Anda di halaman 1dari 98

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEJADIAN PRE EKLAMPSIA BERAT

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan

EUIS TRESNAWATI
C.0105.18.094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH CIKALONG WETAN TAHUN 2020

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan

EUIS TRESNAWATI
C.0105.18.094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : EUIS TRESNAWATI

NIM : C.0105.18.094

Program Studi : Pendidikan Ners Tahap Sarjana

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam skripsi dengan

judul faktor faktor yang mempengaruhi kejadian pre eklampsia berat pada ibu

bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan merupakan hasil

pemikiran saya sendiri, bukan pengutipan tulisan dari hasil karya orang lain yang

saya akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri. Saya tidak melakukan

plagiatisme atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang

berlaku dalam tradisi keilmuan.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini adalah hasil kutipan

pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut.

Cimahi, 22 Agustus 2020

Materai

Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi
oleh
EUIS TRESNAWATI
C.0105.18.094

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH CIKALONG WETAN TAHUN 2020

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Cimahi, 22 Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Dedeh Sri Rahayu, S.Pd MAN Ryka Juaeriah,S.ST, MM, M.Keb
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PRE
EKLAMPSIA BERAT PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH CIKALONG WETAN

FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF SEVERE PRE-


ECLAMPSIA IN MOTHERS WHO GIVE BIRTH AT THE RSUD
CIKALONG WETAN

Euis Tresnawati
Dedeh Sri Rahayu1), Ryka Juaeriah2), Widya Putriastuti 3)

ABSTRAK
Preeklamsi adalah kejadian hipertensi pada kehamilan yang disertai dengan udema dan
ditemukannya protein dalam urine. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab
kematian ibu hamil di seluruh dunia. Jika tidak ditangani prekeklamsi dapat
menyebabkan permasalahan pada ibu dan janin bahkan menyebabkan kematian. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian
preeklamsi. Metode penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik dengan pendekatan
retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan riwayat
preeklamsi di RSUD Cikalong Wetan pada tahun 2019. Berdasarkan hasil anailis
ditemukan bahwa usia (p = 0,001 < σ = 0,05) dan paritas (p = 0,023 < σ = 0,05)
memiliki hubungan terhadap kejadian preeklamsi, sedangkan riwayat kontrasepsi, riwayat
hipertensi dan sosial ekonomi tidak memiliki hubungan dengan kejadian preeklamsi.
Kesimpulan hasil penelitian ini ditemukan sebagian besar responden merupakan multi
para, memiliki usia beresiko rendah, memiliki riwayat kontrasepsi hormonal, tidak ada
riwayat hipertensi, memiliki status ekonomi rendah dan mengalami preeklamsi berat.
Peneliti memeberikan saran kepada RSUD Cikalong Wetan untuk menjadikan penelitian
ini menajadi dasar dalam melaksanakan pendidikan kesehatan dalam pengendalian faktor
faktor yang beresiko terjadinya preeklamsi.

Kata Kunci : (Preeklamsi, Ibu Bersalin)

Abstract
Preeclampsia is the occurrence of hypertension in pregnancy accompanied by edema and
finding protein in the urine. Preeclampsia is one of the leading causes of death for
pregnant women worldwide. If not treated, pre-eclampsia can cause problems for the
mother and fetus and even lead to death. The purpose of this study was to determine the
factors that influence the incidence of preeclampsia. The research method used is
analytical survey with a retrospective approach. The sample in this study were all women
who gave birth with a history of preeclampsia at Cikalong Wetan Regional Hospital in
2019. Based on the analysis results, it was found that age (p = 0.001 <σ = 0.05) and
parity (p = 0.023 <σ = 0.05) had the relationship to the incidence of preeclampsia, while
the history of contraception, history of hypertension and socioeconomic have no
relationship with the incidence of preeclampsia. The conclusion of this study found that
most of the respondents are multi para, have low risk age, have a history of hormonal
contraception, no history of hypertension, have low economic status and experience
severe preeclampsia. The researcher gave advice to RSUD Cikalong Wetan to make this
research the basis for implementing health education in controlling the risk factors for
preeclampsia.

v
Key Word : (Pre-eclampsia, Mother in Maternity)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu

Wata’ala atas limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dengan judul “Faktor faktor yang mempengaruhi

kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Cikalong Wetan”. Penulisan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah

satu syarat melaksanakan skripsi pada pendidikan sarjana keperawatan. Penulis

mengharapkan koreksi dan saran yang membangun sebagai bahan masukan yang

bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa proses penyususnan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Sri Wahyuni, S.Pd., M.Kes.,Ph.D Selaku Ketua STIKes Budi Luhur.

2. Bapak Dr. H.Ridwan Abdulah Putra, SpOG selaku Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Cikalong Wetan.

3. Bapak Aan Somana, S.Kp., M.Pd., M.N.S selaku Ka. Prodi Pendididkan Ners

STIKes Budi Luhur.

4. Ibu Ns. Dedeh Sri Rahayu, S.Pd., MAN selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ryka Juaeriah,S.ST, MM, M.Keb selaku pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan masukan dalam tersusunnya skripsi ini

6. Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

vi
Berbagai hambatan dan tantangan penulis hadapi selama penyusunan

hingga selesainya penulisan skripsi ini, namun berkat karunia Tuhan serta

bantuan, motivasi dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga segala hambatan

dan tantangan tersebut dapat teratasi. Akhir kata semoga skripsi ini dapat disetujui

dan dilanjutkan untuk melakukan penelitian.

Cimahi, Agustus 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI
COVER LUAR
COVER DALAM

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR........................................................................................vi

DAFTAR ISI....................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................x

DAFTAR TABEL..............................................................................................xi

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian..................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................6

C. Tujuan Penelitian...............................................................................6

D. Manfaat Penelitian.............................................................................8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9

A. Kajian Pustaka Pre Eklampsia Berat..................................................9

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pre Eklampsia....................................14

C. Hasil - Hasil Penelitian Yang Mendukung......................................19

D. Konsep Teori Model Keperawatan..................................................21

E. Kerangka Pemikiran Penelitian........................................................23

E. Hipotesis Penelitian..........................................................................25

BAB III : METODE PENELITIAN..................................................................27

A. Rancangan Penelitian.......................................................................27

B. Variabel Penelitian...........................................................................27

viii
C. Definisi Operasional........................................................................28

D. Populasi dan Sampel........................................................................28

E. Alat Pengumpulan Data...................................................................29

F. Prosedur Penelitian..........................................................................30

G. Analisis Data....................................................................................31

H. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................33

I. Etika Penelitian................................................................................33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................35

A. Hasil Penelitian ...............................................................................35

B. Pembahasan Penelitian.....................................................................41

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN...............................................................50

A. Simpulan ........................................................................................50

B. Saran.................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................53

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 10 Kasus Indikasi Operasi Sesar Terbanyak Tahun 2019

Tabel 2.1 Klasifikasi Preeklampsia

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Yang Mendukung

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kontrasepsi Pada Ibu Bersalin di


Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keturunan Pada Ibu Bersalin di


Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ekonomi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan

Tabel 4.6 Gambaran Kejadian preeklamsi di Rumah Sakit Umum Daerah


Cikalong Wetan

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Paritas Terhadap Kejadian


Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Usia Berisiko Terhadap


Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Riwayat Kontrasepsi Terhadap


Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan

xi
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Riwayat Keturunan Terhadap
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Hubungan Status Ekonomi Terhadap


Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. Salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh

Indonesia adalah angka kematian ibu. Angka kematian ibu (AKI) merupakan

salah satu masalah krusial di dunia. Sampai saat ini AKI melahirkan belum

dapat turun seperti yang diharapkan. Dibuat rancangan Sustainable

Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030

atau disebut juga dengan Global Goals di Jakarta, 1 Desember 2015,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mendukung penuh 17 poin tujuan

SDGs. Posisi kesehatan dalam kerangka SDGs yang menjadi perhatian khusus

di sektor kesehatan salah satunya adalah poin nomor tiga yaitu tentang “Good

Health and Wellbeing” atau “Kesehatan yang Baik” terdapat 13 target didalam

poin nomor tiga tersebut yang salah satunya menyebutkan tahun 2030,

mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran

hidup [1].

Diketahui 3 faktor utama yang paling sering menyebabkan kematian ibu

dalam bidang obstetri yaitu pendarahan 45%, infeksi 15%, dan hipertensi

dalam kehamilan (preeklampsiaa) 13%. Preeklampsia merupakan salah satu

penyebab kematian ibu hamil di seluruh dunia. Berdasarkan data World Health

1
2

Organization (WHO) menunjukan bahwa hipertensi menyebabkan 16% dari

seluruh angka kematian ibu di negara berkembang, 9% di Afrika dan Asia.

Tahun 2013, angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51%-

38,4%. Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia.

Kejadian eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700.

Angka kejadian preeklampsia di Indonesia sekitar 7-10% dari seluruh


[2]
kehamilan . Tiga tahun terakhir, Jawa barat menjadi provinsi dengan jumlah

kematian ibu terbanyak dengan angka mencapai lebih dari 800 kematian.

Diketahui pada tahun 2019 jumlah kematian ibu di Jawa Barat mencapai 684

kasus dan sekitar 68 kasus diakibatkan oleh eklamsia [4]. Jumlah kasus kematian

ibu di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2019 adalah sebanyak 43 kasus,

15 kasus diantaranya disebabkan oleh eklamsia[17].

Pre-eklampsi merupakan penyakit dengan peningkatan tekanan darah,

edema disertai dengan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya

belum diketahui. Pada kondisi berat, pre-eklampsiaa dapat menjadi eklampsia

dengan penambahan gejala kejang-kejang. Pre-eklampsia berat dan eklampsia

merupakan risiko yang membahayakan ibu di samping membahayakan janin


[3]
melalui plasenta . Bila eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi

kehilangan kesadaran dan kematian, oleh karena itu kejadian kejang pada

penderita eklampsia harus dihindari. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah

dilakukan dapat diketahui kasus pre eklampsia pada ibu bersalin RSUD

Cikalong Wetan pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut :
3

Tabel 1.1
10 Kasus Indikasi Operasi Sesar Terbanyak
Di RSUD Cikalong Wetan Tahun 2019

No Diagnosa Jumlah %
1 Ketuban Pecah Dini 203 25.93
2 Pre Eklampsia Berat 182 23.24
3 Abortus 179 22.86
4 Hipertensi 74 9.45
5 Plasenta Previa 33 4.21
6 Sisa Plasenta 33 4.21
7 Serotinus 28 3.58
8 Retensio Plasenta 22 2.81
9 Partus Tidak Maju 21 2.68
10 Gemeli 8 1.02
Jumlah 783 100
Sumber : Data Sekunder Penelitian 2020
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui jumlah kejadian pre eklampsia berat

pada ibu bersalin adalah sebanyak 182 atau sebesar 23,24 % dan menempati

urutan kedua dari 10 besar kasus ibu bersalin di RSUD Cikalong Wetan pada

tahun 2019. Ibu bersalin yang mengalmi preeklamsi berat dilakukan

pemamntauan yang ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti kejang

agar dapat mencegah terjadinya kematian. Ditemukan data kasus ibu bersalin

dengan masalah pre eklamsi berat yang dirawat di Intensive Care Unit adalah

sebanyak 8 pasien atau sebesar 18,1 % dari jumlah keseluruhan pasien yang

dirawat di Intensive Care Unit dan menempati urutan pertama pada tahun 2019

di RSUD Cikalong Wetan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan adalah rumah sakit milik

Pemda Kabupaten Bandung Barat yang berlokasi di Kecamatan Cikalongwetan

dan didirikan pada tahun 2015, mulai dioperasikan pada tanggal 5 Agustus

2017. RSUD Cikalongwetan berhasil meraih akreditasi bintang 4 atau


4

peringkat utama dalam proses akreditasi yang dilakukan oleh Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nasional [5].

Masalah pre eklampsia berat pada ibu bersalin akan menyebabkan

masalah selain pada ibu seperti kejang dan berisiko kematian serta terhadap

bayi berupa masalah berat lahir rendah karena aliran darah dari plasenta

terhadap janin mengalami penurunan. Pre-eklampsia didasarkan pada teori

yang dihubung-hubungkan dengan kejadian, oleh sebab itu pre-eklampsia

disebut juga disease of theory atau gangguan kesehatan yang berasumsi pada

teori. Faktor-faktor tersebut antara lain gizi buruk, kegemukan dan gangguan

aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya pre-eklampsia umumnya terjadi

pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan

pada wanita diatas 40 tahun. Faktor risiko lain adalah riwayat tekanan darah

tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat pre-eklampsia pada ibu atau

saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi,

riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis [6].

Penelitian yang dilakukan Mareza (2017) mengemukakan bahwa Ada

hubungan umur, paritas, riwayat hipertensi, riwayat pre-eklampsia, Faktor yang

dominan dalam kejadian preeklampsia adalah riwayat pre-eklampsia ρ

value=0,000 dan mempunyai ibu bersalin yang memiliki riwayat pre-eklampsia

berpeluang mengalami pre-eklampsia 8,258 kali lebih besar bila dibandingkan

dengan ibu bersalin yang tidak memiliki riwayat pre-eklampsia [9]. Hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Novita (2014), didapatkan bahwa terdapat

hubungan signifikan antara faktor keturunan (genetik) dan faktor riwayat


5

penyakit yang lalu, dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin serta tidak

terdapat hubungan antara faktor umur, faktor paritas dan Faktor kehamilan

kembar dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin [12]. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Walle, Tarkie (2017) mengemukakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara usia ibu, riwayat hipertensi pada keluarga dan

mengkonsumsi alkohol dengan kejadian pre-eklampsia berat pada ibu hamil


[10]
. Keadaan ini akan berdampak terhadap kesehatan ibu menurut teori model

keperawatan Dorothy Orem mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu

kesatuan.

Teori model keperawatan menurut Dorothy Orem mendefinisikan

kesehatan seseorang adalah suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsi

secara biologis simbolik dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan

asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait dengan kebutuhan


[8]
fisiologis . Kesehatan ibu yang merupakan fokus utama dalam penelitian ini

sangat di tentukan dengan kemampuan ibu dalam menilai kesehatannya sendiri.

Dengan adanya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

pre eklampsia berat dapat memberikan kemampuan kepada ibu menilai tentang

masalah kesehatan yang akan di alami. Maka, jika ibu dalam keadaan sehat

mereka dapat memenuhi sendiri defisit perawatan diri yang mereka alami.

Melihat dari permasalahan yang terjadi pada ibu dengan preeklampsia

berat menjadi perhatian tersendiri terhadap ilmu keperawatan meliputi upaya

preventif dan promotif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat


6

khususnya kesehatan ibu dengan masalah pre eklampsia berat. Peran perawat

sebagai peneliti dalam hal ini adalah mencari faktor resiko penyebab terjadinya

pre eklampsia berat pada sehingga dibuatkan program antisipasi terhadap

faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian ibu.

Berdasarkan pada latar belakang maka penulis tertarik untuk membuat

penelitian yang berjudul “faktor faktor yang mempengaruhi kejadian pre

eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong

Wetan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini : “Apakah faktor yang mempengaruhi kejadian pre eklampsia

berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian pre

eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong

Wetan.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran paritas pada ibu bersalin di Rumah Sakit

Umum Daerah Cikalong Wetan


7

2. Untuk mengetahui gambaran resiko usia pada ibu bersalin di Rumah

Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

3. Untuk mengetahui gambaran riwayat kontrasepsi pada ibu bersalin di

Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

4. Untuk mengetahui gambaran riwayat keturunan hipertensi pada ibu

bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

5. Untuk mengetahui gambaran sosial ekonomi pada ibu bersalin di

Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

6. Untuk mengetahui gambaran kejadian preeklamsia pada ibu bersalin di

Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

7. Untuk mengetahui hubungan paritas terhadap kejadian pre eklampsia

berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

8. Untuk mengetahui hubungan resiko usia terhadap kejadian pre

eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Cikalong Wetan

9. Untuk mengetahui hubungan riwayat kontrasepsi terhadap kejadian pre

eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Cikalong Wetan

10. Untuk mengetahui hubungan riwayat keturunan terhadap kejadian pre

eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Cikalong Wetan
8

11. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi/pekerjaan terhadap

kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum

Daerah Cikalong Wetan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan dasar

pengetahuan ilmiah untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang

berdasarkan pada penelitian atau bukti sehingga dapat penyediaan kualitas

layanan dan merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu layanan

keperawatan.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai pengembangan penelitian yang berkaitan dengan ilmu

keperawatan maternitas yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi

dan literatur STIKES Budiluhur Cimahi.

b. Bagi Tempat Penelitian

Bagi instisusi Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan, hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai wujud pelaksanaan nilai inovatif

dalam pemecahan masalah khususnya dalam menyelesaikan masalah pre

eklampsiaa pada ibu bersalin.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan permasalahan dan keterbatasan peneliti diharapkan

dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya agar dapat


9

mengembangkan jenis - jenis penelitian dan tindakan keperawatan

dalam mencegah terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka Pre Eklampsia Berat

1. Pengertian Pre Eklampsia Berat

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel yang

akhirnya akan mempengaruhi seluruh sistem organ, ditandai dengan

hipertensi dan protein uria pada pertengahan akhir kehamilan atau di atas
[6]
20 minggu kehamilan . Menurut Rukiyah (2019) mengemukakan bahwa

preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai dengan proteinuria

dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih[7]. Menurut Diana

Christine (2018) menyatakan bahawa penertian preeklampsia berat adalah

kelainan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan

adanya hipertensi, edema dan dapat disertai dengan protein uria biasanya

bisa terjadi pada usia kehamilan 20 minggu ke atas atau dalam triwulan

ketiga dari kehamilan[3]. Berdasarkan ketiga pengertian preeklampsia,

penulis menyimpulkan bahwa preeklampsia adalah suatu kondisi spesifik

pada kehamilan yang ditandai oleh hipertensi dan proteinuria terjadi setelah

minggu ke-20 masa kehamilan.

9
11

2. Klasifikasi Pre Eklampsia Berat

Preeklampsia digolongkan menjadi 2 yaitu, preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat. Preeklampsiaa berat adalah pre-eklampsiaa berlebihan

yang terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami

eklampsia. Hal ini merupakan kedaruratan obstetrik dan

penatalaksanaannya harus segera dimulai[6]. Preeklampsia berat dapat

diartikan sebagai timbulnya hipertensi sistole lebih dari 160 mmHg dan

diastole lebih dari 110 mmHg disertai proteinuria dan edema setelah umur

kehamilan 20 minggu. Untuk lebih jelas membedakan antara preeklampsia

ringan dan preeklampsia berat penulis mencantumkan tabel klasifikasi

preeklampsia sebagai berikut :

Table 2.1
Klasifikasi Preeklampsia

No. Temuan Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat


1. Tekanan darah diastolik Meningkat sebesar 15- Meningkat >20
20 mmHg atau nilai mmHg atau nilai
absolut >90 tetapi <100 absolut >100
2. Proteinuria 2+ atau semakin
Renik atau 1+ besar secara
persisten
3. Edema generalisata
(termasuk wajah dan Tidak ada ada
tangan)
4. Sakit kepala Tidak ada ada
5. Gangguan penglihatan Tidak ada ada
6. Nyeri abdomen atas Tidak ada ada
7. Oliguria Tidak ada ada
8. Menurunnya gerakan
Tidak ada ada
janin
Sumber : Patomekanisme Preeklampsiaa Terkini (Dr. dr, Kusnarman Keman, SpOG-K,
2014)
12

3. Etiologi Preeklampsia

Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan

menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu

yang berkaitan dengan perkembangan penyakit seperti primigravida, grand

multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu dan

morbid obesitas [7]. Salah satu teori mengenai etiologi preeklampsia adalah

penyakit ini disebabkan oleh kegagalan parsial pembentukan plasenta yang

menyebabkan aliran darah ke plasenta dan janin kurang memadai, teori

iskemia plasenta dan pembentukan radikal bebas, teori intoleransi

imunologi pada ibu dan janin, teori adaptasi vaskuler, teori genetic, teori

defisiensi gizi dan teori stimulasi inflamasi [3].

4. Manifestasi Klinis

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,

bersalin dan dalam masa nifas. Gejala-gejala subjektif yang dapat timbul

berupa sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di

daerah epigastrium, mual dan muntah serta oliguria (air kencing 400 ml

atau kurang dalam 24 jam). Trias gejala yang khas pada penderita pre

eklampsia[7] antara lain :

a. Hipertensi

Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih; atau suatu kenaikan

tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih; kenaikan tekanan darah

diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih.


13

b. Proteinuria

Konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2

spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam

atau lebih. Wanita yang menderita preeklampsi jarang mengalami

proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan darahnya. Jika

proteinuria terjadi, sedangkan tekanan darahnya normal, ini berarti

kemungkinan terjadi infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, atau

kontaminasi pada spesimen.

c. Edema

Bisa terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema bukanlah

tanda preeklampsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga

mulai terjadi pada tangan dan/atau wajah. Kadang-kadang edema tidak

terlihat jelas pada pemeriksaan, tetapi termanifestasi sendiri dalam

bentuk kenaikan berat badan mendadak (ini disebut occult oedema

atau edema samar). Kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1

kg atau lebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah

indikasi preeklampsia (kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per

minggu). Edema dapat terjadi di bagian depan kaki (pra-tibia), tangan,

jari-jari tangan, wajah, kelopak mata, dinding abdomen, daerah

sakrum, dan vulva.


14

5. Komplikasi Preeklampsia

a. Pada ibu

Efek pada ibu meliputi : aspirasi, muntah, edema paru,

bronkopnemoni, gagal jantung, perdarahan, thrombosis, edema, gagal

ginjal akut, nekrosis hati, hemolisis, elevated liver enzymes

(peningkatan enzim liver), low platelet (kadar trombosit rendah),

hemoragi karena kelainan koagulasi (DIC) yang sering dikaitkan

dengan eklampsiaa atau kejang, kebutaan sementara karena edema

retina dan fraktur atau lidah tergigit saat terjadi kejang[3].

b. Efek pada janin

Pada ibu dengan preeklampsia berat akan terjadi insufisiensi

plasenta yang mengakibatkan hipoksia yang dapat menyebabkan

kerusakan otak menetap yang dapat mengakibatkan cacat fisik dan

retardasi mental, retardasi pertumbuhan intrauterine (intrauterine

growth retardation [IUGR]) dan bayi kemungkinan lahir meninggal.

Preeklampsia berat adalah penyebab utama berat lahir rendah[3].

6. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian therapi antihipertensi

b. Keteterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.


15

c. Antikonvulsan: Magnesium Sulfat, sebelum pemberian periksa

frekuensi napas 16/menit, refleks patella (+), urin minimal 30ml/jam

dalam 4 jam terakhir.

d. Pemeriksaan laboraturium

e. Hitung sel sarah lengkap (termasuk hitung trombosit)

f. Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan

Fibrinogen)

g. Enzim hati (laktat dehidrogenase [LDH]) Aspartat aminotransferase

[AST] [SGOT], alanin aminotransferase [ALT] [SGPT])

h. Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat)

i. Pemeriksaan silang darah

j. Pemeriksaan urine dan darah

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pre Eklampsia

1. Usia

Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya pre eklampsia. Usia

wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun

(usia muda kurang dari 20 tahun). Hubungan peningkatan usia terhadap

preeklampsia dan eklampsia adalah sama dan meningkat lagi pada

wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Usia 20 – 30 tahun adalah

periode paling aman untuk melahirkan, akan tetapi di negara

berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja

yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian
16

ditemukan bahwa dua tahun setelah mestruasi yang pertama, seorang

anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 –

7% dan tinggi badan 1%[7].

Menurut Manuaba (2015), Usia ibu merupakan salah satu faktor

risiko yang berhubungan dengan kualitas kehamilan. Usia yang paling

aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat adalah antara umur 20

tahun sampai umur 30 tahun. Penyulit pada kehamilan remaja salah

satunya pre eklamsi lebih tinggi dibandingkan waktu reproduksi sehat.

Keadaan ini disebabkab belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,

secara umum faktor usia ibu berhubungan dengan kejadian PEB.

2. Paritas

Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada

kehamilan, 3 – 8 persen pasien terutama pada primigravida, pada

kehamilan trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh

insiden dunia, dari 5%-8% pre-eklampsia dari semua kehamilan,

terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang

mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila

dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda.

Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko

terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga

adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of

Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi

preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8%.


17

Menurut Winkjosastro (2018), Paritas 2 - 3 merupakan paritas

paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan

paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian

maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian

maternal, karena hal ini merupakan kelompok risiko tinggi untuk

toksemia gravidarum. Kematian maternal akan meningkat tinggi jika

sudah menjadi eklamsi, secara umum faktor paritas berhubungan

dengan kejadian PEB.

3. Faktor Keturunan

Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang

diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari

ibu penderita pre-eklampsia. Atau mempunyai riwayat pre-

eklampsia/eklampsia dalam keluarga. Factor keturunan dianggap

berpengaruh terhadap terjadinya preelamsia dengan ditemukannya

mutasi gen tunggal pada wanita preeklamisa yang berpengaruh terhadap

invasi trofoblas yang abnormal. Genotif ibu lebih menentukan

terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan

dengan genotif janin [6].

Menurut Sunarsih (2011) jika ada riwayatpreeklampsia/eklampsia

pada ibu/nenek penderita, faktor resiko meningkat sampai ± 25%. Bukti

adanya pewarisan secara genetik paling mungkin disebabkan oleh turun

resesif. Ada hubungan genetik yang telah ditegakkan, riwayat keluarga

ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi


18

hipertensi kehamilan dapat diturunkan pada anak perempuannya

(Manuaba, 2007).

4. Riwayat Hipertensi

Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau

eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler

hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan

dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan.

Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan

darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain.

Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat

disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria,

nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus

(Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan

perdarahan otak.

Faktor riwayat pre-eklampsia menurut Varney (2006)

mengemukakan bahwa salah satu penyebab preeklampsia adalah

predisposisi genetik, atas dasar tersebut riwayat pre-eklampsia pada

keluarga dan individu merupakan factor risiko untuk terjadnya pre-

eklampsia pada kehamilan selanjutnya. Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan (2007) mendapatkan


19

nilai ρ value= 0,001 dan nilai OR=15,506 dengan tingkat kepercayaan

95% CI sebesar 5,782 - 41,562 yang berarti bahwa ibu yang

mempunyai riwayat preeklampsia berpeluang untuk terjadinya

preeklampsia sebesar 15,506 kali lebih besar[9].

Faktor riwayat hipertensi menurut Cunningham (2013) Pada

sebagian wanita dengan riwayat hipertensi kronis, hipertensi dapt

memburuk, terutama pada kehamilan berikutnya. Hipertensi yang

diperberat oleh kehamilan seperti itu dapat disertai dengan proteinuria

atau edema patologis dan kemudian disebut superimposed

preeclampsia. Kerapkali superimposed preeclampsia timbul lebih awal

dalam kehamilan bila dibandingkan dengan preeklampsia murni dan

cenderung jadi berat pada kebanyakan kasus. Penelitian yang dilakukan

oleh Rosmadewi (2010) yang dalam penelitiannya didapatkan bahwa

nilai ρ value sebesar 0,001 dan OR sebesar 9,116 yang berarti bahwa

ibu bersalin yang memiliki riwayat hipertensi memiliki peluang untuk

terjadinya pre-eklampsia sebesar 9,116 kali lebih besar dibandingkan

dengan ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi)[9].

Menurut Manuaba (2015), Kondisi sebelum hamil seperti

hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan

meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan dengan

hipertensi esensial atau hipertensi yang telah ada sebelum

kehamilan dapat Berlangsung sampai aterm tanpa gejala mejadi pre

eklamsi tidak murni. penyakit gula atau diabetes mellitus dapat


20

menimbulkan pre eklamsi dan eklamsi begitu pula penyakit ginjal

karena dapat meingkatkan tekanan darah dan dapat menyebabkan

pre eklamsi, secara umum faktor penyakit penyerta berhubungan

dengan kejadian PEB.

5. Riwayat Pekerjaan

Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan

peredaran darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil,

dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring

dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari

pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan

berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah

dalam rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan. Oleh

karenanya pekerjaan tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan

melelahkan seperti pegawai kantor, administrasi perusahaan atau

mengajar. Semuanya untuk kelancaran peredaran darah dalam tubuh

sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklampsia[7].

C. Hasil Penelitian Yang Mendukung


No Judul Metode Sampel Hasil Uji
1. Hypertensi cross- pregnant The prevalence of The odds of age of
ve section women hypertensive respondents<24
disorder of al study attending disorder of had 69% less likely
pregnancy antenatal pregnancy were to develop
prevalence care service 16.8%. Maternal hypertensive
and at Gondar age, family history disorder of
21

associated town public of hypertension, pregnancy when


factors health and alcohol intake compared to age
among institutions during pregnancy ≥35
pregnant were significantly (AOR=0.31; 95%
women associated with CI: 0.05, 0.027).
attending hypertensive pregnant women
ante natal disorder of who have family
care at pregnancy. history of
Gondar hypertension were
town 7.8 times more
health likely to develop hy-
Institution pertensive disorder
s, North of pregnancy when
West compared to those
Ethiopia pregnant
2017 women who do not
have family history
of hypertension
(3.037, 19.62
(AOR=0.7.77;
95%CI: 3.037,
19.62).
Furthermore,
alcohol users
during current
pregnancy are two
times more likely to
develop hy-
pertensive disorder
of pregnancy
compared to non-
users
(AOR=0.1.984;
95% CI: 0.77,
5.108)

2. Faktor- peneliti Perempuan Analisis Variabel yang


faktor an yang sedang mutivariat berhubungan
yang kuantita bersalin menunjukkan dengan kejadian pre
berhubung tif secara bahwa ibu hamil -eklampsia adalah
an dengan dengan purposive dengan riwayat usia ρ=0,004
kejadian pendek sampling pre-eklampsia (OR=2,391), paritas
faktor atan dengan memiliki peluang ρ=0,000
yang case perbandinga sebesar 8,258 kali (OR=3,100),
berhubung control n 1:1 lebih besar untuk riwayat hipertensi
an dengan dimana mengalami pre- ρ=0,000
kejadian jumlah eklampsia (OR=4,593),
faktor sampel dibandingkan riwayat pre
yang kasus 98, dengan ibu yang eklampsia ρ=0,000
berhubung sampel tidak memiliki (OR= 6,290)
22

an dengan kontrol 98. riwayat pre-


kejadian eklampsia
pre
eklampsiaa
pada
perempuan
bersalin

3. Faktor – Eksplan Semua Tidak ada uji Chi Square


faktor tory pasien pengaruh
yang Reserve rawat inap hubungan antara
mempenga r yang kejadian PEB
ruhi dengan mengalami dengan faktor
kejadian desain PEB di gravida, distensi
peb retrospe ruang ICU rahim,
pada ctif RSUD riwayat penyakit
pasien Moewardi penyerta, usia
rawat inap Surakarta ibu dan paritas
diruang icu dari awal pada pasien rawat
bulan inap di
Januari ruang ICU RSUD
tahun 2011 Dr. Moewardi
sampai Surakarta
dengan
bulan Maret
tahun
2012.

4. Faktor- analitik jumlah Dari hasil uji Chi Square


faktor kuantita populasi penelitian
yang tif, sebanyak didapatkan bahwa
Berhubung dengan 1247 tidak ada
an dengan desain persalinan hubungan antara
Kejadian peneliti faktor umur
Preeklamp an yang dengan kejadian
sia pada digunak preeklampsia (p =
Ibu an 0,114), tidak ada
Bersalin di adalah hubungan antara
Ruangan studi faktor paritas
Camar II casse dengan kejadian
RSUD control preeklampsia (p =
Arifin 0,054), ada
Achmad hubungan yang
Provinsi signifikan antara
Riau faktor keturunan
Tahun dengan kejadian
2014 preeklampsia (p =
0,000), tidak ada
hubungan antara
faktor kehamilan
23

kembar dengan
kejadian
preeklampsia (p =
0,470), ada
hubungan yang
signifikan antara
riwayat penyakit
yang lalu dengan
kejadian
preeklampsia (p =
0,000).

D. Konsep Teori Model Keperawatan

Konsep teori keperawatan yang digunakan pada penlitian ini adalah

konsep teori model keperwatan yang dikemukakan oleh Dorothy Orem.

Dorothy orem (1971) dalam Achir Yani (2017) mengembangkan definisi

keperawatan yang menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri

sendiri. Orem menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara

seperti berikut : Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan

manusia terhadap tindakan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta

penatalaksanaannya secara terus menerus dalam upaya mempertahankan

kehidupan dan kesehatan, penyembuhan dari penyakit, atau cidera, dan

mengatasi hendaya yang ditimbulkannya[8].

Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki-laki

perempuan dan anak-anak. Ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan

akan terjadi kesakitan atau kematian. Keperawatan berupaya mengatur dan

mempertahankan kebutuhan keperawatan diri secara terus menerus bagi

mereka yang secara total tidak mampu melakukannya[8]. 

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan

kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri


24

serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan, Orem

mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya Theory of nursing

system. Menggambarkan kebutuhan pasien yang akan dipenuhi oleh perawat,

oleh pasien itu sendiri atau kedua–duanya. Sistem keperawatan didesain berupa

sistem tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk melatih/ meningkatkan self

agency seseorang yang mengalami keterbatasan dalam pemenuhan self care[8].

Terdapat tiga tingkatan/kategori sistem keperawatan yang dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan self care pasien salah satunya adalah Supportif-

Educative System. Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang

membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu

memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agara pasien

mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.

Contoh: pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memelukan

informasi pada pengaturan kelahiran[8].

Kesehatan ibu yang merupakan fokus utama dalam penelitian ini sangat

di tentukan dengan kemampuan ibu dalam menilai kesehatannya sendiri.

Dengan adanya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

pre eklampsia berat dapat memberikan kemampuan kepada ibu menilai tentang

masalah kesehatan yang akan di alami. Maka, jika ibu dalam keadaan sehat

mereka dapat memenuhi sendiri defisit perawatan diri yang mereka alami.

Penelitian ini terkait dengan faktor faktor yang mempengaruhi kejadian

pre eklampsia berat. Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian pre eklampsia

berat yaitu usia, pekerjaan, paritas, pendidikan dan riwayat hipertensi.


25

E. Kerangkan Pemikiran

Penelitian ini terkait dengan faktor yang berhubungan dengan terjadinya

kejadian pre eklamsi pada ibu bersalin. Penelitian ini dimodifikasi dari teori

Self Care oleh Dorothy Orem yang menguraikan bahwa 4 elemen Theory of

nursing system adalah manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.

Kesehatan ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kesehatan (kejadian

preeklamsi) ibu seperti usia, paritas pada ibu, riwayat hipertensi. Faktor

eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kesehatan (kejadian

preeklamsi) ibu adalah riwayat kontrasepsi dan ekonomi. Kesehatan dalam hal

ini kejadian pre eklampsia berat yang terjadi pada ibu bersalin di Rumah Sakit

Umum Daerah Cikalong Wetan.

Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya pre-eklampsia/eklampsia.

Hubungan peningkatan usia terhadap preeklampsia dan eklampsia adalah

sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia ekstrim yaitu

diatas 35 tahun atau terlalu muda, hal ini terjadi karena dengan

bertambahnya usia kadar hormon dalam tubuh perempuan mengalami

perubahan yang mempengaruhi terhadap pembuluh darah kususnya pada

vaskularisasi plasenta. Paritas adalah faktor yang mempengaruhi kejadian

eklamsia, yaitu pada ibu primipara yang terpapar pertamakali oleh vili korionik

menyebabkan perubahan pada vaskularisasi darah plasenta serta menggangu

peredaran darah pada ibu. Pada ibu dengan riwayat hipertensi dan keturunan
26

hipertensi memiliki resiko lebih tinggi terjadi eklamsia karena sel endotel pada

pembuluh darah sudah mengalami perubahan menjadi kaku dan berkurang

keelastisannya[6].

Fektor ekonomi dan riwayat kontrasepsi merupakan faktor eksternal yang

dapat mempengaruhi terjadinya eklamsia, dengan ekonomi rendah mempengaruhi

kemampuan keluarga dalam menyediakan pemenuhan kebutuhan gizi (defisiensi

gizi) sehingga resiko terjadinya eklamsia menjadi tinggi. Sedangkan ibu dengan

riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal menyebabkan perubahan pada sebagian

besar kadar hormon dalam tubuh. perubahan yang terjadi seperti perubahan dalam

siklus menstruasi, perubahan sirkulasi estrogen dalam vaskular yang mempengaruhi

viskositas darah dan permeabilitas pembuluh darah[6].

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada skema sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


27

Keterangan : : komponen yang di teliti

: komponen yang tidak di teliti

Sumber : Modifikasi oleh penulis dari Dorothy Orem dalam Achir Yani (2017)

F. Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini hipotesisnya yaitu :

a. Ada hubungan paritas terhadap kejadian pre eklampsia berat pada ibu

bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

b. Ada hubungan usia terhadap kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin

di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

c. Ada hubungan riwayat kontrasepsi terhadap kejadian pre eklampsia berat

pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

d. Ada hubungan riwayat keturunan terhadap kejadian pre eklampsia berat

pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

e. Ada hubungan sosial ekonomi terhadap kejadian pre eklampsia berat pada

ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan


28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei analitik melalui
pendekatan retrospektif. Pada pelaksanaan penelitian dilakukan survey untuk
mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian pre eklampsia berat
meliputi usia, keturunan, paritas pada ibu, ekonomi dan riwayat kontrasepsi.
Peneliti mengumpulkan data yang bersumber pada rekam medis ibu bersalin
dan dilakukan perawatan selama tahun 2019. Desain dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut [16]:

Usia
Partus
Riwayat Hipertensi Kejadian Pre Eklampsi
Ekonomi
Riwayat Kontrasepsi

Gambar 3.1 Desain Penelitian

B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu
bersalin (faktor faktor yang mempengaruhi) meliputi usia, keturunan,
paritas pada ibu, ekonomi dan riwayat kontrasepsi.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian pre
eklampsia berat.

27
30

C. Definisi Operasional
Definisi operasioal pada penlitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil ukur Skala


1. Faktor-faktorFaktor-faktor yang Daftar a. Usia Interval
yang mempe- mempegaruhi Ceklist 1) Risiko tinggi (<20
ngaruhi terjadinya preeklamsi dan >35 th)
terjadinya adalah karakteristik ibu 2) Risiko rendah (20- Nominal
preelamsi yang dapat 35th)
menyebabkan b. Paritas
terjadinya kejadian 1) primi gravida Nominal
preeklamsi meliputi 2) multi gravida
faktor internal dan c. Riwayat hipertensi
eksternal. Faktor 1) Ya Ordinal
internal yang dapat 2) Tidak
mempengaruhi d. Ekonomi[19]
kesehatan (kejadian 1) Tinggi (Penghasilan Nominal
preeklamsi) ibu seperti ≥.500.000)
usia, paritas pada ibu, 2) Rendah (Penghasilan
riwayat hipertensi. <1.500.000)
Faktor eksternal e. Riwayat kontrasepsi
(lingkungan) yang 3) Hormonal
dapat mempengaruhi 4) Tidak Hormonal
kesehatan (kejadian
preeklamsi) ibu adalah
riwayat kontrasepsi dan
ekonomi.
2. Kejadian pre Terjadinya Daftar 1.Pre eklampsia berat: 2 Nominal
eklampsia hipertensi Checklist 2.Pre eklampsia ringan : 1
selama
kehamilan
disertai dengan
udema dan
protein urin
positif 1

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan riwayat
preeklamsi dan dirawat di RSUD Cikalong pada tahun 2019 yaitu sebanyak
182 orang.
31

2. Sampel
a. Besaran sampel
Besaran sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin
dengan riwayat preeklamsi yang di rawat di RSUD Cikalongwetan pada
Tahun 2019 yaitu sebanyak 182 responden.
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
teknik nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi [18].
c. Kriteria Sampel
Pada pemilihan responden sebagai sample penelitian didasarkan
berdasarkan kriteria eligibilitas tertentu (kriteria inklusi dan eksklusi).
Kriteria Inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh
subyek agar dapat diikutsertakan sebagai sumber data dalam penelitian.
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Responden yang melahirkan di
RSUD Cikalongwetan pada periode tahun 2019
2) Status rekamedis berisi data
lengkap yang dibutuhkan dalam pengisian kuesioner
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1) Berkas rekamedis yang tidak lengkap
2) Sampel tidak memiliki riwayat pre eklamsi

E. Alat Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Peneliti melakukan pengumpulan data melalui pengisian lembar ceklist
yang sudah di siapkan oleh penulis meliputi faktor faktor yang
32

mempengaruh kejadian pre eklampsia berat yang terdiri dari pertanyaan


tentang usia, keturunan, paritas pada ibu, ekonomi dan riwayat kontrasepsi.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksana, dan tahap akhir.
1. Tahapan Persiapan
Pada tahap ini melakukan penelitian dengan cara :
a. Mencari masalah penelitian (fenomena)
b. Mengajukan rumusan masalah dan membuat judul penelitian
c. Melakukan studi pendahuluan
d. Mengurus perijinan terhadap instansi tempat penelitian untuk studi
pendahuluan
e. Membuat proposal dan instrument penelitian
f. Melakukan ujian sidang proposal penelitian
g. Mengurus perijinan terhadap instansi tempat penelitian untuk
pelaksanaan penelitian berupa surat izin yang di tanda tangani oleh ketua
Program Pendidikan
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian dengan cara :
a. Pengambilan dan pengumpulan data
1) Menentukan anumerator
2) Pemberian penjelasan operasional prosedur penelitian sampai
anumerator paham
3) Pemilahan dan pengumpulan Rekam Medis ibu bersalin yang di
rawat di RSUD Cikalong Wetan selama periode tahun 2019
4) Pengisian lembar check list
b. Pengolahan dan analisa data
c. Menyusun laporan penelitan
3. Alur penelitian
33

Alur penelitian dalam penelitian ini akan di jelaskan dalam gambar 3.2
sebagai berikut :

Gambar 3.2 Alur Penelitian

G. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data langkah-langkah yang penulis tempuh,
diantaranya :
a. Editing (Penyuntingan data)
Pada penelitian ini penulis melaksanakan pengecekan ulang pada
saat pengisian lembar ceklist hasil pengumpulan data. Data dicek
meliputi kelengkapan dan dicek ulang terhadap status rekam medis
pasien.
b. Coding
Dalam pelaksanaan penelitian penulis melakukan pembuatan code
terhadap masing masing variable penelitian sebagai berikut :
34

a. Usia
2 : Risiko
1 : Tidak Risiko
b. Paritas
1 : primi gravida
2 : multi gravida
c. Riwayat hipertensi
2 : Ya
1 : Tidak
d. Ekonomi [19]
1 : Tinggi (penghasilan >1.500.000)
2 : Rendah (penghasilan ≤1.500.000)
e. Riwayat kontrasepsi
2 : Hormonal
1 : Tidak Hormonal
f. Kejadian Pre Eklampsia
1 : Pre Eklampsia Ringan
2 : Pre Eklampsia Berat
c. Transferring
Kegiatan yang dilakukan dalam memasukan data yang sudah melalui
editing dan coding kemudian dimasukan ke dalam komputer untuk
dianalisis. Proses transferring penulis menggunakan bantuan software
Microsoft office excel 2019.
d. Tabulating
Penulis membuat tabel-tabel penelitian didasarkan pada tujuan dari
penelitian ini meliputi faktor faktor yang mempengaruhi kejadian pre
eklampsia berat dengan bantuan.

2. Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Analisa Univariat
35

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau


mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,
2018). Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik responden,
variabel bebas, dan variabel terikat. Hasil analisis data berupa distribusi
frekuensi dan persentase dari masing-masing variable. Pada penyajian
data akan di lakukan pembuatan tabel distribusi frekuensi yang meliputi
usia, keturunan, paritas pada ibu, ekonomi dan Riwayat kontrasepsi.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis
bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan
yaitu apakah hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi
(karakteristik) terhadap kejadian pre eklampsia berat. Setelah dianalisis
secara univariat pada setiap variabel, selanjutnya dilakukan analisis
bivariat. Variabel yang di analisis merupakan data kategorik-kategorik
sehingga peneliti akan menggunakan teknik analisi chi square. Tujuan
dari analisis chi square adalah serta melihat hubungan antara kedua
kelompok data [15].
Peneliti menetapkan derajat kemaknaan 95 % atau ά 0,05. Hasil uji
statistik akan dibandingkan antara p value dengan nilai ά (alpha). Bila
nilai p value < ά, maka keputusan uji adalah Ho ditolak, sedangkan bila
nilai p value ≥ ά maka keputusan uji adalah Ho gagal ditolak [15].

H. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian Ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat, penelitian akan dilakukan pada
bulan April sampai Juni 2020.

I. Etika Penelitian
Masalah etika yang peneliti perhatikan adalah sebagai berikut :
1. Izin etik (Ethical Clearence)
36

Proses uji etik dalam penelitian ini akan diajukan di LPPM Stikes
Budiluhur untuk mengajukan pengujian.

2. Penjelasan dan persetujuan (Informed Consent)


Penelitian ini tidak dilakukan pengisian lembar persetujuan karena
penulis melakukan pengumpulan data terhadap rekam medik pada 1
tahun yang lalu yaitu tahun 2019.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti. Peneliti menggunakan data hanya sebatas kebutuhan akademik,
adapaun nama sampel yang di ambil menggunakan inisial nama huruf
depan saja.
4. Manfaat (Benefit)
Penelitian ini dilakukan berdasarkan azas manfaat yaitu bertujuan
mencari factor-faktor yang mempengaruhi kejadia pre eklamsia berat
seperti usia, keturunan, paritas pada ibu, ekonomi dan riwayat
kontrasepsi sehingga diketahui informasi yang jelas untuk pencegahan
kejadian preeklamsi berat dalam kehamilan.
5. Keadilan (Justice)
Peneliti memperlakukan semua responden secara adil, tidak
membeda-bedakan responden baik berdasarkan suku, agama, ras ataupun
golongan. Hal yang berkaitan dengan prinsip keadilan diantaranya
menghormati budaya dari setiap responden, tidak diskriminatif saat
menentukan partisipan, berlaku sopan dan bijak terhadap responden,
memberi kesempatan yang sama terhadap rekamedik untuk pengisian
ceklist.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada BAB ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan
pada bulan Juni 2020 sampai dengan bulan Juli 2020 mengenai faktor faktor
yang mempengaruhi kejadian pre eklamsi berat pada ibu bersalin di Rumah
Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan yang akan dijelaskan secara terperinci
sebagai berikut :
1. Gambaran Paritas Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Bersalin di Rumah
Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Paritas Jumlah Persentase


Multi Para 127 69,8
Primi Para 55 30,2
Total 182 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar


responden merupakan multi para yaitu sebanyak 127 ibu bersalin (69,8%)
dan sebagian kecil responden adalah primi para yaitu sebanyak 55 ibu
bersalin (30,2%).

2. Gambaran Usia Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah


Cikalong Wetan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan

Usia Jumlah Persentase


Beresiko Tinggi 77 42,3
Beresiko Rendah 105 57,7
Total 182 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar


responden merupakan usia beresiko rendah yaitu sebanyak 105 ibu

35
38

bersalin (57,7%) dan sebagian kecil responden adalah usia beresiko tinggi
yaitu sebanyak 77 ibu bersalin (42,3%).
3. Gambaran Riwayat Kontrasepsi pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kontrasepsi Pada Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Riwayat Kontrasepsi Jumlah Persentase


Tidak Hormonal 68 37,4
Hormonal 114 62,6
Total 182 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar


responden memiliki riwayat kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 114 ibu
bersalin (62,6%) dan sebagian kecil responden memiliki riwayat
kontrasepsi tidak hormonal yaitu sebanyak 68 ibu bersalin (37,4%).

4. Gambaran Riwayat Keturunan pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit


Umum Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keturunan Pada Ibu Bersalin
di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Riwayat Keturunan Jumlah Persentase


Hipertensi
Ada 22 12,1
Tidak Ada 160 87,9
Total 182 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar


responden tidak ada riwayat hipertensi yaitu sebanyak 160 ibu bersalin
(87,9%) dan sebagian kecil responden memiliki riwayat hipertensi yaitu
sebanyak 22 ibu bersalin (12,1%).
39

5. Gambaran Ekonomi pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum


Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ekonomi Pada Ibu Bersalin di Rumah
Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Status Ekonomi Jumlah Persentase


Rendah 156 85,7
Tinggi 26 14,3
Total 182 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hasil bahwa Sebagian besar


responden memiliki status ekonomi rendah yaitu sebanyak 156 ibu
bersalin (85,7%) dan sebagian kecil responden memiliki status ekonomi
tinggi yaitu sebanyak 26 ibu bersalin (14,3%).

6. Gambaran Kejadian Preeklamsi ada Ibu Bersalin di Rumah Sakit


Umum Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsi Pada Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan

Kejadian Preeklamsi Jumlah Persentase


Preeklamsi Ringan 46 25.3
Preeklamsi Berat 136 74.7
Total 182 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar


responden mengalami preeklamsi berat yaitu sebanyak 136 ibu bersalin
(74,7%) dan sebagian kecil responden mengalami preeklamsi ringan yaitu
sebanyak 46 ibu bersalin (25,3%).
40

7. Hubungan Paritas Terhadap Kejadian Pre Eklampsi Pada Ibu


Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Paritas Terhadap Kejadian
Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan

Kejadian Preeklamsi OR p
Total
Paritas Ringan Berat (95% CI) value
F % F % F %
Primigravida 20 36,4 35 63,6 55 100 0,222
0,023
Multigravida 26 20,5 101 79,5 127 100 1,2-4,5
Jumlah 46 25,3 136 74,7 182 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.7 di atas hasil analisis diperoleh nilai P = 0,023


< σ 0,05, maka disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara
Paritas Terhadap Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 2,220 dengan
CI 95% menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna
bahwa ibu paritas Multi Gravida mempunyai peluang 2,22 kali mengalami
preeklamsi berat dibanding bayi ibu paritas Primi Gravida.

8. Hubungan Usia Berisiko Terhadap Kejadian Pre Eklampsia Berat


Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Usia Berisiko Terhadap
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalong Wetan

Kejadian Preeklamsi OR P
Total
Usia Ringan Berat (95% CI) Value
F % F % F %
Risiko Rendah 36 34,3 69 65,7 105 100 3,5
0,001
Risiko Tinggi 10 13,0 67 87,0 77 100 1,6-7,6
Jumlah 46 25,3 136 74,7 182 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.8 di atas hasil analisa diperoleh nilai P = 0,001


< σ = 0,05, maka disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara
umur Terhadap Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
41

Umum Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 3,496 dengan
CI 95% menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna
bahwa ibu yang usianya resiko tinggi mempunyai peluang 3,5 kali
mengalami preeklamsi berat dibanding ibu usia resiko rendah.

9. Hubungan Riwayat Kontrasepsi Terhadap Kejadian Pre Eklampsia


Berat Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Riwayat Kontrasepsi
Terhadap Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan

Kejadian Preeklamsi
Riwayat Total OR p
Ringan Berat
Kontrasepsi (95% CI) value
F % F % F %
Tidak Hormonal 22 32,4 46 67,6 68 100 1,8
0,090
Hormonal 24 21,1 90 78,9 114 100 0,9-3,5
Jumlah 46 25,3 136 74,7 182 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasil analisa diperoleh nilai P = 0,090


> σ = 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Riwayat
Kontrasepsi denan Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 1,793 dengan
CI 95% menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna
bahwa ibu yang punya riwayat kontrasepsi hormonal mempunyai peluang
1,8 kali mengalami preeklamasi berat dibanding ibu yang punya riwayat
kontrasepsi tidak hormonal.
42

10. Hubungan Riwayat Keturunan Terhadap Kejadian Pre Eklampsia


Berat Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Riwayat Keturunan
Terhadap Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalong Wetan

Kejadian Preeklamsi OR
p
Riwayat Total (95%
Ringan Berat value
Hipertensi CI)
F % F % F %
Tidak Ada 39 24,4 121 75,6 160 100 0,7
0,451
Ada 7 31,8 15 68,2 22 100 0,3-1,8
Jumlah 46 25,3 136 74,7 182 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.10 di atas hasil analisa diperoleh nilai P = 0,451


> σ = 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Riwayat
keturunan hipertensi dengan Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio
0,691 dengan CI 95% menunjukkan derajat kedua variabel yang
mempunyai makna bahwa ibu yang ada riwayat keturunan hipertensi
mempunyai peluang 0,7 kali mengalami preeklamasi berat dibanding ibu
yang tidak ada riwayat keturunan hipertensi.

11. Hubungan Status Ekonomi Terhadap Kejadian Pre Eklampsia Berat


Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Hubungan Status Ekonomi Terhadap
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalong Wetan

Kejadian Preeklamsi OR
Status Total (95% p
Ringan Berat
Ekonomi CI) value
F % F % F %
Rendah 9 34,6 17 65,4 26 100 0,6 0,237
Tinggi 37 23,7 119 76,3 156 100 0,2-1,4
Jumlah 46 25,3 136 74,7 182 100
Sumber : Data Primer 2020
43

Berdasarkan tabel 4.11 di atas diperoleh hasil analisa diperoleh nilai


P = 0,237 > σ = 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan status
sosial ekonomi dengan Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah
Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 0,587
dengan CI 95% menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai
makna bahwa ibu yang sosial ekonimonya rendah mempunyai peluang 0,7
kali mengalami preeklamasi berat dibanding ibu yang sosial ekoniminya
tinggi.

B. Pembahasan
1. Gambaran paritas pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden merupakan multi para yaitu sebanyak 127 ibu bersalin (69,8%)
dan sebagian kecil responden adalah primi para yaitu sebanyak 55 ibu
bersalin (30,2%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitan yang dilaukan oleh
Setyorini (2016) bahwa didapatkan data sebagian besar responden
merupakan primi para yaitu sebanyak 25 ibu bersalin (61,1%) lebih
banyak dibandingkan dengan multigravida hanya 11 ibu bersalin (38,9%).
Menurut Winkjosastro (2018) Ibu yang memiliki paritas >3 beresiko
mengalami preeklampsia dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3.
Menurut Prawirohardjo (2002) preeklamsi dipengaruhi oleh faktor
paritas hal ini dikarenakan terjadinya patologi akibat implantasi
sehingga timbul iskemia yang diikuti sindrom inflamasi.

2. Gambaran resiko usia pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum


Daerah Cikalong Wetan
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden merupakan usia beresiko rendah yaitu sebanyak 105 ibu
bersalin (57,7%) dan sebagian kecil responden adalah usia beresiko tinggi
yaitu sebanyak 77 ibu bersalin (42,3%). Hal ini tidak sesuai dengan
44

penelitian yang dilakukan oleh Umar (2017) ditemukan bahwa sebagian


besar responden merupakan usia beresiko tinggi yaitu sebanyak 58 ibu
bersalin (59,2%) dan sebagian kecil responden adalah usia beresiko rendah
yaitu sebanyak 40 ibu bersalin (40,8%). Menurut Manuaba (2005), Usia
ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun.
Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi
dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil.

3. Gambaran riwayat kontrasepsi pada ibu bersalin di Rumah Sakit


Umum Daerah Cikalong Wetan
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki riwayat kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 114 ibu
bersalin (62,6%) dan sebagian kecil responden memiliki riwayat
kontrasepsi tidak hormonal yaitu sebanyak 68 ibu bersalin (37,4%). Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2016)
bahwa sebagian besar responden memiliki bukan akseptor kontrasepsi
hormonal yaitu sebanyak 22 ibu bersalin (64,7%) dan sebagian kecil
responden memiliki riwayat kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 12 ibu
bersalin (36,3%). Risiko terjadinya hipertensi bertambah banyak apabila
wanita tersebut juga menggunakan kontrasepsi terutama kontrasepsi
hormonal. Kontrasepsi hormonal berupa pil KB sebagian besar
mengandung hormon estrogen dan pregesteron. Hormon dalam kontrsepsi
ini telah diatur sedemikian rupa sehingga mendekati kadar hormone dalam
tubuh akseptor namun bila digunakan dalam jangka waktu yang lama akan
timbul efek samping lain. Kedua hormon tersebut memiliki kemampuan
untuk mempermudah retensi ion natrium dan sekresi air disertai kenaikan
aktivitas rennin plasma dan pembentukan angiontensin sehingga dapat
memicu terjadinya peningkatan tekanan darah (Fajriansi, 2013).
45

4. Gambaran riwayat keturunan hipertensi pada ibu bersalin di Rumah


Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden tidak ada riwayat hipertensi yaitu sebanyak 160 ibu bersalin
(87,9%) dan sebagian kecil responden memiliki riwayat hipertensi yaitu
sebanyak 22 ibu bersalin (12,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setiawan (2016) mengemukakan bahwa sebagian besar
responden tidak ada riwayat hipertensi yaitu sebanyak 29 ibu bersalin
(85,3%) dan sebagian kecil responden memiliki riwayat hipertensi yaitu
sebanyak 5 ibu bersalin (15,7%). Kooffreh et al (2014) bahwa ibu hamil
yang memiliki riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko lebih banyak
terkena preeklampsia dibandingkan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
keluarga hipertensi. Menurut Fajriansi (2013) pada kehamilan normal
pembuluh darah tidak peka (refrakter) terhadap bahan-bahan vasopresor
akibat dilindungi oleh adanya sistesis prostaglandin pada sel endotel
pembuluh darah. Gangguan vaskularisasi akibat kepekaan resistensi
vaskuler menyebabkan lumen arteri bertambah kecil, selanjutnya akan
terjadi insufisiensi uteroplasenter yang mengakibatkan hipoksia dan
iskemi plasenta. Jadi semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi pula
untuk terjadi komplikasi selama persalinan.

5. Gambaran sosial ekonomi pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum


Daerah Cikalong Wetan
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden memiliki status ekonomi rendah yaitu sebanyak 156 ibu
bersalin (85,7%) dan sebagian kecil responden memiliki status ekonomi
tinggi yaitu sebanyak 26 ibu bersalin (14,3%). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dikemukakan oleh Vincent (2017) bahwa sebagian besar
responden memiliki status ekonomi rendah yaitu sebanyak 112 ibu
bersalin (87,5%) dan sebagian kecil responden memiliki status ekonomi
46

tinggi yaitu sebanyak 16 ibu bersalin (13,5%). Kejadian pre eklamsi


meningkat pada ibu yang memiliki riwayat sosial ekonomi yang rendah.
Hal ini berhubungan erat kaitannya dengan daya beli keluarga dalam
memenuhi gizi. Pada ibu hamil yang mengalami malnutri atau
kekurangan gizi dapat terjadi preeklampsia melalui mekanisme
hiperleptinemia, sindroma metabolik, reaksi inflamasi serta peningkatan
stress oksidatif yang berujung pada kerusakan dan disfungsi endotel.

6. Hubungan Paritas Terhadap Kejadian Pre Eklampsi Pada Ibu


Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Diperoleh hasil analisa hubungan paritas terhadap kejadian
preeklamsi pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan bahwa, dari 55 orang paritas primipara ada 20 orang (36,4%)
mengalami preeklamsi ringan. Dari 127 orang Multipara ada 26 orang
(20,5%) mengalami preeklamsi ringan. Diperoleh nilai P = 0,023 < σ 0,05,
maka disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara Paritas
Terhadap Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 2,220 dengan CI 95%
menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna bahwa ibu
paritas Multi Gravida mempunyai peluang 2,22 kali mengalami
preeklamsi berat dibanding bayi ibu paritas Primi Gravida.
Hasil analisa data ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Umar (2017) dimana di kemukakan bahwa hasil uji bivariat antara paritas
dengan kejadian pre eklamsi diketahui p value adalah 0,003 dengan Odds
Ratio for Paritas (Primi Garfida/MultiGravida) 3,147 dengan CI 95% yaitu
lower 1.467 dan upper 6,748 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara Paritas Terhadap Kejadian Preeklamsi, kedua variabel
yang mempunyai makna bahwa ibu paritas Multi Gravida mempunyai
peluang 3,147 kali mengalami preeklamsi dibandingkan dengan Primi
Gravida.
47

Hal ini ditunjang dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro


(2018) Ibu yang memiliki paritas >3 beresiko mengalami preeklampsia
dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3. Pada multi paritas lingkungan
endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna dan tidak siap
menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi
kepada hasil konsepsi kurang sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan
hasil konsepsi akan terganggu sehingga dapat menambah resiko terjadinya
preeklampsia.

7. Hubungan Usia Berisiko Terhadap Kejadian Pre Eklampsia Berat


Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Diperoleh hasil analisa hubungan usia berisiko terhadap kejadian
preeklamsi pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan yaitu, dari 105 orang usia rendah ada 36 orang (34,3%) mengalami
preeklamsi ringan. Dari 77 orang usia resiko tinggi ada 10 orang (13,0%)
mengalami preeklamsi ringan. Diperoleh nilai P = 0,001 < σ = 0,05, maka
disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur Terhadap
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 3,496 dengan CI 95%
menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna bahwa ibu
yang usianya resiko tinggi mempunyai peluang 3,5 kali mengalami
preeklamsi berat dibanding ibu usia resiko rendah.
Hasil analisa data ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Umar (2017) dimana di kemukakan bahwa hasil uji bivariat antara usia
dengan kejadian pre eklamsi diketahui p value adalah 0,015 dengan Odds
Ratio for usia 2,540 dengan CI 95% yaitu lower 1.199 dan upper 5,381
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia
terhadap kejadian preeklamsi, kedua variabel yang mempunyai makna
bahwa ibu yang memiliki usia beresiko mempunyai peluang 2,5 kali
mengalami preeklamsi dibandingkan dengan usia tidak beresiko.
48

Hal ini ditunjang dengan teori yang dikemukakan oleh Rukiyah


(2015) dimana kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas
40 tahun memiliki resiko terjadinya preeklamsi yang lebih besar dibanding
usia produktif. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya pre-
eklampsia/eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau
nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun). Hubungan
peningkatan usia terhadap preeklampsia dan eklampsia adalah sama
dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.
Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan.
Selain itu menurut Manuaba (2015), Usia ibu merupakan salah satu
faktor risiko yang berhubungan dengan kualitas kehamilan. Usia yang
paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat adalah antara
umur 20 tahun sampai umur 30 tahun. Penyulit pada kehamilan remaja
salah satunya preeklamsi lebih tinggi dibandingkan waktu reproduksi
sehat. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk
hamil, secara umum faktor usia ibu berhubungan dengan kejadian
preeklamsi.

8. Hubungan Riwayat Kontrasepsi Terhadap Kejadian Pre Eklampsia


Berat Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan
Diperoleh hasil analisa hubungan riwayat kontrasepsi terhadap
kejadian preeklamsi pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan yaitu, dari 68 responden dengan riwayat konrasepsi tidak
hormonal ada 22 orang (32,4%) mengalami preeklamsi ringan. Dari 114
orang dengan riwayat konrasepsi tidak hormonal ada 24 orang (21,1%)
mengalami preeklamsi ringan. Diperoleh nilai P = 0,090 > σ = 0,05, maka
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Riwayat Kontrasepsi denan
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 1,793 dengan CI 95%
menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna bahwa ibu
49

yang punya riwayat kontrasepsi hormonal mempunyai peluang 1,8 kali


mengalami preeklamasi berat dibanding ibu yang punya riwayat
kontrasepsi tidak hormonal.
Hasil analisa data ini tidak sejalan dengan penelitian yang di
lakukan oleh setiawan (2016) bahwa ada hubungan antara kontrasepsi
dengan terjadinya preeklampsia ringan. Nilai odds ratio adalah 5,636 Hasil
ini menyatakan bahwa ibu aseptor KB sebelum hamil memiliki
kecenderungan untuk terkena preeklampsia ringan 5,636 kali
dibandingkan dengan bukan aseptor KB sebelum hamil. Risiko terjadinya
hipertensi bertambah banyak apabila wanita tersebut juga menggunakan
kontrasepsi terutama kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal berupa
pil KB sebagian besar mengandung hormon estrogen dan pregesteron.
Hormon dalam kontrsepsi ini telah diatur sedemikian rupa sehingga
mendekati kadar hormone dalam tubuh akseptor namun bila digunakan
dalam jangka waktu yang lama akan timbul efek samping lain. Kedua
hormon tersebut memiliki kemampuan untuk mempermudah retensi ion
natrium dan sekresi air disertai kenaikan aktivitas rennin plasma dan
pembentukan angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya peningkatan
tekanan darah (Fajriansi, 2013).

9. Hubungan Riwayat Keturunan Terhadap Kejadian Pre Eklampsia


Berat Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan
Diperoleh hasil analisa hubungan riwayat keturunan hipertensi
terhadap kejadian preeklamsi pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalong Wetan yaitu, dari 160 responden dengan tidak ada
riwayat hipertensi ada 39 orang (24,4%) mengalami preeklamsi ringan.
Dari 22 orang mempunyai riwayat hipertensi ada 7 orang (31,8%)
mengalami preeklamsi ringan. Diperoleh nilai P = 0,451 > σ = 0,05, maka
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Riwayat keturunan hipertensi
dengan Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum
50

Daerah Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 0,691 dengan CI 95%
menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna bahwa ibu
yang ada riwayat keturunan hipertensi mempunyai peluang 0,7 kali
mengalami preeklamasi berat dibanding ibu yang tidak ada riwayat
keturunan hipertensi.
Hasil analisa data ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
setiawan (2016) bahwa tidak ada hubungan antara riwayat keluarga
hipertensi dengan kejadian preeklampsia ringan dengan nilai p = 0,427.
Secara keseluruhan persentase responden yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan hipertensi baik pada kelompok kasus maupun kontrol
memiliki proporsi yang sama. Menurut Fajriansi (2013) pada kehamilan
normal pembuluh darah tidak peka (refrakter) terhadap bahan-bahan
vasopresor akibat dilindungi oleh adanya sistesis prostaglandin pada sel
endotel pembuluh darah. Gangguan vaskularisasi akibat kepekaan
resistensi vaskuler menyebabkan lumen arteri bertambah kecil, selanjutnya
akan terjadi insufisiensi uteroplasenter yang mengakibatkan hipoksia dan
iskemi plasenta. Jadi semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi pula
untuk terjadi komplikasi selama persalinan.
Faktor riwayat pre-eklampsia menurut Varney (2006)
mengemukakan bahwa salah satu penyebab preeklampsia adalah
predisposisi genetik, atas dasar tersebut riwayat pre-eklampsia pada
keluarga dan individu merupakan factor risiko untuk terjadnya pre-
eklampsia pada kehamilan selanjutnya. Hasil penelitian ini juga tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan (2007)
mendapatkan nilai ρ value= 0,001 dan nilai OR=15,506 dengan tingkat
kepercayaan 95% CI sebesar 5,782 - 41,562 yang berarti bahwa ibu
yang mempunyai riwayat preeklampsia berpeluang untuk terjadinya
preeklampsia sebesar 15,506 kali lebih besar[9].
Faktor riwayat hipertensi menurut Cunningham (2013) Pada
sebagian wanita dengan riwayat hipertensi kronis, hipertensi dapat
memburuk, terutama pada kehamilan berikutnya. Teori ini tidak
51

sejalan dengan hasil temuan dari penelitian yang dilakukan. menurut


Cunningham (2013) hipertensi yang diperberat oleh kehamilan seperti
itu dapat disertai dengan proteinuria atau edema patologis dan
kemudian disebut superimposed preeclampsia. Kerapkali
superimposed preeclampsia timbul lebih awal dalam kehamilan bila
dibandingkan dengan preeklampsia murni dan cenderung jadi berat
pada kebanyakan kasus.
10. Hubungan Status Ekonomi Terhadap Kejadian Pre Eklampsia Berat
Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong Wetan
Diperoleh hasil analisa hubungan status ekonomi terhadap kejadian
preeklampsi pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong
Wetan yaitu, dari 26 responden yang status ekonominya rendah ada 9
orang (34,6%) mengalami preeklamsi ringan. Dari 156 orang yang status
ekonominya tinggi ada 37 orang (23,7%) mengalami preeklamsi ringan.
diperoleh hasil analisa diperoleh nilai P = 0,237 > σ = 0,05, maka
disimpulkan tidak terdapat hubungan status sosial ekonomi dengan
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalong Wetan. Diperoleh nilai Odds Ratio 0,587 dengan CI 95%
menunjukkan derajat kedua variabel yang mempunyai makna bahwa ibu
yang sosial ekonimonya rendah mempunyai peluang 0,7 kali mengalami
preeklamasi berat dibanding ibu yang sosial ekoniminya tinggi.
Hasil analisa data ini tidak sejalan dengan penelitian yang di
lakukan oleh Legawati (2017) bahwa terdapat hubungan antara status
sosial ekonomi dengan Kejadian Preeklamsi, dengan nilai p = 0,006. Nilai
odds ratio adalah 2,960 dengan CI 95% yaitu lower 0.503 dan upper 8,990
hasil ini menyatakan bahwa ibu dengan riwayat ekonomi rendah memiliki
kecenderungan untuk terkena preeklampsia 3 kali dibandingkan dengan
ibu yang memiliki ekonomi tinggi. Seorang wanita hamil dengan rendah
keluarga tingkat ekonomi menyebabkan dirinya menjadi tidak dapat
memenuhi kebutuhan gizi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, itu
akan terjadi membuat dampak negatif pada kehamilan. Sebaliknya, wanita
52

dengan level tinggi ekonomi akan memenuhi gizi kebutuhan selama


kehamilan dan dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan
(Aisyan, 2011).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Sebagian besar responden merupakan multi para yaitu sebanyak 127 ibu

bersalin atau (69,8%).

2. Sebagian besar responden merupakan usia beresiko rendah yaitu sebanyak

105 ibu bersalin (57,7%).

3. Sebagian besar responden memiliki riwayat kontrasepsi hormonal yaitu

sebanyak 114 ibu bersalin (62,6%).

4. Hampir seluruhnya responden tidak ada riwayat hipertensi yaitu sebanyak

160 ibu bersalin (87,9%).

5. Hampir seluruhnya responden memiliki status ekonomi rendah yaitu

sebanyak 156 ibu bersalin (85,7%).

6. Sebagian besar responden mengalami preeklamsi berat yaitu sebanyak

136 ibu bersalin (74,7%).

7. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsi dengan

nilai P = 0,023 < σ = 0,05.

8. Terdapat hubungan antara umur dengan kejadian preeklamsi dengan nilai

p = 0,001 < σ = 0,05.

9. Tidak terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dengan kejadian

preeklamsi dengan nilai p = 0,090 < σ = 0,05

50
54

10. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keturunan hipertensi dengan

kejadian preeklamsi dengan nilai p = 0,451 < σ = 0,05.

11. Tidak terdapat hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian

preeklamsi dengan nilai p = 0,237 < σ = 0,05.

B. Saran

1. Teoritik

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan dasar

pengetahuan ilmiah untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien

yang berdasarkan pada penelitian atau bukti sehingga dapat penyediaan

kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu

layanan keperawatan

2. Bagi Institusi pendidikan STIKes Budi Luhur Cimahi.

Dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi baru tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklamsi pada ibu

bersalin di RSUD Cikalong Wetan. Dan sebagai salah satu bentuk dari

pengabdian masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.

3. Bagi RSUD Cikalong Wetan

Bagi RSUD Cikalong Wetan diharapkan hasil penelitian dapat

digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di RSUD Cikalong Wetan. Serta diharapkan dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif


55

kepada pasien yang berkunjung di RSUD Cikalong Wetan. Misalnya

dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, baik dilakukan di

lingkungan intern RSUD Cikalong Wetan maupun di lingkungan

masyarakat sekitar RSUD Cikalong Wetan.

Pemberian penyuluhan, baik dilakukan di lingkungan intern RSUD

Cikalong Wetan maupun di lingkungan masyarakat sekitar RSUD

Cikalong Wetan disarankan dilakukan secara rutin dengan

mengoptimalkan sumber daya yang tersedia meliputi sumber daya

manusia, dan metode media informasi seperti leaflet, booklet, poster dan

pemutaran video di media elektronik seperti televisi di ruang tunggu rawat

jalan, sehingga menjadi sebuah informasi yang baru dan relevan bagi

kesehatan masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan

penelitian dengan menggunakan faktor lain, yang belum diteliti ataupun

yang belum dihubungkan.


56

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hadya, Dwi (2019). “https://databoks.katadata.co.id /datapublish/2019/


10/08/tren-angka-kematian-ibu-di-indonesia” diakses pada tanggal 08 Maret
2020 Jam 06.15 WIB
[2] Kementeri Kesehatan Republik Indonesia (2016). “Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2016 Tentang Kesehatan”.
[3] Lalenoh, Diana Christine (2018). “Preeklampsiaa Berat Dan Eklampsiaa :
Tatalaksana Anestesia Perioperatif”. Deepublish : Jakarta.
[4] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2018). “Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2018”. Dinkes Provnsi Jabar : Jabar.
[5] RSUD Cikalongwetan (2020). “ Standar Pelayanan Publik”
https://rsudcikalongwetan.com/standar-pelayanan-publik-rawat-jalan.
[6] Keman, Rusmana (2014). “Patomekanisme Preeklampsiaa Terkini
Mengungkap Teori-Teori Terbaru Tentang Patomekanisme Preeklampsiaa
Dilengkapi Dengan Deskripsi Biomolekuler”. UB Press : Malang.
[7] Rukiyah Ai Yeyeh (2019). “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Dan Neonatal” Trans Info Media : Jakarta.
[8] Hamid, Prof A. Y. S. (2017). “Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka
Edisi Indonesia Ke-8 Volume 1”. Elsevier : Singapore
[9] Mareza Yolanda Umar. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsiaa pada perempun bersalin,” Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan,
vol. 2, no. 1, pp. 45-50, 2017.
[10] Tarkie Abebe Walle. “Hypertensive disorder of pregnancy prevalence and
associated factors among pregnant women attending ante natal care at
Gondar town health Institutions, North West Ethiopia 2017,” Elsevier :
Pregnancy Hypertension Vol 16, pp. 79–84, 2019.
[11] Yuyun Setyorini. “Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian peb pada
pasien rawat inap diruang icu,” Jurnal Keperawatan Global, Vol 1, No 1,
pp. 01-54, 2016.
[12] Novita Lusiana. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Bersalin di Ruangan Camar II RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau Tahun 2014,” Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol 3,
No 1, pp. 29-33, 2015.
[13] Kasjono dan Yasril, (2013). “Teknik Sampling Untuk Penelitian
Kesehatan”. Graha Ilmu : Yogyakarta.
[14] Kementerian Kesehatan, (2018), “Potret Sehat Indonesia Dari Riskesdas”
2018, ¶ 12, http://www.depkes.go.id, diperoleh pada tanggal 13 Maret 2020
[15] Manzilati, Azfi, (2017). “Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma,
Metode dan Aplikasi.” Malang : Universitas Brawijaya Perss.
[16] Notoatmodjo (2018). “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta : EGC
[17] Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (2019). “Profil Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat 2019”. Dinkes Kabupaten Bandung Barat: KBB.
57

[18] Sugiyono. (2017). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”.


Bandung : Alfabeta, CV.
[19] Badan Pusat Statistik (2020). “Indikator Ekonomi Indonesia”. Jakarta :
Badan Pusat Statistik Indonesia
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR CEKLIST

NAMA NO RIW PEKERJAAN/SOS RIWAYAT


NO USIA GRAVIDA
RESPONDEN REKAMMEDIK KONTRASEPSI IAL EKONOMI KETURUNAN HIP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

55
55
TABEL HASIL PENELITIAN
NO USI PARITA RIW PEKERJAAN/SOSIAL RIWAYAT KEJADIAN
RESPONDEN A S KONTRASEPSI EKONOMI KETURUNAN PREEKLAMSI
1 34 G6P4A1 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
2 31 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
3 45 G6P5A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
4 16 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
5 27 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
6 23 G4P3A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
7 20 G1P0A0 TIDAK TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
8 24 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
9 32 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
10 36 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
11 20 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
12 21 G4P3A0 TIDAK RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
13 44 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
14 26 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
15 19 G6P5A0 IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
16 17 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
17 23 G1P0A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
18 36 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
19 31 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
20 43 G2P1A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
21 32 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
22 23 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
23 42 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
24 17 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
25 33 G7P6A0 SUNTIK, IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
26 25 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
27 26 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
28 38 G3P1A1 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
29 27 G1P0A0 SUNTIK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
30 36 G4P2A1 TIDAK TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
31 32 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
32 23 G5P3A1 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
33 34 G5P4A0 IMPLAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
34 41 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
35 20 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
36 25 G4P3A0 SUNTIK RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
37 24 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
38 36 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
39 41 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
40 29 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
41 35 G7P6A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
42 26 G3P2A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
43 26 G4P3A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
44 26 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
45 43 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
46 40 G2P1A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
47 21 G7P6A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
48 33 G5P4A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
49 47 G1P0A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
50 40 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
51 40 G6P5A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
52 14 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
53 37 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
54 30 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
55 37 G5P3A1 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
56 32 G2P1A0 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
57 22 G5P4A0 SUNTIK 1 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
58 21 G3P2A0 IMPLAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
59 37 G1P0A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
60 24 G1P0A0 SUNTIK 1 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
61 24 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
62 22 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
63 36 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
64 25 G2P1A0 SUNTIK 1 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
65 33 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
66 17 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
67 26 G3P2A0 KONDOM RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
68 23 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
69 26 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
70 41 G2P1A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
71 35 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
72 21 G4P3A0 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
73 38 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
74 31 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
75 37 G2P1A0 IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
76 30 G6P5A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
77 22 G3P2A0 PIL KB TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
78 33 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
79 23 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
80 40 G4P3A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
81 38 G1P0A0 TIDAK TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
82 20 G2P1A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
83 26 G4P3A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
84 28 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
85 38 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
86 37 G3P1A1 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
87 23 G4P3A0 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
88 42 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
89 40 G1P0A0 SUNTIK 1 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
90 42 G5P3A1 SUNTIK 1 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
91 33 G5P3A1 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
92 26 G5P4A0 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
93 23 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
94 29 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
95 23 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
96 37 G3P1A1 IUD RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
97 29 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
98 21 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
99 28 G2P1A0 IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
100 35 G1P0A0 IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
101 31 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
102 17 G4P3A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
103 28 G3P2A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
104 33 G1P0A0 TIDAK RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI RINGAN
105 36 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
106 19 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
107 19 G4P3A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
108 18 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
109 21 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
110 32 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
111 31 G1P0A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
112 24 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
113 27 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
114 26 G4P1A2 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
115 38 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
116 22 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
117 25 G3P2A0 KONDOM RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
118 39 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
119 34 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
120 29 G3P2A0 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
121 38 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
122 30 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
123 43 G6P5A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
124 31 G4P2A1 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
125 36 G4P3A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
126 26 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
127 38 G3P1A1 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
128 20 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
129 28 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
130 23 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
131 34 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
132 31 G1P0A0 SUNTIK 1 BULAN RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
133 45 G6P4A1 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
134 16 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
135 27 G6P5A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
136 23 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
137 20 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
138 24 G4P3A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
139 32 G1P0A0 TIDAK TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
140 36 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
141 20 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
142 21 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
143 44 G3P2A0 SUNTIK 3 BULAN TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
144 26 G4P3A0 TIDAK RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
145 19 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
146 17 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
147 23 G6P5A0 IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
148 36 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
149 31 G1P0A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
150 43 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
151 32 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
152 23 G2P1A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
153 42 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
154 17 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
155 33 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
156 25 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
157 26 G7P6A0 SUNTIK, IUD RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
158 38 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
159 27 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
160 36 G3P1A1 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
161 32 G1P0A0 SUNTIK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
162 23 G4P2A1 TIDAK TINGGI HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
163 34 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
164 41 G5P3A1 PIL KB RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
165 20 G5P4A0 IMPLAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
166 25 G1P0A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
167 24 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
168 36 G4P3A0 SUNTIK RENDAH HIPERTENSI PREEKLAMSI BERAT
169 41 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
170 29 G2P1A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
171 35 G1P0A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
172 26 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
173 26 G7P6A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
174 26 G3P2A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
175 43 G4P3A0 TIDAK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
176 40 G2P1A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
177 21 G2P1A0 SUNTIK 3 BULAN RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI RINGAN
178 33 G2P1A0 TIDAK TINGGI TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
179 47 G7P6A0 SUNTIK RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
180 40 G5P4A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
181 40 G1P0A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
182 47 G3P2A0 PIL KB RENDAH TIDAK ADA PREEKLAMSI BERAT
HASIL OUTPUT ANALISA DATA
Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Statistics
PARITAS
N Valid 182
Missing 0
Mean 1,70
Median 2,00
Std. Deviation ,460
Variance ,212
Minimum 1
Maximum 2

PARITAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PRIMI GRAVIDA 55 30,2 30,2 30,2
MULTI GRAVIDA 127 69,8 69,8 100,0
Total 182 100,0 100,0

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Statistics
USIA
N Valid 182
Missing 0

USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BERESIKO 105 57,7 57,7 57,7
BERESIKO 77 42,3 42,3 100,0
Total 182 100,0 100,0
Frequencies
[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Statistics
KONTRASEPSI
N Valid 182
Missing 0
Mean 1,63
Median 2,00
Std. Deviation ,485
Variance ,235
Minimum 1
Maximum 2

KONTRASEPSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK HORMONAL 68 37,4 37,4 37,4
HORMONAL 114 62,6 62,6 100,0
Total 182 100,0 100,0
Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Statistics
RIWAYAT_HIPERTENSI
N Valid 182
Missing 0
Mean 1,12
Median 1,00
Std. Deviation ,327
Variance ,107
Minimum 1
Maximum 2

RIWAYAT_HIPERTENSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK ADA 160 87,9 87,9 87,9
ADA 22 12,1 12,1 100,0
Total 182 100,0 100,0

Frequencies
[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav
Statistics
EKONOMI
N Valid 182
Missing 0
Mean 1,14
Median 1,00
Std. Deviation ,351
Variance ,123
Minimum 1
Maximum 2

EKONOMI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TINGGI 156 85,7 85,7 85,7
RENDAH 26 14,3 14,3 100,0
Total 182 100,0 100,0

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Statistics
KEJADIAN_PREEKLAMSI
N Valid 182
Missing 0
Mean 1,75
Median 2,00
Std. Deviation ,436
Variance ,190
Minimum 1
Maximum 2
KEJADIAN_PREEKLAMSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PREEKLAMSI RINGAN 46 25,3 25,3 25,3
PREEKLAMSI BERAT 136 74,7 74,7 100,0
Total 182 100,0 100,0

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PARITAS * 182 100,0% 0 ,0% 182 100,0%
KEJADIAN_PREEKLAMSI

PARITAS * KEJADIAN_PREEKLAMSI Crosstabulation


KEJADIAN_PREEKLAMSI
PREEKLAMSI PREEKLAMSI
RINGAN BERAT Total
PARITAS PRIMI GRAVIDA Count 20 35 55
Expected Count 13,9 41,1 55,0
% within PARITAS 36,4% 63,6% 100,0%
MULTI GRAVIDA Count 26 101 127
Expected Count 32,1 94,9 127,0
% within PARITAS 20,5% 79,5% 100,0%
Total Count 46 136 182
Expected Count 46,0 136,0 182,0
% within PARITAS 25,3% 74,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5,132a 1 ,023
Continuity Correctionb 4,325 1 ,038
Likelihood Ratio 4,930 1 ,026
Fisher's Exact Test ,027 ,020
Linear-by-Linear 5,103 1 ,024
Association
N of Valid Cases 182
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,90.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,166 ,023
N of Valid Cases 182

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PARITAS (PRIMI 2,220 1,104 4,462
GRAVIDA / MULTI GRAVIDA)
For cohort 1,776 1,089 2,898
KEJADIAN_PREEKLAMSI =
PREEKLAMSI RINGAN
For cohort ,800 ,643 ,995
KEJADIAN_PREEKLAMSI =
PREEKLAMSI BERAT
N of Valid Cases 182

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
USIA * 182 100,0% 0 ,0% 182 100,0%
KEJADIAN_PREEKLAMSI

USIA * KEJADIAN_PREEKLAMSI Crosstabulation


KEJADIAN_PREEKLAMSI
PREEKLAMSI PREEKLAMSI
RINGAN BERAT Total
USIA RESIKO RENDAH Count 36 69 105
Expected Count 26,5 78,5 105,0
% within USIA 34,3% 65,7% 100,0%
RESIKO TINGGI Count 10 67 77
Expected Count 19,5 57,5 77,0
% within USIA 13,0% 87,0% 100,0%
Total Count 46 136 182
Expected Count 46,0 136,0 182,0
% within USIA 25,3% 74,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10,670a 1 ,001
Continuity Correctionb 9,572 1 ,002
Likelihood Ratio 11,304 1 ,001
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear 10,611 1 ,001
Association
N of Valid Cases 182
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,46.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,235 ,001
N of Valid Cases 182

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for USIA 3,496 1,607 7,603
(TIDAK BERESIKO /
BERESIKO)
For cohort 2,640 1,398 4,986
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI RINGAN
For cohort ,755 ,642 ,889
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI BERAT
N of Valid Cases 182

Crosstabs
[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KONTRASEPSI * 182 100,0% 0 ,0% 182 100,0%
KEJADIAN_PREEKLAMSI

KONTRASEPSI * KEJADIAN_PREEKLAMSI Crosstabulation


KEJADIAN_PREEKLAMSI
PREEKLAMSI PREEKLAMSI
RINGAN BERAT Total
KONTRAS TIDAK Count 22 46 68
EPSI HORMONAL Expected Count 17,2 50,8 68,0
% within KONTRASEPSI 32,4% 67,6% 100,0%
HORMONAL Count 24 90 114
Expected Count 28,8 85,2 114,0
% within KONTRASEPSI 21,1% 78,9% 100,0%
Total Count 46 136 182
Expected Count 46,0 136,0 182,0
% within KONTRASEPSI 25,3% 74,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,880a 1 ,090
Continuity Correctionb 2,313 1 ,128
Likelihood Ratio 2,828 1 ,093
Fisher's Exact Test ,113 ,065
Linear-by-Linear 2,864 1 ,091
Association
N of Valid Cases 182
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,19.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,125 ,090
N of Valid Cases 182
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 1,793 ,910 3,536
KONTRASEPSI (TIDAK
HORMONAL /
HORMONAL)
For cohort 1,537 ,937 2,520
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI RINGAN
For cohort ,857 ,709 1,036
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI BERAT
N of Valid Cases 182

Crosstabs
[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
RIWAYAT_HIPERTENSI * 182 100,0% 0 ,0% 182 100,0%
KEJADIAN_PREEKLAMSI

RIWAYAT_HIPERTENSI * KEJADIAN_PREEKLAMSI Crosstabulation


KEJADIAN_PREEKLAMSI
PREEKLAMSI PREEKLAMSI
RINGAN BERAT Total
RIWAYAT_HIPE TIDAK ADA Count 39 121 16
RTENSI Expected Count 40,4 119,6 160
% within 24,4% 75,6% 100,0%
RIWAYAT_HIPERTENSI
ADA Count 7 15 2
Expected Count 5,6 16,4 22
% within 31,8% 68,2% 100,0%
RIWAYAT_HIPERTENSI
Total Count 46 136 18
Expected Count 46,0 136,0 182
% within 25,3% 74,7% 100,0%
RIWAYAT_HIPERTENSI
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,567a 1 ,451
Continuity Correctionb ,242 1 ,623
Likelihood Ratio ,543 1 ,461
Fisher's Exact Test ,442 ,303
Linear-by-Linear ,564 1 ,453
Association
N of Valid Cases 182
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,56.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,056 ,451
N of Valid Cases 182

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ,691 ,263 1,817
RIWAYAT_HIPERTENSI
(TIDAK ADA / ADA)
For cohort ,766 ,392 1,497
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI RINGAN
For cohort 1,109 ,823 1,495
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI BERAT
N of Valid Cases 182

Crosstabs
[DataSet1] C:\Users\Master\Desktop\TABULASI EUIS.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
EKONOMI * 182 100,0% 0 ,0% 182 100,0%
KEJADIAN_PREEKLAMSI

EKONOMI * KEJADIAN_PREEKLAMSI Crosstabulation


KEJADIAN_PREEKLAMSI Total
PREEKLAMSI PREEKLAMSI
RINGAN BERAT
EKONOMI TINGGI Count 37 119 156
Expected Count 39,4 116,6 156,0
% within EKONOMI 23,7% 76,3% 100,0%
RENDAH Count 9 17 26
Expected Count 6,6 19,4 26,0
% within EKONOMI 34,6% 65,4% 100,0%
Total Count 46 136 182
Expected Count 46,0 136,0 182,0
% within EKONOMI 25,3% 74,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1,401a 1 ,237
Continuity Correctionb ,884 1 ,347
Likelihood Ratio 1,324 1 ,250
Fisher's Exact Test ,234 ,173
Linear-by-Linear 1,394 1 ,238
Association
N of Valid Cases 182
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,57.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,087 ,237

N of Valid Cases 182

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for EKONOMI ,587 ,242 1,428
(TINGGI / RENDAH)
For cohort ,685 ,377 1,247
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI RINGAN
For cohort 1,167 ,870 1,564
KEJADIAN_PREEKLAMSI
= PREEKLAMSI BERAT
N of Valid Cases 182

Anda mungkin juga menyukai