaitan dengan metabolism pengaturan garam (NaCl) dan rennin

membrane sel.

f. Jenis kelamin

30
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung

lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita.

Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa pria memiliki

gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita.

Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami

peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami wanita

yang telah menopause.

C. Konsep Lansia Hipertensi

a. Definisi lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di

dalam kehidupan manusia yang secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2012)

b. Batasan umur lansia

Batasan umur pada lanjut usia (lansia ) menurut organisasi

kesehatan dunia dalam buku (Nugroho, 2012)

1) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

31
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
c. Proses menua

Menurut (Nugroho, 2012) proses menua diartikan sebagai suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang di derita. Proses menua merupakan suatu proses

fisiologis yang berlangsung perlahan-lahan dan efeknya berlainan pada

tiap individu. Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran

misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit keriput karena

berkurangnya bantalan lemak, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi

lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi yang lain juga mengalami

kemunduran.

d. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut (Nugroho, 2012) ada beberapa perubahan yang terjadi

pada lansia yaitu sebagai berikut :

1) Perubahan- perubahan fisik Perubahan sel , sistem persarafan,

sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem

kardiovaskuler, sistem pemgaturan temperatur tubuh, sistem

respirasi, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem

genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit dan sistem

muskuloskletal.Perubahan yang terjadi pada bentuk dan

fungsi masing- masing.

32
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
2) Perubahan- perubahan mental Perubahan mental pada lansia

berkaitan dengan dua hal yaitu kenangan dan intelegensi.

Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu namun

sering lupa pada masa yang lalu, sedangkan intelegensi tidak

berubah namun terjadi perubahan dalam gaya

membayangkan.

3) Perubahan psikososial Pensiunan di masa lansia mengalami

kehilangan financial, kehilangan teman, dan kehilangan

pekerjaan,kemudian akan merasa atau sadar terhadap

kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik, dan ketidak

mampuan,gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan

ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat pada konsep diri dan

gambaran diri.

4) Perkembangan spiritual Agama dan kepercayaan makin

terintegraasi dalam kehidupannya.

5) Perubahan sistem sensori Perubahan sistem sensori pada

lansia terdiri dari sentuhan, pembauan, perasa, penglihatan,

dan pendengaran. Perubahan pada indra pembau dan

pengecapan dapat mempengaruhi kemampuan lansia dalam

mempertahankan nutrisi yang adekuat. Perubahan sensitivitas

sentuhan yang dapat terjadi pada lansia seperti berkurangnya

kemampuan neuron sensori yang secara efisien memberikan

33
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
sinyal deteksi, lokasi dan indentifikasi sentuhan atau tekanan

pada kulit.

6) Perubahan pada otak Penurunan berat otak pada individu

biasanya dimulai pada usia 30 tahun. Penurunan berat

tersebut awalnya terjadi secara perlahan kemudian semakin

cepat.Penurunan berat ini berdampak pada pengurangan

ukuran neuron, dimulai dari korteks frontalis yang berperan

dalam fungsi memori dan performal kognitif.

7) Perubahan pola tidur Waktu istirahat (tidur) lansia cendrung

lebih sedikit dan jarang bermimpi dibandingkan usia

sebelumnya. Lansia cendrung mudah terbangun ketika tidur

karena kendala fisik dan juga lebih sensitif terhadap

pemaparan cahaya.Gangguan pola tidur yang biasa dialami

lansia seperti insomnia.

D. Eyemask dan Earplug

1. Definisi

Eyemask merupakan suatu benda yang mampu melindungi mata

dari pencahayaan yang terang dan earplugs adalah benda yang dapat

melindungi telinga dari kebisingan. Penilitian yang dilakukan Le Guen

at al. (2013), menunjukan bahwa kedua alat insecara efektif membantu

meningkatkan kualitas tidur pasien post operasi. Selain itu, kelebihan

alat ini antara lain adalah murah, sederhana, aman, dan dapat diterima

34
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
dengan baik karena pasienlah yang memiliki kontrol terhadap alat ini

sehingga akan meingkatkan perasaan self-control mereka.

2. Bahan Earplug dan Eyemask yang Nyaman untuk Digunakan.

1. Earplug jenis silikon karena jenis silikon biasanya tahan air dan

dapat mencucinya. Elastisnyapun tidak akan berkurang apabila

terkena air.

2. Eyemask periksa terlebih dahulu kemampuan dalam menghalangi

cahaya. Dan bahan yang di gunakan lembut dan tidak

mengganggu mata.

3. SOP Penggunaan Eaplug dan Eyemask.

1. Menjelaskan tujuan penggunaan earplug dan eyemask pada pasien

yang akan digunakan earplug dan eyemask.

2. Pasien posisi tertidur telentang.

3. Yang pertama penggunaan Earplug.

a. Tarik telinga ke belakang dan masukkan earplug dengan baik

ke dalam saluran telinga hingga benar-benar menutupi

saluran telinga.

b. Earplug harus dimasukkan ke dalam saluran telinga seperti

yang ditunjukkan pada gambar. Hindari

mendorong earplug terlalu dalam.

c. Bila ujung earplug tidak terlihat saat seseorang melihat anda

dari depan, hal ini menandakan earplug sudah dipasang

dengan benar.

35
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
4. Yang kedua penggunaan Eyemask.

a. Periksa terlebih dahulu kemampuan dalam menghalangi

cahaya.

b. Pakaikan eyemask di mata dengan baik sehingga bisa

menutupi bagian seluruh mata.

c. Perhatikan pas tidaknya masker di area mata dan hidung.

d. Kenakan tali dan tarik ke bagain kepala belakang agar

eyemask tidak tergeser.

e. Cek kembali apakan eyemask sudah menutupi semua

bagian mata dan merasa nyaman menggunakan eyemask.

(Rachmawati, 2015)

36
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan studi kasus

menggunakan kuesioner dan mengambil 3 responden untuk dikaji

bagaimana penerapan terapi earplug dan eyemask terhadap pasien

gangguan pola tidur, untuk mengetahui status gangguan pola tidur sebelum

dan sesudah dilakukan penerapan earplug dan earplug. Dengan cara

memberikan kuesioner langsung kepada pasien tersebut dan pada bagian

akhir akan dilampirkan kuisoner yang berisi tentang kualitas tidur.

B. Lokasi dan Waktu Studi

1. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, peniliti mengambil lokasinya di Desa Somagede

Rt 03 Rw 09 Banyumas.

2. Waktu penelitian

Penilitian ini dilakukan pada tanggal 5-7 Mei 2020.

C. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah individu pasien gangguan pola tidur

untuk diamati secara mendalam dengan berbagai kriteria.


1. Populasi

Responden dengan penyakit hipertensi disertai dengan gangguan

pola tidur di wilayah Rt 03 Rw 09 Somagede Banyumas.

2. Sampel

Mengambil 3 responden untuk mengetahui penyakit hipertensi dan

gangguan pola tidur.

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien dengan hipertensi

2) Tanpa penyakit penyerta

3) Pasien composmentis

4) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Pasien yang tidak terganggu pola tidurnya

3) Pasien yang mengundurkan diri

D. Fokus Studi

Fokus studi kasus yang dikaji utama dari permasalahan yang

dibahas dalam studi kasus ini adalah penerapan earplug dana eyemask

terhadap kualitas tidur pasien dengan metode earplug dan eyemask

sebelum dan sesudah dilakukan penerapan earplug dan eyemask di desa

Somagede Rt 03 Rw 09 Banyumas.

38
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
E. Definisi Oprasional

Tabel 2.1 Definisi Oprasional

Focus Definisi Operasional Instrumen Hasil Skala


studi
Ukur
Tindakan Tindakan pemasangan SOP
pemasang earplug dan eyemask pemasanga
an earplug adalah tindakan n earplug
dan dilakukan pada pasien dan
eyemask gangguan pola tidur eyemask
yang diberikan untuk
mengurangi insomnia
atau menghilangkan
gangguan tidur pada
pasien. Dilakukan
pada posisi berbaring
tau terlentang atau
kenyamanan
responden dilakukan
selama 1x24jam.
Waktu pelaksanaa
dilakukan pada
malam hari ketika
responden tersebut
beristirahat.
Kualitas Kualitas tidur adalah Lembar Skor ≤ Ordinal
tidur takaran baik dan kuesioner 5:
buruk dari kebisingan PSQI kualitas
tidur seseorang. tidur
diukur dengan lembar baik
kuesioner yang terdiri Skor ≥
dari 7 komponen 5:
yaitu kualitas tidur kualitas
subjektif, latensi tidur
tidur, durasi tidur, buruk
efisiensi tidur sehari
hari, gangguan tidur,
penggunaan obat
tidur, dan dissfungsi
aktivitas siang hari.

F. Instrumen Studi Kasus

39
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah earplug dan

eyemask menggunakan kuisioner kualitas tidur yang nantinya akan

digunakan untkn mengukur kualitas tidur pasien berisi data pasien dan

pertanyaan untuk mengetahui perubahan kualitas tidur setelah diberikan

earplug dan eyemask. Sfigmomanometer adalah alat ukur untuk mengukur

tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan penerapan

earplug dan eyemask.

G. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data ini dan instrument yang akan

digunakan dalan studi kasus penelitian merupakan langkah yang strategis,

karena bertujuan untuk mendapatkan data. Prosedur pengumpulan data

pada studi kasus ini yaitu dengan kuisoner. Kuisioner diharapkan agar

pengumpulan data terpenuhi, penggunaan metode ini bertujuan agar

penelitian memberikan penelitian-penelitian dan pendapat serta

pengalaman dari responden itu sendiri secara keseluruhan. Dalam metode

kuisoner diharapkan data awal berupa identitas pasien, riwayat kesehatan

masa lalu, riwayat kesehatan sekarang, kualitas tidur, dan lama tidur.

1. Tahap persiapan penelitian

a. Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing

untuk menentukan judul penelitian yang akan diambil

b. Peneliti melakukan penyusunan proposal

c. Peneliti mepresentasikan proposal penelitian

40
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
d. Peneliti menyiapkan surat perizinan yang diperlukan dan

persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Peneliti bekerja sama dengan rt dan masyarakat setempat

untuk mengambil data pasien yang akan dijadikan peneliti

b. Peneliti berkenalan dengan calon responden dengan

menjelaskan tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian serta

memperhatikan etika yang dilakukan pada saat penelitian

dengan responden.

c. Setelah responden bersedia, responden diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi

responden.

d. Memakaikan earplug dan eye mask terhadap responden

untuk memulai tidurnya.

e. Penelitian memeriksa kembali responden apakah sudah

terlihat nyaman atau belum, dan melakukan observasi

respon pasien dengan melakukan pemasangan earplug dan

eyemask.

f. Hasil yang diperoleh di observasi kembali apakah ada

perubahan terhadap responden sebelum dan sesudah

dilakukan pemasangan earplug dan eyemask.

3. Tahap penyelesaian

41
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Tahap ini dijadikan sebagai tahap konsultasi terhadap peneliti

yang telah dilakukan kepada pembimbing sesuai tujuan dan

pengarahan dari pembimbing agar peneliti sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Data disajikan secara deskriptif karena studi kasus ini merupakan

bentuk penerapan metode keperawatan dalam studi kasus. Penyajian data

juga bisa menggunakan sebagai berikut :

1. Analisa Data

Data yang diperoleh dari kuisioner yaitu hasil kuisioner yang dibagi

rata sesuai dengan responden.

2. Tabel

Tabel adalah hasil yang akan disajikan karakteristik responden, data

hasil sebelum dan sesudah tindakan earplug dan eyemask.

I. Etika Studi Kasus

Menurut Notoatmodjo (2010) dalam melakukan penelitian harus

memperhatikan masalah etika penelitian meliputi :

1. Lembar persetujuan responden (inform consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada klien atau responden

yang akan diteliti dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari

42
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data.

2. Kerahasiaan nam (Anonymity)

Dalam menjaga kerahasiaan responden pada pengumpulan

data, cukup memberi inisial pada lembar penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentialy)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan

disimpan dalam tempat yang terkunci atau disimpan dalam

bentuk life.

4. Keadilan

Responden harus diperlakukan secara adil selama dan setelah

penelitian dilaksanakan tanpa ada diskriminasi.

5. Tidak merugikan (Non-Meleficence)

Hasil data atau data yang dianggap ptifasi responden tidak akan

digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk

apapun.

43
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS

Penulis melakukan intervensi keperawatan tentang penerapan

earplug dan eyemask terhadap meningkatkan kalitas tidur pada pasien

hipertensi pada tanggal 5-7 Mei 2020 terhadap 3 responden yang

dilakukan penerapan earplug dan eyemask. Berikut adalah hasil studi

kasus :

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, di

Desa Somagede kabupaten Banyumas tahun 2020.

Tabel 3.1Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia,


pendidikan, dan riwayat tekanan darah.

Karakteristik Frekuensi (f) Prosentase (%)


Jenis kelamin
Laki-laki 1 33,3%
Perempuan 2 66,7%
Usia
50-59 2 66,7%
60-69 1 33,3%
Pendidikan
SD 3 100%
SMP 0 0%
Pekerjaan
IRT 2 66,7%
Tani 1 33,3%
Tekanan Darah
150-190 mmHg 2 66,7%
200 mmHg 1 33,3%
Sumber : Data Primer 2020

44
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, diketahui bahwa karakteristik 3

responden yang diberikan intervensi keperawatan dengan metode

penerapan earplug dan eyemask dengan pasien gangguan pola tidur

adalah Ny. S berusia 59 tahun dengan pendidikan terahir SD, responden

2 adalah Ny. S berusia 60 tahun dengan pendidikan terahir SD dan

responden 3 adalah Tn. M berusia 54 tahun dengan pendidikan terahir

SD.

1. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Pola

Tidur dan Hipertensi Pada Subjek Penelitian

a. Kasus

1) Subyek Penelitian 1

Nama Ny. S berusia 59 tahun, pada saat pengkajian tanggal 5

Mei 2020 pasien mengeluhkan susah untuk tidur, harus

membutuhkan waktu kurang lebih ½ jam, dan lamanya tidur

pasien 4 sampai 5 jam. Responden juga sering mimpi buruk

lebih dari 3 kali dalam seminggu, tidak dapat tertidur dalam

waktu 30 menit lebih dari 3 kali dalam seminggu, dan

terbangun di tengah malam atau pagi pagi sekali lebih dari 3

kali dalam seminggu. TD : 160/80mmHg, nadi : 88x/menit,

respirasi : 22x/menit.

2) Subyek penelitian 2

Nama Ny. S berusia 60 tahun, pada saat pengkajian tanggal 6

Mei 2020 pasien mengeluhkan setiap jam 12 terbangun ingin

45
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
BAK dan sampai pagi tidak bisa tidur kembali, dan lamanya

pasien tidur biasanya 3 sampai 4 jam. Responden juga sering

mimpi buruk lebih dari 3 kali dalam seminggu, tidak dapat

tertidur dalam waktu 30 menit 2 kali dalam seminggu, dan

terbangun di tengah malam atau pagi pagi sekali lebih dari 3

kali dalam seminggu. TD : 200/90mmHg, nadi : 83x/menit,

respirasi : 23x/menit.

3) Subyek penelitian 3

Nama Tn. M berusia 54 tahun, pada saat pengkajian tanggal 6

Mei 2020 pasien mengeluhkan tidur jam 11 dan harus ½ jam

lebih untuk bisa tidur pulas, dan lamanya tidur pasien hanya 4

sampai 5 jam. Responden juga sering mimpi buruk 1 kali

dalam seminggu, tidak dapat tertidur dalam waktu 30 menit

lebih dari 3 kali dalam seminggu, terbangun di tengah malam

atau pagi pagi sekali lebih dari 3 kali dalam seminggu, dan

terbangun karena ingin ke kamar mandi lebih dari 3 kali dalam

seminggu dan juga sering merasa kepanasan pada malam hari

ketika tidur. TD : 170/80mmHg, nadi : 85x/menit, respirasi :

21x/menit.

b. Analisis data

Berdasarkan hasil pengkajian ketiga subyek penelitian

didapatkan hasil bahwa ketiga subyek penelitian memiliki keluhan

utama yaitu gangguan kualitas tidur. Pada saat dilakukan

46
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
pengkajian lebih lanjut subyek penelitian 1 mengeluhkan susah

untuk tidur dan harus membutuhkan waktu kurang lebih ½ jam,

awal mula pasien tidak bisa tidur dikarenakan pasien ini menderita

hipertensi, untuk subyek penelitian 2 saat dilakukan pengkajian

pasien mengeluhkan setiap jam 12 pasti terbangun sampai pagi dan

tidak bisa tidur kembali biasanya karena ingin buang air kecil,

sedangkan pasien subyek penelitian 3 pasien mengeluhkan tidak

bisa tidur lebih awal dan membutuhkan waktu ½ jam lebih untuk

tidur pulas. Setelah dilakukan pengkajian terhadap ke-3 subyek

penelitian tersebut di dapatkan masalah yang timbul adalah

gangguan pola tidur.

c. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada ketiga

subyek penelitan yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan

kendala lingkungan.

d. Intervensi

Rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah

penerapan earplug dan eyemask terhadap kualitas tidur pasien

hipertensi.

e. Implementasi

Ketiga subyek studi kasus ini diberikan penerapan earplug

dan eyemask terhadap kualitas tidur pasien hipertensi selama 1 hari

47
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
dengan waktu 1x24 jam selama dalam perawatan di Desa

Somagede.

2. Evaluasi hasil penerapan earplug dan eyemask terhadap kualitas

tidur pasien hipertensi

a. Subyek penelitian 1

Pengukuran nilai kualitas tidur pasien sebelum diberikan

penerapan earplug dan eyemask dengan tekanan darah

160/80mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Dari hasil

pengamatan peneliti, pasien mengalami gangguan pola tidur,

pasien nampak ngantuk dan pasien mengatakan sering mengalami

gangguan pada tidur. Kemudian pasien diberikan alat earplug dan

eyemask selama 1 malam, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada

pasien untuk mengisi kuesioner yang sudah disediakan peneliti.

Kemudian setelah diberikan penerapan earplug dan eyemask pasien

diukur tekanan darah 140/80mmHg, nadi 85x/menit, respirasi

21x/menit. Pasien mengatakan tidurnya sudah tidak seperti

biasanya.

b. Subyek penelitian 2

Pengukuran nilai kualitas tidur pasien sebelum diberikan

penerapan earplug dan eyemask dengan tekanan darah

200/90mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 22x/menit. Dari hasil

pengamatan penelitian pasien mengalami gangguan pola tidur,

pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena ingin

48
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
buang air kecil dan tidak bisa untuk tidur kembali. Kemudian

pasien diberikan penerapan earplug dan eyemask selama 1 malam,

selanjutnya peneliti menjelaskan kepada pasien untuk mengisi

kuesioner yang sudah disediakan oleh peneliti. Kemudian setelah

dilakukan pemberian ealpug dan eyemask pasien diukur tekanan

darah 180/80mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 22x/menit, pasien

mengatakan kualitas tidurnya bertambah setelah diberikan

penerapan earplug dan eyemask.

c. Subyek peneliti 3

Pengukuran nilai kualitas tidur pasien sebelum diberikan

penerapan earplug dan eyemask dengan tekanan darah

170/80mmHg, nadi 85x/menit, respirasi 21x/menit. Dari hasil

pengamatan peneliti, pasien meengalami gangguan pola tidur,

pasien mengatakan sering mengalami tidur larut malam. Kemudian

pasien diberikan penerapan earplug dan eyemask selama 1 malam,

selanjutnya peneliti menjelaskan kepada pasien untuk mengisi

kuesioner yang sudah disediakan oleh peneliti. Kemudian setelah

diberikan penerapan earplug dan eyemask pasien diukur tekanan

darah 130/70mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit pasien

mengatakan gangguan pola tidur pasien sudah mulai berkurang.

d. Hasil pengukuran kualitas tidur pasien

Berdasarkan hasil penelitian pada studi kasus ini,

didapatkan hasil pengukuran terhadap nilai kualitas tidur pasien

49
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
sebelum dan sesudah diberikan penerapan earplug dan eyemask

selama 1 kali dalam 1 malam untuk masing-masing responden.

Berikut adalah penyajian data :

Tabel 3.2 Hasil pengukuran tanda – tanda vital pasien hipertensi di desa
Somagede, Banyumas.

Pengukuran tanda – tanda vital

Responden Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital Hasil penurunan


sebelum setelah penerapan tanda-tanda vital
penerapan
Ny. S TD: 160/90 TD:140/80 TD : 20/10
N : 88 N : 85 N:3
RR : 22 RR : 21 RR : 1
Ny. S TD : 200/90 TD:180/80 TD : 20/10
N : 83 N : 80 N:3
RR : 23 RR : 22 RR : 3
Tn. M TD : 170/90 TD:130/70 TD : 40/20
N : 89 N : 84 N:5
RR : 21 RR : 20 RR : 1
Rata – rata TD : 176/80 TD : 150/76 TD : 26/13
N : 86 N : 83 N:3
RR : 22 RR : 21 RR : 1

Grafik peningkatan kualitas tidur sebelum dan sesudah penerapan earplug

dan eyemask pada responden 1, responden 2, responden 3.

Sesudah penerapan Sebelum penerapan

14
13 13

7
6 6

Responden 1 Responden 2 Responden 3

50
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Berdasarkan hasil tabel diatas diperoleh pengukuran

kualitas tidur pasien di desa Somagede sebelum dan sesudah

dilakukan penerapan Earplug dan Eyemask selama 1 malam pada

masing masing responden. Metode penerapan earplug dan eyemask

dapat meningkatkan kualitas tidur pada pasien hipertensi setelah

dilakukan implementasi selama 1 kali 24 jam.

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian Subyek Penelitian Pasien di Desa Somagede

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan bahwa

masing-masing responden sebelum diberikan penerapan earplug dan

eyemask mengalami gangguan pola tidur dilihat dari data objektif

pasien tampak ngantuk dan tekanan darah pasien tinggi atau hipertensi.

Dengan ini peneliti melakukan pengkajian yang sebenarnya terjadi

pada masing masing responden. Hasil penelitian dalam studi kasus

yang diambil di desa Somagede didapatkan bahwa dari masin-masing

responden memiliki gangguan pola tidur yang berbeda.

Masing masing subyek peneliti ini memiliki keluhan yang

intinya sama yaitu mengalami gangguan pola tidur, tekanan darah

meningkat. Hal ini menurut peneliti merupakan tanda dan gejala

gangguan pola tidur. Adanya perbedaan dari gejala dan nilai kualitas

tidur yang berubah setelah diberikan penerapan earplug dan eyemask

51
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
pada pasien gangguan pola tidur dengan meningkatnya kualitas tidur

pasien dan banyak faktor pendukung.

2. Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pada Pasien Hipertensi

Terhadap Penerapan Earplug dan Eyemask

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan bahwa

pada saat sebelum dilakukan penerapan earplug dan eyemask masing-

masing responden mengeluhkan pola tidur kurang, tekanan darah

meningkat. Karena responden berpikiran bahwa yang sedang dihadapi

oleh responden adalah sebuah masalah gangguan pola tidur. Sebelum

memberikan penerapan earplug dan eyemask, peneliti memberikan

arahan terhadap apa yang sedang responden alamisehingga membuat

responden nyaman. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengukuran

tanda-tanda vital dan nilai skore kuesioner dengan menggunakan

penerapan earplug dan eyemask pada masing-masing responden

berbeda. Penerapan earplug dan eyemask pada responden secara

individu mengalami penurunan dalam waktu 1x24 jam, meningkatkan

kualitas tidur terjadi setelah dilakukan penerapan earplug dan eyemask

selama 1 kali. Dilakukan pada tanggal 5 April 2020 pukul 15:00 WIB

pada subyek penelitian 1 sebelum dilakukan pemberian penerapan

earplug dan eyemask kualitas tidur pasien 13 yaitu kualitas tidur buruk

dan sesudah dilakukan penerapan earplug dan eyemask pada tanggal 6

Mei 2020 kualitas tidur pasien yaitu 6 yang artinya pasien mengalami

kualitas tidur membaik, pada tanggal 6 Mei 2020 pukul 16:00 WIB

52
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
pada subyek penelitian 2 sebelum dilakukan pemberian penerapan

earplug dan eyemask kualitas tidur pasien 14 yaitu kualitas tidur buruk

dan sesudah dilakukan pemberian penerapan earplug dan eyemask

pada tanggal 7 Mei 2020 kualitas tidur pasien meningkat yaitu 7 yang

artinya pasien mengalami kualitas tidur pasien membaik, pada tanggal

6 Mei 2020 pukul 15:30 WIB pada subyek penelitian 3 sebelum

dilakukan penerapan earplug dan eyemask tingkat kualitas tidur pasien

13 yang berati kualitas pasien buruk dan sesudah dilakukan penerapan

earplug dan eyemask pada tanggal 7 Mei 2020 yaitu 6 yang artinya

kualitas tidur pasien membaik.

3. Kualitas Tidur Pasien Hipertensi di Desa Somagede Terhadap

Pengaruh Penerapan Earplug dan Eyemask

Hasil penelitian didapatkan bahwa meningkatkan kualitas

tidur pasien pada ketiga subyek penelitian ini bertujuan dimana

penerapan earplug dan eyemask ini dapat meningkatkan kualitas tidur

pasien selama 1x24 jam. Hasil penelitian Khasanah (2012)

menyatakan bahwa perempuan memiliki kualitas tidur yang buruk

disebabkan karena terjadinya penurunan hormon progesteron dan

esterogen yang mempunyai reseptor di hipotalamus, sehingga dapat

memengaruhi irama sikadian dan pola tidur secara langsung. Selain itu

kondisi psikologis, kecemasan, gelisah, dan emosi yang tidak stabil

pada lansia akibat dari penurunan esterogen dapat menyebabkan

terjadinya gangguan tidur. Menurut Kozier (2011) cemas akan

53
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
meningkatkan sekresi norephinephrine yang akan menstimulasi sistem

saraf sehingga mengakibatkan tidur NREM tahap IV dan tidur REM

menjadi lebih sedikit dan lebih seringterbangun.

Penelitian Daneshmandi, Neiseh, Shermeh, dan Ebadi

(2012); Mashayekhi, Arab, dan Pilevarzadeh (2013) menemukan

bahwa menggunakan eye mask dapat dijadikan sebagai metode

alternatif yang mudah dan ekonomis untuk meningkatkan kepuasan

tidur. Publikasi NSF (2012) menuliskan bahwa cahaya dapat

menghambat pelepasan melatonin yang merupakan agen biokimia

utama yang mempengaruhi tidur dan penggunaan eyemask dapat

membantu memperpendek onset tidur sehingga memungkinkan

individu dapat tidur lebih lama. Selain itu, pengaruh earplugs terhadap

kualitas tidur pernah dilakukan Jones dan Dawson (2012). Mereka

menemukan bahwa earplugs dapat menjadi alternatif lain untuk

meningkatkan kualitas tidur. Basner, Muller, dan Griefahn (2010)

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena Earplug dan

Eye Mask dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada fisik

dan psikologis pasien. Pengaruh Earplug dan Eye Mask terhadap fisik,

yaitu berupa peningkatan kualitas tidur. Sedangkan pengaruh terhadap

psikologis, yaitu berupa kemampuan melakukan aktivitas fisik dengan

tenang tanpa adanya kecemasan serta kemampuan kognitif dan

emosional berfungsi dengan baik. Pengaruh pada sosial, karena hal

tersebut akan berkaitan erat dengan kenyamanan pasien.

54
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Havisa

(2014), dimana kualitas tidur memengaruhi tekanan darah pada lansia

dengan hasil secara keseluruhan lansia memiliki kualitas tidur yang

buruk dan mayoritas lansia yang memliki kualitas tidur buruk

mengalami hipertensi. Kualitas tidur yang buruk meliputi durasi tidur

yang kurang, latensi tidur yang rendah, gelombang tidur yang

terganggu, dan terjadinya gangguan tidur seperti

mendengkur,terbangun karena ingin ke toilet, tidak dapat bernafas

dengan nyaman, serta terjadinya mimpi buruk.

Penelitian Moniung et.al (2014) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi, dimana

seseorang yang memiliki waktu tidur yang kurang (< 6 jam) akan

menjadikan kualitas tidur menjadi buruk. Kekurangan waktu tidur

dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dan

mengaktivasi sistem saraf simpatis yang apabila terjadi dalam jangka

waktu lama dapat memicu terjadinya hipertensi. Durasi tidur yang

pendek juga menimbulkan perubahan emosi seperti mudah marah,

pesimis, tidak sabar, lelah dan stress yang menyebabakan seseorang

lebih sulit mempertahankan gaya hidup yang sehat sehingga

meningkatkan risiko hipertensi. Ketidakseimbangan hormon kortisol

akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar adrenal salah satunya adalah katekolamin yang terdiri dari

epinefrin dan norepinefrin yang bekerja pada saraf simpatis yang

55
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
menyebabkan vasokonstriksi vaskuler. Terjadinya vasokonstriksi

menyebabkan tahanan perifer meningkat yang akhirnya dapat

meningkatkan tekanan darah (Potter & Perry, 2010)

Penelitian serupa yang dilakukan Zolfaghari, et al. (2013)

menunjukkan bahwa efek modifikasi lingkungan pada kualitas tidur di

antara pasien hipertensi. Mereka melaporkan bahwa intervensi

mengurangi cahaya dan kebisingan lingkungan yang berlebihan seperti

penggunaan Earplug dan Eye Mask telah meningkatkan nocturnal

pasien tidur. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Neyse,

Daneshmandi, Sadeghi Sharme, dan Ebadi (2010) menunjukkan bahwa

penggunaan Earplug dan Eye Mask dapat meningkatkan tidur pasien

dalam keadaan kritis unit perawatan (Mashayekhi, et al. 2013). Setuju

dengan temuan Richardson, et al. (2007), menggambarkan mayoritas

pasien, dalam kelompok non-intervensi (65%) tidur selama 6 jam atau

kurang sedangkan, kelompok intervensi (56%) tidur lebih lama dari

kelompok kontrol.

Hal ini juga ditunjang penjelasan hasil penelitian dari

Elliott, et al. (2010) bahwa pasien yang mengalami gangguan tidur

dimana mereka memiliki kualitas tidur yang kurang baik, penyebabnya

bisa karena kebisingan, tingkat pencahayaan, tindakan pelayanan

medis, pengobatan serta intervensi keperawatan. Menurut Gabor, et al

(2003) kegiatan perawatan bagi pasien meliputi, kunjungan perawatan,

penilaian tanda-tanda vital dan pemberian obat-obatan yang diberikan

56
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
saat jam tidur. Sekitar 20% dari tindakan keperawatan mengakibatkan

pasien terbangun. Selain itu juga tidak jarang pasien terganggu

tidurnya akibat perawat yang memberikan tindakan keperawatan serta

monitoring yang dilakukan setiap jamnya, sehingga mengurangi

manipulasi tangan terhadap pasien yang sedang tidur (Pulak & Jensen,

2014)

Hasil pemberian intervensi keperawatan ini menunjukan

bahwa adanya peningkatan kualitas tidur antara sebelum dan sesudah

dilakukan penerapan earplug dan eyemask selama 1x24jam mengalami

peningkatan kualitas tidur pada pasien hipertensi. Karena subyek pada

studi kaasus ini bisa meningkatkan kembali kualitas tidur sehingga

dapat mengembalikan kembali pasien dalam keadaan tidur terpenuhi

tanpa adanya gangguan pola tidur.

Penerapan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan earplug

dan eyemask dapat meningkatkan kualitas tidur pada pasien hipertensi.

Hal ini dapat disebabkan penerapan earplug dan eyemaask dapat

melepaskan setres dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan kualitas

tidur, dan memberikan kenyamanan pada responden. Oleh karena itu,

penerapan earplug dan eyemask efektif terhadap peningkatan kualitas

tidur pasien hipertensi.

57
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
4. Keterbatasan

Studi kasus yang dilakukan memiliki keterbatasan yaitu :

Penelitian ini menggunakan sisi metodologi penelitian studi kasus

responden 3, sehingga hasilnya tidak dapat diberlakukan umum untuk

pasien itu sendiri. Pasien tidak membiasakan dirinya memakai eaplug

dan eyemask dan butuh adaptasi untuk membiasakan dirinya memakai

earplug dan eyemask karene penelitian ini dilakukan waktu satu hari

yang sangat singkat dan belum cukup terhadap responden.

58
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan evaluasi hasil dan penelitian, maka dapat disimpulkan

sebagai bahan pencapaian yaitu untuk meningkatkan kualitas tidur setelah

dilakukan penerapan earplug dan eyemask dilihat dari kualitas tidur

terhadap rata rata penurunan skor kualitas tidur. Apabila pasien mengalami

penurunan skor kualitas tidur dibawah nilai skor 5 artinya bahwa pasien

mendapatkan kualitas tidur yang baik dan apabila nilai skor kualitas tidur

meningkat berarti pasien mengalami gangguan pola tidur.

B. SARAN

1. Bagi Perawat

Perawat dapat menjadikan penerapan earplug dan eyemask

sebagai salah satu intervensi keperawatan non farmakologis dalam

penatalaksanaan terhadap peningkatan kualitas tidur. Pengkajian

masalah kualitas tidur yang dialami pasien khususnya pasien yang

mengalami hipertensi menggunakan alat ukur seperti, pengisian

lembar kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)yang

dimodifikasi untuk mempermudah pemahaman responden dan agar

dapat mengidentifikasi masalah tidur yang dialami, dimana masalah

tidur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan

darah.

59
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pengalamandalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan terutama pada kualitas tidur pasien hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang kualitas tidur pada pasien dengan hipertensi

danmengambil tempat penelitian yang berbeda serta menambah

variabel-variabel yang terkait untuk memperkaya materi penelitian

yangdilakukan. Dan dapat dijadikan intervensi untuk penelitian

selanjutnyaagar dapat melakukan beberapa penerapan yang dapat

memperdalam tidurnya.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat khususnya pasien hipertensi

sebaiknya dapat mengubah kebiasaan tidur yang buruk dengan

mengurangi konsumsi kafein, mengubah kebiasaan, melakukan

olahraga ringan yang stabil setiap hari agar dapat membantu

memperdalam tidurnya.

60
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Daftar Pustaka

Aisyah, Ramadhani Nurul, Sukirman dan Dhini Suryandari. 2014. Faktor-faktor


yang mempengaruhi perilaku disfungsional audit : penerimaan auditor
BPK Jateng. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Anies. (2015). Kolesterol dan penyakit jantung koroner. Surabaya:Ar-ruzz Media.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI.

Bansil., Pooja., Elena, V. K., Robert, K. M., Paula, W. Y. (2011). Associations


between age sleep disorder, sleep duratio, quality of sleep and
hypertension: resulth from the national and nutrition examination suevey,
2008. J Clinical Hypertension.

Basner, M., Müller, U., & Griefahn, B. (2010). Practical guidance for risk
assessment of traffic noise effects on sleep. Applied Acoustics, 71(6), 518
522.

Bumi, M. (2017). Berdamai dengan hipertensi. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Buku


Bumi Medika.

Chen,Xiao.F., Li,Lezhi., Zhou,Tao., Li,Zhanzhan.(2014). Prevalence of


Hypertensionin Rural Areas of China: A Meta-Analysis of Published
Studies : Journal Plos One 9(12) : 1-16.

Damayanti. 2013. Komunikasi teraupeutik dalam praktik keperawatan. PT.


Refika Aditama : Bandung

Daneshmandi, M., Neiseh, F., Shermeh, M.S., & Ebadi, A. (2012). Effect of Eye
Mask on Sleep Quality in Patients with Acute Coronary Syndrome. J of
Car Sci.

61
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Dunn, H., Anderson, M.A., & Hill, P.D. (2010). Nighttime lighting in intensive
care units. Crit Care Nurse, 30 (3), 31–37.

G. Widya. 2010. Mengenal Insomnia : Cara mudah mendapatkan kembali tidur.


Jogjakarta : Katahati

Junaedi, E. Dan Yulianti, S. Dkk. 2013. “Hipertensi kandas berkat herbal”, ed 1.


Jakarta: Fmedia.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil kesehatan indonesia 2017. Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Khasanah K. (2012). Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi sosial “Mandiri”


Semarang. Jurnal Nursing Studirs, Volume 1, Nomor 1.

King LA. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta : Salemba


Medika, 2010.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI


Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Mutarobin, M., Nurachmah, E., Adam, M., Sekarsari, R., & Erwin, E. (2019).
Penerapan evidencae-based nursing pengaruh earplug dan eye mask
terhadap kualitas tidur pada pasien di ICU. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 22(2), 129-138.

Ni Putu Andayani. 2014. Pengertian dan pengaruh hipertensi dikalangan


masyarakat. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Keperawatan Universitas
Udayana 6.1 (2014):33-45

Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika

62
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta :
Jakarta

Noviyanti. (2015). Hipertensi : kenali, cegah, dan obati. Yogyakarta : Notebook

Potter & Perry. (2010). Fundamental of nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika

Poer, M. 2012. Makalah dokumentasi keperawatan “dokumentasi evaluasi”


tarwoto dan wartonah, 2015, kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan, Jakarta,Salemba Medika (NANDA 2012-2014)

Puri K. Buku ajar psikiatri edisi 2. Jakarta : EGC, 2011

Roshifanni, S. (2017). Risiko hipertensi pada orang dengan pola tidur buruk: studi
di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 4(3), 408–419.

Setiawan, W. (2014). Pengaruh Marketing mix terhadap keputusan di


Surabaya. Jurnal Strategi Pemasaran, 2(1), 1-8.

Sugiyono, 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. alfabeta :


Bandung

63
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
LAMPIRAN

64
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
*) coret yang tidak perlu

Lampiran

KUESIONER KUALITAS TIDUR


Identitas Pasien
Nama : Agama :
Umur : Pekerjaan :
Jenis Kelamin : Alamat :

The Pitssburgh Sleep Quality Indexs (PSQI)

No. Pertanyaan
1. Sekitar pukul berapa anda biasanya tidur...
2. Berapa menit anda membutuhkan waktu untuk dapat tertidur di malam
3. hari...
4. Sekitar pukul berapa anda biasanya bangun di pagi hari...
Berapa jam lama tidur anda yang sebenarnya setaip malam...
5 Seberapa sering anda Tidak 1x dalam 2x dalam >3x
terjaga karena... pernah seminggu seminggu dalam
seminggu
a. Tidak dapat
tertidur dalam
waktu 30 menit
b. Terbangun di
tengah malam
atau pagi-pagi
sekali
c. Terbangun karena
ingin ke kamar
mandi
d. Terganggu
pernafasan

65
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
e. Batuk atau
mendengkur
terlalu keras
f. Merasa
kedinginan
g. Merasa kepanasan
h. Mimpi buruk
i. Merasa kesakitan
j. Alasan lain : ...
6. Seberapa sering anda
mengkonsumsi obat agar
membantu agar dapat
tertidur (resep/bebas)?
7. Seberapa sering anda
dapat menahan kantuk
ketika bekerja, atau
aktivitas lainnya?
8. Berapa sering anda
mengalami kesukaran
dalam berkonsentrasi ke
pekerjaan?
Sangat Baik Kurang Sangat
baik kurang
9. Bagaimana anda menilai
kualitas tidur anda dalam
sebulan ini
Hasil

66
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Keterangan :
Komponen
1. Kualitas tidur subjektif (dilihat dari pertanyaan no 9)
0 = sangat baik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangat kurang
2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur) total skor dari pertanyaan no 2 dan
5a
Pertanyaan no 2
≤ 15 menit = 0
16 – 30 menit = 1
31 – 60 menit = 2
>60 menit = 3
Pertanyaan no 5a
Tidak pernah = 0
1x seminggu = 1
2x seminggu = 2
3x seminggu = 3
Jumlahkan skor pertanyaan no 2 dan 5a dengan skor dibawah ini
Skor 0 = 0
Skor 1 – 2 = 1
Skor 3 – 4 = 2
Skor 5 – 6 = 3
3. Lama tidur malam dilihat dari no 4
>7 jam = 0
6 – 7 jam = 1
5 – 6 jam = 2
<5 jam = 3
4. Efisiensi tidur (pertanyaan no 1 3 dan 4)
Efisiensi tidur = (#lama tidur / # lama di tempat tidur) 100
#lama tidur = pertanyaan no 4
#lama di tempat tidur = kalkulasi respon dari pertanyaan no 1 dan 3
Jika didapat hasil berikut
>85 = 0
75 – 84 = 1
65 – 74 = 2

67
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
<65 = 3
5. Gangguan ketika tidur malam (pertanyaan no 5b dan 5j)
Tidak pernah = 0
1x seminggu = 1
2x seminggu = 2
3x seminggu = 3
6. Menggunakan obat-obat tidur (pertanyaan no 6)
Tidak pernah = 0
1x seminggu = 1
2x seminggu = 2
3x seminggu = 3
7. Terganggunnya aktivitas di sianng hari (pertanyaan no 7 dan 8)
Pertanyaan no 7
Tidak pernah = 0
1x seminggu = 1
2x seminggu = 2
3x seminggu = 3
Pertanyaan no 8
Tidak antusias = 0
Kecil = 1
Sedang = 2
Besar = 3
Jumlahkan skor pertanyaan no 7 dan 8 dengan skor dibawah ini
Skor 0 = 0
Skor 1 – 2 = 1
Skor 3 – 4 = 2
Skor 5 – 6 = 3

Skor akhir : jumlahkan semua skor dari komponen 1 – 9 pertanyaan hasil


skoring dari PSQI
Skor ≤ 5 = kualitas tidur baik
Skor ≥ 5 = kualitas tidur buruk

68
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
Lampiran

LEMBAR PERNYATAAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami penjelasan pada lembar permohonan


menjadi responden, saya bersedia dan ikut seta dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh :

Nama : Ade Arrum Rofifah

NIM : 1711010011

Judul : PENERAPAN EARPLUG DAN EYEMASK TERHADAP


KUALITAS TIDUR PASIEN HIPERTENSI DI DESA
SOMAGEDE RT 03 RW 09 BANYUMAS.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk
digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

Banyumas, 4 April 2020

Saksi Responden

( ) ( )

Lampiran

69
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(ASSENT)
Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,
mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul
dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab
dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut
sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini, yang
berjudul: PENERAPAN EARPLUG DAN EYEMASK TERHADAP KUALITAS
TIDUR PASIEN HIPERTENSI DI DESASOMAGEDE RT 03 RW 09
BANYUMAS.

Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan
formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.

Saya setuju:

Ya/Tidak*)

Tgl.: Tanda tangan (bila tidak


bisa dapat digunakan cap
jempol)

Nama Peserta:
Umur:
Alamat:

Nama Orang Tua/Wali:

Nama Peneliti:

Nama Saksi:

70
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
71
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
72
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
73
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
74
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
75
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
76
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
77
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020
LAMPIRAN
FOTO PENERAPAN EARPLUG DAN EYEMASK
DI DESA SOMAGEDE RT 03 RW 09 BANYUMAS

Subjek Penelitian 1

Subyek Penelitian 2

Subyek Penelitian 3

78
Penerapan Earplug dan Eyemasll..., Ade Arrum Rofifah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2020

Anda mungkin juga menyukai