Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

A. Hepatitis
1. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas. (Wening Sari, 2008)
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang di sebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis B
(HBV), Hepatitis C (HCV), delta hepatitis ( HDV), dan hepatitis E (HEV).
Adapun jenis-jenis hepatitis adalah sebagai berikut:
a. Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditulrkan melaui rute fekal-oral.
Virus ini menimbulakan hepatitis akut tampa keadaan kronik atau menetap seperti
yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada anak, penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan
tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan
sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini biasanya
berlangsung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan dirumah
sakit dan pada saat gejala muncul, sangat kecil kemungkinan menular pada orang
lain.
Karena dapat ditularkan dalam makanan dan air yang terkontaminasi,
hepatitis A menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan fasilitas yang
buruk. Petugas menyiapkan makan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan
penyakit pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.
b. Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji,
prevalensinya dari penyakit, morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan
penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000
kematian pertahun. Sejak 1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedian dan adanya
kampanye penurunan penyakit akan memungkinka penurunan dampak penyakit
ini di masa depan.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam
1 sampai 2 minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat
menetap selama beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi
kronik pada saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi
berhubungan dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati,
sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun stelah
infeksi awal.
Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B
untuk menstimulasi produksi antibody dan untuk memberikan perlindungan
terhadap infeksi, keamanan dan keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi.
Karena virus hepatitis B mudah ditularkan melalui jarum suntik diarea perawatan
kesehatan, maka vaksin saat ini direkomendasikan untuk semua petugas perawatan
kesehatan. Penurunan infeksi parinatal dan resiko penularan terjadi setelah
kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara rutin pada bayi setelah lahir.
Vaksinasi individual (yang sebelumnya tidak terinfeksi) akan memiliki serologi
hepatitis B yang positif hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang
dihasilkan oleh vaksin yang dapat dibedakan dari produski alami, saat ini antibody
juga ada.

c. Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non-A, Non-B menunjukan gambaran virus
hepatitis yang bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis
Non-A, Non-B ditularkan melalui perenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui
dan sekarang teridentifikasi dan disebut hepatitis C. Kemudian tes antibody untuk
memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia.
Saat ini tidak diketahui terapi, vaksin, atau agens profilaktik pasca
pemajanan yang diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus
mengikuti prinsip kewaspadaan umum untuk meminimalkan resiko penularan
karena pekerjaan. Prinsip ini didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang
terinfeksi adalah carrier penyakit ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan
yang tepat harus digunakan pada semua pasien.

d. Hepatitis D (Hepatitis Delta)


Heptitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih
kompleks untuk bertahan. Hepatitis D hanya merupakan resiko untuk mereka yang
mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif.
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau
berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis
B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis D. Pencegahan untuk virus ini
dicapai sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif
terhadap virus darah ini (tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan
kondom pada saat hubungan seksual) harus ditekankan untuk orang yang terinfeksi
hepatitis B yang tidak terinfeksi hepatitis D.

e. Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontaminasi
makanan dan air melaui jalur fekal-oral. Sampai dengan saat ini, infeksi disebut
sebagai hepatitis enteric non-A non-B. Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan
hepatitis A, B, C dan menentukan yang paling mungkin dari sumber makanan atau
air yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibody untuk hepatitis E telah
tersedia, studi epidemiologi akan sangat tefasilitasi.
Hepatitis E telah jarang ditemukan di AS tetapi berhubungan dengan
epidemic dari air yang terkontaminasi di Asia, afrika, dan republic soviet. Di AS
hepatitis E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah melakukan
perjalanan keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi serologi
negative untuk virus hepatitis lain.
2. Etiologi Hepatitis

a. Virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-oral
Transmisi melalui seksual, jarang perinatal,
orang lain perinatal seksual, memerlukan
orang ke koinfeksi
orang, dengan type
perinatal B

Keparahan Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Peningkatan


dan asimto- luas, dapat insiden insiden
matik berkem- kronis dan kronis dan
bang sampai gagal hepar gagal hepar
kronis akut akut
Sumber Darah, Darah, Terutama Melalui Darah,
Virus feces, saliva saliva, melalui darah feces, saliva
semen, darah
sekresi
vagina

b. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

c. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.

3. Patofisiologi Hepatitis
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh
karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena
kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

4. Manifestasi Klinis Hepatitis


a. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

b. Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus
meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14
hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas
capai dirasakan selama 1-2 minggu.

d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di
ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya
masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan lekas capai.

5. Pemeriksaan Diagnostik Hepatitis


a. Laboratorium
1) Pemeriksaan pigmen
a) urobilirubin direk
b) bilirubun serum total
c) bilirubin urine
d) urobilinogen urine
e) urobilinogen feses
2) Pemeriksaan protein
a) protein totel serum
b) albumin serum
c) globulin serum
d) HbsAG
3) Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
4) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
a) AST atau SGOT
b) ALT atau SGPT
c) LDH
d) Amonia serum
b. Radiologi
1) foto rontgen abdomen
2) pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
3) kolestogram dan kalangiogram
4) arteriografi pembuluh darah seliaka
c. Pemeriksaan tambahan
1) laparoskopi
2) biopsi hati

6. Penatalaksanaan Hepatitis
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
a. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak
terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan merasakan
lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan
umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
2) Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh obat : Asam
glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
3) Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
4) Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.

Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih


dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih
dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi
secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,
HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

7. Komplikasi Hepatitis
a. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
b. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
c. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti
oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut
yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

I. Hepatitis
A. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/ gangguan hati
a. Aktivitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b. Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
e. Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis

f. Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
1) Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus.
C. Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Setelah dilakukan 1) Ajarkan dan bantu 1) keletihan berlanjut
tindakan keperawatan klien untuk istirahat menurunkan keinginan
selama 1x 24 jam masalah sebelum makan. untuk makan.
perubahan nutrisi kurang 2) Awasi pemasukan 2) adanya pembesaran
dari kebutuhan dapat diet/jumlah kalori, hepar dapat menekan
diatasi, dengan kriteria tawarkan makan saluran gastro
hasil: sedikit tapi sering dan intestinal dan
1) Menunjukkan tawarkan pagi paling menurunkan
peningkatan berat sering. kapasitasnya.
badan mencapai 3) Pertahankan hygiene 3) akumulasi partikel
tujuan dengan nilai mulut yang baik makanan di mulut
laboratorium normal. sebelum makan dan dapat menambah baru
2) bebas dari tanda-tanda sesudah makan. dan rasa tak sedap yang
mal nutrisi. 4) Anjurkan makan pada menurunkan nafsu
posisi duduk tegak. makan.
5) Berikan diit tinggi
kalori, rendah lemak. 4) menurunkan rasa
penuh pada abdomen
dan dapat
meningkatkan
pemasukan.
5) glukosa dalam
karbohidrat cukup
efektif untuk
pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit
untuk diserap/
dimetabolisme
sehingga akan
membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Setelah dilakukan 1) Kolaborasi dengan 1) nyeri yang
tindakan keperawatan individu untuk berhubungan dengan
selama 1x 24 jam masalah menentukan metode hepatitis sangat tidak
gangguan rasa nyaman yang dapat digunakan nyaman, oleh karena
(nyeri) dapat diatasi, untuk intensitas nyeri. terdapat peregangan
dengan kriteria hasil: 2) Tunjukkan pada klien secara kapsula hati,
1) Menunjukkan tanda- penerimaan tentang melalui pendekatan
tanda nyeri fisik. respon klien terhadap kepada individu yang
2) perilaku dalam nyeri nyeri. mengalami perubahan
(tidak meringis 3) Berikan informasi kenyamanan nyeri
kesakitan, menangis akurat dan Jelaskan diharapkan lebih
intensitas dan penyebab nyeri, efektif mengurangi
lokasinya). tunjukkan berapa lama nyeri.
nyeri akan berakhir, 2) klienlah yang harus
bila diketahui. mencoba meyakinkan
4) Bahas dengan dokter pemberi pelayanan
penggunaan analgetik kesehatan bahwa ia
yang tak mengandung mengalami nyeri.
efek hepatotoksi. 3) klien yang disiapkan
untuk mengalami nyeri
melalui penjelasan
nyeri yang
sesungguhnya akan
dirasakan (cenderung
lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat
penjelasan).
4) kemungkinan nyeri
sudah tak bisa dibatasi
dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Setelah dilakukan 1) Monitor tanda vital : 1) sebagai indikator
tindakan keperawatan suhu badan. untuk mengetahui
selama 1x 24 jam masalah 2) Ajarkan klien status hypertermi.
hypertermi dapat diatasi, pentingnya 2) dalam kondisi demam
dengan kriteria hasil: mempertahankan terjadi peningkatan
1) Tidak terjadi cairan yang adekuat evaporasi yang
peningkatan suhu. (sedikitnya 2000 l/hari) memicu timbulnya
untuk mencegah dehidrasi.
dehidrasi, misalnya 3) menghambat pusat
sari buah 2,5-3 simpatis di
liter/hari.. hipotalamus sehingga
3) Berikan kompres terjadi vasodilatasi
hangat pada lipatan kulit dengan
ketiak dan femur. merangsang kelenjar
4) Anjurkan klien untuk keringat untuk
memakai pakaian yang mengurangi panas
menyerap keringat.
tubuh melalui
penguapan.
4) kondisi kulit yang
mengalami lembab
memicu timbulnya
pertumbuhan jamur.
Juga akan mengurangi
kenyamanan klien,
mencegah timbulnya
ruam kulit

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis.


Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Setelah dilakukan 1) Jelaskan sebab-sebab 1) dengan penjelasan
tindakan keperawatan keletihan individu. sebab-sebab keletihan
selama 1x 24 jam masalah 2) Sarankan klien untuk maka keadaan klien
keletihan dapat diatasi, tirah baring. cenderung lebih
dengan kriteria hasil: 3) Bantu individu untuk tenang.
1) Klien tidak tampak mengidentifikasi 2) tirah baring akan
letih. kekuatan-kekuatan, meminimalkan energi
kemampuan- yang dikeluarkan
kemampuan dan sehingga metabolisme
minat-minat. dapat digunakan untuk
4) Analisa bersama-sama penyembuhan
tingkat keletihan penyakit.
selama 24 jam 3) memungkinkan klien
meliputi waktu puncak dapat
energi, waktu memprioritaskan
kelelahan, aktivitas kegiatan-kegiatan
yang berhubungan yang sangat penting
dengan keletihan. dan meminimalkan
5) Bantu untuk belajar pengeluaran energi
tentang keterampilan untuk kegiatan yang
koping yang efektif kurang penting.
(bersikap asertif, 4) keletihan dapat segera
teknik relaksasi). diminimalkan dengan
mengurangi kegiatan
yang dapat
menimbulkan
keletihan.
5) untuk mengurangi
keletihan baik fisik
maupun psikologis.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Setelah dilakukan 1) Pertahankan 1) kekeringan
tindakan keperawatan kebersihan tanpa meningkatkan
selama 1x 24 jam masalah menyebabkan kulit sensitifitas kulit
resiko tinggi kerusakan kering . Keringkan dengan merangsang
integritas kulit atau kulit, jaringan ujung syaraf.
jaringan dapat diatasi, digosok. 2) penghangatan yang
dengan kriteria hasil: 2) Cegah penghangatan berlebih menambah
1) Jaringan kulit utuh. yang berlebihan pruritus dengan
2) penurunan pruritus. dengan pertahankan meningkatkan
suhu ruangan dingin sensitivitas melalui
dan kelembaban vasodilatasi.
rendah, hindari 3) penggantian
pakaian terlalu tebal. merangsang pelepasan
3) Anjurkan tidak hidtamin,
menggaruk,
instruksikan klien menghasilkan lebih
untuk memberikan banyak pruritus.
tekanan kuat pada 4) pendinginan akan
area pruritus untuk menurunkan
tujuan menggaruk. vasodilatasi dan
4) Pertahankan kelembaban
kelembaban ruangan kekeringan.
pada 30%-40% dan
dingin.

6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus.
Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Setelah dilakukan 1) Gunakan 1) pencegahan tersebut
tindakan keperawatan kewaspadaan umum dapat memutuskan
selama 1x 24 jam masalah terhadap substansi metode transmisi virus
resiko tinggi terhadap tubuh yang tepat hepatitis.
transmisi infeksi dapat untuk menangani 2) teknik ini membantu
diatasi, dengan kriteria semua cairan tubuh. melindungi orang lain
hasil: 2) Gunakan teknik dari kontak dengan
1) Tidak menunjukkan pembuangan sampah materi infeksius dan
tanda-tanda infeksi. infeksius, linen dan mencegah transmisi
cairan tubuh dengan penyakit.
tepat untuk 3) mencuci tangan
membersihkan menghilangkan
peralatan-peralatan organisme yang
dan permukaan yang merusak rantai
terkontaminasi. transmisi infeksi.
3) Jelaskan pentingnya 4) rujukan tersebut perlu
mencuci tangan untuk
dengan sering pada mengidentifikasikan
klien, keluarga dan sumber pemajanan
pengunjung lain dan dan kemungkinan
petugas pelayanan orang lain terinfeksi.
kesehatan.
4) Rujuk ke petugas
pengontrol infeksi
untuk evaluasi
departemen
kesehatan yang tepat.

D. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan
sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial,
dan upaya komplikasi.

E. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Dan hasil yang
diharapkan sesuai dengan kriteria hasil yang berada di intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
& nanda nic noc. Jilid 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. (2013). Buku ajar: keperawatan medikal-bedah brunner &
suddarth. Vol. 3, edisis 8. Jakarta: EGC.
Hasanah, H. (2015). Makalah kolelitiasis. Dilihat pada 07 April 2017, dari:
http://myhusnuladdress.blogspot.co.id/2015/12/makalah-kolelitiasis.html.
Gunawan, A. H. (2015). Asuhan keperawatan kolelitiasis. Dilihat pada 07 April 2017, dari:
https://perawatsejatiblog.files.wordpress.com/2015/09/lp-cholelithiasis.pdf.
Vian. (2011). Makalah hepatitis. Dilihatp pada 07 April 2017, dari:
http://darkcurez.blogspot.co.id/2011/01/makalah-hepatitis.html.

Anda mungkin juga menyukai