Disusun oleh :
Nama : Baiti Utami Nailaturrochmah
Nim : 21100006
Prevalensi Hipoglikemia
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe I dengan angka kejadian 10-30% psien per tahun
dengan angka kematian 3-4% (Goldman and Sheafer 2012). Sedangkan DM tipe 2 angka kejadiannya
1,2% pasien per tahun. (Berber et al 2013).
Rata-rata kejadian hipoglikemin meningkat dari 3.2 per 100 orang pertahun menjadi 7,7 per 100 orang
pertahun pada penggunaan insulin (Cutll et al 2001). Sebagai penyakit akut pada DM tipe 2,
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan insulin Dan sulfonilurea (PERKENI 2011).
B. Etiologi Hipoglikemia
Menurut Sabatine (2006), Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non Diabetes
dengan etiologi sebagai berikut:
1. Pada Diabetes
Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi dosis, seharusnya penderita diabetes
militus melakukan pengecekan gula dalam darah (eds) sebelum menyuntikan insulin sehingga
pasien mengetahui dosis yang akan digunakan.,
Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan
obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan
makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang dikonsumsi kurang maka keseimbangan ini
terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Pada saat
berolahraga,tubuh akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah
akan menurun. Maka dari itu, olahraga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa
darah tanpa menggunakan insulin.
D. Patofisiologi Hipoglikemia
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan juga
gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan
fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I
ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme
yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat,
sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat
mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam
jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan
disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi
penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke
otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung lemah (Kedin, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa darah
akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan
turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon
neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan
sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif(Carpenito, 2007) Kosentrasi glukosa darah,
peningkatankosentrasi glucagon dan epineprin sebagai Respon neuroendokrin padakosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).
Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel.
Tidak mengganggu regulasi DM.
Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman sebagai berikut: Glukosa
diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat
menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut soemadji (2006); Rush & Louise (2004); Smeltzer & Bare (2003)
sebagai berikut:
Tergantung derajat hipoglikemi:
1. Hipoglikemi ringan:
Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3 sendok teh
sirup atau madu
Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya Tidak dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat, ice cream, cake.
2. Hipoglikemi berat:
Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau minuman
➤ Hipoglikemia spontan pada orang dewasa dibedakan atas dua tipe, yaitu :⠀
1. Hipoglikemia puasa
Hipoglikemia puasa biasanya timbul menyertai penyakit endokrin tertentu, seperti hipopituitarisme,
penyakit Addison, atau mixedema; terkait dengan malfungsi hepar, seperti alkoholisme akut dan gagal
hati: pada orang dengan penyakit ginjal, terutama pada pasien yang memerlukan dialisis. Pada
keadaan ini hipoglikemia nyata tampilan sekunder. Jika hipoglikemia puasa ini merupakan
manifestasi primer, maka penyebabnya mungkin a) hiperinsulinemia akibat tumor sel b pankreas atau
karena pmberian insulin atau pobat sulfonilurea dosis berlebihan, b) akibat sekresi insulin tumor
ekstra-pankreatik.
2. Hipoglikemia pasca-sarapan (postprandial)
Hipoglikemia reaktif dapat dibagi menjadi awal (2-3 jam sesudah makan) dan lambat (35 jam pasca-
sarapan). Hipoglikemia awal (alimentary) timbul jika ada pengeluaran KH yang cepat dari lambung
kedalam usus halus, diikuti dengan peninggian absorpsi glukosa dan hiperinsulinemia. Hal ini terlihat
pada pasien pasca-gastrektomi (sindroma dumping). Ada pula yang bersifat fungsional sebagai tanda
adanya overaktivitas saraf parasimpatik yang dimediasi saraf vagus. Pada beberapa keadaan yang
jarang dijumpai adanya defek pada bommon kontra-regulasi, seperti pada defisiensi growth hormone,
glukagon, kortisol, atau respon autonomik.
K.Pengkajian
Pengkajian merupakan Langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Sehingga kelemahan pada
tahap ini akan berdampak sangat besar. Pada tahap-tahap berikutnya. (Nikmatura Rahman & Saeful
Walid. 2019 hal-2).
a. Identitas Klien
1. Identitas klien Meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat. Pekerjaan,
suku bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register,
dan diagnosa medik.
2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat.pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama Sering tidak jelas tapi biasanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemia
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti astifksia, dan
sepsis.Namun biasanya klien yang mengidap hipoglikemia akan merasakan lemas, sulit
berkonsentrasi, merasa Lelah seluruh badan, pusing kadang di sertai keringat dingin dan Jantung
berdebar.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
P: Penyebab hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama.
Misal: Klien mengeluh nyeri akan dirasakan Ketika klien sedang beraktivitas yang Berat badan akan
lemas dan keringat dingin
Q : Seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya dan seberapa sering terjadi.
Misal: Klien mengatakan tubuhnya lemas sampai terasa tidak Sadarkan diri
R: Keluhan utama tersebut dirasakan ditemukan di daerah/area penyebaran sampai kemana.
Missal: klien merasa lemas sekujur tubuh dan keringat dingin Ketika sedang beraktivitas
S : Skala keperawatan tingkat kegawatan sampai seberapa jauh.
Missal: Klien mengatakan skala yang dirasakan pada skala 7 (berat)
T: Kapan keluhan tersebut mulai dirasakan ditemukan.
Missal: 7 hari sebelum Masuk rumah sakit
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat lalu & masa kini, Riwayat alergi dan kondisi
tempat tinggal.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keturunan dari keluarga atau generasi sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal. Ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah. Apakah penglihatan kaburganda, diplopia,
lensa mata keruh.
2. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit
dan suhu kulit di daerah di daerah sekitar ulkus sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
3. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi Infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi Perfusi jaringan jaringan menurun, menurun, nadi perifer perifer lemah atau berkurang,
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase.Perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah. Lemah dan nyeri,
adan lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. Ya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi
L.Diagnosa Keperawatan
M.Intervensi Keperawatan