Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOGLIKEMIA


DI RUANG MERAK RSPAU HARDJOLUKITO

Disusun oleh :
Nama : Baiti Utami Nailaturrochmah
Nim : 21100006

Program Studi Keperawatan Program Sarjana


STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
2023
A. Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah normal (<70
mg/DL). (ADA. 2016)
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera, karena
hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia
juga dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia, 2019)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam darah <50/60 mg/dl
(Standards of Medical Care in Diabetes, 2009; Cryer, 2005; Smeltzer& Bare, 2003)
Menurut McNaughton (2011), Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas
normal kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl. Jadi kesimpulannya, Hipoglikemia
didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa Plasma lebih rendah dari 45 mg/dl 50 mg/dl
Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat Mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula darah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Orang normal, sedangkan pada pasien diabetes dengan
pengendalian gula darah yang keta (sering mengalami hipoglikemia) dapat mentoleransi kadar gula
darah yang rendah tanpa Mengalami gejala hipoglikemia.
Menurut Cryer (2005) & Soemadji (2006), pendekatan diagnosis kejadian hipoglikemia juga
dilakukan dengan bantuan Whipple’s Triad yang meliputi:

 Keluhan yang berhubungan dengan hipoglikemia


 Kadar glukosa plasma yang rendah (<50mg/dl
 Perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar gula darah (paska koreksi)

 Prevalensi Hipoglikemia
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe I dengan angka kejadian 10-30% psien per tahun
dengan angka kematian 3-4% (Goldman and Sheafer 2012). Sedangkan DM tipe 2 angka kejadiannya
1,2% pasien per tahun. (Berber et al 2013).
Rata-rata kejadian hipoglikemin meningkat dari 3.2 per 100 orang pertahun menjadi 7,7 per 100 orang
pertahun pada penggunaan insulin (Cutll et al 2001). Sebagai penyakit akut pada DM tipe 2,
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan insulin Dan sulfonilurea (PERKENI 2011).
B. Etiologi Hipoglikemia
Menurut Sabatine (2006), Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non Diabetes
dengan etiologi sebagai berikut:
1. Pada Diabetes
 Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi dosis, seharusnya penderita diabetes
militus melakukan pengecekan gula dalam darah (eds) sebelum menyuntikan insulin sehingga
pasien mengetahui dosis yang akan digunakan.,
 Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan
obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan
makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang dikonsumsi kurang maka keseimbangan ini
terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
 Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Pada saat
berolahraga,tubuh akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah
akan menurun. Maka dari itu, olahraga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa
darah tanpa menggunakan insulin.

 Minum alkohol tanpa disertai makan,


Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun
 Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan untuk mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika salah mengkonsumsi obat misalnya
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
 Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap
beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan
menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin
menjadi lambat.
 Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Penderita harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum
sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang
 Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa.
Insulin yang terlanjur beredar, ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum
glukosa yang baru menggantikannya.
 Gangguan hormonal. Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
 Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg 1.3.11
Riwayat hipoglikemia sebelumnya.Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek
yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini pendetuta merasa sudah sehat
akan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

2. Pada Non Diabetes


 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
 Paska aktivitas
 Konsumsi makanan yang sedikit kalori
 Konsumsi alcohol
 Paska melahirkan
 Post gastrectomy
 Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat, sulfonamide)
C. Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
 Fase pertama
Gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor,
ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%).
 Fase kedua
Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa
pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang
halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20-mg%).

 Gejala umum penderita Hipoglikemia:


 Keringat dingin
 Letih
 Sakit kepala
 Lapar
 Iritabilitas
 Tidak enak badan
 Denyut nadi cepat
 Menggigil
 Mual-muntah
 Hipotensi
 Pucat dan kulit dingin
 Pandangan kabur
 Keluar banyak keringat
 Tremor

Kadar Gula Darah Gejala Neurogenik Gejala Neuroglikopenik


79.2 mg/dl Gemetar,Goyah,Gelisah Irritabilita, kebingungan
70,2 mg/dl Gugup,berdebar - debar Sulit ber pikir, sulit berbicara
59.4 mg/dl Berkeringat Ataxia,Paresthesia
50,4 mg/dl Mulut kering,rasa kelaparan Sakit kepala,Stuphor
39,6 mg/dl Pucat,Midriasis Kejang,Koma, Kematian

D. Patofisiologi Hipoglikemia

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan juga
gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan
fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I
ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme
yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat,
sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).

Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat
mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam
jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan
disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi
penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke
otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung lemah (Kedin, 2011).

Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa darah
akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan
turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon
neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan
sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif(Carpenito, 2007) Kosentrasi glukosa darah,
peningkatankosentrasi glucagon dan epineprin sebagai Respon neuroendokrin padakosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).

Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan


mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007). Batas kosentrasi glukosa darah
berkaitan erat dengan system hormonal, persyaratan dan pengaturan produksi glukosa endogen
serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin memegang peranan utamadalam pengaturan
kosentrasi glukosadarah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas
bawahkonsentrasi normal, hormon-hormonkonstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini,
glucagon yang diproduksi oleh sela pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan jugaberperan
meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa Glukagon dan epinefrin merupakan
dun hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati.
Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga
terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah(Herdman,
2010),Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan
Perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis di otot
yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan
lemah(Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar glukosa
darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah Keperawatan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito, 2007).
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan
nilai normalnya antara 70-110 mg/dl
2. Gula darah2jampostpradial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. Pemeriksaan HBAle
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
Yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2-3 Bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut Menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4. Pemeriksaan elektrolit,
Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu 5) Pemeriksaan
Leukosit,Terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
G. Komplikasi Hipoglikemia
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan
otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis
sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010).
Menurut Kedia (2011), hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
H.Penatalaksanaan Hipoglikemia
Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu:

 Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel.
 Tidak mengganggu regulasi DM.
Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman sebagai berikut: Glukosa
diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat
menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut soemadji (2006); Rush & Louise (2004); Smeltzer & Bare (2003)
sebagai berikut:
Tergantung derajat hipoglikemi:
1. Hipoglikemi ringan:
 Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3 sendok teh
sirup atau madu
 Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya Tidak dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat, ice cream, cake.
2. Hipoglikemi berat:
 Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
 Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau minuman

 Pada hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat):


1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menetan glukosaomi karena pingsan, kejang, atau perubahan status
mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian dekstorsa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada
anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra- regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan pertama yang
dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara TV
dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glukagon dapat diberikan oleh subcutan
atau intramuskular.

I.Faktor Resiko Hipoglikemia


Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada penderita Diabetes
(kedia 2011), yaitu
1. Gangguan kesadaran hipoglikemi merupakan faktor resiko utama ketidaksadamantersebut
berarti ada ketidakmampuan untuk mendeteksi terjadinya,Hipoglikemia dan akibatnya,
indivdu cenderung kurang untuk memulai tindakan Korektif cepat dan lebih cenderung
menderita episode parah.
2. Usia muda, karena kesadaran tentang tanda-tanda dan gejala yang lebih rendah
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau
sulfonylure (Mansjoer A, 1999), yaitu:
3. Pengurangan keterlambatan maka
4. Kesalalahan dosis ohat
5. Latihan jasmani yang berlebihan
6. Penurunan kebutuhan insulin
7. Penyembuhan dari penyakit
8. Nefropati diabetic
9. Hipotiroidisme
10. Penyakit Addison
11. Hipopituitarisme
12. Hari-hari pertama persalinan
13. Penyakit hati beratjj
J.Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011) diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ringan (glukosa darah 50-60 mg/Terjadi jika kadar glukosa darah menurun dan sistem saraf
simpatik akan terangsang pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan gejala tumor,
kegelisahan, rasa lapar, dll.
2. Sedang (glukosa darah <50 mg/dL Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak
tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi
sistem saraf pusat Mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan daya ingat,
penglihatan ganda,Peasaan ingin pingsan.
3. Berat (glukosa darah <35 mg/dL) Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien
memerlukan pertolongan orangblain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya: serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

➤ Hipoglikemia spontan pada orang dewasa dibedakan atas dua tipe, yaitu :⠀

1. Hipoglikemia puasa
Hipoglikemia puasa biasanya timbul menyertai penyakit endokrin tertentu, seperti hipopituitarisme,
penyakit Addison, atau mixedema; terkait dengan malfungsi hepar, seperti alkoholisme akut dan gagal
hati: pada orang dengan penyakit ginjal, terutama pada pasien yang memerlukan dialisis. Pada
keadaan ini hipoglikemia nyata tampilan sekunder. Jika hipoglikemia puasa ini merupakan
manifestasi primer, maka penyebabnya mungkin a) hiperinsulinemia akibat tumor sel b pankreas atau
karena pmberian insulin atau pobat sulfonilurea dosis berlebihan, b) akibat sekresi insulin tumor
ekstra-pankreatik.
2. Hipoglikemia pasca-sarapan (postprandial)
Hipoglikemia reaktif dapat dibagi menjadi awal (2-3 jam sesudah makan) dan lambat (35 jam pasca-
sarapan). Hipoglikemia awal (alimentary) timbul jika ada pengeluaran KH yang cepat dari lambung
kedalam usus halus, diikuti dengan peninggian absorpsi glukosa dan hiperinsulinemia. Hal ini terlihat
pada pasien pasca-gastrektomi (sindroma dumping). Ada pula yang bersifat fungsional sebagai tanda
adanya overaktivitas saraf parasimpatik yang dimediasi saraf vagus. Pada beberapa keadaan yang
jarang dijumpai adanya defek pada bommon kontra-regulasi, seperti pada defisiensi growth hormone,
glukagon, kortisol, atau respon autonomik.
K.Pengkajian
Pengkajian merupakan Langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Sehingga kelemahan pada
tahap ini akan berdampak sangat besar. Pada tahap-tahap berikutnya. (Nikmatura Rahman & Saeful
Walid. 2019 hal-2).
a. Identitas Klien
1. Identitas klien Meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat. Pekerjaan,
suku bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register,
dan diagnosa medik.
2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat.pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama Sering tidak jelas tapi biasanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemia
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti astifksia, dan
sepsis.Namun biasanya klien yang mengidap hipoglikemia akan merasakan lemas, sulit
berkonsentrasi, merasa Lelah seluruh badan, pusing kadang di sertai keringat dingin dan Jantung
berdebar.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
P: Penyebab hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama.
Misal: Klien mengeluh nyeri akan dirasakan Ketika klien sedang beraktivitas yang Berat badan akan
lemas dan keringat dingin
Q : Seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya dan seberapa sering terjadi.
Misal: Klien mengatakan tubuhnya lemas sampai terasa tidak Sadarkan diri
R: Keluhan utama tersebut dirasakan ditemukan di daerah/area penyebaran sampai kemana.
Missal: klien merasa lemas sekujur tubuh dan keringat dingin Ketika sedang beraktivitas
S : Skala keperawatan tingkat kegawatan sampai seberapa jauh.
Missal: Klien mengatakan skala yang dirasakan pada skala 7 (berat)
T: Kapan keluhan tersebut mulai dirasakan ditemukan.
Missal: 7 hari sebelum Masuk rumah sakit
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat lalu & masa kini, Riwayat alergi dan kondisi
tempat tinggal.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keturunan dari keluarga atau generasi sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal. Ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah. Apakah penglihatan kaburganda, diplopia,
lensa mata keruh.
2. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit
dan suhu kulit di daerah di daerah sekitar ulkus sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
3. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi Infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi Perfusi jaringan jaringan menurun, menurun, nadi perifer perifer lemah atau berkurang,
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase.Perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah. Lemah dan nyeri,
adan lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. Ya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi
L.Diagnosa Keperawatan
M.Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai