Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS GADAR

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

OLEH:

Faramitha Anjayani, S.Kep

NPM : 1490102112

SEKOLH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat
dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:

1. Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60 mg/dl


2. Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari
400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
3. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
4. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam sesudah makan

B. Etiologi

Etiologi dari hipoglikemia antara lain

1. Aktivitas fisik yang berat


2. Keterlambatan makanan
3. Puasa
4. Penurunan respon hormonal (adrenergik)
5. Regimen insulin yang tidak fisiologis.
6. Overdosis insulin atau sulfonylurea
7. Gerak badan tanpa kompensasi makanan
8. Penyakit ginjal stadium akhir
9. Penyakit hati stadium akhir
10. Konsumsi alcohol
11. Kebutuhan insulin
12. Penyembuhan dari keadaan stress
13. Penggunaan zat – zat hipoglikemia
C. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5
cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik
hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan
yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya
menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar
pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke dalam
duodenum, pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans yang menjadi
sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 %
dari berat total pankreas.Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing
pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar
300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.

D.
D. Patofisiologi

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
PATHWAY

Factor DM insulin Lain-lain Asupan karbohidrat Penyakit


genetik >> kurang kronis

HIPOGLIKEMI

Penurunan suplai glukosa Hiperaktifitas seluler


kejaringan & seluler pd penyakit kronis

Jaringan otak Jaringan otot Hipermetabolisme


seluler

Unmetabolisme Pemecahan
Penyerapan glukosa
otak glukagon/glikogen
vaskuler >>

Iskemik jaringan otak Metabolisme anaerob


Glikolisis dlm hepar
inadekuat

Penurunan Nyeri
fungsi/kesadaran Kepala
Gangguan
keseimbangan
Gangguan Gangguan rasa nutrisi
fs.sensorik nyaman Nyeri

Menghasilkan Menghasilkan
asam laktat Badan keton

Penumpukann asam Nafas bau


laktat pada otot aseton

Kelemahan Mual muntah


muskuloskeletal

Intoleransi aktifitas
E. Manifestasi klinis

Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :

a. Fase I : gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga hormon


epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien
masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia
lanjut.

b. Fase II : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu
dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya
kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan
beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi
jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan,
gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang
lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung,
lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan
fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi
pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi.
Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

• Pada hipoglikemi ;

1.a. Neuroglikopeni : □ pusing, □ bingung, □ bicara tidak jelas,

□ perubahan perilaku, dan □ koma

1.b. Neurogenic : Adrenergic (□ tremor halus, □ jantung berdebar, □ cemas, □


bingung ), Kolinergik (□ berkeringat, □ lapar terus, □ tingling )

1.c. Penurunan Berat Badan

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral 5
jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali negatif
terhadap glukosa.
4. EKG: Takikardia.

G. Penatalaksanaan

Untuk terapi hipoglikemik adalah sebagai berikut :

1. Hipoglikemi : Beri pisang/ roti/ karbohidrat lain, bila gagal, Beri teh gula, bila gagal
tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
2. Koma hipoglikemik : Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%, bila belum
sadar dapat diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6x), bila gagal beri injeksi
efedrin bila tidak ada kontraindikasi jantung dll 25-50 mg atau injeksi glukagon
1mg/IM, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan
glukosa 5% stop.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengkajian

1. Pengkajian Primer

a. Airway (jalan napas)

Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma sebagai
akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.

b. Breathing (pernapasan)

Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.

c. Circulation (sirkulasi)

Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah, tekanan darah
menurun.

d. Disability (kesadaran)

Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

e. Exposure.

Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi adalah
komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya luka/infeksi pada bagian
tubuh klien / pasien.

2. Pengkajian Sekunder

a. Keluhan Utam

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang
tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

b. Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
- Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

- Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM
atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.

- SAMPLE

S : tanda dan gejala yang dirasakan klien

A: alergi yang dipunyai klien

M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah

P : riwayat penyakit yang diderita klien

L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan peningkatan napsu makan

E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan

- Pengkajian nyeri

P : pencetus nyeri

Q: kualitas nyeri

R: arah perjalanan nyeri

S: skala nyeri

T: lamanya nyeri sudah dialami klien

c. Tanda tanda vital

Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman pernapasan, dan penggunaan otot
bantu pernapasan, suhu tubuh
d. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.

2) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit
di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,


hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

6) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

7) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas.

8) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi

e. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan
dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
B. Diagnosa keperawatana dan intervensi

Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d adanya benda asing

Intervensi :

1. Pastikan kebutuhan oral

2. Berikan O2 sesuai advice /\/ kolaborasi

3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

8. Berikan bronkodilator

Diagnosa keperawatan ; Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan, obesitas,
penurunan energi/kelelahan,

Tujuan :Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam

Kriteria hasil:

• RR 16-24 x permenit

• Ekspansi dada normal

• Sesak nafas hilang / berkurang

• Tidak suara nafas abnormal

intervensi :

NIC

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


3. Pertahakan jalan napas yang paten

4. Pasang mayo bila perlu

5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

6. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

Diagnosa ; Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan. Ditandai dengan peningkatan TIK,
nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema.

Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1 jam.

Kriteria hasil :

• tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK

• Tanda – tanda vital dalam batas normal

• Tidak adanya penurunan kesadaran

Intervensi :

1. Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart.

2. Catat ada atau tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk dan
Babinski.

3. Pantau tekanan darah

4. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai.

5. Tin ggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi atau indikasi. Jaga
kepala pasien tetap berada pada posis netral.

6. Berikan oksigen sesuai indikasi

Diagnose ; Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.

Tujuan : mencegah terjadinya resiko injury sehubungan dengan penurunan kesadaran.

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami injury.


Intervensi :

1. Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi.

2. Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.

3. Observasi TTV

4. Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena tekanan.

5. Beri bantuan untuk melakukan latihan gerak.


DAFTAR PUSTAKA

Gallo & Hundak. 1996. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume II ”. Jakarta : EGC.

Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium: penatalaksanaan


kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4.

Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York

Rumahorbo Hotma , S.kep. 1999. “ Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Endokrin
“.Jakarta : EGC.

Baradero Mary , SPC , MN. 2009.” Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Endokrin “. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai